You are on page 1of 14

KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS NENAS

DI KECAMATAN TAMBANG, KABUPATEN KAMPAR


Bestina1, Supriyanto1, Slamet Hartono1, dan Amiruddin Syam2
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, Jl. Kaharudin Nasution Km. 10 Po Box 1020, Pekan Baru
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara, Jl. M. Yamin No. 89 Duwatu Kendari

ABSTRACT

The study was conducted in Tambang District, Kampar Regency, Riau Province in pineapple agribusiness
development in 2001 and aimed at observing performance of field extension workers and the affecting factors .
Primary data were collected using questionnaires from the respondents consisting of 60 farmers, 10 filed extension
workers, and one Head of Agricultural Extension Service (BPP). The data were processed using both parametric and
non parametric statistics. Performance of the field extension workers in pineapple agribusiness development was not
optimal due to lack of motivation, limited capabilities of the extension workers, and lack of farmers’ participation.

Key words: agricultural extension workers, agribusiness, pineapple

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada tahun 2001, dengan
tujuan untuk melihat kinerja penyuluh pertanian dalam pengembangan agribisnis nenas dan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhinya. Data dianalisis secara deskriptif. Pengumpulan data-data primer menggunakan kuesioner
dengan mewawancarai responden yang terdiri dari 60 orang petani, 10 orang penyuluh pertanian, dan seorang Kepala
BPP. Untuk memperoleh kesepadanan penilaian antara kelompok responden dilakukan uji Konkordasi Kendall.
Metode analisis dilakukan dengan uji statistik parametrik dan nonparametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja penyuluh pertanian dalam pengembangan agribisnis nenas belum optimal. Belum optimalnya kinerja penyuluh
pertanian ini disebabkan oleh : motivasi penyuluh dalam melaksanakan tugas hanya sekedar untuk memenuhi
kewajibannya, kemampuan penyuluh masih terbatas, dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan kegiatan
usahatani nenas juga sedang.

Kata kunci : penyuluh pertanian, agribisnis, nenas

PENDAHULUAN masih belum mampu memenuhi jumlah permin-


taan pasar karena pola usahatani kebanyakan
masih bersifat tradisional dengan skala usaha
Program pengembangan agribisnis nenas kecil, sehingga produktivitas dan hasil yang
merupakan salah satu pilihan bagi daerah Riau, diperoleh masih rendah (Rahardi, et al., 1999).
karena nenas (Ananas comosus L Merr) mem- Oleh sebab itu, diperlukan suatu bimbingan yang
punyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki pasar dapat meningkatkan pengetahuan dan keteram-
domestik maupun luar negeri. Peluang pasar pilan petani dalam mengelola usahataninya
potensial untuk nenas Indonesia antara lain melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
adalah Korea, Jepang, dan Eropa Timur. Berda- Kegiatan penyuluhan pertanian adalah
sarkan data statistik BPS tahun 1998, permintaan suatu proses berkesinambungan untuk menyam-
atas pasar domestik dan pasar internasional bagi paikan informasi serta teknologi yang berguna
komoditas buah-buahan tropis meningkat sangat bagi petani dan keluarganya. Kegiatan ini diupa-
pesat, yaitu 9,19 juta ton. Di sisi lain produksinya

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

218
yakan agar tidak menimbulkan “ketergantungan” pemecahan masalah yang terjadi di lapangan juga
petani kepada penyuluh, tetapi untuk mencipta- berkurang.
kan kemandirian petani dengan memposisikan- Selain itu, masih ditemui berbagai
nya sebagai wiraswasta agribisnis (Mardikanto, permasalahan dan keterbatasan yang dirasakan
1993). Sementara itu, penyelenggaraan penyu- penyuluh cukup menghambat dalam pelaksanaan
luhan pertanian masih didominasi oleh program- tugas yaitu : sarana dan prasarana penyuluhan
program pemerintah yang bersifat top down dan kurang memadai, banyaknya tugas tambahan,
cenderung untuk memenuhi peningkatan pro- terbatasnya kemampuan penyuluh, rendahnya
duksi. Akibatnya penyuluh pertanian lebih meng- motivasi penyuluh, terbatasnya teknologi spesifik
konsentrasikan penyuluhan dan pelayanannya lokasi, peran/dukungan lembaga terkait masih
pada komoditas tertentu yang diprogramkan kurang, dan tingkat partisipasi petani masih
(padi dan palawija) sedangkan komoditas yang rendah. Kondisi yang kurang kondusif ini,
lain terabaikan, salah satu diantaranya adalah berimplikasi pada turunnya kinerja penyuluh
komoditas nenas. pertanian. Hal ini merupakan permasalahan yang
Di dalam era globalisasi dan menghadapi memerlukan pemahaman secara eksplanatif seba-
pasar bebas, kebijakan penyuluhan mengalami gai dasar pengembangan alternatif dalam upaya
perubahan. Kebijakan yang semula untuk menja- pendekatannya. Tujuan dari studi ini adalah
dikan petani hanya trampil berproduksi berubah melihat : (1) kinerja penyuluh pertanian, dan (2)
menjadi kebijakan yang menciptakan iklim untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyu-
memotivasi petani agar lebih rasional dalam luh pertanian dalam pengembangan agribisnis
mengembangkan usaha berdasarkan kemampuan- nenas.
nya dan potensi pasar. Perubahan kebijakan ini
menimbulkan konsekuensi terhadap perubahan
organisasi penyuluhan pertanian. Perubahan atas METODE PENELITIAN
kelembagaan penyuluhan pertanian yang terakhir
diatur dalam SKB Menteri Dalam Negeri dan Deskripsi dan Indikator Kinerja
Menteri Pertanian NO. 54 tahun 1996 tanggal 10
April 1996. SKB ini merupakan upaya revitali- Kinerja diberi batasan oleh Maier sebagai
sasi yang diarahkan untuk pemberdayaan kelem- kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan
bagaan dan mengkonsentrasikan kegiatan penyu- sesuatu pekerjaan (Mohd. As’ad, 1991). Lebih
luhan dalam satu kesatuan gerak keterpaduan tegas lagi Yeremias T. Keban mendefinisikan
dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian di kinerja sebagai tingkat pencapaian hasil. Dalam
daerah (Soetrisno et al., 1999). pengertian yang sama, Atmosudirjo menyatakan
bahwa kinerja adalah prestasi kerja dari
Di dalam pelaksanaannya di daerah, penyelenggaraan sesuatu (Soebagio, 1998).
khususnya Provinsi Riau terdapat permasalahan
yang cukup mendasar, yaitu lembaga penyuluhan Dari konteks tersebut, kemampuan pe-
tidak didukung oleh dana yang memadai. nyuluh pertanian dalam mengaktualisasikan
Pemerintah daerah cenderung mengalokasikan pelaksanaan tugas-tugasnya juga dapat diartikan
dana yang besar untuk pembangunan infrastruk- sebagai kinerja penyuluh pertanian. Kinerja ini
tur yang dapat dilihat secara fisik dibandingkan merupakan ukuran keberhasilan seorang penyu-
dengan kegiatan penyuluhan pertanian yang luh pertanian dalam melaksanakan tugas di
hasilnya tidak dapat dirasakan dan dilihat seke- bidang pelayanan informasi dan penyuluhan
tika itu. Efek yang ditimbulkan adalah menurun- pertanian yang dilihat dari kesesuaian pelaksana-
nya kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan an dengan tujuan yang hendak dicapai.
supervisi yang diharapkan dapat membina, mem- Indikator yang digunakan untuk mengu-
bimbing, dan mengevaluasi sekaligus membantu kur kinerja penyuluh pertanian dalam pengemba-

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

219
ngan agribisnis nenas mengacu pada indikator dari seluruh indikator (nilai skala). Total skor
kinerja organisasi publik yang dikemukakan oleh tersebut digunakan untuk mengolah data dalam
Lenvin dan Dwiyanto dalam Luneto (1998). menjawab hipotesis penelitian. Untuk mengeta-
Indikator tersebut meliputi : (1) Responsivitas, hui kinerja penyuluh pertanian dalam pengem-
yaitu kemampuan penyuluh dalam mengidenti- bangan agribisnis nenas digunakan penilaian/
fikasi dan mengakomodir kebutuhan petani serta pengukuran yang dibagi dalam tiga kategori yaitu
menyusun rencana kerja sesuai dengan kebu- tinggi, sedang dan rendah, dengan kriteria
tuhan petani; (2) Responsibilitas, yaitu tanggung penilaian sebagaimana yang tertera pada Tabel 1.
jawab pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip penyuluhan, realisasi pelaksanaan
sesuai dengan perencanaan, serta memberikan Lokasi Penelitian dan Jumlah Sampel
manfaat bagi petani; (3) Kualitas layanan, yaitu Daerah penelitian ditetapkan di Kecama-
melaksanakan Laku (Latihan dan kunjungan), tan Tambang, yang dipusatkan di Desa Tambang
kecepatan dalam memberikan pelayanan infor- dan Desa Rimbo Panjang. Pertimbangan dipilih-
masi, serta ketepatan materi dan metode penyu- nya lokasi tersebut karena Desa Tambang dan
luhan. Rimbo Panjang merupakan sentra produksi nenas
Pengukuran setiap item pertanyaan dila- di Propvinsi Riau.
kukan dengan skoring. Jenjang terendah menda- Pengumpulan data primer dilakukan de-
pat skor satu dan jenjang tertinggi mendapat skor ngan menggunakan kuesioner. Kuesioner memu-
tiga. Skor yang diperoleh merupakan total skor at pertanyaan tentang: tugas penyuluh pertanian

Tabel 1. Kriteria yang Digunakan untuk Mengukur Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis
Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, 2000

Kinerja penyuluh pertanian


Kinerja tinggi Kinerja sedang Kinerja rendah
Responsivitas Responsivitas Responsivitas
Sangat tanggap dan peka dalam Cukup tanggap dan peka dalam Kurang tanggap dan peka dalam
mengakomodir aspirasi kebutuhan mengakomodir aspirasi kebutuhan mengakomodir aspirasi kebutuhan
petani petani petani

Menyusun rencana kerja dengan Menyusun rencana kerja tetapi Menyusun rencana kerja tetapi tidak
prioritas pemecahan masalah dan kurang memperhatikan prioritas memperhatikan prioritas pemecahan
kebutuhan aspirasi petani pemecahan masalah dan kebutuhan masalah dan kebutuhan aspirasi
aspirasi petani petani

Responsibilitas Responsibilitas Responsibilitas

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Pelaksanaan kegiatan cukup sesuai Pelaksanaan kegiatan kurang sesuai
prinsip-prinsip penyuluhan dengan prinsip-prinsip penyuluhan dengan prinsip-prinsip penyuluhan

Realisasi pelaksanaan kegiatan Realisasi pelaksanaan kegiatan Realisasi pelaksanaan kegiatan


penyuluhan sesuai dengan penyuluhan kurang sesuai dengan penyuluhan tidak sesuai dengan
perencanaan perencanaan perencanaan

Kualitas Layanan Kualitas Layanan Kualitas Layanan


Pelayanan memuaskan Pelayanan kurang memuaskan Pelayanan tidak memuaskan

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

220
dan pelaksanaannya, rencana kerja dan reali- sedang bertugas pada saat itu dengan masa
sasinya, kesesuaian rencana kerja dengan kebu- kepemimpinannya minimal lima tahun). Jawaban
tuhan petani, ketepatan penyusunan kegiatan, yang diberikan oleh ketiga jenis responden di
penerapan dan kesinambungan sistem Laku cross check satu sama lainnya, agar data yang
(Latihan dan Kunjungan), frekuensi dan materi diperoleh lebih objektif.
pertemuan, ketepatan metode dan kecepatan Untuk memperoleh kesepadanan penilai-
dalam memberikan pelayanan informasi dan an di antara kelompok responden, dilakukan
penyuluhan, dan ketuntasan pemecahan masalah dengan uji Konkordasi Kendall (Siegel, 1997).
di tingkat petani. Kuesioner tersebut digunakan Dengan adanya kesepadanan berdasarkan hasil
untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja penelitian, maka dalam menganalisis hipotesis
penyuluh pertanian. yang diajukan digunakan data yang berasal dari
Faktor-faktor yang mempengaruhi kiner- salah satu responden saja.
ja penyuluh pertanian digali dengan digunakan
kuesioner berisikan pertanyaan tentang: motivasi
penyuluh (kuatnya kemauan untuk berbuat, jum- Metode Analisis
lah waktu yang disediakan, kerelaan mening- Metode analisis yang digunakan pada
galkan kewajiban atau tugas yang lain, kerelaan penelitian ini adalah uji statistik parametrik dan
mengeluarkan biaya, ketekunan dan tanggung nonparametrik. Uji statistik parametrik dilakukan
jawab dalam mengerjakan tugas), kemampuan pada data yang mempunyai jumlah sampel besar
penyuluh (berkomunikasi, kejelasan materi, siste- (n=60) yang diperoleh dari responden petani
matika penyajian, kemampuan dalam menjawab dengan variabel yang dinilai meliputi : kinerja
pertanyaan yang diajukan, pemberian solusi, dan penyuluh pertanian, kemampuan penyuluh, par-
upaya tindak lanjut), program (kesesuaian tisipasi petani, dan sikap petani. Sedangkan uji
program dengan kebutuhan petani, kejelasan nonparametrik dilakukan pada data yang mempu-
program, kontinuitas, dan realisasi pelaksanaan nyai jumlah sampel kecil (n=10) yang diperoleh
program), ketersediaan teknologi (jenis teknologi dari responden penyuluh dengan variabel yang
yang tersedia, tingkat kemudahan dalam penera- dinilai terdiri dari: motivasi penyuluh, keterse-
pannya, tingkat kesesuaiannya dengan kebu- diaan teknologi, ketepatan program, dan kese-
tuhan, dan dampak dari penerapan teknologi), suaian pelatihan.
pelatihan (jenis pelatihan, frekuensi pelatihan,
dampak pelatihan, dan manfaat pelatihan), sikap
petani dan partisipasi petani terhadap usahatani Analisis Kinerja
dan agribisnis nenas. Indikator yang digunakan untuk mengu-
Wawancara dilakukan terhadap berbagai kur kinerja penyuluh pertanian dalam pengemba-
responden yang terdiri dari 60 orang petani, 10 ngan agribisnis nenas adalah responsivitas, res-
orang penyuluh pertanian, dan seorang Kepala ponsibilitas, dan kualitas layanan (Luneto, 1998).
BPP. Responden petani dipilih dari dua desa Pengujian hipotesis menggunakan uji parameter
yang dominan melakukan usahatani nenas dan proporsi (Dajan, 1981).
mempunyai karakteristik pembinaan yang Langkah-langkah pengujian :
berbeda yaitu kelompok tani P4K dan kelompok Hipotesis: Diduga kinerja penyuluh pertanian
tani biasa. Penentuan sampel petani dengan dalam pengembangan agribisnis nenas
simple random, sedangkan responden lain dipilih rendah.
secara purposive sampling (untuk responden
Hipotesis : Ho : p = 50 persen
penyuluh pertanian dipilih yang sedang dan
pernah bertugas pada daerah penelitian tersebut, Ha : p > 50 persen
dan untuk responden kepala BPP dipilih yang

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

221
p-po d = koefisien dummy
Z hit = D = dummy kelompok tani;
po (1-po)/n D1 = kelompok tani P4K
Keterangan: D2 = kelompok tani biasa
e = error term (pengganggu)
p = persentase parameter kinerja hasil
pengamatan Untuk mengetahui ketepatan model
digunakan koefisien determinasi ganda (R 2).
po = persentase parameter kinerja yang Nilai determinasi ini menunjukkan besarnya
ditetapkan (0,50) kemampuan menerangkan variabel bebasnya.
n = jumlah sample (n=60 orang) Nilai R2 ini berkisar antara 0-1 dan bila hasil
yang diperoleh sama dengan 1 atau mendekati,
maka model tersebut dikatakan baik.
Dimana: Z hitung > Z Tabel (5%), maka Ho
ditolak, artinya bahwa sebagian besar Hipotesis: Diduga bahwa kinerja penyuluh per-
responden berpendapat kinerja penyuluh tanian dalam pengembangan agribis-
pertanian dalam pengembangan agri- nis nenas dipengaruhi oleh faktor
bisnis rendah. kemampuan penyuluh, sikap petani
dan partisipasi petani.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji F
Faktor Berpengaruh terhadap Kinerja dan uji t. Berdasarkan hasil analisis model regresi
Penyuluh berganda, maka untuk mengetahui pengaruh
Analisis Regresi Berganda semua variabel secara bersama-sama terhadap
Untuk mengukur variabel kinerja penyu- variabel dependen (Y) digunakan statistik uji F
luh, kemampuan penyuluh, partisipasi petani dan dan untuk mengetahui pengaruh setiap variabel
sikap petani (n=60) digunakan model analisis independen terhadap variabel dependen diguna-
regresi berganda dengan estimasi OLS (Ordinary kan uji statistik t.
Least Square) (Gujarati, 1988). Agar distribusi
total skor (nilai skala responden memenuhi Analisis Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs)
asumsi distribusi normal, maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut (Dajan, 1986): Analisis Koefisien Korelasi Rank
1). Menormalkan total skor (nilai skala) ke dalam Spearman (rs) digunakan untuk mengukur
nilai Z, 2). Menghitung koefisien skewness variabel motivasi penyuluh, ketepatan program,
(derajat kemencengan), dan 3). Menghitung ketersediaan teknologi dan kesesuaian pelatihan
koefisien kurtosis (keruncingan). Jika asumsi bagi penyuluh. Masing-masing variabel diuji satu
distribusi normal terpenuhi maka nilai Z yang persatu, dengan kinerja penyuluh pertanian untuk
diperoleh di-regres dengan menggunakan rumus melihat hubungan antara variabel dengan kinerja
sebagai berikut : penyuluh. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut (Siegel, 1997).:
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + dD + e
Keterangan: x2 + y2 - di2
Y = Kinerja penyuluh pertanian rs =
(skala)
2  x2 y2
bo = intersep
dimana :
b1 …b3 = koefisien regresi
N3 – N
X1 = kemampuan penyuluh
x2 = - Tx
X2 = partisipasi petani
12
X3 = Sikap petani

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

222
N3 – N Rendahnya aspek responsivitas diindika-
y2 = - Ty sikan oleh kemampuan penyuluh dalam mengin-
12 dentifikasi aspirasi kebutuhan petani dan penyu-
sunan rencana kerja yang mampu menjawab
Keterangan: permasalahan dan kebutuhan petani masih
rs = Koefisien korelasi rank spearman rendah. Identifikasi kebutuhan petani, biasanya
di = Perbedaan antara ke dua ranking dilakukan melalui kegiatan impact point baik
N = Banyak sampel impact point teknis, sosial, maupun ekonomi.
Tx = Himpunan x berangka sama, dimana Namun untuk tahun 2000 tidak dilaksanakan
Tx = t2 – t pada daerah penelitian karena kuesioner impact
12 point teknis belum dilengkapi dengan komoditas
Ty = Himpunan y berangka sama, dimana buah-buahan.
Ty = t2 – t Di lain pihak walaupun penyuluh tetap
12 berupaya menginventarisir dan mengakomodir
Hipotesis: Diduga bahwa ada hubungan antara kebutuhan petani melalui kegiatan penyuluhan,
kinerja penyuluh pertanian dalam pe- namun di dalam pelaksanaannya penyuluh ku-
ngembangan agribisnis nenas dengan rang tanggap dan peka dalam mengidentifikasi
faktor motivasi penyuluh, ketepatan permasalahan-permasalahan yang muncul. Keku-
program, ketersediaan teknologi dan rangtanggapan penyuluh tersebut disebabkan
kesesuaian pelatihan bagi penyuluh. oleh beragamnya kebutuhan petani yang dikemu-
kakan sehingga penyuluh kesulitan memilih
diantara kebutuhan-kebutuhan tersebut. Prioritas
HASIL DAN PEMBAHASAN kebutuhan cenderung disusun berdasarkan ke-
mampuannya dalam mengatasi permasalahan
teknis, sedangkan kebutuhan petani yang memer-
Kinerja Penyuluh Pertanian
lukan upaya tindak lanjut yang melibatkan
Penilaian ketiga kelompok responden dinas/instansi terkait (kebijakan pemerintah)
(petani, penyuluh, dan Kepala BPP) terhadap kurang mendapat perhatian.
kinerja penyuluh pertanian dalam pengembangan
Rencana kerja yang disusun penyuluh
agribisnis nenas di Kecamatan Tambang meng-
masih mengacu pada program dinas-dinas sub-
hasilkan koefisien konkordasi (W) sebesar 0,75
sektor, sehingga tidak memperhatikan prioritas
dengan X2 hitung =27 lebih besar dari X2 tabel =
pemecahan masalah di lapangan dan kebutuhan
26,22 pada tingkat kesalahan 1 persen. Dengan
aspirasi petani. Salah satu penyebabnya adalah
demikian berarti ada kesepadanan antara ketiga
penyuluh seringkali dihadapkan kepada dua
penilai terhadap item-item kinerja. Berdasarkan
pilihan yang sulit untuk diputuskan antara men-
hasil tersebut, maka selanjutnya penilaian respon-
dukung program atau berpihak pada kepentingan
den terhadap kinerja penyuluh pertanian diwakili
petani. Akibatnya rencana kerja yang disusun
oleh responden petani (Tabel 2).
kurang berdampak nyata dalam kehidupan
Tabel 2 menggambarkan bahwa petani masyarakat tani. Agar keputusan yang diambil
responden (baik yang berasal dari kelompok tani dapat mewakili kepentingan petani dan tidak
biasa maupun dari kelompok tani P4K) umumnya mengabaikan program, maka diperlukan pedo-
sependapat bahwa kinerja penyuluh pertanian man dalam penyusunan rencana kerja penyuluh
dalam pengembangan agribisnis nenas adalah di BPP yang berisikan ketentuan-ketentuan
sedang pada aspek responsibilitas dan kualitas sebagai berikut : (1) Rencana kerja harus mampu
pelayanan, namun rendah pada aspek responsi- menjawab permasalahan di tingkat petani; (2)
vitas. Bagi daerah/lokasi yang merupakan sasaran dari

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

223
Tabel 2. Sebaran Keragaman Persepsi Responden Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan
Agribisnis Nenas Menurut Kelompok Tani Binaan, di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, 2000
(n=60)

Kelompok tani biasa Kelompok tani P4K Total


Kategori +) +) +)
Kinerja penyuluh kinerja
 % SK  % SK  % SK
penyuluh
4 4 4
Responsivitas
Identifikasi kebutuhan petani a.rendah 29 97 5,5 * 28 93 2,8* 57 95 4,2*
b.sedang 1 3 30* 2 7 6,3* 3 5 16,5*
c.tinggi 0 0 0 0 0 0

Frekuensi identifikasi selama a.rendah 29 97 5,5 * 28 93 2,8* 57 95 4,2*


setahun b.sedang 1 3 30* 2 7 6,3* 3 5 16,5*
c.tinggi 0 0 0 0 0 0

Kesesuaian hasil identifikasi a.rendah 22 73 1,6* 19 63 1,2* 41 68 1,1*


dengan kebutuhan petani b.sedang 5 17 1,4* 8 27 0,2ns 13 22 0,1ns
c.tinggi 3 10 3 10 6 10

Rencana kerja menjawab a.rendah 22 73 1,6* 24 80 1,6* 46 77 1,7*


permasalahan & kebutuhan b.sedang 7 24 1,9* 6 20 0,5ns 13 22 1,9*
petani c.tinggi 1 3 0 0 1 1

Ketepatan penyusunan materi a.rendah 22 73 1,7* 22 73 1,1* 44 73 1,6*


dan kegiatan penyuluhan b.sedang 6 20 1,9* 8 27 -0,8ns 14 23 1,7*
c.tinggi 2 7 0 0 2 3

Penyusunan rencana jadwal a.rendah 12 40 -0,2* 1 3 -2,2* 13 22 -0,9*


kunjungan b.sedang 3 10 -1,9* 5 17 4,2* 8 13 -0,8*
c.tinggi 15 50 24 80 39 65

Responsibilitas
Keterlibatan petani a.rendah 15 50 0,5ns 3 10 -1,5* 18 30 -0,3ns
b.sedang 8 27 -1,3ns 6 20 0,9ns 14 23 -1,6*
c.tinggi 7 23 21 70 28 47

Pelaksanaaan sesuai dengan a.rendah 0 0 -0,3ns 0 0 -1,3* 0 0 -0,1ns


prinsip penyuluhan b.sedang 26 87 -2,1* 22 73 -0,3ns 28 47 -2,0*
c.tinggi 4 13 8 27 32 53

Kegiatan bermanfaat a.rendah 0 0 3,7* 0 0 2,3* 0 0 2,7*


b.sedang 28 93 12,2* 26 87 3,4* 54 90 5,7*
c.tinggi 2 7 4 13 6 10

Kesesuaian pelaksanaan a.rendah 13 43 2,3* 7 23 1,1* 20 33 -0,4ns


kegiatan dengan perencanaan b.sedang 17 57 3,4* 23 77 -0,8ns 40 67 -0,9*
c.tinggi 0 0 0 0 0 0

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

224
Tabel 2. Lanjutan

Kelompok tani biasa Kelompok tani P4K Total


Kategori +) +) +)
Kinerja penyuluh kinerja
 % SK  % SK  % SK
penyuluh
4 4 4
Kualitas Layanan
Pelaksanaan Laku a.rendah 10 33 0,2ns 0 0 1,6* 10 17 -0,0ns
b.sedang 17 57 -0,5ns 24 80 0,5ns 41 68 0,3ns
c.tinggi 3 10 6 20 9 15

Ketepatan materi a.rendah 4 13 -0,9* 1 3 0,0ns 5 8 1,6*


dan metode dalam b.sedang 25 84 3,3* 28 94 14,5* 53 89 1,7*
pelaksanaan Laku c.tinggi 1 3 1 3 2 3

Sifat layanan a.rendah 0 0 2,3* 0 0 1,6* 0 0 -0,9*


b.sedang 26 87 3,4* 24 80 0,5ns 50 83 -0,8*
c.tinggi 4 13 6 20 10 17
Sumber : Analisis Data Primer, 2000
Keterangan: +) Angka pada kolom ini, baris pertama untuk setiap item menunjukkan koefisien skewness (SK) sedangkan baris
kedua menunjukkan koefisien kurtosis (4)
* = signifikan pada tingkat kesalahan 10%
ns = tidak signifikan pada tingkat kesalahan 10%

program dinas subsektor, penyusunan rencana Pelaksanaan kegiatan tidak hanya seke-
kerja ditambah dengan kegiatan yang mendukung dar menyampaikan informasi atau konsep-konsep
program tersebut; (3) Bagi daerah/lokasi yang teoritis. Memberikan peluang dan kesempatan
bukan sasaran dari program dinas subsektor, serta bimbingan kepada petani untuk mencoba
diperbolehkan menyusun rencana kerja untuk informasi dan teknologi yang ditawarkan meru-
mendukung program tersebut asalkan sesuai pakan pengalaman kegiatan secara nyata (belajar
dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya. sambil bekerja) yang sangat bermanfaat bagi
Sementara itu, hasil analisis uji proporsi petani.
menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian Pada prinsipnya penyuluh selalu melibat-
dalam pengembangan agribisnis nenas adalah kan petani dalam jumlah yang banyak untuk
sedang dengan nilai Z hitung (-3,33) < Z table setiap kegiatan tanpa membedakan petani dari
(1,645) pada tingkat kesalahan 5 persen. Respon- kelompok manapun. Tetapi respons petani biasa
sibilitas penyuluh yang sedang tergambar dari dengan petani kelompok P4K cenderung agak
realisasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang berbeda. Tingkat kehadiran petani P4K lebih ba-
cukup sesuai dengan perencanaan serta prinsip- nyak dibandingkan dengan petani biasa, sehingga
prinsip penyuluhan. Kegiatan yang dilakukan jumlah petani yang terlibat relatif lebih banyak.
pada umumnya berupa demonstrasi cara, kursus Sementara itu, kualitas layanan penyuluh
tani, temu karya dan temu-temu lainnya yang dalam pengembangan agribisnis nenas dirasakan
tidak bergantung pada musim tanam. Kegiatan petani belum optimal. Artinya di dalam pelaya-
yang bergantung pada musim tanam seperti nannya masih dijumpai hal-hal yang kurang
demplot dan dembul (demonstrasi benih unggul), memuaskan. Pelaksanaan Laku belum optimal
biasanya tidak pernah terealisir sesuai dengan seperti materi dan metode yang digunakan
perencanaan karena dana cair tidak tepat waktu. kurang tepat serta layanan belum tuntas, terutama

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

225
dalam mengatasi permasalahan pengendalian 31 persen (variabel responsibilitas), dan 21
hama babi dan pemasaran hasil pada waktu persen (variabel kualitas layanan) belum banyak
panen besar. dijelaskan oleh variasi variabel independen :
Seharusnya secara normatif penyuluh kemampuan penyuluh, partisipasi petani, dan
membantu petani mengikhtiarkan kemudahan- sikap petani (Tabel 3). Artinya 66-79 persen
kemudahan dan menjadi jembatan penghubung dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain (yang diuji
antara lembaga pemerintah dengan petani agar dengan Korelasi Rank Spearman).
instansi/lembaga terkait memberi bimbingan, Tabel 3 memperlihatkan bahwa variabel
bantuan maupun pinjaman. Ketidaktuntasan independen secara bersama-sama berpengaruh
layanan ini, dikhawatirkan akan menimbulkan sangat nyata terhadap kinerja penyuluh pada
efek yang cukup serius di mana petani akan ber- tingkat kesalahan 1 persen, namun pengaruh
sikap acuh tak acuh terhadap penyuluh dan tidak yang ditimbulkannya berbeda-beda pada setiap
menghargai informasi yang disampaikannya. aspek kinerja. Kemampuan penyuluh dengan
Salah satu cara mengantisipasi terhadap pengaruhnya terhadap aspek responsivitas dan
munculnya kondisi yang demikian adalah dengan responsibilitas. Partisipasi petani dengan penga-
mengoptimalkan kinerja penyuluh melalui ruhnya terhadap aspek responsivitas dan kualitas
perbaikan atau peningkatan aspek responsivitas, layanan serta sikap petani yang pengaruhnya
responsibilitas, dan kualitas layanan. Perbaikan hanya terhadap aspek responsivitas.
atau peningkatan ketiga aspek ini dapat dilakukan Pengaruh yang ditimbulkan oleh kemam-
dengan cara memberikan : (1) Kesempatan kepa- puan penyuluh, partisipasi petani dan sikap
da penyuluh untuk meningkatkan kemampuannya petani adalah positif. Dengan kata lain, pening-
melalui pendidikan nonformal; dan (2) Memper- katan ketiga variabel tersebut akan diikuti oleh
timbangkan fungsi penyuluhan pada masa yang peningkatan kinerja penyuluh.
akan datang yaitu sebagai konsultan dan
konterpart oleh dinas/instansi yang terkait dalam
penyusunan program, sehingga penyuluh merasa Kemampuan Penyuluh
tertuntut menjadi seorang spesialis yang mampu Kemampuan minimal yang harus dimiliki
menganalisis kebutuhan petani yang sesungguh- oleh penyuluh pertanian dalam melaksanakan
nya dan memberikan layanan yang memuaskan tugasnya adalah kemampuan dalam penguasaan
kepada si pengguna. pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan
Hal ini sesuai dengan pendapat Luneto dalam berkomunikasi, karena hampir seluruh
(1998) bahwa untuk melakukan perubahan- kegiatan penyuluhan menuntut kemampuan
perubahan atau peningkatan kinerja tidaklah tersebut. Jenjang kemampuan penyuluh yang
cukup manakala hanya memperhatikan faktor- terlihat dalam pengembangan agribisnis nenas
faktor internal, akan tetapi faktor eksternal juga masih pada taraf sedang dan belum optimal. Hal
sangat penting menentukan keberhasilan dalam ini disebabkan antara lain pengetahuan dan
mencapai misi dan tujuan organisasi. keterampilan yang dimiliki penyuluh relatif
masih terbatas (umumnya berasal dari materi
latihan di BPP). Meskipun penyuluh sudah
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
Penyuluh ketrampilannya melalui informasi dari beberapa
Berdasarkan hasil analisis regresi terha- media seperti : media cetak (sinar tani, brosur,
dap masing-masing aspek kinerja penyuluh buku, majalah, liptan, dll), media terdengar
diperoleh koefisien determinasi (R2) berturut- (siaran pedesaan) dan media terproyeksi (TV),
turut sebesar 0,336; 0,305; 0,214. Artinya variasi tetapi upaya tersebut masih belum mampu untuk
kinerja sebesar 34 persen (variabel responsivitas), mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan-

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

226
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan
Agribisnis Nenas Menurut Aspek Responsivitas, Responsibilitas, dan Kualitas Layanan di Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar, 2000

Responsivitas Responsibilitas Kualitas layanan


Koef. Koef. Koef.
Variabel T hitung T hitung T hitung
Regresi Regresi Regresi
Konstanta 0.172ns 1,084 -0,404ns -2,479 -0,106ns -0,610
Kemampuan 0,202** 1,678 0,263** 2,123 0,127ns 0,967
penyuluh
Partisipasi Petani 0,149* 1,274 0,143ns 1,193 0,360*** 2,819
Sikap Petani 0,372*** 3,068 0,019ns 0,153 0,086ns 0,648
Dummy -0,343ns -1,480 0,807*** 3,390 0,221ns 0,871
2 2
R = 0,336 R = 0, 305 R2 = 0,214
F hitung = 6,963 F hitung = 6,027 F hitung = 3,754
Sk = 0,593ns Sk = -0,246ns Sk = 0,564ns
4 = -0,317ns 4 = -0,903ns 4 = 1,136ns
Sumber : Analisis Data Primer, 2000
Keterangan: *** = signifikan pada tingkat kesalahan 1%
**
= signifikan pada tingkat kesalahan 5%
*
= signifikan pada tingkat kesalahan 10%
ns
= tidak signifikan pada tingkat kesalahan 10%
Sk = Skewness (kemencengan)
4 = Kurtosis (keruncingan)

nya. Materi yang diinformasikan oleh media Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
tersebut pada umumnya mendukung kegiatan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampu-
yang diprogram (contohnya : Gema Palagung). an penyuluh dengan cara : (1) Magang dan
Kondisi dari keterbatasan pengetahuan pelatihan yang sesuai; serta (2) Menyediakan
dan keterampilan penyuluh dikhawatirkan akan fasilitas untuk penyuluh di BPP (berupa internet)
menimbulkan efek yang kurang baik bagi agar penyuluh mudah akses ke berbagai sumber
penyuluh. Penyuluh akan merasa kurang percaya informasi.
diri dan tidak mampu memuaskan petani dalam
menyampaikan informasi dan teknologi yang Partisipasi Petani
dibutuhkan, sehingga nantinya akan berdampak
terhadap penurunan kinerja penyuluh. Gambaran tingkat partisipasi petani
dalam pelaksanaan kegiatan budidaya nenas
Faktor kemampuan ini perlu mendapat adalah sedang, namun rendah pada kegiatan
perhatian yang serius, karena peningkatan dan penanganan pascapanen. Di antara partisipasi
penurunannya akan berpengaruh langsung terha- sedang pada aspek budidaya nenas terdapat
dap peningkatan dan penurunan kinerja penyu- partisipasi yang rendah pada kegiatan peng-
luh. Sesuai dengan pendapat Vroom dalam Moh. gunaan bibit, sistem tanam dan penyiangan.
As’ad (1991) bahwa kemampuan adalah potensi
yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu Rendahnya partisipasi petani pada peng-
tugas dan merupakan determinan dari kinerja. gunaan bibit diakibatkan kurang berperannya
Kemampuan yang tinggi akan sangat mendukung subsistem sarana produksi (permintaan petani
penampilan/kinerja seseorang dalam melaksana- terhadap subsistem ini tidak ada), karena selama
kan tugas rutinnya. Tinggi rendahnya tingkat ini bibit nenas yang digunakan hanya berasal dari
kemampuan akan berpengaruh langsung terhadap petani itu sendiri dan tetangganya. Sedangkan
tinggi rendahnya sasaran yang dicapai. partisipasi yang rendah dalam sistem tanam

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

227
diakibatkan tidak adanya upaya peremajaan kegiatan dan informasi yang diperlukan, (2).
kebun nenas, sehingga sistem tanam ini tidak pemasyarakatan kembali nilai-nilai budaya yang
mungkin bisa diubah. Sampai sejauh ini belum bersifat gotong royong dan saling membantu
ada di antara petani yang mau melakukan pe- serta melembagakannya dalam kehidupan berma-
remajaan tersebut, karena kurangnya pemahaman syarakat, dan (3). pembinaan yang intensif baik
petani tentang manfaat sistem tanam dan jarak oleh jajaran penyuluh maupu aparat desa untuk
tanam terhadap kemudahannya dalam melakukan mendidik masyarakat tani agar selalu bekerja
pengamatan hama/penyakit, penyiangan, pema- keras dalam berusahatani untuk mewujudkan
nenan, dan pengangkutan hasil. Pemikiran petani harapannya menjadi petani yang mampu dan
untuk saat itu hanya berorientasi untuk memini- mandiri serta disegani oleh segenap lapisan
malkan biaya produksi. masyarakat.
Selanjutnya partisipasi petani yang ren-
dah pada kegiatan penyiangan merupakan titik Sikap Petani
lemah dari kegiatan budidaya tanaman nenas.
Penyiangan yang seharusnya dilakukan setiap Sikap petani dalam pengembangan agri-
tiga bulan atau empat kali dalam setahun hanya bisnis nenas cukup beragam, mulai dari sikap
dilakukan seadanya yaitu 1-2 kali dalam setahun, positif, netral, sampai dengan negatif. Sikap
sehingga berdampak terhadap penurunan hasil positif diperlihatkan petani pada pendapat yang
(baik dari kualitas maupun kuantitas) yang dikemukakannya bahwa usahatani nenas yang
diperoleh. Bila keadaan terus berlanjut, dikha- dikelola secara agribisnis akan memudahkan
watirkan petani tidak akan mampu memenuhi dalam pemasaran hasil dan menimbulkan simpul-
permintaan pasar (konsumen). simpul agroindustri pengolahan hasil yang dapat
memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi
Dikaitkan dengan aspek penanganan petani.
pascapanen (sortasi dan grading, pengolahan
hasil) yang rendah, maka terlihat bahwa agri- Sebaliknya sikap negatif diperlihatkan
bisnis nenas di tingkat petani semakin lemah. petani pada kegiatan sortasi dan grading. Umum-
Kesempatan untuk mendapatkan peluang pasar nya petani tidak melakukan kegiatan tersebut,
dan bersaing dengan komoditas yang sama di karena konsumen telah melakukannya pada saat
antara sesama petani dari daerah lainnya (baik membeli buah nenas (secara tidak langsung
dari Provinsi Jambi maupun dari Provinsi konsumenlah yang melakukan sortasi dan
Sumatera Selatan) semakin kecil. Hal ini akan grading). Sikap yang diperlihatkan petani untuk
berdampak terhadap perkembangan usahatani membuat suatu keputusan cukup rasional dan
dan bahkan akan menimbulkan pergeseran orien- diambil berdasarkan pengalaman pribadinya.
tasi petani, dari orientasi yang cenderung kosmo- Menurut Breckler dan Wiggins dalam Azwar
polit mundur menjadi orientasi yang cenderung (1995) sikap yang diperoleh lewat pengalaman
lokalit. akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap
perilaku berikutnya. Sikap yang diperlihatkan
Untuk itu diperlukan upaya yang mampu akan bereaksi dengan lingkungan dan dapat
meningkatkan partisipasi petani dalam kegiatan mempengaruhi orang lain.
penyiangan dan penanganan pascapanen, yaitu
dengan cara memupuk rasa kebersamaan dan
kekompakan yang melembaga di antara petani Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
sehingga mampu melahirkan rasa tanggung Kinerja Penyuluh Pertanian
jawab yang besar terhadap pelaksanaan kegiatan Motivasi
usahatani secara individual maupun berkelom-
pok, melalui: (1). pertemuan antara petani dengan Berdasarkan hasil analisis Rank Spear-
penyuluh sebagai upaya untuk memfasilitasi man menunjukkan bahwa variabel motivasi

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

228
penyuluh memperlihatkan hubungan yang positif silan mencapai sesuatu (prestasi, rasa tanggung
terhadap kinerjanya (Tabel 4). Artinya semakin jawab, kemajuan dalam karier, dan pertumbuhan
tinggi motivasi penyuluh maka akan menyebab- professional). Motivasi penyuluh pada kategori
kan semakin tinggi kinerjanya. Motivasi yang sedang harus dipertahankan bahkan kalau perlu
bekerja dalam diri individu penyuluh mempunyai ditingkatkan dan jangan sampai turun, karena
kekuatan yang berbeda-beda, tergantung dari bila hal ini terjadi penyuluh akan bekerja
motifnya dalam melaksanakan tugasnya. Tinggi seadanya dan untuk seterusnya akan menjadi
rendahnya motivasi penyuluh dilihat dari indi- kebiasaan sehingga terjadi pergeseran/perubahan
kator : (a) kuatnya keinginan, (b) waktu yang mental penyuluh dalam pelaksanaan tugas.
digunakan, (c) prioritas pembinaan, (d)upaya
yang dilakukan, dan (e) ketekunan dalam melak-
sanakan tugas. Ketepatan Program, Ketersediaan Teknologi,
Pelatihan Penyuluh
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
motivasi penyuluh adalah sedang dalam pengem- Hasil analisis Rank Spearman memperli-
bangan agribisnis nenas. Motivasinya menggam- hatkan bahwa ketepatan program, ketersediaan
barkan bahwa tugas yang dilaksanakan hanya teknologi, dan kesesuaian pelatihan penyuluh
sekedar untuk memenuhi kewajibannya. Pembi- bagi penyuluh tidak memperlihatkan hubungan
naan dan bimbingan yang dilakukan terhadap dengan kinerja penyuluh dalam pengembangan
kelompok tani nenas hanya bertujuan untuk : (1) agribisnis nenas. Hal ini berbeda dengan hasil
Mendapatkan pengakuan dan kepercayaan petani penelitian yang dilakukan Rogers dalam
terhadap penyuluh bahwa kegiatan penyuluhan Soenardi (1989) bahwa keberhasilan penyuluh
itu masih ada dan keberadaannya memang memiliki hubungan yang positif dengan kualitas
diperlukan, dan (2) Mengejar status (pangkat, program penyuluhan. Selanjutnya Mardikanto
jabatan). (1993) mengemukakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat keberhasilan penyu-
Hezberg dalam Siagian (1989) dan Moh. luh adalah ketersediaan teknologi. Di sisi lain
As’ad (1991) mengemukakan bahwa faktor- Handoko (1987) menyatakan bahwa pegawai
faktor yang sifatnya intrinsik, yang bersumber harus dilatih, dikembangkan dalam bidang tugas
dari isi pekerjaannya berpengaruh untuk mendo- tertentu untuk mengkaji hal-hal yang baru yang
rong seseorang bekerja lebih giat dalam upaya akan meningkatkan prestasi kerjanya. Perbedaan
mencapai keberhasilan kerja, seperti: keberha- ini diduga karena dari dulu sampai pada saat

Tabel 4. Hasil Analisis Rank Spearman Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Penyuluh Pertanian
dalam Pengembangan Agribisnis Nenas Menurut Aspek Responsivitas, Responsibilitas, dan Kualitas
Layanan di Kecamatan Tambang, 2000 (n = 10)

Responsivitas Responsibilitas Kualitas layanan


Variabel Koef. Koef. Koef.
T hitung T hitung T hitung
regresi regresi regresi
Motivasi penyuluh 0.543* 1,829 0,345ns 1,04 0,513* 1,668
Ketepatan program 0,274ns 0,805 0,277ns 0,817 0,337ns 1,018
Ketersediaan teknologi 0,200ns 0,577 -0,020ns -0,057 0,262ns 0,768
Kesesuaian pelatihan -0,089ns -0,25 -0,298ns -0,882 0,178ns 0,511
Sumber : data primer, 2000
Keterangan : *** = signifikan pada tingkat kesalahan 1%
**
= signifikan pada tingkat kesalahan 5%
*
= signifikan pada tingkat kesalahan 10%
ns
= tidak signifikan pada tingkat kesalahan 10%

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

229
dilakukannya penelitian, kegiatan usahatani Tambang adalah sedang pada aspek respon-
nenas yang dikelola petani tidak didukung oleh sibilitas dan kualitas pelayanan, namun
ketiga faktor tersebut. Program yang ada hanya rendah pada aspek responsivitas. Faktor-
berupa bantuan alat-alat pengolahan hasil faktor yang dinilai mempengaruhi kinerja
sebanyak satu unit untuk pembuatan sirup dari penyuluh pertanian dalam pengembangan
Kanwil Deptan tahun 1998, dan bantuan tenda agribisnis nenas di Kecamatan Tambang
pemasaran hasil sebanyak 20 unit dari Dinas adalah motivasi penyuluh, kemampuan pe-
Pertanian Tanaman Pangan Tk. I Riau. Begitu nyuluh, sikap petani, dan partisipasi petani.
juga halnya dengan teknologi yang tersedia Keempat faktor tersebut perlu mendapat
masih bersifat umum dan tidak spesifik lokasi, perhatian yang serius, karena peningkatan
sehingga usahatani yang dilakukan masih bersifat dan penurunannya akan berpengaruh lang-
sederhana dan tradisional dengan menggunakan sung terhadap peningkatan dan penurunan
teknologi secara turun temurun. kinerja penyuluh.
Berbagai pelatihan yang diikuti penyuluh 2. Untuk mengoptimalkan kinerja penyuluh
mulai dari latihan yang bersifat teknis sampai pertanian dalam pengembangan agribisnis
dengan yang bersifat umum seperti P4K, nenas, diperlukan langkah-langkah operasio-
Palagung, jeruk, dan kepemimpinan. Pelatihan- nal yang dipandang relevan dalam pembina-
pelatihan tersebut tidak sesuai dengan komoditas an penyuluh antara lain: (a) Memberikan
yang diusahakan petani pada daerah penelitian, kesempatan kepada penyuluh untuk mening-
akibatnya kegiatan pelatihan tidak memberikan katkan kemampuannya melalui pendidikan
pengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian. nonformal (magang, workshop, seminar,
Seyogyanya keberhasilan suatu kegiatan penyu- studi banding, pelatihan). Hal ini dibutuhkan
luhan bukan hanya disebabkan oleh keunggulan sebagai upaya untuk mengembangkan fungsi
seorang penyuluh secara individu, melainkan penyuluhan pada masa yang akan datang
juga karena didukung oleh faktor program yang sebagai konsultan sekaligus mitrakerja oleh
tepat, ketersediaan teknologi, dan kesesuian dinas/instansi yang terkait dalam penyusunan
pelatihan bagi penyuluh. program, sehingga penyuluh merasa tertuntut
Walaupun ketiga faktor tersebut tidak menjadi seorang spesialis yang mampu
memberikan pengaruh secara langsung terhadap menganalisis kebutuhan petani yang sesung-
kinerja penyuluh, namun dapat memberikan guhnya dan memberikan layanan yang me-
dampak yang kurang baik terhadap perkem- muaskan kepada si pengguna, dan (b)
bangan komoditas nenas, yaitu : (1) Penurunan Memotivasi penyuluh dengan cara menum-
areal pertanaman nenas yang diikuti dengan buhkan kebanggaan terhadap pribadinya dan
pergeseran komoditas yang diusahakan (aspek lembaga penyuluhan, bahwa tugas yang
ketidaktepatan program), (2) Usahatani nenas diembannya sangat penting dan dibutuhkan
tidak mengalami kemajuan dan cenderung sema- petani, serta memberikan manfaat bagi orang
kin mundur (aspek ketidaktersediaan teknologi), lain.
dan (3) Pembinaan terhadap petani nenas cende- 3. Untuk meningkatkan partisipasi petani dalam
rung menurun (aspek ketidaksesuaian pelatihan). pelaksanaan kegiatan usahatani nenas diper-
lukan langkah-langkah yang mampu mening-
katkan rasa kebersamaan dan kekompakan
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI yang melembaga diantara petani, melalui: (a)
KEBIJAKAN Pertemuan antara petani dengan penyuluh
sebagai upaya untuk memfasilitasi kegiatan
1. Kinerja penyuluh pertanian dalam pengemba- dan informasi yang diperlukan, (b) Pema-
ngan agribisnis nenas di Kecamatan syarakatan kembali nilai-nilai budaya yang

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 218-231

230
bersifat gotong-royong dan saling membantu Luneto, R.N. 1998. Kinerja Bappeda Tingkat II dalam
serta melembagakannya dalam kehidupan Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah
bermasyarakat, (c) Pembinaan yang intensif (Tesis), Yogyakarta : Program Pascasarjana,
baik oleh jajaran penyuluh maupun aparat UGM.
desa untuk mendidik masyarakat tani agar Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Per-
selalu bekerja keras dalam berusahatani un- tanian. Sebelas Maret University Press.
tuk mewujudkan harapannya menjadi petani Surakarta.
yang mampu dan mandiri serta disegani oleh Moh. As’ad. 1991. Psikologi Industri. Ed. Library,
segenap lapisan masyarakat. Yogyakarta. P. 47-48.
4. Upaya pengembangan agribisnis nenas di Rahardi,P., Y.H. Indriani dan Haryono. 1999.
tingkat petani yang tidak bisa difasilitasi oleh Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
mekanisme pasar, diperlukan peran aktif
pemerintah dalam hal : (a) Ketersediaan Siagian, S. P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya.
teknologi spesifik lokasi yang meliputi aspek Bina Aksara Jakarta.
teknologi budidaya dan pascapanen nenas Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-
(BPTP); dan (b) Teknologi agroindustri/ Ilmu Sosial. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
diversifikasi vertikal dan Informasi Pasar Soebagio. 1998. Kinerja Dispenda Tk. II dalam
(Deperindag). Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah
dalam Rangka Mewujudkan Otonomi Daerah
(Tesis), Yogyakarta: Program Pascasarjana,
DAFTAR PUSTAKA UGM.
Soenardi. 1989. Beberapa Faktor Lingkungan Kerja
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengu- Yang Mempengaruhi Keberhasilan PPL
kurannya. Ed. Ke 2. Penerbit Pustaka Pelajar. Melaksanakan Tugasnya (Tesis), Yogyakarta
Yogyakarta. : Program Pascasarjana, UGM.

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid Idan Soetrisno, L., S. Hartono, Moh. Maksum, Raharjo, R.
II. LP3ES Jakarta. Baswir, Ismoyowati, D. Purwadi, A.
Mawarni, Ismaryati. 1998. Laporan Akhir
Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Studi Revitalisasi PPL dalam Pembangunan
Sumarno Zain. PT Gelora Aksara Pratama. Pertanian dan Pedesaan. Kerjasama Pusat
Erlangga. Penelitian Pembangunan Pedesaan dan
Handoko, T. Hani. 1987. Manajemen Personalia dan Kawasan UGM dengan Proyek Pengendalian
Sumberdaya Manusia. BPFE UGM Press, dan Pendayagunaan Bantuan Penyuluhan.
Yogyakarta. Pertanian. Pusluh Deptan. Jakarta.

Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
(Bestina, Supriyanto, Slamet Hartono, dan Amiruddin Syam)

231

You might also like