You are on page 1of 16

BAB III

Work Sampling

3.1 Pendahuluan

Apotek (berasal dari bahasa Belanda: Apotheek, apotek /apo·tek/ /apoték/ n


toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta
memperdagangkan barang medis; rumah obat (KBBI[1], 2014)) adalah tempat
menjual dan kadang membuat atau meramu obat. Apotek juga merupakan
tempat apoteker melakukan praktik profesi farmasi sekaligus menjadi peritel. Kata
ini berasal dari kata bahasa Yunani apotheca yang secara harfiah berarti
"penyimpanan".
Istilah Apoteke atau Apotek mulai diperkenalkan oleh seorang dokter atau
tabib Romawi bernama Galen (131-201 CE), yang menamakan tempatnya
memeriksa pasien sebagai "latron" dan tempatnya menyimpan obat disebut
"apotheca", yang secara harfiah berarti gudang. Nama Galen saat ini diabadikan
sebagai sebutan ilmu meracik obat secara mekanis (dgn mortar misalnya),
yaitu Galenicals.
Meskipun apotek sebagai nama gudang obat sudah sejak abad ke-2, namun apotek
sebagai tempat pembuatan dan penyaluran obat baru ada pada tahun 750 CE, 500
tahun setelah zaman Galen, dan tempatnya di Baghdad, bukan di Romawi. Citra
dan status apotek di Baghdad ketika itu amat tinggi dan terkenal, sehingga tidak
sedikit orang yang melengkapi namanya dengan atribut "Ibn-al-attar" yang artinya
"anak apoteker". Salah satu tokoh farmasi ternama adalah Avicenna alias Ibnu
Sina, seorang dokter-farmasi dari Persia yg hidup pada tahun 930-1037 CE. Hingga
awal abad ke-13, belum dikenal istilah APOTEKER atau PHARMACIST, dokter
dan apoteker masih menjadi satu profesi yg disebut antara
lain: medicineman, healer, shaman, tabib, sinshe, dukun dan lain-lain. Pada
tahun 1240, kerajaan Sisilia mengeluarkan undang-undang yg memisahkan antara
profesi dokter dan apoteker. Dokter hanya boleh memeriksa pasien, menuliskan
resep obat. Kemudian resep dibuatkan obat oleh apoteker, yg dibawa kembali
kepada dokter untuk diminumkan kepada pasien. Kemudian pada tahun 1407,
terbitlah Pharmacist's Code of Genoa yg melarang seorang apoteker bekerja sama
dengan seorang dokter.
3.1.1 Latar Belakang

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari
populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan
kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan
kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil,
hal ini bergantung pada pada keterwakilan karakter dari sampel. Sebagai contoh
pada penelitian menganai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan
seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup
untuk digunakan utnuk mengetahui golongan darah yang ada di bagian kaki, kepala
atau tangan dari pasien. Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah
harus terpenuhi sehingga ada aturan baku mengani sampel minum yang harus
diambil dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas
dari sampel yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di
kabupaten Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak
cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian
yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel minimal harus disesuaikan
dengan jenis analisis statistik yang digunakan terutama untuk distribusi data dari
sampel.
3.1.2 Maksud dan Tujuan

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada


sebuah penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan. Dasar
yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan bersifat
konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga sampel adalah satu-
satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan pengambilan sampel adalah
sebagai berikut:
1. Mengadakan reduksi (pengurangan) terhadap kuantitas objek yang diteliti. Tidak
semua populasi atau peristiwa akan diteliti, tetapi hanya sebagian saja.
2. Mengadakan generalisasi terhadap hasil penelitian. Generalisasi di sini berarti
membuat kesimpulan ringkas terhadap fenomena yang sangat banyak jumlahnya.
3. Menonjolkan sifat-sifat umum dari populasi. Untuk itu, orang berusaha
mengeliminasi ciri-ciri yang khas individual. Dalam bahasa bilangan, hal ini bisa
dinyatakan sebagai berikut. Setiap anggota populasi dianggap berbeda dari keadaan
rata-rata populasi. Kondisi sebagian dari anggota populasi lebih kecil atau lebih
besar dari harga rata-rata. Akan tetapi, jika dilihat secara keseluruhan, sifat yang
berbeda (yang khas dan yang individual) tadi tidak ditampakkan secara menonjol.
Yang lebih dikemukakan ialah sifat-sifat umumnya. Dalam hal ini adalah harga
rata-ratanya. Namun demikian, untuk menjaga agar ciri-ciri khas individual itu
tidak banyak dihilangkan, perlu diusahakan jumlah sampel yang cukup besar.
3.1.3 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ada dalam praktikum Work sampling


antara lain :
1. Bagaimana menghitung jumlah sample kerja yang dibutuhkan dalam
pengamatansuatu proses kerja ?
2. Bagaimana mem-breakdown suatu siklus kerja menjadi elemen-elemen kerja?
3. Apa saja yang menyebabkan idle / proses menunggu ?
4. Bagaimana menentukan suatu metode yang efektif pada sebuah sistem kerja
yang berlangsung?
3.1.4 Pembatasan Masalah

3.1.5 Sistematika Penulisan

3.2. Landasan Teori

Work Sampling merupakan salah satu teknik untuk melakukan time study
yang efektif dan efisien digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai
kerjamesin atau operator. Efektif karena metode ini relatif mudah dan cepat
dilakukan.Efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapat dalam waktu
cepat dan biayayang relatif murah. Sumber lain menyatakan bahwa Sampling
pekerjaan adalah suatuteknik yang cukup diandalkan untuk mengukur beban kerja
tenaga kerja dimanamempunyai beberapa tipe yaitu pekerjaan dengan beban tetap
dan berubah. Selain itusampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran yang
dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak.

APLIKASI WORK SAMPLING

Kegiatan Work Sampling diaplikasikan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak


repetitif(berulang-ulang), memiliki pola aktivitas berupa siklus dan waktu
operasinya tidakterlalu singkat. Sampling pekerjaan mempunyai kegunaan di
bidang produksi untukmenghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan
tersebut antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja


oleh pekerjaatau kelompok kerja.
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat pabrik.
3. Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung
4. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

SIKLUS DAN LANGKAH WORK SAMPLING

Langkah-langkah yang dapat diambil dalam melaksanakan sampling


pekerjaan adalahsebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pengukuran yaitu untuk apa sampling pekerjaan
dilakukan, yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
2. Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukan
penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik.
Jika belum perbaikan-perbaikan atas kondisi dan cara kerja harus dilakukan
terlebih dahulu.
3. Memilih operator-operator yang baik.
4. Bila perlu mengadakan latihan pada operator yang dipilih agar terbiasa
dengan sistem kerja yang ada.
5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai dengan keinginan.
6.Menyiapkan peralatan yang diperlukan diantaranya berupa
papan pengamatan, lembaran pengamatan, pena dan lain sebagainya.
Cara melakukan pengamatan dengan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan jam
henti, yaitu terdiri dari tiga langkah:
1. Melakukan sampling pendahuluan
2. Menguji keseragaman data
3. Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukanLangkah-langkah ini dilakukan
terus sampai jumlah kunjungan mencukupi untuktingkat ketelitian dan tingkat
keyakinan yang telah ditentukan.
PERFORMANCE RATING

Performance Rating adalah aktifitas untuk menilai dan mengevaluasi


kecepatan operator untuk menyelesaikan produknya. Tujuan dari
performance rating adalah untuk menormalkan waktu kerja yang disebabkan oleh
ketidakwajaran. Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif
sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan sistem kerja
ini harus berlandaskan 4 kriteria utama, yaitu: kriteria waktu, kriteria fisik, kriteria
psikis,dan kriteriasosiologis. Berdasarkan ke-4 kriteria tersebut suatu sistem kerja
dipandang
terbaik jika memberikan waktu penyelesaian pekerjaan dengan wajar dan normal s
erta menggunakan tenaga fisik paling ringan, sehingga memberi dampak psikis dan
sosiologis paling rendah (Sutalaksana,1979). Pengukuran waktu pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja. Untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik dibutuhkan oleh seorang operator
normal (sudah terlatih). Bekerja dalam taraf yang wajar dalam suatu sistem kerja
yang terbaik (baku) pada saat itu. Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu
kerja dapat dikelompokkan atas:
1. Secara langsung
a. Pengukuran waktu dengan jam henti.
b. Sampling pekerjaan.

2. Secara tidak langsung


a. Data waktu baku.
b. Data waktu gerakan, terdiri dari :
Work Factor

Maynard OperationSequence Time


(MOST),
Motion Time Measurement
(MTM),
Basic Motion Time
(BMT). (Sutalaksana,1979).

Teknik-teknik pengukuran kerja secara langsung dan tidak langsung


memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain:

1. Pengukuran secara langsung:


a. Kelebihan: praktis, mencatat waktu saja tanpa harus menggunakan
pekerjaankedalam elemen-elemen pekerjaannya.
b. Kekurangannya: Membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal.

2. Pengukuran secara tidak langsung:


a.Kelebihan: waktu relatif singkat, tanpa mencatat elemen-elemen
gerakan pekerja satu persatu, biaya lebih murah, kemampuan memprediksi suatu p
enyelesaian pekerjaan.
b.Kekurangan: belum ada tabel data waktu gerakan yang menyeluruh, tabel
yangdigunakan adalah untuk orang eropa, dan dibutuhkan ketelitian yang tinggi.

Dalam sistem kerja dengan karakteristik aktivitas kerja yang homogen,terdapat


produk nyata yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Pengukuran
langsung biasanya menggunakan metoda jam-henti. Langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam pengukuran waktu dengan metoda jam-henti,
melakukan pemilihan elemen operasi yang mencakup paling tidak 7 prinsip
pemilihan elemen operasi. Untuk sampai mendapatkan waktu baku, tahapan
perhitungan digambarkan sebagai berikut:
WaktuSiklus Waktu Normal WaktuBaku
Pl

Gambar 2.1 Tahapan Perhitungan Waktu Baku

Menurut gambar diatas p merupakan faktor penyesuaian dan l


adalahkelonggaran. Fakto diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa
operator bekerjadalan keadaan tidak wajar sehingga hasil perhitungan waktu siklus
perlu disesuaikanatau dinormalkan terlebih dahulu agar mendapatkan waktu siklus
rata-rata yang wajar.Kelonggaran adalah waktu yang diberikan kepada operator
untuk hal-hal sepertikebutuhan pribadi, menghilangkan fatigue, dan gangguan-
gangguan yang tidakterhindarkan oleh operator (Sutalaksana, 1979).
3.2.1 Pengertian dan Latar Belakang Work Sampling

Work sampling sendiri telah dikembangkan di Inggris oleh seorang bernama


L.H.C Tippet dipabrik-pabrik tekstil di Inggris, tetapi karena kegunaannya cara ini
kemudian dipakai di Negara-negara lain secara lebih luas. Namanya dapat diduga
bahwa cara ini menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik. Cara jam henti
sebenarnya juga menggunakan ilmu statistik dan juga sampling, tetapi pada
sampling pekerjaan hal ini tampak lebih nyata (Sutalaksana, 1979).

Work sampling termasuk cara bersama dengan pengukuran waktu jam henti,
merupakan cara langsung karena dilakukan dengan pengukuran sacara langsung
ditempat berjalan nya pekerjaan. Bedany dengan jam henti adalah bahwa pada cara
sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada di tempat pekerjaan
melainkan mengamati (ditempat bekerja) hanya pada waktu-waktu tertentu secara
acak (Sutalaksana, 1979).

Pengamat pada waktu sesaat-sesaat yang acak tidak berbeda dengan seorang
pelajar yang mendatangi sahabatnya dirumah. Kunjungan ini biasa nya dilakukan
pada waktu-waktu yang tidak tentu, kadang-kadang seriap hari sekali, dua kali
sehari, dua atau tiga kali sehari, atau mungkin juga seminggu sekali atau atau tidak
sama seklai. Pelajar tersebut mengunjungi sahabat nya pada waktu-waktu tidak
tentu seperti demikian dapat dikatakan pelajar melakukan kunjungan pada waktu-
waktu yang acak. Misalkan pelajar melakukan 10 kali pengunjungan dan
diantaranya tidak menjumpai sahabatnya karena tidak sedang berada dirumah.
Berdasarkan pengalaman ini, jika pelajar bertemu dengan temannya mungkin akan
berkata, “tampak anda jarang berada dirumah”. Jika pelajar melakukan kunjungan
nya lagi, katakana lah 100 kali, dan dari keseratusan kunjungan nya ini sahabatnya
tidak dijumpai sebanyak 75 kali, maka sekarang dia dapat berkata “rupanya tujuh
puluh lima persen dari waktumu tidak dihabiskan dirumah” (Sutalaksana, 1979).

Ilustrasi diatas menunjukan bagaimana kesimpulan tentang ada tidaknya suatu


kejadian dapat disimpulkan melalui kunjungan-kunjungan. Terlihat pula apa yang
terjadi dengan work sampling. Kunjungan-kunjungan dilakukan untuk mengetahui
apa yang terjadi ditempat kerja yang bersangkutan. Cari catatan yang dilakukan
setiap kali kunjungan dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi berserta berapa
sering (frekuensi) kegiaan itu teramati. Semakin tinggi frekuansinya semakin sering
pula kegiatan tersebut dilakukan dan dapat pula diduga bahwa total waktu yang
dibutuhkan semakin banyak (Sutalaksana, 1979).

Kesimpulan yang diambil lebih tepat, yaitu tidak sekedar menduga-duga,


diperlukan teknik tertentu yang secara statistic dikenal sebagi sampling
perbandingan populasi atau samping for estimation proportion (Sutalaksana,
1979).
Metode work sampling sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan
pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki waktu yang
relatif panjang. Pada dasarnya langkah-langkah pelaksanaanya cukup sederhana,
yaitu melakukan pengamatan aktifitas kerja untuk jeda waktu yang diambil secara
acak terhadap satu atau lebih mesin atau operator dan kemudian mencatatnya
apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (Sritomo, 1992).

3.2.2 Langkah-langkah sebelum melakukan work sampling


Sebelum melakukan suatu pengukuran, terdapat langkah-langkah yang
digunakan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil dapat dipertanggung jawabkan
maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan
menggunakan jam henti atau jam biasa. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar
akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk
yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukur
an, jumlah pengukuran dan lainnya. Di bawah ini adalah sebagian langkah yang p
erlu diikuti agar maksud di atas dapat tercapai (Sutalaksana, 1979).
a. Penetapan Tujuan Pengukuran.Adalah untuk apa hasil pengukuran
digunakan, berapa tingkat ketelitian dantingkat keyakinan yang diinginkan dari
hasil pengukuran.
b. Melakukan Penelitian Pendahuluan.Adalah untuk mempelajari kondisi kerja
dan cara kerja sehingga diperolehusaha perbaikan, membakukan secara tertulis
sistem kerja yang dianggap baik,dan operator memerlukan pegangan baku.c.

c. Memilih Operator.
Adalah agar operator dapat berkemampuan normal dan dapat diajak bekerjasama.

d. Melatih Operator.Dapat ditunjukkan dengan kurva (gambar 2.2) dibawah ini


pengembangan penguasaan pekerjaan oleh operator sejak mulai mengenalnya
sampai terbiasa.
e. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen PekerjaanTujuannya adalah untuk
menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dilakukan, memungkinkan
melakukan penyesuaian bagi setiap elemen.Memudahkan mengamati terjadinya
elemen yang tidak baku yang mungkin dilakukan pekerja, dan mengembangkan
data waktu baku standar setiap tempatkerja yang bersangkutan.
f. Menyiapkan Alat-Alat PengukuranAlat-alat yang digunakan antara lain: jam
henti (stopwatch), lembar pengamatan, alat tulis, papan pengamatan. ( Proceeding
Seminar NasionalErgonomi, 1996).

Dalam melakukan pengukuran waktu hal pertama yang dilakukan adalah


melakukan pengukuran pendahuluan. Tujuan dari pengukuran pendahuluan adalah
untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat
ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Kemudian mencatat semua data yang
didapat, yang dilanjutkan dengan proses perhitungan data. Adapun Rumus-rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Nilai rata-rata

x
x i

b. Standar deviasi

 x 
2
x

i

n 1

c. Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata


x 
n

c. Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)

BKA  x  3 x
BKB  x  3 x

TINGKAT KETELITIAN, TINGKAT KEYAKINAN DAN PENGUJIAN


KESERAGAMAN DATA

Tingkat Ketelitian adalah penyimpangan maksimum hasil dari waktu


penyelesaian sebenarnya. Tingkat Keyakinan adalah besarnya keyakinan pengukur
bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian.

Contoh, tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memiliki arti
bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh
10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini
adalah 95%. Pengaruh dari tingkat keyakinan dan ketelitian terhadap jumlah
pengukuran adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat
keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan.

Pengujian keseragaman data dengan menggunakan batas-batas kontrol (BKA dan


BKB) untuk menentukan apakah data yang didapat seragam atau tidak. Data
dikatakan seragam yaitu berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara
kedua batas kontrol. Sedangkan data dikatakan tidak seragam yaitu berasal dari
sistem sebab yang berbeda, bila berada diluar bataskontrol

3.2.3 Melakukan Sampling

1. Hitung Waktu siklus rata-rata (Ws)

Waktu siklus adalah Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan
baku atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Rumus yang
digunakan adalah:

Ws 
 Xi
N
Dimana :

N = jumlah pengukuran

Xi = nilai aktual teramati

2. Hitung Waktu normal (Wn)


Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja
dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus yang digunakan adalah:

Wn  Ws  p
Dimana p = faktor penyesuaian, Adapun pembagian faktor
penyesuaian, yaitu :

a. p = 1 / p = 100% berarti bekerja normal

b. p > 1 / p > 100% berarti bekerja cepat

c. p < 1 / p < 100% berarti bekerja lambat


3. Hitung Waktu baku (Wb)
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja
normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja
terbaik pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah:

Wb  Wn  l

Dimana l = kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk


menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Adapun manfaat dari
waktu baku, antara lain: Man Power Planning, estimasi biaya-biaya untuk upah
kerja, penjadwalan produksi dan penganggaran, indikasi keluaran untuk mampu
dihasilkan oleh pekerja, perencanaan sistem pemberian bonus dan intestif bagi
pekerja yang berprestasi. (Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, 1996)

Kelonggaran

Kelonggaran adalah waktu yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan


pekerjaannya disamping waktu normal. Misalnya istirahat, kekamar kecil, meminta
bantuan dan sebagainya. Kelonggaran dibagi menjadi 4 bagian yaitu: (Sutalaksana,
1979).

a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.

b. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique.

c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan.

d. Kelonggaran dalam perhitungan waktu bebas.


Tabel 3.1 Penyesuaian Menurut Cara Westinghouse
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan Superskill A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
Fair E1 - 0,05
E2 - 0,10
Poor F1 - 0,16
F2 - 0,22
Usaha Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excellent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Avarage D 0,00
Fair E1 - 0,04
E2 - 0,08
Poor F1 - 0,12
F2 - 0,17
Kondisi Kerja Ideal A +0,06
Excellenty B +0,04
Good C +0,02
Average D 0,00
Fair E - 0,03
Poor F - 0,07

Konsisitensi Perfect A +0,04


Excellenty B +0,03
Good C +0,01
Average D 0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
3.3 Peralatan dan Prosedur Kerja

3.3.1 PERALATAN

Peralatan yang digunakan dalam modul praktikum ini adalah :


1. Papan pengamatan

2. Lembar pengamatan

3. Pensil / pena

4. Tabel bilangan acak

5. Jam

3.3.2 PROSEDUR KERJA

1. Menentukan obyek pengamatan dengan ketentuan :

a) Kegiatan dikelompokkan menjadi WORKING dan NON WORKING.

b) Pekerjaan yang menjadi obyek pengamatan harus bisa dibagi kedalam minimal
4 elemen kerja dalam satu siklus kerja (WORKING). Misalnya : Pekerjaan Cuci
Sepeda Motor = Membasahi, Menyabun, Membilas, Mengeringkan.

c) Mendapat ijin dari pihak yang berangkutan.

d) Pekerjaan tersebut harus memiliki OTHERS, misalnya : Pekerjaan Cuci Sepeda


Motor OTHERSnya adalah poles sepeda motor.

e) Delay (NON WORKING) dibedakan menjadi 4, yaitu : Personal time, Waiting,


Fatigue dan Not available (selain ketiga jenis tsb) .

f) Seluruh kegiatan operator tercatat (termasuk delay dan OTHERS)


2. Menyiapkan proposal penelitian work sampling yang menyebutkan :

a. Latar belakang penelitian.

b. Tujuan penelitian.

c. Permasalahan.

d. Manfaat penelitian.

e. Batasan dan asumsi.


f. Waktu dan tempat penelitian.

g. Elemen yang diamati.

h. Data yang diperlukan.

i. Hasil pre work sampling.


Objek penelitian harus layak untuk perhitungan laporan resmi dan berbeda untuk
masing-masing kelompok dan proposal harus disetujui pada waktu yang telah
ditentukan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih elemen adalah :
a. Pekerjaan yang dipilih bukan pekerjaan repetitif.

b. Operator yang dipilih tidak boleh operator dengan 1 spesialisasi pekerjaan,


misal hanya membilas saja.

c. Dilakukan pada minimum 2 operator.

d. Elemen yang dipilih membentuk 1 siklus, misal membasahi sepeda motor


sampai mengeringkan.

e. Minimal ada 4 elemen kerja.

f. Apabila operator melakukan suatu elemen kerja yang sama dengan elemen yang
telah ditentukan dalam siklus tetapi pada kenyataannya tidak sedang melakukan
siklus tersebut, maka pada observation sheet dianggap sebagai OTHERS.
g. Data work sampling yang diperlukan terdiri atas data delay, working, dan
performance rating operator.

3. Pre Work Sampling


a. Menentukan waktu kunjungan dengan membuat tabel angka acak/ bilangan
random dan konversinya pada lembar pengamatan, dengan ketentuan waktu
pengamatan dalam satu hari adalah 2 jam.

b. Membuat observation sheet pre work sampling.

c. Melakukan pre work sampling untuk menentukan jumlah data yang dibutuhkan.
Pengamat menilai performance dan memberi tally pada elemen kerja yang sedang
dilakukan oleh operator sesuai dengan random waktu yang telah dibuat.
4. Menentukan performance rating.

5. Melaksanakan work sampling.


3.3.3 Flow Chart

Flowchart Work Sampling

mulai

Identifikasi Pekerjaan

Membuat Bilangan Acak

Menentukan Waktu Kunjungan

Observasi

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa Kegiatan Produktif


dan non-Produktif

Kesimpulan dan Saran

Selesai

You might also like