Professional Documents
Culture Documents
Uts Mpkta
Uts Mpkta
• Menurut KBBI, karakter adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain.
• Karakter merupakan kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya dorong yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku yang dapat ditampilkan secara mantap (Arief dalam Saifuddin & Karim,
2011).
• Karakter juga merupakan internalisasi nilai-nilai yang berasal dari lingkungan kemudian menjadi bagian
dari kepribadian seseorang.
• Karakter terbentuk melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan,
sehingga karakter harus dibentuk, dibangun, dan ditumbuhkembangkan.
• Pendidikan karakter merupakan kegiatan pengajaran yang membantu mahasiswa untuk mengenali nilai-
nilai universal sehingga mereka mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip kebaikan yang
dianut oleh lingkungannya.
• Pendidikan karakter harus melingkupi seluruh ranah peilaku mahasiswa secara kognisi, afeksi, dan
perilaku.
• Pendidikan karakter yang bersifat kognitif mengajarkan mahasiswa mengenali nilai moral dan
pengaruhnya terhadap pendidikan.
• Pendidikan karakter yang bersifat afektif mengajarkan mahasiswa mengenali cinta, sayang, peduli
terhadap teman, lingkungan, dan negara.
• Pendidikan karakter yang bersifat perilaku mengajarkan mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi
tingkah laku yang tepat dalam menjalankan nilai tertentu.
• Kemendiknas RI (2011) telah mengidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta
didik yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, meliputi : sikap
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
• Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan beberapa kriteria mengenai karakter:
1. Karakter yang kuat memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik untuk diri
sendiri sekaligus untuk orang lain.
2. Ciri atau kekuatan yang di kandungnya bernilai sebagai sesuatu yang baik secara moral bagi diri
sendiri dan orang lain, meskipun tidak langsung. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi,
atau menghambat orang-orang di sekitarnya.
3. Kekuatan karakter tampil dalam tingkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan, dan
tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi, dan diperbandingkan derajat kuat-lemahnya.
4. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.
5. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.
6. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain dan saling terkait secara erat.
7. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter menjadi ciri yang
mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya.
8. Mungkin, tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan dari ciri-ciri
karakter yang kuat tampil pada orang tersebut.
9. Kekuatan karakter memiliki akar psikososial; potensinya ada dalam diri sendiri dan
aktualisasinya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
• Keutamaan karakter dibagi menjadi enam dan setiap keutamaan karakter terdiri dari beberapa kekuatan
karakter, yaitu :
Bab 2 Filsafat
• Filsafat berasal dari kata philo yang artinya cinta, dan sophia yang artinya kebijaksanaan.
• Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, sedangkan filsuf berarti pecinta kebijaksanaan.
• Menurut Socrates, kebijaksanaan yang dimaksud ialah kemampuan untuk memahami hakikat (true
nature) dari semesta (universe) dan eksistensi manusia.
• Karakteristik pertanyaan yang selalu muncul dalam diskursus filosofis :
o Apa yang Anda maksud?
o Apa alasan yang tersedia untuk pecaya bahwa klaim ini benar?
• Manfaat dalam mempelajari filsafat :
o Membiasakan beragumentasi secara logis dan berdialog melalui pertukaran ide-ide rasional
o Menghasilkan analisis yang kritis, radikal, dan reflektif
o Tidak mengambil kesimpulan dengan terburu-buru
o Terbuka terhadap umpan balik dan kemungkinan-kemungkinan perspektif lain
o Melatih bertindak etis dalam pengambilan keputusan.
• Pertanyaan-pertanyaan filosofis merupakan pertanyaan yang terbuka karena tidak mempunyai jawaban
yang disepakati bersama.
• Filsafat berada diantara religi dan ilmu pengetahuan.
• Perbedaan religi dengan filsafat:
o Religi : memberikan dorongan terkait dengan penerapan rasio dan juga menekankan pentingnya
jalan lain dalam persoalan kebenaran
o Filsafat : memberikan dorongan bagi kita untuk mempergunakan kekuatan rasio sebaik mungkin
dan sejauh yang kita bisa.
• Perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan:
o Filsafat : melihat realitas secara total untuk menemukan hakikatnya
o Ilmu pengetahuan : hanya mencoba menerangkan hubungan antargejala yang tertangkap oleh
pengamatan manusia.
• Filsafat untuk memeriksa penyelidikan rasional ilmu pengetahuan (second-order discipline).
• Metode pembahasan filsafat menurut Ahmad Tafsir :
o Metode sistematis : dengan mendalami stuktrur pembahasan filsafat (ontologi, epistemologi, dan
aksiologi)
o Metode historis : mempelajari tokoh-tokoh filsafat, bagaimana perkembangan filsafat sesuai
urutan waktu
o Metode kritis : gabungan metode sistematis dan metode historis serta memberikan argumen
terhadap filsafat yang dipelajari.
• Pembagian filsafat secara garis besar:
o Ontologi
▪ Onto : ada , logos : ilmu.
▪ Studi filosofis tentang hakikat ada, realitas, serta kategori dasar keberadaan dan
hubungannya.
▪ Mempelajari tentang apa yang ada disekeliling kita secara universal, baik itu konkret
ataupun abstrak.
o Metafisika
▪ Dibedakan menjdi metafisika umun (ontologi) dan metafisika khusus.
▪ Mempelajari sesuatu yang luar biasa diluar pengalaman manusia.
▪ Berhubungan dengan objek-objek yang tidak dapat dijangkau secara inderawi.
▪ Contoh metafisika khusus: Tuhan, asal-usul manusia, kepercayaan gaib.
o Epistemologi
▪ Episteme : pengetahuan , logos : ilmu.
▪ Cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan.
▪ Dikaji melalui empat pokok : sumber pengetahuan, struktrur pengetahuan, keabsahan
pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan.
o Filsafat Ilmu Pengetahuan
▪ Mengkaji ciri-ciri dan cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan.
▪ Ilmu pengetahuan dibedakan menjadi ilmu pengetahuan sehari-hari dan ilmu
pengetahuan ilmiah.
▪ Ilmu pengetahuan ilmiah yang dikaji ialah ilmu pengetahuan yang sistematis yang
diperoleh melalui metode-metode tertentu, logis dan teruji kebenarannya.
o Metodologi
▪ Cabang filsafat yang mengkaji cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan.
▪ Dalam metodologi, juga dikaji kemungkinan cara-cara dan metode-metode baru dalam
ilmu pengetahuan.
o Logika
▪ Mempelajari teknik-teknik dan kaidah-kaidah penalaran yang tepat.
▪ Bisa mengetahui alasan sesorang melakukan suatu tindakan tertentu.
o Aksiologi
▪ Axia : nilai , logos : ilmu.
▪ Sebuah studi tentang nilai-nilai.
▪ Terdapat tiga nilai dalam filsafat :
• Kebaikan : etika
• Kebenaran : epistemologi
• Keindahan : estetika.
o Etika
▪ Cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan perilaku
baik.
▪ Istilah etika menunjuk dua hal :
• Mempelajari nilai dan pembenarannya
• Pokok permasalahan (nilai-nilai hidup manusia yang sebenarnya dan hukum-
hukum tingkah laku manusia).
o Estetika
▪ Disebut juga filsafat keindahan (philosophy of beauty).
▪ Mengkaji pengalaman dan penghayatan dalam menanggapi sesuatu yang dalam konteks
tertentu bisa indah atau tidak.
• Karakteristik dalam filsafat :
o Kritis : mampu memberi penilaian terhadap objek yang dikaji, apakah bisa diterima atau tidak.
o Radikal : mampu membahas objek kajian secara luas dan mendalam.
o Sistematis : membahas objek kajian secara teratur sesuai dengan aturan.
o Rasional : mempunyai keyakinan akan daya argumen dan penalaran.
• Dalam filsafat, kita mengkaji secara kreatif dan kritis.
• Kreatif : mampu menciptakan teori-teori untuk memberikan jawaban.
• Kritis : mampu memutuskan teori-teori yang tepat.
• Ketika seorang filsuf berargumen, berarti dia sedang memberikan alasan dari sudut pandangnya.
• Dalam sebuah argumen, titik awalnya berupa premis, dan titik akhirnya berupa konklusi/kesimpulan.
• Sebuah argumentasi hanya menumjukkan sesuatu itu benar (that), sedangkan eksplanasi menunjukkan
bagaimana sesuatu itu benar (how).
• Terdapat dua jenis argumen:
o Argumen deduktif, penilaiannya berupa valid atau tidak
o Argumen induktif, penilaiannya berupa kuat atau lemah.
• Argumen dikatakan valid apabila premisnya benar dan konklusinya benar, dan dikatakan invalid apabila
premisnya benar dan konklusinya salah.
• Meskipun pada premis terdapat premis salah, namun jika konklusinya benar, maka argumen dinyatakan
argumen valid.
• Selain hal tersebut, supaya suatu argumen dinyatakan valid, maka argumen harus yang masuk akal
(soundness).
• Dalam argumen deduktif, semua argumen valid, tidak ada argumen yang disebut lebih valid atau kurang
valid.
• Dalam argumen induktif, ada argumen yang kuat, dan ada argumen yang lebih kuat.
Bab 3 Logika
Bab 4 Etika
• Etika mengajak orang untuk mempertimbangkan dan memiliki perilakunya sesuai dengan prinsip
(putusan) moral atau prinsip kebajikan/kebaikan. Dapat dijadikan petunjuk bagi orang dalam bertindak
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun akademis.
• Etiket : ketentuan yang mengatur sikap sopan dan santun, yang dibuat oleh sekelopok masyarakat untuk
mengatur tingkah laku individu dalam relasi dengan sesamanya dalam kehidupan keseharian.
• Moral : cara seseorang dalam bertindak, memiliki adat dan kebiasaan, dan sering dipahami sebagai
nasihat. Lebih kepada sikap aplikatif pada tindakan manusia ttng yg baik atau buruk.
• Norma : kaidah/petunjuk bagaimana orang berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, apa yang harus
dilakukan dan tidak.
• Kode etik : pedoman menjaga prinsip profesionalitas dalam bekerja. Acuan dalam mengerjakan tugas
sesuai standar dan juga sikap saat berelasi dengan sesama pekerja dan pihak lain.
• Etika dalam konteks akademik digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan analisis dalam
tindakan atau perilaku manusia dengan mendasarkan pada konsep dan teori-teori etika. Moral lebih
menitikberatkan pada pandangan baik atau buruk atas perilaku seseorang atau masyarakat.
• Etika deskriptif : mempelajari moralitas yang terdapat pada masyarakat dengan kebudayaan tertentu.
• Etika normatif : mengkaji tentang apa yang harus dirumuskan secara rasional dengan menggunakan
prinsip etis. Manusia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
• Metaetika : kajian etika yang membahas ucapan/kaidah bahasa yang berlandaskan aspek moralitas,
terutama yang berkaitan dengan bahasa etis.
• Etika terapan : ketika kajian etika lain kurang memberikan jawaban/penyelesaian atas isu/fenomena.
• Kaidah dalam etika:
o Hari nurani : peran, keinginan manusia untuk mempertimbangkan tindakan kita agar tindakan itu
di mata orang lain dan diri sendiri dianggap baik.
o Kebebasan dan tanggung jawab : kebebasan yang kita miliki bukan sebuah kesewenangan, tapi
dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kebebasan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan
o Hak dan kewajiban :
▪ Hak legal : hak yang didasarkan atas hukum dan berfungsi dalam sistem hukum
▪ Hal moral : hak yang didasarkan atas peraturan moral
▪ Hak khusus : muncul dalam suatu relasi khusus antarindividu dan atas dasar fungsi
khusus
▪ Hak umum : hak yang dimiliki setiap manusia tanpa terkecuali
▪ Hak positif : setiap individu berhak atas tindakan orang lain untuk berbuat sesuatu bagi
individu tsbt
▪ Hak negatif : hak yang dimiliki seseorang karena kebebasannyadan orang lain tidak dapat
menghalangi kebebasan itu
▪ Hak individual : hak yang dimiliki individu terhadap negara
▪ Hak sosial : hak yang dimiliki individu sebagai bagian dari anggota masyarakat bersama
dengan anggota masyarakat lainnya.
• Nilai moral memiliki bobot moral, artinya apa yang dilakukan manusia dapat menunjukkan apakah
tindakan itu dianggap baik atau tidak. Norma moral menyangkut perilaku seseorang baik atau tidak dari
sudut etis.
• Teori etika :
o Hedonisme : kesenangann yang harus dicapai oleh manusia dalam hidupnya. Dalam konteks
sekarang, hedonisme diartikan sebagai salah satu teori etika yang bertujuan mencari kenikmatan
(kesenangan) atas dasar tujuan hidup. Dasarnya adalah pertimbangan yang rasional dan tolok
ukur norma yang terkait dengan dirinya.
o Eudemonisme : setiap kegiatan manusia selalu memiliki tujuan yang dianggapnya baik
(kebahagiaan) disertai keutamaan intelektual dan keutamaan moral.
o Utiliarisme : mendasarkan pada prinsip kegunaan, yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk
menilai dan mengambil sesuatu keputusan secara moral dibenarkan atau tidak.
o Deontologi : berlandaskan pada kewajiban, dinilai atas dasar bagaimana seharusnya ia
melakukan tugas yang menjadi kewajibannya.
• Alasan belajar etika :
o Pertama, keragaman pandangan moral yang berasal dari pandangan hidup, latar belakang budaya,
kelompok, daerah, agama yang berbeda hidup berdampingan dalam suatu masyarakat dan negara.
o Kedua, modernisasi dan kemajuan IPTEK telah membawa perubahan besar dalam struktur
masyarakat dan berakibat munculnya bertentangan dengan pandangan-pandangan moral
tradisional.
o Ketiga, munculnya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun hidup manusia
dengan masing-masing ajaran/pandangannya.
• Urgensi etika dimulai saat seseorang dihadapkan pada kondisi dilematis memutuskan tindakannya dan
menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan. Etika sebagai perangkat mencari pemecahan masalah.