Professional Documents
Culture Documents
Bab I Rizka
Bab I Rizka
PENDAHULUAN
cerminan dari kemampuan bank dalam mengelola aspek permodalan dan asetnya
dalam mendapatkan laba, serta implikasi dari fungsi bank sebagai intermediary
Undang-Undang No.10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Deborah
K. Dilley (2010: 2), bank is an establishment for custody, loan, exchange, or issue
of money, for the extension of credit, and for fascilitating the transmission of
funds. Dari definisi tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa bank adalah lembaga
yang berhubungan dengan penitipan, pinjaman, pertukaran, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan uang dalam rangka perluasan kredit dan proses transmisi
process that involves suplus units depositing funds with financial institutions that
1
in turn lend to deficit units. Ini berarti bahwa bank menerima dana dari berbagai
sumber yang kemudian digunakan untuk membuat pinjaman atau investasi lain
berikut:
consumers
jasa keuangan bank demi terciptanya akses yang lebih fleksibel dalam berbagai
2016). Begitu banyaknya jumlah bank tentu menambah risiko yang dihadapi,
apalagi jika ada bank besar yang mempunyai risiko sistemik akan dapat
2
Salah satu hal penting untuk memprediksi prospek bank ke depan dapat
dilihat dari kinerjanya dalam menghasilkan laba yang ditunjukkan lewat laporan
judgmental process that aims to evaluate the current and past financial position
the best possible estimate and prediction about future condition and performance.
masa lalu dan saat ini dari hasil operasi perusahaan, dengan tujuan utama untuk
akan datang.
lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibanding dengan modal sendiri dari
pemilik atau pemegang saham, oleh karena itu pengelola bank dalam melakukan
pemenuhan modal yang memadai, dengan kondisi yang demikian maka kinerja
kegiatan operasionalnya dengan efisien. Bank juga harus mampu menjaga resiko
yang mungkin terjadi atas penyaluran kredit yang diberikannya. Dengan kata lain,
3
perusahaan tercapai.Pengelolaan organisasi yang maksimal dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada merupakan suatu cara agar sebuah perusahaan dapat
baik pemilik, pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank dan Bank
Indonesia selaku otoritas pengawas bank. Per Januari 2012 seluruh Bank Umum
Umum. Tatacara terbaru tersebut, kita sebut saja sebagai metode RGEC, yaitu
singkatan dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital.
Oleh karena itu dalam bisnis perbankan, untuk dapat meningkatkan total
revenue maka harus meningkatkan jumlah produk yang dijual, yakni berupa
4
produk simpanan maupun produk pinjaman yang diberikan. Dengan demikian
apabila suatu bank jumlah penjualan produknya dalam jumlah yang relatif besar,
maka mengakibatkan total asset bank tersebut relatif besar pula, karena
asset yang besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena memiliki total
bank yang menimbulkan persaingan untuk menarik dana dari masyarakat yang
telah ditetapkan, yang pada akhirnya merugikan para deposan dan investor, karena
Analisis industri bank penting dilakukan sebagai dasar untuk menilai dan
jelasan dalam mengukur dan membedakan kinerja keuangan antar kelompok bank
dan antar jenis bank, yang sangat bergantung pada kondisi pasar dan eksternal,
oleh karena itu perlu penelitian yang lebih mendalam dan mengarah pada
penelitian bank menurut jenis dan skala operasinya dengan metode baru yaitu
5
metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan
atau profitabilitas yang dapat diukur dengan Return on Equity (ROE) maupun
sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik
perusahaan dalam bisnis bank. ROA dipilih sebagai ukuran kinerja bank. Hal ini
mengukur seberapa baik kemampuan bank dalam mengatur aset yang dimilikinya
digunakan untuk membandingkan kinerja antar bank dari suatu periode ke periode
yang lain. Valentina Flamini dalam IMF Working Paper (2009:8), menyatakan
adventage of its base assets. This used to be the most popular way of comparing
banks to each other and to monitor their own performance from period to period.
Jadi, selain berguna untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan asset dalam
sesuai dengan metode RGEC yaitu, penilaian atas Risk Profile meliputi rasio LDR
6
(Loan to Deposit Ratio) dan NPL (Non Performing Loan), penilaian atas Good
Earning meliputi rasio NPM (Net Profit Margin), penilaian atas Capital meliputi
rasio CAR (Capital Adequancy Ratio), dan penilaian atas faktor eksternal yaitu
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang
akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik
dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang
antara 80% hingga 110%. (PBI No. 13/1/PBI/2011). Semakin tinggi Loan to
Deposit Ratio (LDR), maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank
laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Besar kecilnya rasio Loan to
Deposit Ratio (LDR) suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
(Return On Asset) seperti penelitian yang dilakukan oleh Prasanjaya (2013) dan
7
berpengaruh positif dan siginifikan terhadap ROA. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) dan Oskar (2014) yang menunjukan
bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA.
Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu
indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank Indonesia (BI)
bank mempunyai kondisi Non Performing Loan (NPL) tinggi, karena tidak
(Mawardi, 2004). Semakin tinggi nilai Non Performing Loan (NPL) maka akan
semakin tinggi risiko yang dihadapi bank atas pengembalian dana kredit yang
Hasil penelitian Kusuma (2013), Made Ria (2014), dan Pranata (2014)
tentang pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap ROA (Return On Asset)
siginifikan terhadap ROA. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lestari (2014) yang menunjukan bahwa Non Performing Loan (NPL)
8
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 yang
ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan
3. Informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada
sebagai berikut :
Kesehatan Bank.
9
3. Bank wajib melakukan pengkinian self assesment Tingkat Kesehatan
Bank posisi akhir bulan Juni dan tanggal 15 Februari untuk penilaian
GCG Bank dan informasi lain yang terkait dengan GCG Bank. Penetapan
penelitian ini adalah dewan komisaris. Alasannya adalah karena dewan komisaris
dapat mengawasi secara efektif aktivitas yang dilakukan oleh komisaris eksternal
10
sebagai pusat dari pecahan masalah agency (antara manajer dan pemegang saham)
yang timbul. Dengan adanya dewan komisaris maka dengan mudah mengatur
setiap laba yang didapat oleh perusahanan (Riyanto, 2010). Menurut Penman
memperoleh laba dapat dilihat dari rasio profitabilitasnya dan melaporkan bahwa
lebih besar dan terkonsentrasi kepemilikan dewan komisaris lebih sering terjadi
Komisaris berpengaruh positif dan siginifikan terhadap ROA. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chariri (2013) yang menunjukan
bahwa Dewan Komisaris berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Net profit margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih (net profit)
pada kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. (PBI No. 13/1/PBI/2011). Semakin tinggi
11
NPM maka semakin baik operasi suatu perusahaan karena menampakkan
income yang dicapai oleh bank dalam menghasilkan laba bersihnya, maka dengan
keuntungan yang diperoleh bank. Sehingga hubungan antara NPM dengan. tingkat
Hasil penelitian tentang Net Profit Margin (NPM) terhadap ROA (Return
On Asset) menunjukan. bahwa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan
siginifikan terhadap ROA sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranata
(2014). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chariri
(2013) yang menunjukan bahwa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain. (Abdullah, 2004). Dengan kata lain
Capital Adequancy Rasio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
2010). Semakin besar CAR maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank
12
Hasil penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)
Asset), sesuai dengan penelitian Kusuma (2013), Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) dan Prasanjaya (2013), yang
signifikan terhadap ROA (Return On Asset), serta hasil penelitian yang dilakukan
oleh Made Ria (2014), yang menunjukan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio)
terjadi sesaat (Djohanputro, 2006). Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan
masyarakat. Hal ini disebabkan, karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan
tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan mengurangi hasrat
bersumber dari masyarakat akan menurun, hal ini akan mempengaruhi laba yang
(ROA) bank.
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA (Return On Asset). Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendrayanti (2013), yang
13
menunjukan bahwa Inflasi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap ROA
(Return On Asset).
penelitian ini adalah adanya temuan yang berbeda (research gap) dan ketidak
sebagai berikut ::
14
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
berikut :
1. Aspek Teoritis
2. Aspek Praktis
15
3. Aspek Organisasional
16