You are on page 1of 13

MAKALAH PRODUKSI MEDIA CETAK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu tugas Mata Kuliah Produksi Media
Cetak dengan dosen pengampu M. Ramdhani, S.Ag M.Ikom
Nama : Bagas Maulana Natadirja
NPM : 1510631190021
Kelas : V-A Ikom

Jurusan Ilmu Komunikasi


UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG / 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulisan, media, serta teknologi cetak sangat berperan dalam kegiatan produksi
media cetak, bayangkan saja jika tidak ada ketiga unsur tersebut, tidak akan
maksimalnya kegiatan dalam produksi media cetak. Ketiga unsur tersebut sudah
membuat dunia percetajan maju seperti sekarang ini, lalu sebenarnya bagaimana
sejarah ketiga unsur tersebut sehingga bisa maju seperti sekarang ini?dibawah ini
penulis akan menjelaskan sejarah dari ketiga unsur tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

 Menjelaskan sejarah dari tulisan;


 Menjelaskan sejarah dari media;
 Menjelaskan sejarah dari teknologi cetak.

1.3 Tujuan Makalah

Untuk mengetahui sejarah dari tulisan, media, dan teknologi cetak, serta
mendapatkan nilai yang memuaskan dari dosen pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH TULISAN

Istilah: Grafem & Morfem


Sebelum kita masuk tentang tulisan, kita sebaiknya mengetahui dulu apa arti kedua
istilah tersebut diatas:
Grafem adalah suatu simbol yang dipakai dalam suatu system tulisan-simbol apa saja:
huruf; angka; titik; koma; dan tanda2 lainnya; tanda vocal diatas dan di bawah huruf
dalam tulisan Arab; ‘karakter’ dalam tulisan Tionghoa, dsb. Simbol-simbol itu kita
namakan Grafem.

Morfem adalah satu unit makna dalam bahasa (bukan dalam tulisan ya) yang tidak bisa
dibagi lagi menjadi unit makna yang lebih kecil. Dalam bahasa Indonesia, satu kata bisa
terdiri dari satu morfem saja; misalnya tebal, merah, apa, binatang. Kata-kata semacam
ini tidak bisa dibagi menjadi te- dan –bal, karena kalau terpisah, kedua kata itu tidak
memiliki arti. Hanya te+bal yang memiliki arti. Ada pula kata yang terdiri dari dua
morfem, seperti: matahari = mata+hari; bagaimana = bagai+mana, siapa = si+apa, dsb.

SEJARAH TULISAN
1. Tulisan Bahasa Sumeria & Akadia ( Aksara Paku )

Sejarah tulisan mulai di Mesopotamia, Irak bagian selatan, antara sungai Tigris
dan sungai Efrat (atau, dengan pengertian yang lebih luas, di daerah sekitar kedua
sungai itu, termasuk bagian dari Turki dan Syria).Mesopotamia melahirkan beberapa
peradaban paling tua di dunia. Salah satunya adalah peradaban Sumeria, yang berjaya
dari kurang lebih tahun 4.500 SM – 1750 SM. Kota-kota pertama dalam sejarah dunia
muncul di Sumeria.
Pada awalnya, orang Sumeria menulis diatas tanah liat yang masih empuk,
dengan buluh (sejenis batang ilalang) yang diruncingkan. Pada tahap awal, grafemnya
berupa gambar (pictogram), tetapi lama kelamaanya menjadi lebih abstrak. Buluh
tersebut bila ditekan ke tanah liat akan menghasilkan satu bentuk yang mirip dengan
paku. Inilah sejarah mulai disebutnya aksara paku (cuneiform).
Sebelum tahun 3600 SM, kebanyakan dari tulisan tersebut
bersifat logogram (grafem logografis) yang mana satu logogram bisa menandai
beberapa kata berbeda. Missal, satu gambar (logogram) mulut, bisa diartikan mulut,
bicara, gigi, pembicaraan, berbicara, dan sebagainya. Untuk mengurangi ambiguitas
tersebut, kurang lebih pada tahun 3600 SM, penulis Sumeria mulai menggunakan
grafem silabis sebagai tambahan.

2. Tulisan Bahasa Mesir ( Hieroglif )

Ada beberapa tulisan Mesir Kuno, namun yang paling terkenal adalah
tulisan hieroglif – sejenis tulisan yang sangat indah dan mengesankan. Penuh dengan
gambar jelas. Penulis Mesir mengambil prinsip logografis (satu grafem untu satu kata)
dan prinsip silabis dari aksara paku, lalu untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia,
mereka menciptakan prinsip alphabetif, dengan graefm yang menandai konsonan
sendiri (tanpa vocal) atau dua atau tiga konsonan sekaligus. Pada umumnya tulisannya
dari kanan ke kiri, tetapi bisa juga dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Sebagaimana halnya dengan tulisan silabis –yang diciptakan orang Sumeria
tetapi lebih dikembangkan oleh orang lain (orang Akadia)- tulisan alfabetis diciptakan
orang Mesir tetapi lebih dikembangkan oleh orang lain yang dijajah Mesir.

Tulisan alfabetis ini berkembang pesat menjadi beberapa system tulisan yang disebut
rumpun tulisan Semitik Utara.
3. Tulisan Semitik Utara (1700 SM – 1500 SM)

Tulisan Semitik Timur adalah aksara paku, sementara tulisan Semitik Utara
tidak menggunakan aksara paku melainkan mengandalkan alphabet konsonan yang
diciptakan orang Mesir. Alfabet Semitik Utara terdiri dari konsonan saja belum ada
vocal, seperti pada bahasa Arab gundul (hanya konsonan tanpa vocal). Semua tulisan
dalam rumpun Semitik Utara ini ditulis dengan garis mendatar dari kanan ke kiri. Dua
tulisan yang paling berpengaruh dalam rumpun tulisan Semitik Utara adalah
tulisan bahasa Aramaik dan tulisan bahasa Phoenicia. Kedua Bahasa tersebut
nantinya menyebar menjadi tulisan bahasa lainnya sbb:

4. Dari Tulisan Aramaik ke Tulisan Bahasa Arab

Tulisan Aramaik muncul pertama kali pada abad ke-9 SM. Antara 9 SM dan 6
SM, bahasa Aramaik (bersama tulisannya) menjadi bahasa administrasi untuk
kekaisaran Persia (Assyria) dan dikenal dari Mesir sampai ke India.
Sekitar tahun 150 SM, beberapa suku Arab nomadis di daerah Sinai, Arabia
utara dan Yordania timur bersatu mendirikan suatu kerajaan yang berpusat di Petra.
Kerajaan ini disebut Nabthi (Nabataea). Walaupun bahasa sehari-hari mereka adalah
bahasa Arab, namun untuk menulis mereka menggunakan tulisan Aramaik antaraabad
ke-1SM hingga abad ke-3. Ciri-ciri tulsian Nabthi ini menjadi unsur khas dalam tulisan
bahasa Arab, dan tlisan bahasa Arab dianggap turunan langsung dari tulisan Nabthi.
Tranformasi tulisan Nabthi menjadi tulisan bahasa Arab terjadi pada abad ke-4 dan abad
ke-5.
5. Dari Tulisan Phoenicia ke Tulisan Bahasa Yunani dan Bahasa Latin

Phoenicia dulu adalah satu daerah di pantai Timur Laut Mediterania. Tulisan
bahasa Phoenicia muncul kira-kira 1.000 SM. Tulisan Phoenicia yang termasuk rumpun
tulisan Semitic Utara, menggunakan alphabet konsosnan dengan 22 huruf. Bahasa
Phoenicia ditulis dari kanan ke kiri, seperti bahasa Semitik Utara lain, dan bahasa Arab
sekarang.
Sekitar tahun 800 SM, alphabet Phoenicia ini dipinjam orang Yunanni lalu
dikembangkan. Lima huruf konsosnan dari alphabet yang tidak diperlukan untuk bahasa
Yunanni diberi bunyi baru, yaitu bunyi vocal. Sehingga alphabet Yunani menjadi
alphabet pertama yang menganggap konsonan dan vocal sebagai huruf pertama,
tidak menganggap konsonan sebagai yang utama dan vocal sebagai tambahan
(diakritik).

Pada abad ke-5 SM, arah menulis bahasa Yunani mulai disamakan yaitu
dari kiri ke kanan dan beberapa huruf yang bentuknya non-simetris (B, E, K, P, dsb)
yang sebelumnya menghadap kekiri, diubah pula menghadap ke kanan.
Perkembangan selanjutnya, adalah dari orang-orang Etruria (di Itali) yang
mengadopsi alfabet Yunani. Kemudian sekitar tahun 650 SM, orang Roma meminjam
sistem tulisan Etruria untuk menulis bahasa Latin. Sejak saat itulah berkembang alfabet
Latin yang sekarang digunakan untuk banyak bahasa mencakup Eropa, Asia, Afrika dan
Amerika S .

2.2 SEJARAH MEDIA

Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching
aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-
alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta
mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Namun karena terlalu memusatkan
perhatian pada alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan
pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi, dengan masuknya pengaruh
teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkan ajaran ini
dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal dengan audio visual atau audio visual
aids (AVA).
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan
ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari
verbalisme yang masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan
Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau
mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui
media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa
mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin
banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh
pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh siswa .
Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran diklasifikasikan
berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu mempunyai dua belas (12)
tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah pengalaman yang paling konkret.
Sedangkan yang paling rendah adalah yang paling abstrak, diantaranya :

Direct Purposeful Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak


langsung dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya, dengan cara
perbuatan langsung
Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui model,
benda tiruan, atau simulasi.
Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui prmainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama soial
Demonstration : Pengalaman yang idperoleh dari pertunjukan
Study Trips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran
Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi pendidikan
Motion Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup,
bioskop
Still Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide, fotografi
Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekaman suara
Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat
seperti grafik, bagan, diagram
Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat
bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen
yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah-laku
(behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini
membantu dan mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah-laku
siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran.
Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam
proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis
dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada dua ciri pendekatan sistem pengajraan,
yaitu sebagai berikut :

Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses


belajar-mengajat adalah suatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri atas
prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan
proses belajar-mengajar
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik perubahan ini.
Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format
media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu
berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media visual, sebagian
audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah lahir konsep media
pembelajaran.

2.3 SEJARAH TEKNOLOGI MEDIA CETAK

Media cetak adalah teknologi informasi yang sudah lebih dulu ada dan
digunakan dalam perkembanganperadaban manusia.Di Indonesia, perkembangan pers
sudah dimulai sejak masa kolonial sampai sekarang ini. Di tahun 1948,tercatat tidak
kurang dari 120 surat kabar berbahasa Indonesia, Inggris, Cina ,dan Belanda yang terbit
diJakarta ataupun daerah. Perkembangan surat kabar mengalami kenaikan hingga
mencapai 160 buahpada tahun 1959.Perkembangan ekonomi juga berpengaruh terhadap
kaum pers pada tahun 1970-an, sehingga suratkabar, majalah dan tabloid semakin
banyak. Perkembangan teknologi juga mempengaruhi kemajuan dunia jurnalistik.
Karena teknologi mempermudah untuk meliput berita.
Surat kabar di Indonesia mulai berkembang jauh hari sebelum negara Indonesia
diproklamasikan.Surat kabar telah dipergunakan oleh para pendiri bangsa kita sebagai
alat perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Sejak pertengahan abad ke 18, orang-
orang Belanda mulaimemperkenalkan penerbitan surat kabar dan
Media Massa Cetak di Indonesia.
Penguasa kolonial mengekang pertumbuhan pers, meskipun penerbitnya terdiri
dari orang-orang Belandasendiri.Tetapi surat kabar yang tumbuh dari akhir abad ke 19
hingga awal abad berikutnya, jugamerupakan sarana pendidikan dan latihan bagi orang-
orang Indonesia yang memperoleh pekerjaan di dalamnya (Tribuana Said, 1988). Surat
kabar pertama di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles (Agustus 1744 – Juni 1746),
disusul kemudian Bataviasche Courant (1817),Bataviasche Advertentieblad (1827).Pada
tahun 1855 di Surakarta terbit surat kabar pertama dalam bahasa Jawa, bernama
Bromartani.Surat kabar berbahasa Melayu yang pertama adalah Soerat Kabar Bahasa
Melajoe, terbit diSurabaya pada tahun 1956. kemudian lahir surat kabar Soerat Chabar
Betawie (1958), Selompret Melajoe (Semarang, 1860), Bintang Timoer (Surabaya,
1862), Djoeroe Martani (Surakarta 1864),dan Biang Lala (Jakarta, 1867).
Dengan ditemuanya mesin cetak, buku dan surat kabar dapat diproduksi secara
masal. Selain itu ilmu pengetahuan yang sebelumnya hanya dimonopoli oleh segelintir
orang dari kalangan elit kini dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas termasuk
masyarakat kelas bawah. Hal ini juga mengawali beberapa gebrakan yang dilakukan
oleh orang-orang saat itu seperti reformasi gereja yang dipelopori oleh Martin Luther
yang mendirikan aliran Kristen Protestan yang merupakan bentuk protes dari ritual
tebus dosa oleh para pemuka agama Kristen Khatolik saat itu. Selain Reformasi Gereja
ada beberapa gebrakan yang dilakukan oleh orang-orang di era tersebut yang
merupakan era terbukanya alam berfikir manusia yang dikarenakan mudahnya dalam
mengakses media cetak yaitu, Rennaisance, Demokratisasi, dan juga Revolusi Industri
di Inggris.

media cetak 2
Di Indonesia sendiri, saat ini media cetak tidak kalah bersaing dengan media
elektronik dalam membentuk opini publik dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan media
cetak lebih mudah diakses oleh orang-orang dibandingkan dengan media cetak. Media
cetak seperti surat kabar harian atau koran dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan
membeli di tempat-tempat tertentu. Selain itu harga dari sebuah surat kabar tidak terlalu
mahal untuk dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah.
Berbeda dengan media elektronik, aksesibilitas untuk mengakses informasi di
tempat-tempat umum masihlah belum efisien serta terbatas. Teknologi iPad yang
merupakan teknologi paling efisien untuk mengakses informasi masihlah sangat terbatas
dimiliki oleh kalangan kelas atas dalam struktur masyarakat sosial mengingat harganya
yang tidak murah untuk dimiliki kalangan kelas menengah maupun bawah. Dengan
begitu, media cetak masih terhitung memiliki tingkat efisiensi dan aksesbilitas yang
tinggi karena dapat dikonsumsi orang-orang dimanapun dan kapanpun. Contohnya
orang-orang dapat membaca surat kabar dalam suatu perjalanan di dalam angkutan
umum.
Selain surat kabar, majalah juga merupakan media yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat. Berbeda dengan surat kabar, majalah biasanya hanya memiliki satu tema
seperti hiburan, politik, ekonomi dan lain-lain. Sedangkan surat kabar harian mengemas
bermacam-macam tema dalam satu kali terbit. Biarpun hanya memiliki satu tema
tertentu, hal inilah yang menarik kalangan tertentu untuk membeli majalah dengan tema
yang sesuai dengan kharakteristik suatu kalangan tersebut. Misal, biasanya kalangan
ibu-ibu membeli majalah dengan tema keluarga ataupun mengenai rumah tangga.
Dengan hanya satu tema yang diusung, penjualan dari majalah pun tidak kalah banyak
dari surat kabar.
Selain itu media cetak seperti majalah memiliki beragam jenis dan harga, mulai
dari yang murah hingga yang mahal. Biasanya majalah dengan harga mahal bertemakan
tentang gaya hidup dan biasanya yang membeli majalah tersebut adalah kalangan-
kalangan kelas atas. Dengan membeli majalah dengan harga mahal, biasanya seseorang
dianggap memiliki status lebih. Jadi selain media elektronik, membeli media cetak pun
dapat menggambarkan maupun menaikan status seseorang.
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dengan adanya ketiga unsur diatas dapat disimpulkan bahwa tulisan, media serta
teknologi cetak jelas sangat mempengaruhi kegiatan produksi media cetak. Penulisan
yang baik akan menambah kualitas produksi media cetak tersebut, sama halnya dengan
Media pun sebagai perantara, serta Teknologi Cetak yang jelas mempermudah
pengerjaan dari kegiatan produksi media cetak ini.

You might also like