You are on page 1of 8

NAMA : ZAINAL ABIDIN

NIM : 12030117420103
Kelas : B

RESUME CHAPTER 2
PRINSIP FRAUD

DEFINISI, APA ITU FRAUD ?


Fraud mempunyai beragam arti, tergantung dari siapa yang mendefinisikannya dan
bagaimana keadaan orang yang mendefinisikannya. Seseorang dapat mengartikan fraud
sebagai bentuk dari kecurangan yang disengaja (termasuk berbohong) yang merupakan
kebalikan dari kejujuran, kebenaran dan keadilan. Fraud juga dapat dikaitkan dengan cidera.
Seseorang dapat mengakibatkan orang lain cidera karena kekuatan yang dimilikinya untuk
bertindak fraud.

Fraud merupakan satu kata yang memiliki banyak definisi. Diantaranya adalah sebagai
berikut:

 Fraud sebagai tindak kriminal. Fraud adalah kata yang menggambarkan segala perbuatan
tidak jujur (curang) yang dirancang/dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan
keuntungan, baik dengan cara membiarkan, memperdaya, kelicikan dan cara-cara tidak adil
lainnya untuk mencurangi orang lain.
 Corporate fraud adalah kecurangan yang dilakukan oleh, untuk, atau terhadap suatu
korporasi bisnis.
 Management fraud adalah kesalahan penyajian yang disengaja oleh perusahaan atau unit
kerja didalamnya yang dilakukan oleh karyawan dalam lingkungan manajemen, untuk
mendapatkan manfaat dari kecurangan tersebut dengan tujuan promosi, bonus atau
keuntungan ekonomis lainnya serta simbol status.
 Definisi fraud menurut Layperson adalah ketidakjujuran dalam bentuk kecurangan yang
disengaja atau kesalahan penyajian yang disengaja dari suatu fakta material.
 Definisi fraud menurut ACFE.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan fraud pada
pekerjaan dan penyalahgunaan (kecurangan karyawan) sebagai seseorang yang
menggunakan pekerjaannya untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan cara
penyalahgunaan yang disengaja atau mencuri sumber daya/aset perusahaan.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan fraud atas laporan
keuangan sebagai kesalahan penyajian yang disengaja dari keadaan keuangan perusahaan
melalui kesalahan dan kelalaian dalam menyajikan jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabui pengguna laporan keuangan.
Dari sisi hukum, bagian terpenting apabila telah terjadi fraud adalah pembuktian
mengenai kesengajaan dari tindakan fraud tersebut. Apabila terdapat kejadian/kecurangan atas
transaksi atau aktivitas yang merugikan perusahaan dan dilakukan dengan pola tertentu yang
telah dirancang secara memadai maka hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesengajaan
dalam kejadian dan dapat dinyatakan kejadian tersebut sebagai fraud.

1
SINONIM : KECURANGAN, PENCURIAN, DAN PENGGELAPAN
Kecurangan, pencurian, penyalahgunaan kepercayaan, ketidakwajaran, kejahatan kerah
putih, dan penggelapan merupakan jenis kata-kata yang sering digunakan secara bergantian.
Walaupun seluruhnya memiliki kesamaan, namun dari sisi hukum sama sekali tidak sama.
Misalnya dalam hukum Inggris, pencurian diartikan sebagai mengambil dan membawa hak
milik orang lain dengan maksud untuk memilikinya, dalam pencurian tersebut pencurinya
memiliki barang yang secara hukum bukan miliknya. Sedangkan dalam penggelapan, pelaku
secara sah merupakan pemegang wewenang (hanya mengelola) barang/properti, namun
kemudian mengalihkannya kepada milik sendiri. Pelaku penggelapan mempunyai kewajiban
untuk merawat dan melindungi barang/properti, namun jika sudah mengubahnya menjadi milik
sendiri ini merupakan pelanggaran.

SEGITIGA FRAUD
Untuk mencegah, mendeteksi dan merespon adanya
fraud, kita perlu memahami mengapa seseorang melakukan
fraud. Pada 1950, Donald Cressey yang didukung oleh Edwin
Sutherland dalam tesisnya meneliti mengapa seseorang yang
dipercaya akan menyalahgunakan kepercayaan itu. Sutherland
dan Cressey melakukan wawancara kepada 200 narapidana
yang melakukan penggelapan, dan salah satu kesimpulan
utamanya adalah bahwa dalam setiap fraud terdapat tiga hal
yang sama (1) tekanan (terkadang disebut sebagai motivasi,
biasanya kebutuhan sendiri), (2) rasionalisasi (etika personal), dan (3) pengetahuan dan
kesempatan untuk melakukan kejahatan.
1. Tekanan
Tekanan (insentif atau motivasi) merupakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan
pribadi seseorang sehingga mengakibatkan orang tersebut memiliki kebutuhan yang sangat
mendesak yang akhirnya mendorong seseorang tersebut untuk melakukan pencurian.
Kebutuhan tersebut biasanya dalam bentuk kebutuhan keuangan, dapat juga karena
keserakahan yang mendorong orang-orang yang telah berkecukupan untuk melakukan
fraud.
Selain tekanan finansial, fraud juga dapat terjadi karena tekanan sosial dan politik.
Seseorang dapat melakukan fraud agar posisinya dalam kekuasaan dapat diamankan, maka
seringkali dia berbohong mengenai pandangannya terhadap sesuatu atau hal yang
dilakukannya di masa lalu, atau fraud yang dilakukan untuk memenuhi status sosial nya
sebagai orang kaya.

2. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan alasan-alasan yang diungkapkan oleh pelaku fraud sebagai
pembenaran atas tindakan yang dilakukannya. Misalnya : karena gajinya kecil sementara
pekerjaannya berat maka dia mencuri sesuatu dari perusahaan, ketika terbukti mencuri
maka akan beralasan bahwa dia hanya meminjam dan akan dikembalikan nanti.

2
3. Kesempatan
Melalui penelitiannya Cressey menyatakan bahwa pelaku kecurangan selalu mempunyai
pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan tindakan fraud. Pelaku biasanya memiliki
pengetahuan mengenai kelemahan dari perusahaan dan kesempatan yang diperoleh karena
pelaku berada dalam posisi yang dipercaya di perusahaan tersebut. Faktor utama dari
kesempatan seseorang melakukan fraud adalah lemahnya pengendalian internal
perusahaan. Kesempatan tersebut akan membesar, ketika pengawasan dari manajemen
perusahaan sangat longgar dan pengendalian internal perusahaan tidak memadai. Sehingga
ketika motivasi diiringi dengan peluang seperti itu, maka potensi terjadinya fraud akan
semakin meningkat.

RUANG LINGKUP FRAUD


Ruang lingkup fraud adalah hampir seluruh perusahaan menengah sampai dengan
perusahaan besar. Dari hasil penelitian yang dilakukan ACFE selama tahun 1996-2008 pada
perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan bahwa fraud yang terjadi mencapai 6% dari
pendapatan per tahun.
Terkait dengan financial fraud, terdapat penelitian yang dilakukan oleh COSO dan
hasilnya diterbitkan pada tahun 1998. Dalam penelitian tersebut, dilakukan analisa atas kasus-
kasus yang ditangani SEC pada 1987-1997 dengan hasil yang menarik yaitu kebanyakan fraud
pada perusahaan publik dilakukan oleh perusahaan kecil, dewan direktur didominasi oleh orang
dalam dan berpengalaman, sekitar 83% dari kasus yang ada mengidentifikasikan fraud atas
laporan keuangan dilakukan oleh eksekutif perusahaan, rata-rata fraud dilakukan diatas periode
23,7 bulan.
Pada tahun 2009 KPMG menerbitkan hasil survey yang dilakukan pada 204 eksekutif
perusahaan dengan pendapatan perusahaan diatas $250 juta. Dalam laporan tersebut
dinyatakan bahwa resiko fraud meningkat ketika pengendalian atau program kepatuhan dalam
perusahaan tidak memadai. Wilayah yang sangat perlu ditingkatkan adalah komuniasi dan
pelatihan karyawan, pemeriksaan dan teknik monitoring secara kontinyu dengan berdasarkan
tekonologi, dan asessment resiko fraud.
Berdasakan laporan dari survey yang dilakukan oleh ACFE menunjukkan bahwa
kerugian yang diderita akibat fraud selama 1996 s.d 2008 adalah 6% dari pendapatan yang
dilaporkan pada tahun 1995, 2002 dan 2004, 5% pada tahun 2006, dan 7% pada tahun 2008.
Dengan demikian ruang lingkup dari fraud adalah rata-rata sebesar 6% dari ekonomi Amerika
Serikat.

CIRI-CIRI PELAKU FRAUD


Aspek kunci dari pencegahan dan pendektesian fraud adalah dengan memahami ciri
pelaku kecurangan (fraudsters) berdasarkan jenis fraud yang dilakukan. Pelaku biasanya
adalah orang yang sama sekali tidak dicurigai, sehingga menyebabkan fraud semakin sulit
untuk dicegah ataupun dideteksi.

Siapa yang melakukan fraud?


Beberapa pandangan menyimpulkan bahwa fraud terjadi karena disebabkan oleh faktor
eksternal, seperti ekonomi, persaingan, sosial, dan faktor politik, serta pengendalian yang

3
buruk. Namun pada kenyataannya, beberapa orang cenderung melakukan fraud walaupun tidak
disebabkan faktor eksternal. Menurut Gwynn Nettler pelaku kecurangan dan penipuan adalah
sebagai berikut:
a. Orang yang pernah mengalami kegagalan cenderung untuk melakukan kecurangan.
b. Orang yang tidak disukai dan tidak menyukai dirinya sendiri cenderung untuk menipu.
c. Orang yang impulsif, mudah digoda, dan tidak sabar dalam memperoleh sesuatu akan lebih
cenderung terlibat didalam fraud.
d. Orang yang memiliki perasaan takut akan ditangkap dan dihukum, lebih tahan terhadap
godaan untuk melakukan penipuan.
e. Orang cerdas cenderung lebih jujur daripada orang yang tidak peduli. Orang kelas
menengah keatas cenderung lebih jujur daripada orang kelas bawah.
f. Semakin mudah untuk melakukan kecurangan dan pencurian, semakin banyak orang yang
akan melakukannya.
g. Setiap individu memiliki tingkat kebutuhan berbeda yang akan mendorongnya untuk
melakukan suatu kebohongan, kecurangan, atau mencuri.
h. Kebohongan, kecurangan, dan pencurian meningkat ketika seseorang memiliki tekanan
yang tinggi untuk mencapai suatu tujuan.
i. Perjuangan untuk bertahan hidup dapat menyebabkan ketidakjujuran.

Perbuatan kebohongan, kecurangan, dan pencurian di tempat kerja dalam berbagai situasi
diikuti dengan:
1. Variabel Personal
 Bakat/Kemampuan
 Sikap/Pilihan
 Kebutuhan/Keinginan Pribadi
 Nilai/Keyakinan
2. Variabel Organisasi
 Ruang lingkup pekerjaan
 Peralatan/Pelatihan yang disediakan
 Sistem pemberian penghargaan
 Kualitas manajemen dan pengawasan
 Kejelasan tanggung jawab peran
 Kejelasan tujuan terkait pekerjaan
 Kepercayaan antar pribadi
 Motivasi dan iklim etika kerja (nilai dan etika dari atasan dan rekan kerja)
3. Variabel Eksternal
 Tingkat persaingan dalam industri
 Kondisi perekonomian
 Nilai-nilai kemasyarakatan (etika pesaing, sosial, dan model politik)

4
Mengapa Karyawan Melakukan Kebohongan, Kecurangan, dan Pencurian di Tempat
Kerja ?
Terdapat 25 alasan atas kejahatan karyawan yang sering ditemukan, antara lain:
1. Karyawan percaya bahwa dia bisa lolos begitu saja.
2. Karyawan berpikir bahwa dia sangat membutuhkan atau menginginkan uang tersebut.
3. Karyawan merasa frustasi atau tidak puas tentang beberapa aspek pekerjannya.
4. Karyawan merasa frustasi atau tidak puas tentang beberapa aspek kehidupan pribadi yang
tidak terkait dengan pekerjaanya.
5. Karyawan merasa tertekan oleh atasan dan ingin melakukan pembalasan.
6. Karyawan tidak peduli atas konsekuensi jika tertangkap.
7. Karyawan berpikir “Semua orang melakukannya, kenapa saya tidak?”.
8. Karyawan berpikir “Keuntungan perusahaan sangat banyak, mencuri sedikit tidak akan
menyakiti siapapun”.
9. Karyawan tidak tahu bagaimana mengelola keuangannya sendiri, sehingga selalu bangkrut
dan bersiap untuk mencuri.
10. Karyawan merasa bahwa perbuatan tersebut adalah tantangan bukan hanya untuk
keuntungan ekonomi.
11. Karyawan kehilangan masa kecilnya karena masalah ekonomi, sosial, maupun budaya
12. Karyawan merasakan kekosongan dalam kehidupan pribadinya dan membutuhkan cinta,
perhatian dan persahabatan.
13. Karyawan tidak memiliki pengendalian diri dan mencuri karena paksaan.
14. Karyawan percaya temannya di tempat kerja telah mengalami penghinaan, penganiayaan
atau diperlakukan secara tidak adil.
15. Karyawan malas dan tidak akan bekerja keras untuk mendapatkan apa yang da inginkan.
16. Pengendalian internal organisasi yang sangat lemah sehingga membuat setiap orang
tergoda untuk mencuri.
17. Tidak pernah ada yang dituntut karena mencuri dari organisasi.
18. Kebanyakan karyawan yang mencuri tertangkap secara tidak sengaja bukan karena audit
atau desain. Oleh karena itu rasa takut tertangkap bukan menjadi halangan untuk terjadinya
pencurian.
19. Karyawan tidak dianjurkan untuk mendiskusikan masalah pribadi atau keuangan di tempat
kerja atau untuk mencari saran dan nasihat dari manajemen mengenai hal-hal tersebut.
20. Pencurian karyawan adalah fenomena yang situasional. Setiap pencurian terjadi pada
kondisi tertentu dan setiap pencuri mempunyai motifnya masing-masing.
21. Karyawan mencuri dengan alasan apapun yang ada dipikiran manusia, dan imajinasi dapat
timbul dalam pikiran.
22. Karyawan tidak pernah masuk penjara atau dihukum penjara karena mencuri, menipu, atau
menggelapkan dari pemberi kerja mereka.
23. Manusia adalah makhluk yang lemah dan rentan terhadap dosa.
24. Karyawan masa sekarang memiliki moral, etika, dan kerohanian yang buruk.
25. Karyawan cenderung untuk mengikuti atasan mereka, Jika atasan mereka mencuri atau
berbuat curang, maka mereka juga cenderung untuk melakukannya.

5
SIAPA YANG PALING SERING MENJADI KORBAN FRAUD?
Pengendalian untuk melindungi dari fraud baik dari dalam maupun luar organisasi
(vendor, pemasok, dan kontraktor) haruslah memadai. Pengendalian tidak hanya dilakukan dari
atas namun juga harus ada dukungan dari bawah. Pihak petinggi perusahaan harus dapat
mempercayai bawahannya agar tercipta loyalitas dan kejujuran, karena rasa tidak percaya dari
petinggi perusahaan kepada bawahannya biasanya menyebabkan terjadinya fraud. Namun,
kepercayaan penuh tanpa adanya akuntabilitas juga merupakan benih terjadinya fraud.
Bukti empiris menunjukkan bahwa faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya fraud adalah karena kurangnya pemisahan tugas tanpa adanya pengendalian yang
memadai biasanya terjadi pada perusahaan kecil. Sehingga biasanya perusahaan kecil
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya fraud.

PENGKLASIFIKASIAN FRAUD
Hampir setiap survei tentang fraud memiliki sistem yang berbeda dalam pengklasifikasian
fraud. Sementara beberapa memiliki kesamaan, beberapa yang lainnya menimbulkan masalah
dalam kegiatan antifraud.
Pengelompokan Frauds Secara Umum
a. Investor dan Kecurangan Konsumen
Kecurangan dapat dilakukan kepada pelanggan, kreditor, investor, pemasok, bankir,
asuransi atau otoritas pemerintah (misalnya kecurangan pajak)
b. Fraud Pidana dan Perdata
Fraud pidana membutuhkan bukti adanya kecurangan yang disengaja, sedangkan fraud
perdata harus ada kerugian yang diderita korban.
c. Fraud yang menguntungkan dan merugikan perusahaan
Fraud perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu (1) fraud yang
merugikan perusahaan seperti pencurian aset perusahaan dan penggelapan (2) fraud yang
menguntungkan perusahaa. Seperti memanipulasi catatan akuntansi untuk melebih-lebihkan
keuntungan adalah ilustrasi dari kecurangan yang ditujukan untuk menguntungkan
perusahaan, tetapi mungkin yang menguntungkan manajemen mendapatkan bonus
berdasarkan laba dan harga saham di pasar.
d. Internal dan Eksternal Fraud
Fraud yang dilakukan oleh perusahaan atau manajemen dikategorikan sebagai internal
fraud, sedangkan kategori yang mencakup eksternal fraud adalah yang dilakukan oleh
vendor, pemasok, dan kontraktor.
e. Manajemen dan Non-Manajemen Fraud
Kecurangan perusahaan atau organisasi tidak hanya dilakukan oleh eksekutif tingkat tinggi,
tetapi juga menyentuh manajemen senior, menengah dan lini pertama sebagai karyawan non
manajemen.

6
KATEGORI DAN SPESIFIKASI FRAUD
Fraud merupakan bentuk penipuan yang dilakukan dengan sengaja, umumnya disebut
kebohongan dan kecurangan. Adapun klasifikasi dari fraud antara lain sebagai berikut:
Fraud yang dilakukan oleh orang dalam perusahaan, yaitu:
 Pengalihan, konversi dan pencurian kas
 Pemalsuan pengesahan tanda tangan
 Manipulasi piutang seperti lapping dan memo kredit palsu.
 Manipulasi hutang seperti meningkatkan tagihan dari vendor.
 Manipulasi daftar gaji seperti menambah jumlah pegawai yang sebenarnya tidak ada.
 Manipulasi persediaan seperti mengklasifikasikan persediaan sebagai persediaan yang telah
usang, rusak atau barang sampel.
 Suap oleh vendor, penyalur dan kontraktor kepada karyawan.
Fraud yang dilakukan oleh pihak luar
 Fraud yang dilakukan oleh vendor, penyalur dan kontraktor, seperti mengganti barang
dengan kualitas yang lebih rendah, penagihan ganda, penagihan tetapi pengiriman kepada
tempat yang lain.
 Korupsi yang dilakukan oleh karyawan vendor, penyalur, dan kontraktor
 Korupsi yang dilakukan oleh pelanggan
Frauds yang dilakukan oleh perusahaan
 Meratakan laba dengan cara menggelembungkan penjualan, menilai beban terlalu rendah,
menunda pencatatan hasil penjualan, menggelembungkan persediaan akhir.
 Cek kitting
 Penetapan harga
 Menipu pelanggan seperti mengganti bahan yang lebih murah.
 Melanggar peraturan pemerintah
 Korupsi oleh pelanggan
 Korupsi pada bidang politik
 Tambahan biaya atas kontrak pemerintah

FRAUD TREE
ACFE telah mengembangkan suatu model untuk menggolongkan fraud yang dikenal
sebagai fraud tree, yang menggolongkan sekitar 49 skema fraud yang berbeda yang
dikelompokkan pada kategori dan subkategori. Tiga kategori utama tersebut adalah (1)
pernyataan curang (fraudulent statements), (2) penyalahgunaan aset, dan (3) korupsi.
1. Skema fraudulent statements biasanya dilakukan oleh para eksekutif. Merupakan fraud
yang mengakibatkan kerugian yang paling tinggi namun jarang terjadi. Para eksekutif yang
melakukan fraud biasanya didorong oleh motif yang terkait dengan harga saham di bursa
saham (misalnya bonus saham, tekanan untuk menjaga harga saham tetap tinggi atau lebih
tinggi, dll)

7
2. Skema penyelewengan aset biasanya dilakukan oleh karyawan dan mencakup jumlah yang
besar dengan skema yang berbeda. Hal ini merupakan fraud yang paling umum terjadi akan
tetapi tidak mengakibatkan biaya yang tinggi. Karena kecurangan yang dilakukan
cenderung tidak material, terutama transaksi yang dilakukan oleh individu, maka fraud ini
sulit untuk dideteksi oleh auditor internal ketika melakukan audit keuangan.
3. Korupsi melibatkan sejumlah rencana, seperti penyuapan dan pemerasan, yang biasanya
melibatkan seseorang di dalam perusahaan dan bekerjasama dengan seseorang di luar
perusahaan, walaupun salah satu pihak tidak secara sukarela melaksanakannya.
ACFE menggunakan Fraud tree karena dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
fraud. Contohnya, penyalahgunaan aset adalah kelompok fraud paling mungkin terjadi. Fraud
ini akan dilakukan oleh karyawan garis depan yang berada pada posisi dipercaya. Namun
jumlah kerugian yang terjadi tidak sebesar kelompok fraud lain. Jadi akan lebih baik jika entitas
mempekerjakan fungsi audit internal untuk mengatasi kelompok fraud ini karena fraud ini
tidak material, sehingga tidak perlu menggunakan auditor eksternal untuk mendeteksinya
namun kelompok fraud ini sering terjadi sehingga tidak dapat diabaikan.

You might also like