You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Rasional
Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok input pendidikan. Kualitas
Kurikulum menentukan kualitas proses pembelajaran. Kurikulum adalah keseluruhan
program aktivitas pembelajaran baik terstruktur maupun hidden yang terdokumentasi dengan
rapi, digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran untuk memberikan berbagai
pengalaman belajar kepada peserta didik. Pengalaman belajar itu harus bermakna dan
berdampak bagi karir peserta didik setelah lulus sekolah. Pengalaman belajar peserta didik
harus autentik, kontekstual, terprogram dan berpusat pada peserta didik. Filosofi dasar
pendidikan kejuruan bahwa “student is the central focus of the curriculum”. Keluasan dan
kedalaman level kompetensi sebagai pengalaman dan aktivitas pembelajaran terstruktur dan
terukur sesuai jenjang pendidikan.
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) berisi seperangkat program
pencapaian tujuan PMK yakni meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya. Tujuan PMK dioperasionalkan dalam bentuk Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), Kompetensi Inti dan kompetensi dasar dalam setiap Mata Pelajaran.
Kurikulum PMK memuat bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Definisi ini menunjukkan bahwa setiap satuan
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
membutuhkan kurikulum implementatif yang relevan dan cocok dengan kebutuhan peserta
didik dan seluruh stakeholders (dunia kerja dan masyarakat) serta siap diimplementasikan di
SMK/MAK guna memberi pengalaman belajar bermakna dan berdampak besar bagi karir
peserta didik di dunia kerja.

a. Tantangan Internal
Tantangan internal yang mendasar adalah Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terdiri atas pulau besar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.500. Penduduk
Indonesia berdasarkan pada Sensus Penduduk tahun 2010 berjumlah lebih dari 238 juta
jiwa. Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia antara lain
keragaman geografis, keragaman demografis, keragaman potensi sumber daya daerah,
keragaman latar belakang dan kondisi sosial budaya, keragaman potensi SMK/MAK,
keragaman ketersediaan sarana dan prasarana di SMK/MAK, dan berbagai keragaman
lainnya yang ada di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan perbedaan
jenis kebutuhan, tingkat kebutuhan, tingkat kesiapan, peluang dan tantangan
pengembangan yang berbeda antar daerah dan antar SMK/MAK. Keragaman tersebut
harus diadaptasi dalam rangka peningkatan relevansi mutu PMK sebagai upaya
mencerdaskan dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat di setiap daerah.

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal Penyusunan KTSP SMK/MAK adalah adanya globalisasi
industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Economic Community
(AEC), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN FreeTrade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang
pendidikan. Pendidikan Menengah Kejuruan ditantang turut memberi andil menyiapkan
modal manusia kompeten untuk bersaing di pasar tenaga kerja global.

c. Penyempurnaan Pola Pikir


Pendidikan yang sesuai untuk masa depan akan terwujud jika terjadi
perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik siap
menghadapi perubahan dan tantangan masa depan. Penyempurnaan pola pikir
berarti terjadi pergeseran dari pola pikir lama kepada pola pikir baru yang modern
dan kontekstual.
Perubahan pola pikir yang diharapkan terjadi dalam penerapan Kurikulum
2013 adalah sebagai berikut:
1. dari berpusat pada guru (teacher centered) menuju berpusat pada peserta didik
(student centered)
2. dari satu arah menuju interaktif
3. dari isolasi menuju lingkungan jejaring
4. dari pasif menuju aktif menyelidiki
5. dari abstrak menuju konteks dunia nyata (kontekstual)
6. dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim
7. dari luas menuju perilakukhas memberdayakan kaidah keterkaitan
8. dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru
9. dari alat tunggal menuju alat multimedia
10. dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif
11. dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan
12. dari usaha sadar tunggal menuju jamak
13. dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengatahuan disiplin jamak
14. dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan
15. dari pemikiran faktual menuju kritis
16. dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan

Kurikulum 2013 meninggalkan pola pikir lama yang statis dan sempit,
menuju pola pikir dinamis yang luas. Pembelajaran berpusat pada siswa menjadi
tuntutan utama, guru lebih berfungsi sebagai fasilitator sementara siswa
mengalami sendiri proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang
menuntut tindakan ilmiah dan terstruktur dalam mempelajari suatu topik
pembelajaran.

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Pada tahun ajaran baru 2013/2014 pemerintah menetapkan diberlakukannya
kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 menggantikan KTSP. Penyusunan
Kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan KBK yang telah
dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati (Sisdiknas, 2012). Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola
sebagai berikut.
1) Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.

e. Karakteristik Kurikulum 2013


Kompetensi pada Kurikulum 2013 dirancang berikut ini:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI)
atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK).
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas
tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.
2. Kondisi Nyata Berdasarkan EDS
3. Kondisi Ideal Sesuai Permendiknas No. 40/2008 tentang Sarpras SMK/MAK
4. Potensi dan Karakteristik Satuan Pendidikan

B. Tujuan Pengembangan KTSP


Pedoman Penyusunan KTSP SMK/MAK disusun dengan maksud dapat digunakan
sebagaipanduan bagi SMK/MAK dalam menyusun kurikulum implementatif secara lebih baik,
terstruktur, efektif, dan efisien. Tujuan penyusunan KTSP SMK antara lain untuk:

1. Merevitalisasi SMK/MAK sebagai lembaga pendidikan untuk penyiapan tenaga kerja tingkat
menengah;

2. Menyiapkan program-program pembelajaran kompetensi yang efektif dan relevan dengan


kebutuhan dan tuntutan dunia kerja;

3. Meningkatkan komitmen SMK/MAK, guru, komite sekolah, dunia kerja, dan Dinas
Pendidikan Provinsi dalam peningkatan kualitas layanan pendidikan, peningkatan kualitas
output dan outcome pendidikan kejuruan di SMK/MAK;

4. Meningkatnya kapasitas kepala sekolah, ketua kompetensi keahlian dan para guru dalam
mengembangkan kurikulum implementatif yang relevan dengan kebutuhaan sekolah dan stake
holder;

5. Mensinkronkan kompetensi-kompetensi yang tertuang dalam standar isi ke dalam silabus dan
menstrukturkan menjadi program pembelajaran kejuruan 3 dan 4 tahun;

6. Dihasilkannya KTSP SMK/MAK implementatif di SMK/MAK sebagai program


pembelajaran yang terdokumentasi dengan baik yang berisi antara lain visi, misi, tujuan,
strategi pencapaian visi-misi, profil lulusan, SKL, struktur kurikulum, silabus, RPP;

7. Digunakannya KTSP SMK/MAK secara konsisten sebagai acuan program pembelajaraan


oleh semua guru;

8. Dihasilkannya lulusan PMK unggul dengan kualifikasi jenjang 2 KKNI untuk kompetensi
keahlian SMK/MAK program pendidikan 3 (tiga) tahun dan jenjang kualifikasi 3 KKNI untuk
kompetensi keahlian SMK/MAK program pendidikan 4 (empat) tahun.

C. Landasan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis penting kedudukannya dalam penyusunan kurikulum.
Landasan filosofis memberi arah ideal dan pemikiran yang mendasar tentang isi
suatu kurikulum, konsep pembelajaran yang tepat, posisi peserta didik, penilaian
hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan kerja serta
lingkungan alam di sekitarnya. KTSP SMK/MAK dikembangkan dengan landasan
filosofis sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan KTSP SMK/MAK
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini dan untuk membangun dasar-dasar
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk berkembang karirnya di tempat kerja dan sejahtera kehidupan masa depan
selalu menjadi tujuan dasar KTSP SMK/MAK. Hal ini mengandung makna
bahwa KTSP SMK/MAK adalah program pembelajaran PMK untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda sebagai human capital bangsa.
Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tenaga
kerja menengah yang handal merupakan tugas utama SMK/MAK. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, KTSP
SMK/MAK mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai berbagai kompetensi.
Kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan pada SMK/MAK diprogramkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja (labour market), hal ini sejalan
dengan pandangan filsafat esensialisme. Di sisi lain dalam pandangan filosofi
pragmatisme PMK diselenggarakan untuk maksud memenuhi seluruh
kebutuhan individu peserta didik dalam mempersiapkan diri menjalani dan
memecahkan permasalahan-permasalahan kerja dan masalah kehidupan sehari-
hari di masyarakat dan keluarga.
2. KTSP SMK/MAK disusun untuk membangun budaya tekno-sain-sosio-
kultural yakni suatu budaya masyarakat yang secara sosial baik di sekolah,
dunia kerja, keluarga, maupun di masyarakat secara sinergi tumbuh budaya
pemecahan masalah secara terencana, terprogram, produktif, terdesain dan
dijelaskan atau diberi eksplanasi melalui proses inkuiri dan diskoveri. Budaya
teknologi adalah budaya dengan tata nilai dasar melakukan rekayasa pemecahan
masalah kehidupan dan masalah pekerjaan melalui pengembangan disain dan
temuan-temuan baru. KTSP SMK/MAK mengembangkan kemampuan peserta
didik sebagai pewaris budaya bangsa dan peduli terhadap permasalahan dunia
kerja, masyarakat dan bangsa masa kini dan masa depan.
3. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Peserta didik
SMK/MAK belajar membangun pengalaman diri dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan secara kreatif. Peserta didik cerdas menghadapi
kesulitan dan tantangan kerja dan pengembangan karir. Untuk itu peserta didik
SMK/MAK perlu memiliki pengalaman belajar berpikir kreatif, bekerja kreatif
sendiri-sendiri maupun dengan orang lain, dan menerapkan inovasi-inovasi
dalam setiap pemecahan masalah kerja, tantangan dan kehidupan. Menurut
pandangan filosofi ini, proses pendidikan kejuruan adalah suatu proses
pemberian dan fasilitasi pengalaman dan kesempatan kepada peserta didik
untuk melakukan proses mind on, hands on, dan heart on secara seimbang
melalui penguatan kemampuan milihat, mendengar, membaca, bertindak secara
matang dan cermat. KTSP SMK/MAK mengunggulkan budaya tekno-sain-
sosio-kultural dalam memecahkan masalah-masalah kerja dan sosial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. PMK membutuhkan penumbuhan atitude pokok (core attitudes) yaitu: disiplin
diri (self-discipline), keterbukaan terhadap pengalaman diri dan orang lain
(openness to experience), kemampuan pengambilan resiko (risk-taking), toleran
terhadap dualisme (tolerance for ambiguity), dan kepercayaan pada kelompok
(group trust).
5. PMK mengembangkan kecerdasan emosional-spiritual, sosial-ekologis,
intelektual, kinestetis, ekonomika, teknologi, seni-budaya, dan kecerdasan
belajar sebagai pusat pengembangan kecerdasan untuk membangun kecerdasan
menghadapi tantangan dan kesulitan (Adversity Quotient=AQ) (Sudira, 2015).
Filosofi ini menentukan bahwa isi KTSP SMK/MAK mencakup kecerdasan
ganda dan bersifat kontekstual. Filosofi ini mensyaratkan KTSP SMK/MAK
memberi pengalaman belajar yang utuh dan menyeluruh dalam
mengembangkan seluruh kecerdasan peserta didik.
6. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan belajar yang cerdas dalam
menumbuhkan kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap
sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat
dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).

Merujuk enam filosofi tersebut, maka KTSP SMK/MAK dikembangkan


dengan maksud untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik
agar kompeten dalam memecahkan masalah-masalah kerja, masalah-masalah sosial
di masyarakat secara kreatif, memiliki kemampuan berpikir kreatif, bekerja kreatif
dengan orang lain dan mampu menerapkan inovasi serta dilandasi disiplin diri yang
tinggi, keterbukaan terhadap pengalaman diri dan orang lain (openness to
experience), kemampuan pengambilan resiko (risk-taking), dan toleran terhadap
dualisme untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Kecerdasan peserta dalam menghadapi kesulitan atau hambatan menjadi bagian
penting pendidikan menengah kejuruan Abad XXI.

2. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan
rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan
nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini
dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja,
dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum
secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab
tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan
akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).

3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi
pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta konteks
kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif.
Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana
pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan
mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya.
Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
Oleh karena itu pendidikan di SMK yang selama ini sangat menonjolkan
kurikulum dan pembelajaran berbasis mata pelajaran, perlu dikembangkan menjadi
kurikulum yang bersifat tematik-terpadu. Konsep kurikulum tematik-terpadu
mencerminkan pertimbangan psikopedagogis anak usia sekolah yang sangat
memerlukan penanganan kurikuler yang sesuai dengan perkembangannya.

4. Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran sangat kuat mewarnai teori-
teori pendidikan kejuruan dunia. Tokoh tersebut adalah Charles Prosser dan John
Dewey. Teori Prosser menyatakan bahwa Pendidikan Kejuruan membutuhkan
lingkungan belajar menyerupai dunia kerja dan peralatan yang memadai sesuai
kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di dunia kerja. Agar efektif Pendidikan Kejuruan
harus melatih dan membentuk kebiasaan kerja sebagai suatu kebutuhan yang harus
dimiliki bagi setiap individu yang mau bekerja. Penguatan kemampuan dan skill
kerja dapat ditingkatkan melalui pengulangan cara berpikir dan cara bekerja yang
efisien. Pendidikan Kejuruan harus melakukan seleksi bakat dan minat. Guru
Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika telah memiliki pengalaman sukses dalam
menerapkan skill dan pengetahuan sesuai bidang yang diajarkan. Kemampuan
produktif sebagai standar performance dikembangkan berdasarkan kebutuhan
industri sesuai actual jobs. Pendidikan Kejuruan membutuhkan biaya pendidikan
dan pelatihan yang harus terpenuhi dan jika tidak sebaiknya tidak diselenggarakan.
Pendidikan Kejuruan dalam pandangan teori John Dewey menegaskan bahwa
Pendidikan Kejuruan menyiapkan peserta didik memiliki kemampuann memecahkan
permasalahan sesuai perubahan-perubahan dalam cara-cara berlogika dan
membangun rasional melalui proses pemikiran yang semakin terbuka dalam
menemukan berbagai kemungkinan solusi dari berbagai pengalaman. Dampak
pokok dari TVET yang diharapkan oleh Dewey adalah masyarakat berpengetahuan
yang mampu beradaptasi dan menemukan kevokasionalan dirinya sendiri dalam
berpartisipasi di masyarakat, memiliki wawasan belajar dan bertindak dan
melakukan berbagai perubahan sebagai proses belajar sepanjang hayat. Belajar
berlangsung selama jiwa masih dikandung badan. Dewey juga mengusulkan agar
Pendidikan Kejuruan dapat mengatasi permasalahan diskriminasi pekerjaan,
diskriminasi kaum perempuan, dan minoritas. Dewey memberi advokasi
modernisasikurikulum Pendidikan Kejuruan menjadi "scientific-technical". Studi ini
mengkaitkan cara-cara bekerja yang didukung pengetahuan yang jelas dan memadai.
Dewey berargumen bahwa sekolah tradisional yang tumpul dan mekanistis
harus dikembangkan menjadi pendidikan yang demokratis dimana peserta didik
mengeksplorasi kapasitas dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam segala aspek
kehidupan masyarakat. Dewey memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu
melakukan proses transmisi dan transformasi budaya dengan peningkatan dan
kesetaraan posisi dalam ras, etnik, posisi sosial ekonomi di masyarakat. Setiap
individu memiliki pandangan positif satu sama lain. Pendidikan Kejuruan tidak
hanya fokus pada bagaimana memasuki lapangan pekerjaan, tetapi juga fokus pada
peluang-peluang pengembangan karir, adaptif terhadap perubahan lapangan kerja
dan berbasis pengetahuan atau ide-ide kreatif.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan menurut Dewey memuat kemampuan
akademik yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skill interpersonal, dan
karakter kerja. Dalam pandangan Dewey Kurikulum Pendidikan Kejuruan
mengintegrasikan pendidikan akademik, karir, dan teknik. Ada artikulasi di antara
pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi, dan dekat dengan dunia kerja.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu membangun komunitas masyarakat
secara bersama-sama menjadi anggota masyarakat yang aktif mengembangkan
budaya. Menurut Dewey hanya pengalaman yang benar dan nyata yang dapat
membuat peserta didik dapat menghubungkan pengetahuan yang dipelajari. Teori
pendidikan demokratis Dewey cocok dengan tuntutan Pendidikan Kejuruan Abad
XXI.
Selain dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efisiensi Sosial dari
Charles Prosser dan Pendidikan Vokasional Demokratis dari John Dewey, ada Teori
Tri Budaya sebagai pemikiran awal yang dapat digunakan untuk pengembangan
kompetensi kevokasionalan (Sudira, 2011). Teori Tri Budaya menyatakan
Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika mampu mengembangkan budaya berkarya,
budaya belajar, dan budaya melayani secara simultan. Pendidikan Kejuruan dalam
melakukan proses pendidikan dan pelatihan harus membangun budaya berkarya,
belajar, dan menerapkan hasil-hasil karya inovatif sebagai bentuk-bentuk layanan
kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi belajar harus digunakan untuk
kesejahteraan bersama melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK/MAK adalah
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran yang membangun performa
peserta didik “individual ability to perform” mencakup penguasaan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap secara terpadu. Pendekatan pembelajaran ini harus
menganut pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap
(attitude), pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja
sesuai profesinya. Agar peserta didik dapat belajar secara tuntas, dikembangkan
prinsip pembelajaran sebagai berikut.
1. Learning by doing: belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, otentik,
kontekstual di tempat kerja, memberikan pengalaman melakukan aktivitas
kerja nyata dan bermakna. Pembelajaran kejuruan berbasis produksi,
berbasis pemecahan masalah, berbasis kerja, berbasis inkuiri, berbasis
diskoveri;
2. Individualized learning yakni pembelajaran dengan memperhatikan keunikan
setiap individu dan dilaksanakandengan sistem modular.
3. Team work learning adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
bekerja secara tim dengan penguatan kompetensi diri bertanggung-jawab
dengan tugas-tugas dan memahami posisi dan fungsinya dalam tim.
Pembelajaran kejuruan tidak cukup belajar menguasai kompetensi secara
individu tetapi perlu belajar dalam kelompok.

Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja sangat penting


fungsi dan posisinya dalam memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan
ketenagakerjaan suatu negara diharapkan mencakup lima hal pokok yaitu: (1)
memberi peluang kerja untuk semua angkatan kerja yang membutuhkan; (2)
pekerjaan tersedia seimbang dan merata di setiap daerah dan wilayah; (3) memberi
penghasilan yang mencukupi sesuai dengan kelayakan hidup dalam bermasyarakat;
(4) pendidikan dan pelatihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi
dan masa depan setiap individu; (5) matching man and jobs dengan kerugian-kerugian
minimum, pendapatan tinggi dan produktif. Kebijakan ketenagakerjaan tidak boleh
memihak hanya pada sekelompok atau sebagian dari masyarakatnya. Jumlah dan
jenis-jenis lapangan pekerjaan tersedia, tersebar merata, seimbang, dan layak untuk
kehidupan seluruh masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi tidak efisien jika
lapangan pekerjaan tidak tersedia merata dan seimbang bagi lulusan.

KTSP SMK/MAK dikembangkan atas teori Efisiensi Sosial dan Pendidikan


Demokratis, “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), pembelajaran
berbasis kerja, pembelajaran berbasis produksi, dan pembelajaran berbasis pemecahan
masalah. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional
sebagai standar minimal warga negara yang dirinci menjadi standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

KTSP SMK/MAK menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam


bentuk proses belajar mengajar yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran
teori di kelas, pembelajaran pembuktian teori di laboratorium, pembelajaran skill di
bengkel/studio/workshop/kebun dan sebagainya, pembelajaran ketrampilan kerja di
tempat kerja (DU-DI, Teaching factory, Business centre); dan (2) pengalaman belajar
langsung di dunia kerja untuk membangun kebiasan kerja sesuai kebutuhan dunia
kerja. Demikian juga dengan pembelajaran langsung di masyarakat sesuai dengan
latar belakang, karakteristik, kompetensi keahlian dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi
dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

5. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Penyusunan KTSP SMK/MAK antara lain:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standart Pendidikan
Nasional;

3. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang KKNI;

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 60 Tahun


2014 Tentang Kurikulum SMK;

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61


tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62


Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63


Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstra Kurikuler Wajib;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79
tahu 2014 tentang Implementasi Mulok Kurikulum 2013;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111


tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53


Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2016 tentang Standart Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah
Kejuruan;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21


Tahun 2016 tentang Standart Isi Pendidikan Menengah Kejuruan;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2016 tentang Standart Proses Pendidikan Menengah Kejuruan;

14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2016 tentang Standart Penilaian Pendidikan Menengah Kejuruan;

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 2016 tentang Struktur Kurikulum;

16. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 374/KEP.D/KR/2016 Tanggal 11 Juli 2016

17.

18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


....tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah
Kejuruan;

19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


....tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Menengah Kejuruan;

20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


....tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Menengah Kejuruan;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
....tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Menengah Kejuruan;

22. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan;

23. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 130/D/KEP/KR/2017 tentang Struktur
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.

You might also like