Professional Documents
Culture Documents
1328 1519 1 PB PDF
1328 1519 1 PB PDF
Pengaruh Seed Coating dengan Fungisida Benomil dan Tepung Curcuma terhadap Patogen
Antraknosa Terbawa Benih dan Viabilitas Benih Cabai Besar (Capsicum annuum L.)
The Effect of Seed Coating using Benomil and Curcuma on Seedborn Disease of Antrachnose and Seed
Viability of Chilli
ABSTRACT
The objective of this research was to study the effect of seed coating using Benomil and curcuma powder on
seedborne diseases of antrachnose and seed viability of Capsicum annuum L.. This research was conducted in
Laboratory of Plant Mycology and Laboratory of Seed Science and Technology IPB, from June to July 2006. This
research consisted of three experiments, i.e.: (1) the effectiveness of seed coating in decreasing infection level of
antrachnose fungus in the seed of chilli, (2) the effect of seed coating on seed viability, (3) the effect of seed coating in
reducing infection level of antracnose at hypocotyl of chilli. The Experiment 1 and 3 used Randomized Complete
Design and the experiment 2 used Randomized Complete Block Design. The result of this research showed that seed
coating with Benomil and curcuma powder significantly decreased the infection level of antrachnose fungus on seed
and hypocotyl (Benomil 2.5 g/l and curcuma powder 1 g/l). However, seed coating with curcuma 1 g/l had the lowest
vigour index, seedling growth rate and seed germination (3%, 2.26%, 23%). Seedcoating with Benomil 2.5 g/l and
curcuma powder did not significantly affect the maximum growth potential, seed germination, and vigour index.
However, Benomil significantly decreased the seedling growth rate.
1
Alumni S1 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. Telp 0251-629353 (*Penulis untuk korespondensi)
3
Staf Pengajar Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB
jaringan tanaman. Hipokotil diletakkan dalam cawan cendawan baik pada benih maupun pada hipokotil
petri yang berisi tiga lembar kertas saring lembab. (Tabel 1).
Cawan petri di-seal dengan plastik wrap kemudian Kombinasi perlakuan yang mampu menekan
diletakkan dalam ruang inkubasi dengan suhu ruang di tingkat infeksi C. capsici baik pada benih maupun
bawah penyinaran lampu near ultra violet (NUV) hipokotil yaitu perlakuan seed coating dengan Benomil
dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap secara 2.5 g/l dan tepung curcuma 1 g/l. Untuk perlakuan seed
bergantian sampai hari ketujuh. Pada hari kedelapan coating dengan Benomil, penurunan tingkat infeksi
diamati Colletotrichum capsici dengan mengunakan cendawan berbanding lurus dengan konsentrasi
mikroskop stereo dan pedoman kunci identifikasi. fungisida yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi
fungisida Benomil yang digunakan maka penekanan
Analisis Data tingkat infeksi cendawan semakin tinggi pula. Untuk
perlakuan seed coating dengan tepung curcuma,
Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam
kombinasi yang baik dalam menekan tingkat infeksi C.
dan apabila terdapat pengaruh yang nyata maka
capsici adalah curcuma 1 g/l. Studi Kim et al. (2003)
dilakukan uji lanjut dengan DMRT pada taraf 5 %.
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1000 mg/l,
ekstrak Curcuma longa memiliki aktifitas fungisida
terhadap E. graminis, P. infestans dan R. solani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pengaruh seed coating terhadap tingkat infeksi cendawan C. capsici pada benih dan hipokotil cabai
Infeksi pada benih Infeksi pada hipokotil
Perlakuan
(%) (%)
Kontrol 26 a 25.87 a
Benomil 0.05 g/l 10 b 0b
Benomil 0.25 g/l 6 bc 3.57 b
Benomil 0.5 g/l 2c 2.27 b
Benomil 2.5 g/l 2c 0b
Tepung curcuma 0.2 g/l 12 b 6.25 b
Tepung curcuma 1 g/l 6 bc 0b
Tepung curcuma 5 g/l 7 bc 0b
Tepung curcuma 10 g/l 8 bc 0b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.
Keefektifan perlakuan seed coating dengan enzim dari cendawan. Fungisida ini efektif terhadap
Benomil dan tepung curcuma dalam menekan tingkat jenis Ascomycetes, beberapa Fungi Imperfecti, tetapi
infeksi ditunjukkan dengan persentase tingkat infeksi hasilnya beragam terhadap Basidiomycetes dan tak
cendawan C. capsici pada benih dan hipokotil yang berpengaruh terhadap Phycomycetes (Sastrosuwignyo,
nyata lebih kecil dibandingkan kontrol. 1985).
Benomil merupakan fungisida sistemik yang ideal Kunyit merupakan salah satu alternatif fungisida
untuk tujuan perlakuan benih karena fungisida yang nabati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
diaplikasikan dalam bentuk debu atau ‘slurry’ (pasta) penggunaan fungisida nabati yang bersifat antifungi
pada permukaan benih akan berpenetrasi dan terbawa ke cukup efektif dalam mengendalikan berbagai jenis
dalam jaringan ketika benih mengimbibisi air dari tanah patogen terbawa benih baik secara in vitro maupun in
sewaktu benih ditanam. Selain itu, kemungkinan vivo. Studi Untari (2003) menunjukkan bahwa
mekanisme fungitoksisitas dari Benomil (fungisida penggunaan minyak cengkeh sebagai fungisida nabati
sistemik) lebih spesifik antara lain menetralisasi enzim efektif dalam menghambat perkembangan cendawan C.
dan atau toksin yang terlibat dalam invasi dan kolonisasi capsici secara in vitro. Tanaman lain yang
cendawan, permeabilitasnya lebih besar dari dinding sel menghasilkan produk baik dalam bentuk tepung, ekstrak
cendawan, perusakan dinding semipermeabel dari hifa atau minyak atsiri yang memiliki potensi sebagai
cendawan dan struktur infeksi, penghambatan sistem pengendali patogen tanaman adalah kunyit (Curcuma
domestica Val). Studi penggunaan kunyit sebagai komponen kimia yang terdapat pada kunyit
fungisida nabati untuk mengendalikan penyakit mempengaruhi daya berkecambah benih cabai.
antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici belum Menurut studi Murniati dan Yulianida (2005)
banyak dilakukan. Studi Araujo dan Leon (2001) perlakuan matriconditioning dengan kurkumin mem-
melaporkan bahwa curcuma dapat menekan berikan nilai DB yang lebih tinggi, walaupun tidak
pertumbuhan bakteri seperti Staphylococcus albus, S. berbeda nyata pada periode simpan 0 bulan. Studi
aureus dan Bacillus typhosus dan nematoda seperti Setiawan (2005) melaporkan bahwa perlakuan seed
Paramecium caudatum. coating dengan mankozeb 80 %, propineb 70 % dan
metil tiofonat 70 % tidak bersifat toksik pada benih
Pengaruh seed coating terhadap viabilitas dan vigor cabai. Pada penelitian ini perlakuan seed coating
benih cenderung menurunkan daya berkecambah benih.
Kedua fenomena ini berbeda dengan hasil penelitian ini.
Viabilitas Benih
Hal ini mungkin disebabkan bahwa benih yang
Berdasarkan Tabel 2, perlakuan seed coating tidak digunakan pada penelitian ini kondisinya sudah
berpengaruh nyata pada tolok ukur potensi tumbuh terinfeksi penyakit dan daya berkecambah yang rendah
maksimum (PTM), sedangkan terhadap tolok ukur daya sehingga lebih peka terhadap perlakuan curcuma.
berkecambah (DB) perlakuan seed coating berpengaruh Efek perlakuan benih dengan fungisida
nyata. Ini berarti perlakuan seed coating harus hati- dipengaruhi oleh kondisi benih. Kondisi benih saat
hati karena dapat menurunkan daya berkecambah benih. perlakuan dapat mempengaruhi efek fitotoksisitas
Kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki kandungan fungisida yang digunakan (Neergard dalam Setiawan,
berbagai komponen kimia, antara lain kurkuminoid, 2005). Benih yang digunakan dalam penelitian ini
minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, protein, selulosa dan adalah benih yang telah terinfeksi C. capsici secara
beberapa zat mineral. Diduga aktivitas kandungan alami di lapang. C. capsici dapat menyebabkan
penurunan mutu benih secara signifikan.
Serangan cendawan pada benih dapat terjadi Cendawan C. capsici yang menginfeksi kulit benih
secara langsung maupun tidak langsung. Secara menyebabkan kulit benih mengalami kerusakan, sel-sel
langsung, cendawan menyerang bagian-bagian benih endosperma dan embrio mengalami plasmolisis.
seperti endosperma, embrio dan bagian benih lainnya. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas enzim
Secara tidak langsung dengan mengeluarkan senyawa pektinolitik dan selulolitik serta toksin koletotin yang
beracun. Akibat kondisi tersebut, benih akan mengalami diproduksi C. capsici yang menyebabkan isi sel keluar
kemunduran (Sutakaria, 1985). Kebanyakan patogen dan sel menjadi kering dan mati (Mehrota dalam Asie,
terbawa benih menjadi lebih aktif segera setelah benih 2004). Plasmolisis menandakan adanya kebocoran
disemaikan. Akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi metabolit dari dalam benih sehingga terjadi penurunan
rebah kecambah sebelum dan sesudah berkecambah viabilitas benih.
(Sutopo, 1998). Pada penelitian ini digunakan benih dari
buah yang sudah terinfeksi di lapang, dan sudah diuji di
laboratorium bahwa benihnya terinfeksi C. Capsici.
InV KCT
Perlakuan
(%) (%KN/Etmal)
Kontrol 9a 4.37 a
Benomil 0.05 g/l 7 ab 2.42 c
Benomil 0.25 g/l 3b 2.46 c
Benomil 0.5 g/l 7 ab 2.94 bc
Benomil 2.5 g/l 7 ab 2.49 c
Tepung curcuma 0.2 g/l 7 ab 2.74 bc
Tepung curcuma 1 g/l 3b 2.26 c
Tepung curcuma 5 g/l 7 ab 2.41 c
Tepung curcuma 10 g/l 8 ab 3.73 ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.
Departeman Pertanian. 2004. Pusat Data dan Informasi Prajnanta, F. 1999. Agribisnis Cabai Hibrida. Cetakan
Pertanian. Tim Penyusun. http://www.deptan.go.id ke-6. Penebar Swadaya, Jakarta .
[Diakses 17 Juli 2006].
Sastrosuwignyo, S. 1985. Fungisida. Diktat Kuliah
Duriat, A.S., J. Vos, B. Martowo, M. Stallen, N. Program Studi Proteksi Tanaman. Fakultas
Nurtika, J. Buurma. 1991. Report of a workshop Pertanian. IPB. 93 hal.
on hot pepper planning. Internal Communication
No. 36 of Lembang Horticultural Research Setiawan, W. 2005. Pengaruh formulasi coating dan
Institute LEHRI and ATA395, 15 pp. fungisida terhadap viabilitas benih cabai
(Capsicum annuum L.) varietas Tit Super. Skripsi.
Hartman, G.L., T.C. Wang. 1992. Anthracnose of Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
pepper – a review and report of a training course
(Working paper no 5:31 p). Asian Vegetables Sinaga, M. S. 1992. Kemungkinan Pengendalian Hayati
Research and Development Center. Shnahua, Bagi Colletotrichum capsici (Syd) Bult. Et Bisby
Taiwan. Penyebab Antraknosa pada Cabai. Laporan Akhir:
Penelitian Pendukung PHT dalam Rangka
Ilyas, S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih. Makalah Pelaksanaan Program Nasional Pengendalian
Seminar Benih Pellet. Fakultas Pertanian. IPB. Hama Terpadu. Kerjasama Proyek Prasarana Fisik
Bogor. 16 hal. Bappenas dengan Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
29 hal.
Iriana, E., Hendra. 2006. Bisnis cabai tetap memikat.
Agrina. Vol 1. No 22. [7 Maret 2006]. Jakarta. 24 Sutakaria, J. 1985. Penyakit Benih. Diktat Kuliah
hal. Program Studi Proteksi Tanaman. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor. 49 hal.
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati : Ramuan dan
Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal. Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 223 hal.
Kim, M.K., G.J. Choi, H.S. Lee. 2003. Fungicidal
property of Curcuma longa L. rhizome-derived Syamsuddin. 2003. Pengendalian Penyakit Terbawa
curcumin against phytopathogenic fungi in a green Benih (Seedborne Diseases) Menggunakan Agen
house. Agric Food Chem J. 51 (6) : 1578-1581. Biokontrol dan Ekstrak Botani. Makalah Falsafah
Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB. 16 hal.
Murniati, E., Yulianida. 2005. Pengaruh antioksidan
sebagai perlakuan invigorasi benih sebelum Untari, M. 2003. Pengaruh perlakuan minyak cengkeh
simpan terhadap daya simpan benih bunga terhadap tingkat kontaminasi cendawan patogenik
matahari (Helianthus annuus L.). Bul Hayati. 12 tular benih Colletotrichum capsici dan viabilitas
(4): 145-150. benih cabai merah (Capsicum annuum L). Skripsi.
Jurusan Budidaya Pertanian. IPB. 64 hal.