You are on page 1of 4

Lembar Tugas mandiri

Agama Islam
Nama : Ghina Aldila Cahyani
NPM : 1606885126

I. Dampak yang ditimbulkan terhadap korban pedofilia


pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah
mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan
seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda,
walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam kasus
pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan sebagai pedofilia
Bentuk-bentuk pelecehan atau kekerasan seksual itu antara lain, meminta atau menekan seorang
anak untuk melakukan aktivitas seksual, memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat
kelamin pada anak, menampilkan pornografi pada anak, melakukan hubungan seksual terhadap
anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik,
atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kekerasan seksual terhadap anak yang menjadi korban
pedhofilia dapat berupa gangguan secara mental maupun fisik, dan hal tersebut dapat terjadi
dalam jangka waktu yang panjang. Gangguan secara fisik yang dialami anak adalah gangguan
kesehatan. Ketika anak-anak dipaksa melakukan hubungan intim, itu akan menjadi siksaan yang
luar biasa sakitnya. Sebab di usia mereka organ vital dan hormon belum tumbuh dan
berkembang secara sempurna.

Terlebih lagi, sekarang banyak penyakit yang menular lewat hubungan kelamin, seperti HIV dan
AIDS. Belum lagi jika sampai terjadi kehamilan. Pada usia anak dan remaja, kondisi sel-sel pada
rahim belum matang, sehingga jika terjadi kehamilan, anak-anak akan menghadapi resiko
kematian yang cukup tinggi bagi ibu dan janin.

Anak-anak korban pedofilia tentunya juga akan mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi,
gangguan stress pasca trauma, kegelisahan, kecemasan, yang tingkatnya bervariasi. Dalam
keadaan tertentu, anak-anak akan mengalami trauma yang luar biasa. Dan trauma tersebut akan
berakibat sangat buruk bagi kehidupan sosial dan intelektualnya.

Dan sebagaimana umumnya yang banyak terjadi, anak-anak korban pedofilia memiliki
kecenderungan untuk tumbuh dengan kelainan seksual yang sejenis. Di masa mendatang, mereka
bisa jadi melakukan hal yang sama sebagai bentuk balas dendam akan kepahitan yang mereka
rasakan.

Dampak kekerasan seksual biasanya tidak berbeda jika ditinjau dari jenis kelamin anak. Namun,
dampak akan terlihat berbeda jika ditinjau dari karakteristik kepribadian anak. Anak yang
cenderung terbuka, mudah beradaptasi dan bermuatan energi positif akan cenderung lebih mudah
pulih dari trauma mereka. Sedangkan anak-anak yang cenderung tertutup, sulit beradaptasi,
bermuatan energi negatif dan sensitif akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan upaya yang
lebih besar untuk pulih dari trauma mereka.

Selain karakteristik kepribadian, jenis kekerasan atau pelecehan seksual yang dialami juga
memberikan dampak yang berbeda. Kekerasan atau pelecehan fisik biasanya meninggalkan
trauma yang lebih besar dibandingkan kekerasan atau pelecehan verbal. Selain itu, frekuensi dan
durasi terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual juga berpengaruh terhadap dampak yang
ditimbulkan. Semakin sering frekuensinya, atau semakin lama durasinya, maka trauma yang
ditimbulkan pada anak juga semakin besar, dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
pemulihan.

Keadaan trauma yang ditimbulkan sebagai dampak dari kejadian pelecehan atau kekerasan
seksual dapat terlihat dari perilaku korban. Seorang anak yang sedang dalam keadaan trauma
biasanya menunjukkan hal-hal berikut :
Adanya penurunan derajat aktivitas
Penurunan minat sosialiasi
Mengalami mimpi buruk
Peningkatan perilaku cemas atau takut akan hal-hal yang sebelumnya tidak ia khawatirkan,
bahkan kesulitan tidur.
Bunuh diri
Jika hal tersebut diatas tidak segera tertangani, maka anak tidak akan mampu menyesuaikan diri
dan melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan usianya. Hal tersebut berdampak sangat besar
dalam optimalisasi tumbuh kembang anak.

Pedofilia sendiri bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun kebanyakan
penderita pedofilia adalah pria dengan kelainan seksual akibat traumatik masa lalu atau pria
dengan gangguan kejiwaan yang gemar mencari variasi seksual.
II. Hukum Untuk Pelaku Kebiri Dalam Islam
Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi) ustaz Erick Yusuf setuju dengan pemberatan
hukuman yang diberikan kepada pelaku pedofilia. Lantaran pedofilia adalah kejahatan besar
yang sangat merusak bangsa.

Namun, pemberatan hukuman berupa pengebirian perlu dikaji secara mendalam agar penegakan
hukuman tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dalam Islam sendiri, menurut Ustaz Erick
pengeburian dilarang oleh Nabi Muhammad SAW.

Perlu diketahui menurut mayoritas ulama islam, menjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku
pedofilia hukumnya adalah haram. Tentu saja para ulama tidak serta merta mengeluarkan fatwa
tanpa tahap penelitian dan pembahasan panjang, justru para ulama telah membahas dan meneliti
permaslahan ini selama berpuluh-puluh tahun sejak ratusan tahun yang lalu.

Jika kita kembali pada pengertian kebiri sendiri. Kebiri memiliki arti, adalah pemotongan dua
buah dzakar , yang dapat dibarengi dengan pemotongan penis (dzakar). Jadi kebiri dapat berupa
pemotongan testis saja, dan inilah pengertian dasar dari kebiri. Namun adakalanya kebiri berupa
pemotongan testis dan penis sekaligus. Kebiri bertujuan menghilangkan syahwat dan sekaligus
menjadikan mandul.
Metode kebiri secara garis besar ada dua macam, yaitu metode fisik dan metode hormonal
(injeksi). Metode fisik dilakukan dengan cara memotong organ yang memproduksi testosteron,
yaitu testis. Adapun metode kebiri hormonal, dilakukan bukan dengan memotong testis atau
penis, tapi dengan cara injeksi (suntikan) hormon kepada orang yang dikebiri. Ada dua metode
injeksi. Pertama, diinjeksikan obat yang menekan produksi hormon testosteron. Kedua,
diinjeksikan hormon estrogen kepada orang yang dikebiri.
Dari pengertian diatas, tergambar dalam benak kita apa sebenarnya yang disebut kebiri. Dalam
hokum pelaksanaan hukuman ini sendiri, para ulama menyatakan alasan mengapa Allah
mengharamkan kebiri, berdasarkan 3 (tiga) alasan sebagai berikut;

Pertama, syariat Islam dengan tegas telah mengharamkan kebiri pada manusia, tanpa ada
perbedaan pendapat (khilafiyah) di kalangan fuqaha (ulama fiqih). Dari Ibnu Mas’ud RA, dia
berkata ; ”Dahulu kami pernah berperang bersama Nabi SAW sedang kami tidak bersama isteri-
isteri. Lalu kami berkata (kepada Nabi SAW),’Bolehkah kami melakukan pengebirian?’ Maka
Nabi SAW melarang yang demikian itu.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Kedua, syariat Islam telah menetapkan hukuman untuk pelaku pedofilia sesuai rincian fakta
perbuatannya, sehingga tidak boleh (haram) melaksanakan jenis hukuman di luar
ketentuan syariat Islam itu.
Maka dari itu, haram hukumnya menerapkan hukum kebiri untuk pelaku pedofilia,
karena syariat Islam sudah menetapkan rincian hukuman tertentu bagi pelaku pedofilia.

Adapun rincian hukuman untuk pelaku pedofilia sbb; (1) jika yang dilakukan pelaku pedofilia
adalah perbuatan zina, hukumannya adalah hukuman untuk pezina (had az zina), yaitu dirajam
jika sudah muhshan (menikah) atau dicambuk seratus kali jika bukan muhshan; (2) jika yang
dilakukan pelaku pedofilia adalah liwath (homoseksual), maka hukumannya adalah hukuman
mati, bukan yang lain; (3) jika yang dilakukan adalah pelecehan seksual (at taharusy al jinsi)
yang tidak sampai pada perbuatan zina atau homoseksual, hukumannya ta’zir.

You might also like