You are on page 1of 18

Struktur Pembuluh Darah Ekstremitas Superior

Rizqi Putra Pratama


102016022
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510.
Telepon : 021-5694 2061; Fax : 021-563 1731.
Email: Rizqiputrapratama26@gmail.com

ABSTRAK
Dalam sistem kardiovaskuler terdapat sistem vaskularisasi (pembuluh darah).
Pembuluh darah terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena. Setiap pembuluh
darah memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan ukuran dan otot yang melapisi
dinding pembuluh darah. Pendarahan pada sistem vaskularisasi extremitas superior
mempengaruhi beberapa sistem tubuh lainnya seperti tekanan darah dalam tubuh,
sistem pembekuan darah dan sistem aliran darah. Pendarahan pada tingkat awal hanya
menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah yang endotelnya rusak atau putus,
akan tetapi akan terjadi sumbat thrombosit dan kaogulasi pada pendarahan lebih
besar. Pendarahan yang besar dapat menyebabkan melemahnya denyut nadi yang
dikarenakan respon tubuh yang menyebabkan aliran darah yang melambat dengan
menurunkan tekanan darah maupun membuat sumbatan trombosit sehingga
vaskularisasi extremitas superior berukurang.
Kata kunci: Kardiovaskuler, pembuluh darah, komponen darah, tekanan darah

ABSTRACT
In the cardiovascular system there is a system of vascularization (blood vessels).
Blood vessels consist of arteries, arterioles, capillaries, venules, and veins. Each
blood vessel has a different structure according to the size and muscle that lines the
blood vessel wall. Bleeding in the superior extremity vascularization system affects
several other body systems such as blood pressure in the body, blood clotting system
and blood flow system. Bleeding at baseline only causes vasoconstriction in
endothelial blood vessels damaged or broken, but a thrombocyte plug and a greater
bleeding can occur. Large bleeding can cause weakening of the pulse due to the

1
body's response that causes the blood flow to slow down by lowering blood pressure
and making platelet blockage so that vascularity of superior extremities berukurang.
Keywords: Cardiovascular, blood vessels, blood components, blood pressure

Pendahuluan
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi untuk mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh.1 Dalam sistem kardiovaskuler terdapat sistem vaskularisasi
(pembuluh darah). Pembuluh darah terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan
vena. Satiap pembuluh darah memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan ukuran
dan otot yang melapisi dinding pembuluh darah. Pendarahan yang terjadi umumnya
disebabkan oleh trauma yang berakhir pada robeknya pembuluh darah.2
Pada pembuluh darah kecil pendarahan dapat dikompensasi adanya proses
pembekuan darah tetapi pendarahan yang terjadi pada pembuluh darah utama/besar
membutuhkan bantuan tekanan dari tenaga medis pada organ yang mengalami
pendarahan. Hal ini juga dapat berpengaruh pada perubahan tekanan darah yang
signifikan. Oleh sebab itu, penulisan tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengkaji
lebih lanjut mengenai struktur makroskopis dan mikroskopis pembuluh darah
terutama pada bagian extremitas superior, fungsi serta mekanisme kerja pembuluh
darah, proses pembekuan darah juga hubungannya dengan perubahan tekanan darah.1

Struktur Makroskopis Pembuluh Darah Pada Extremitas Superior


1. Arteri Axilaris

A.axilaris berawal dari margo lateralis costa 1 sebagai terusan dari arteri sublavia
dan berahir pada batas inferior m. teres mayor dan kemudian melanjutkan sebagai
a.brachialis. V.axilaris berjalan di sebelah medialnya. Bagian pertama terdiri dari
a.thoracica suprema. Bagian kedua terdiri dari a.thoracoacromialis yang mempunyai 4
ramus, yakni r.pectoralis, r.acromialis, r.clavicularis, r. deltoideus, serta a.thoracalis
lateralis. Bagian ketiga terdiri dari a.subscapularis yang mempunyai cabang
a.scapularis circumflexa dan a.infrascapularis. Arteri lain dari bagian tiga adalah a.
circumflexa anterior humeri dan a.circumflexa posterior humeri.3

2
2. Arteri Brachialis

A.brachialis berawal di batas inferior m. teres mayor sebagai terusan dari a.


aksilaris dan berahir membentuk bifurcatio menjadi a. radialis dan a. ulnaris setinggi
kolum radius. Letaknya tepat di bawah fasia profunda sepanjang perjalanannya. A.
brakialis disilang di sebelah anterior oleh n. medianus setinggi pertengahan lengan
dari lateral ke medial, oleh karena itu di sebut terletak di antara n. medianus (medial)
dan tendon biceps (batas lateral) pada fosa cubiti.3
Cabang dari a brachialis yang terbesar adalah a. profunda brachii. Mulai dari
dekat asal a. brachialis dan membelok ke belakang humerus bersama dengan n.
radialis dalam sulkus nervi radialis sebelum turut dalam anastomosis di sekitar
artikulatio cubiti. Cabang yang lain adalah a. nutrisiae humeri dan cabang-cabang
colateralis ulnaris superior dan inferior yang ahirnya turut dalam anastomosis di
sekitar siku.3

3. Arteri Radialis

Perjalanan a radialis keluar setinggi kolum radius dari bifurcation a. brakialis.


Arteri ini berjalan di atas tendon biceps dan terletak mula-mula di atas m. supinator.
Di pergelangan tangan, arteri ini terletak di sebelah distal radius lateral terhadap tendo
flexor carpi radialis. Cabang- cabang pertama dari a. radialis adalah rami palmaris dan
karpal dorsalis keluar setinggi pergelangan tangan. Ramus palmaris superficialis
keluar di pergelangan tangan yang memasok darah ke otot-otot tenar dan ahirnya
beranastomosis dengan ramus palmaris superficialis dari a. ulnaris untuk membentuk
arkus palmaris.3
A radialis berjalan ke belakang di bawah tendon m. abductor policis longus
dan m. ekstensor policis brevis memasuki snuffbox anatomis. Akhirnya arteri ini
melewati atas os skafoid dan os trapezium dalam snuffbox dan keluar di antara dua
kaput m. adductor policis memasuki telapak tangan membentuk arkus palmaris
profunda bersama dengan a. ulnaris. Dari sini juga keluar cabang a. princeps policis
dan radialis indicis menuju jari telunjuk.3
Arkus palmaris profundus memiliki tiga cabang a. metacarpea palmaris yang
ahirnya bergabung dengan a. digitales palmaris communis (dari arkus palmaris
superficial) untuk memasok darah ke jari-jari tangan.

3
4. Arteri Ulnaris

A. ulnaris dimulai sebagai akhir bifurcatio a. brachialis setinggi kolum radius.


Arteri ini berjalan di sebelah profunda m.teres dan sebelah profunda arkus fibrosa
flexor digitorum superficialis dan turun pada m. flexor digitorum profunda bersama
dengan n. ulnaris di sebelah medialnya dan m. flexor carpi ulnaris menumpuk
diatasnya pada setengah proksimal lengan bawah.3
Di pergelangan tangan baik arteri maupun n. ulnaris sama-sama terletak di
sebelah lateral (radialis) terhadap m. fleksor karpi ulnaris dan lewat di atas
retinaculum muskulorum fleksorum manus kemudian membentuk cabang-cabang
yang turut dalam arkus karpal dorsalis dan palmaris. Cabang-cabangnya yakni ramus
palmaris profunda yang melengkapi arkus palmaris profunda dan a. ulnaris
melanjutkan sebagai arkus palmaris superficialis dari a. radialis.3
Cabang berikutnya a. interossea comunis yang terbagi dua menjadi a.
interossea volaris dan a. interossea dorsalis. A. interosse volaris turun bersama dengan
cabang interoseus dari n. medianus di permukaan anterior membrane interosesus.
Arteri ini terutama memasok darah ke kompartemen flexor lengan bawah. Sedangkan
a. interossea dorsalis lewat di atas batas antara membrane interosesus dan memasuki
kompartemen ekstensor dimana arteri ini berjalan bersama ramus profunda n. radialis
untuk mempersyarafi otot-otot lengan bawah.3
5. Vena Ekstremitas superior

Sistem vena terdiri dari sistem superficialis dan profundus. Sistem


superficialis terdiri dari v. cephalica dan v. basilica. V sepalica berawal dari ujung
lateral jaringan vena dorsalis yang terletak di atas snuffbox anatomis. Vena itu naik
pada aspek lateral, kemudian anterolateral lengan bawah dan lengan serta akhirnya
berjalan pada sutura deltoideopectorale untuk menembus fascia clavipectoralis dan
mengalir ke v. aksilaris.3
V basilica dimulai pada ujung medial jaringan vena dorsalis. Vena ini naik
sepanjang aspek medial kemudian anteromedial lengan bawah dan lengan untuk
menembus fasia profunda (pada region pertengahan lengan) untuk bergabung dengan
v. comitans dari a. brachialis membentuk v. aksilaris. Kedua vena superficialis ini
biasanya dihubungan oleh vena mediana cubiti di fosa cubiti.3
Vena-vena profunda terdiri dari vv. Comitans (vena yang menyertai arteri)
Vena superficialis ekstremitas atas sangat penting untuk flebotomi dan akses vena

4
perifer. Tempat yang paling sering digunakan adalah v. mediana cubiti pada fosa
antecubiti dan v. sepalica di lengan bawah.3

Gambar 1. Vaskularisasi ekstremitas superior3

Struktur Mikroskopis Pembuluh Darah


Pembuluh darah terbagi menjadi 3 lapisan utama yaitu tunika intima, tunika
media dan tunika adventisia.
Tunika Intima
Intima terdiri atas satu lapis sel endotel, yang ditopang oleh lapisan subendotel
jaringan ikat longgar yang kadang-kadang mengandung sel otot polos. Pada arteri,
intima dipisahkan dari tunika media oleh lamina elastika intena yaitu komponen
terluar dari intima lamina ini terdiri atas elastin, memiliki celah-celah yang
memungkinkan terjadi difusi zat untuk memberikan nutrisi ke sel-sel bagian dinding
pembuluh. Karena tekanan darah dan kontraksi pembuluh tidak terjadi pada saat
kematian, tunika intima arteri pada umumnya tampak berombak-ombak pada sedian
jaringan.4

5
Tunika Media
Tunika media terutama terdiri atas lapisan kosentris sel-sel otot polos yang
tersusun secara berpilin. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat dan lamela elastin,
serat retikulin, proteoglikan, dan glikopotein dalam jumlah bervariasi. Sel otot polos
menjadi sumber sel dari matriks ekstrasel ini. Pada arteri, tunika media memiliki
lamina elastika eksterna yang lebih tipis, yang memisahkannya dari tunika
adventisia.4
Tunika Adventisia
Tunika adventisia terutama terdiri atas serat kolagen dan elastin. Kolagen
dalam adventisia berasal dari tipe 1. lapisan adventisia berangsur menyatu dengan
jaringan ikat organ tempat pembuluh darah berada.4
Katup Vena
Banyak vena kecil dan vena sedang terutama pada anggota bawah dilengkapi
dengan katup yang mencegah aliran balik menjauhi jantung. Katup ini berupa lipatan
bentuk sabit atau kantung sebagai lipatan tunika intima setempat. Biasanya
berpasangan menonjol ke dalam lumen dengan tepi bebasnya menghadap ke arah
jantung. Pada umumnya katup kedapatan menempel pada dinding vena tetapi bila
terjadi arus balik, mereka terisi penuh sehingga pinggir bebasnya saling menempel,
sehingga aliran balik tercegah.4
Vasa Vasorum
Arteri dan vena dengan garis tengah lebih dari 1 mm disuplai oleh pembuluh
nutrisi kecil yang disebut pembuluh buluh darah atau vasa vasorum. Pembuluh ini
masuk ke dalam tunika adventisia dan berakhir sebgai kapiler padat yang merasuk
jauh ke dalam jalinan terdalam kapiler padat yang termasuk jauh ke dalam lapisan
terdalam tunika media. Tidak dijumpai kapiler di dalam intima; tetapi pada beberapa
vena besar, mungkin karena rendahnya tekanan vena dan oksigen, kapiler merasuk
sampai tunika intima.4

Pembuluh Darah Arteri


Pembuluh darah pada arteri digolongkan sesuai dengan diameternya menjadi
arteriol, arteri berdiameter sedang dan arteri berdiameter besar.

6
Arteriol
Arteriol (pembuluh darah arteri yang paling kecil) umumnya berdiameter
kurang dari 0,5 mm dan memiliki lumen yang relatif sempit. Lapisan subendotel
tersebut sangat tipis. Pada arteriol yang sangat kecil, tidak terdapat lamina elastiksitas
interna dan tunika media. Umumnya terdiri atas satu atau 2 lapis sel otot polos yang
melingkar, tidak ada lamina elastika eksterna. Diatas ateriol terdapat arteri kecil
dengan tunika media yang lebih berkembang, dan lumennya lebih besar dari lumen
arteriol. Umumnya berlumen bundar atau agak lonjong. Tunika intima terdiri atas
selapis sel endotel dan lapisan subendotel. Dibawah lapisan ini terdapat tunika
elastika interna yang terdiri atas serat elastin yang berjalan berkelok-kelok melingkari
dinding pembuluh. Tunika elastika interna lebih jelas terlihat pada sajian dengan
pulasan orcein. Tunika medianya terdiri atas beberapa lapis serat otot polos tersusun
melingkari dinding pembuluh.5
Arteri Sedang
Arteri sedang (mempunyai banyak unsur otot) dapat mengendalikan
banyaknya darah yang menuju organ dengan mengontraksi atau merelaksasi sel-sel
otot polos tunika media. Arteri sedang berlumen bulat atau lonjong, dindingnya
tampak tebal untuk ukuran lumennya. Tunika intima terdiri atas selapis sel endotel
dengan jaringan ikat yang tipis dibawahnya. Seperti pada arteriol, sel endotel tampak
berderet mengikuti kelak-kelok mengelilingi lumen. Tunika medianya tebal, terdiri
atas banyak otot polos yang tersusun melingkar. Dalam tunika media sudah dapat
ditemukan kapiler darah yang mendarahi tunika media yang disebut vasa vasorum.
Tunika elastika eksterna juga jelas terlihat, tetapi tidak membentuk lapisan sepadat
tunika elastika interna. Unsur serat elastin pembuluh ini tidak saja terdapat pada
kedua lapisan tambahan ini, tetapi terdapat juga diantara serat otot polos tunika
media. Serat-serat ini dapat dilihat dengan mudah pada sajian pulasan orcein. Tunika
advetisia terdiri atas jaringan ikat jarang dengan vasa vasorum yang lebih jelas.5
Arteri Besar
Arteri besar (terutama terdiri atas serat elastin) membantu menstabilkan aliran
darah. Arteri besar mencakup aorta beseta cabang-cabang besarnya. Warnanya
kekuningan karena banyaknya elastin dibagian medianya. Intima lebih tebal daripada
lapisan intima diarteri sedang.lamina elastika interna , meskipun ada, tidak jelas
terlihat karena serupa dengan lamina-lamina elastis dilapisan media. Tunika media

7
terdiri atas serat-serat elastin dan sederetan lamina elastis yang berlubang-lubang dan
tersusun melingkar, yang jumlahnya bertambah dengan meningkatnya usia. Diantara
lamina-lamina elastis terdapat sel-sel otot polos, serat retikulin, proteoglikan dan
glikoprotein. Tunuka adventisia relatif kurang berkembang. Lamina elastis membantu
fungsi penting, yaitu agar influks darah lebih merata. Selama ventrikel berkontraksi(
sistol), lamina elastika arteri besar teregang dan perubahan tekanan berkurang.
Selama ventrikel berelaksasi (diastol), tekanan ventrikel menurun ke nilai yang
rendah, tetapi daya elastis arteri besar membantu mempertahankan tekanan arteriol.
Akibatya tekanan arteriol dan kecepatan aliran darah menurun dan makin tidak
bervariasi saat darah menjauhi jantung.5

Pembuluh Darah Vena


Darah di dalam sistem vena bertekanan seperti sepuluh dari tekanan darah
arteri dank arena itu harus menampung volume darah lebih besar daripada sistem
arteri. Caliber vena umumnya lebih besar daripada arteri, dindingnya lebih tipis
terutama disebabkan oleh berkurangnya unsur otot dan elastinnya.4,5 Pembuluh darah
vena digolongkan atas tiga golongan yaitu:
1. Venula. Venula yang paling kecil mempunyai intima yang terdiri atas endotel saja
dengan selubung serat kolagen di luarnya. Saat garis tengahnya mencapai 50 µm,
mulai ada serat otot polos. Pada venula 200µm atau lebih serat otot melingkar
telah membentuk lapisan sempurna, setebal 1-3 lapis di luar endotel/ tunika
adventisia tebal dibandingkan keseluruhan dindingnya tipis.4,5
2. Vena kecil dan sedang. Garis tengah berkisar antara 1-9 mm. Tunika intima tipis.
Sel endotel pendek dan berbentuk poligonal. Tunika media tipis. Lapisan ini
terdiri atas berkas kecil serat otot polos yang tersusun melingkar dipisahkan oleh
serat kolagen dan serat elastin. Tunika adventisia sangat berkembang dan
membentuk sebagian besar dindingnya. Terdiri atas jaringan ikat longgar dengan
berkas serat kolagen kasar tersusun memanjang dan sedikit otot polos.4,5
3. Vena besar. Tunika intima berstruktur sama dengan vena yang lebih kecil, tetapi
agak tebal. Tunika media kurang berkembang dan otot polos pembentuknya
sanagat berkurang. Tunika adventisia paling tebal dari ketiga lapisannya, dan
terdiri dari tiga lapis. Di luar tunika media berupa suatu lapis mengandung

8
jaringan ikat padat fibroelastis dengan serat kolagen kasar, yang sering tersusun
berbentuk uliran terbuka.4,5

Gambar 2. Pembuluh darah4

Kapiler
Pembuluh kapiler merupakan tabung endotel sederhana yang menghubungkan
sisi arteri dan vena dari sistem peredaran darah. Garis tengah rata-rata 7-9 mikron.
Dinding kapiler terdiri atas selapis sel endotel gepeng, yang dipisahkan dari jaringan
di sekitarnya oleh lamina atau membran basal. Setiap sel endotel berupa lempeng tipis
melengkung dengan inti lonjong. Kapiler dikelilingi selubung tipis terdiri atas serat
kolagen dan elastin tipis dan disertai atas perisit di sana sini. Perisit, kemungkinan
merupakan sel yang belum berkembang menjadi sel jenis lain termasuk otot polos.5
Penggolongan kapiler menjadi tiga jenis yang utama sempurna, bertingkap,
dan sinusoidal (tidak sempurna)
1. Kapiler sempurna. Kapiler jenis ini (jenis I) dijumpai banyak pada jaringan
termasuk otot, paru, sususan saraf pusat dan kulit. Ciri yang khas adalah di
dalamnya terdapat filamen halus dan banyak vesikel kecil (vesikel pinositotik atau
keveol intrasel) sepanjang permukaan sel yang menghadap ke lumen maupun
membran basal. Vesikel tersebut bergaris tengah 50-70 nanometer. Sel-sel endotel
diperlekatkan oleh sejumlah taut-rigi (interdigitated junctions) atau taut
sederhana.5

9
2. Kapiler bertingkap. Pembuluh kapiler bertingkap (jenis II) dijumpai dalam
mukosa usus, berbagai kelenjar endokrin, glomerulus ginjal dan pankreas. Pada
endotel, di seitar inti, sitoplasmanya sangat tipis dan ditembusi oleh pori-pori yang
bergaris tengah 30-50 nm. Sel-sel endotel kapiler ini dipisahkan satu sama lain
oleh taut-rekah (gap junction).5
3. Kapiler sinusoidal. Kapiler mempunyai garis tengah lumen lebih besar dari
normal. Kapiler ini disebut sinusoid atau kapiler sinusoid. Garis tengahnya
mencapai 30µm atau lebih dan mempunyai dinding berkelok-kelok tak beraturan.
Dinding terdiri atas sel endotel bukan merupakan lapisan utuh terdapat celah yang
lebar diantara sel-sel tersebut.5

Gambar 3. Kapiler5

Komponen-Komponen Darah
Darah merupakan jaringan ikat khusus dengan materi ekstrasel cair yang
disebut plasma. Sekitar lima liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung pada gerakan
rerata orang dewasa dalam satu arah di dalam sistem sirkulasi tertutup. Terdapat unsur
berbentuk yang beredar dalam plasma, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit.6
Darah yang dikumpulkan dapat dipisahkan dengan sentrifugasi membentuk
lapisan-lapisan. Eritrosit membentuk lapisan bawah dan volumenya yang normalnya
mencapai 45% volume darah total pada orang dewasa, yang disebut dengan
hematokrit, sedangkan 55% sisanya merupakan plasma. Sekitar 1% volume berwarna
putih atau keabuan terdiri atas leukosit dan platelet yang keduanya kurang padat
daripada eritrosit.6
Jumlah hematokrit normal berada pada kisaran 39-50% pada laki-laki dan 35-
45% pada perempuan. Rendahnya jumlah hematokrit sering menandakan

10
berkurangnya jumlah eritrosit yang ikut dalam sirkulasi darah , dimana kondisinya
disebut anemia dan mungkin mengindikasikan kehilangan banyak darah karena
perdarahan internal maupun eksternal.7

Gambar 4. Komponen darah6

Plasma Darah
Plasma merupakan larutan cair yang mengandung substansi berat molekul
rendah atau tinggi yang membentuk 8-10% volumenya. Protein plasma mencakup
sekitar 7% komponen terlarut, yaitu:8
a) Albumin, merupakan protein plasma terbanyak, dibuat di hati, untuk
memelihara tekanan osmotikdarah
b) α-globulin & β-globulin, dibentuk di hati dan sel lain, mencakup transferrin dan
faktor transpor lainnya; fibronektin; protrombin dan faktor koagulasi lainnya;
lipoprotein dan protein lain yang memasuki darah dari jaringan
c) γ-globulin, merupakan imunoglobulin (antibodi), disekresi oleh limfosit di
banyak tempat.
d) Protein komplemen, merupakan sistem faktor yang penting pada peradangan
dan destruksi mikroorganisme.

11
e) Fibrinogen, merupakan protein plasma terbesar yang dibentuk di hati,
berpolimer menjadi serat ikatan silang yang tidak larut selama pembenkuan,
yang menyumbat pengeluaran darah dari pembuluh kecil.8
Sedangkan zat lainnya yaitu nutrien (glukosa, lipid, asam amino), substansi
nitrogen (urea, asam urat, kreatin, kreatinin, garam amonium), hormon, dan banyak
ion anorganik (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-, PO43-, SO42-) yang secara kolektif
disebut elektrolit.6,7

Eritrosit
Eritrosit mengalami diferensiasi terminal, tidak berinti, dipenuhi protein
hemoglobin pembawa O2. Dalam keadaan normal, eritrosit tidak pernah
meninggalkan sistem sirkulasi. Eritrosit manusia yang berada pada mediun isotonik
merupakan cakram bikonkaf yang fleksibel, dengan diameter 7,5μm , dengan tebal
2,6 μm di tepi dan 0,7 μm di bagian tengah. Eritrosit cukup fleksibel yang
memungkinkan beradaptasi dengan ketidak-teraturan bentuk kapiler dan diameter
kapiler yang kecil. Saat eritrosit melewati sudut percabangan kapiler, eritrosit dengan
hemoglobin dewasa (HbA) berubah bentuk dengan mudah dan sering berbentuk mirip
mangkuk. Sitoplasma eritrosit dipenuhi hemoglobin. Pada Pembuluh kecil, sel darah
juga sering bertumpuk sebagai agregat yang disebut rouleaux.6
Eritrosit manusia dapat bertahan dalam sirkulasi lebih kurang selama 120 hari.
Eritrosit yang tua atau usang akan dihilangkan dari sirkulasi oleh makrofag limpa,
hati, dan sumsum tulang.6

Gambar 5. Eritrosit6

Leukosit
Leukosit bermigrasi ke jaringan tempat leukosit menjadi fungsional dan
melakukan berbagai aktivitas. Leukosit terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan

12
granul dalam sitoplasma, yaitu granulosit dan agranulosit. Keduanya berbentuk sferis
saat keduanya berada dalam plasma darah, tetapi menjadi ameboid setelah keluar dari
pembuluh darah dan memasuki jaringan.6
Granulosit terdiri dari dua jenis granul , yaitu granul spesifik (pengikat komponen
netral, basa, atau asam dari campuran pewarna) dan granul azurofilik (lisosom khusus
yang terdapat dalam tingkatan tertentu di semua leukosit). Granul azurofilik berfungsi
secara kolektif untuk membunuh dan mencerna mikroorganisme saat sel
memfagositosis mikroorganisme.6
Granulosit memiliki inti polimorfik dengan 2 atau lebih lobus dan mencakup
neutrofil, eosinofil, dan basofil.Leukosit agranulosit tidak memiliki granul spesifik,
tetapi sel ini mengandung granul azurofilik (lisosom). Inti tersebut berbentuk bulat
atau berlekuk. Kelompok sel ini meliputi limfosit dan monosit.6
Neutrofil
Pada sitoplasma neutrofil, terdapat dua jenis granul utama yaitu granul
spesifik dan granul azurofil (lisosom khusus untuk membunuh bakteri yang ditelan.
Pada wanita, kromosom X yang inaktif tampak sebagai alat pemukul drum di salah
satu lobus inti meskipun ciri khas ini tidak jelas terlihat di semua neutrofil. Neutrofil
tidak aktif dan berbentuk sferis saat berada dalam sirkulasi namun menjadi aktif dan
ameboid selama diapedesis dan saat melekat pada substrat solid seperti kolagen pada
matriks ekstrasel.6
Eosinofil
Eosinofil bercirikan sejumlah besar granul spesifik berukuran besar dan
lonjong yang terpulas oleh eosin. Granul spesifik eosinofil tampak berbentuk oval
dengan banyak inti kristalin pipih yang mengandung protein basa utama, yaitu faktor
yang kaya akan arginin dan menimbulkan sifat asidofilia yang intens pada granul
tersebut. Eosinofil memfagosit kompleks antigen-antibodi dan memodulasi respons
inflamatorik dengan banyak cara. Sel-sel ini merupakan sumber penting faktor yang
memperantarai reaksi alergi dan asma. Pada jaringan, eosinofil ditemukan dalam
jaringan ikat di bawah epitel bronkus, saluran cerna, uterus, dan vagina, dan
mengelilingi cacing parasit. Selain itu, sel-sel ini menghasilkan zat yang memodulasi
peradangan melalui inaktivasi leukotrien dan histamin yang dihasilkan sel-sel lain.
Kortikosteroid yang merupakan hormon dari korteks adrenal menyebabkan penurunan

13
jumlah eosinofil darah dengan cepat, agaknya dengan mengganggu pelepasan
granulosit dari sumsum tulang ke dalam sirkulasi darah.6
Basofil
Basofil sukar ditemukan pada apusan darah normal. Intinya terbagi menjadi
dua atau lebih lobuli iregular, tetapi granul-granul spesifik besar yang berada
diatasnya biasanya mengaburkan bentuk inti tersebut.
Granul spesifik azurofilik terpulas biru gelap atau secara metakromatik dengan
pewarna basa dari pulasan apusan darah dan berjumlah lebih sedikit dengan ukuran
serta bentuk granul lebih iregular ketimbang granul leukosit lainnya. Granul spesifik
basofil mengandung banyak histamin dan berbagai mediator peradangan, termasuk
faktor pengaktivasi trombosit, faktor kemotaktik eosinofil, dan fosfolipase A yang
menghasilkan faktor dengan berat molekul rendah yang disebut leukotrien.6
Limfosit
Limfosit merupakan famili leukosit dengan inti berbentuk sferis. Limfosit
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan
yang khas, yang dapat dikenali, terutama limfosit T, limfosit B, dan sel pembunuh
alami (NK, natural killer). Limfosit T dinamakan seperti itu karena diproduksi di
dalam timus. Limfosit B dinamakan seperti itu karena sel-sel ini awalnya dikenali
sebagai populasi yang terpisah dalam bursa pada fabricius di burung atau organ bursa-
ekivalen (contohnya sumsum tulang) pada mamalia, yang berfungsi untuk produksi
antibodi sirkuler. Natural killer dinamakan karena membunuh beberapa tipe sel yang
bertransformasi. Limfosit memiliki peran ungsional yang berhubungan dengan reaksi
imun dalam pertahanan terhadap serangan mikroorganisme, antigen abnormal atau
asing, dan selsel kanker. Limfosit memiliki jangka hidup bervariasi yang bertahan
dalam sirkulasi darah atau jaringan lain bertahun-tahun lamanya. Limfosit merupakan
satu-satunya jenis leukosit yang dapat kembali ke darah dari jaringan setelah
mengalami diapedesis.6
Monosit
Monosit merupakan agranulosit berasal dari sumsum tulang. Intinya besar,
terletak agak eksentris, dapat berbentuk lonjong, berbentuk ginjal atau berbentuk
seperti huruf U. Kromatin tidak sepadat limfosit dan terpulas lebih terang dibanding
kromatin limfosit. Sitoplasma monosit bersifat basofilik, sering mengandung granul
azurofilik yang sangat halus (lisosom). Monosit darah merupakan sel prekursor dari

14
sistem fagosit mononuklear. Setelah menerobos dinding venula pascakapiler, monosit
berdiferensiasi menjadi makrofag dalam jaringan ikat, mikroglia dalam sistem saraf
pusat (SSP), osteoklas dalam tulang, dan lain-lain.6
Trombosit
Trombosit (platelet) meruapakan fragmen sel mirip-cakram, tak berinti yang
berasal dari fragmentasi ujung prosessus sitoplasma yang terjulur dari sel poliploid
raksasa yang disebut megakariosit dalam sumsum tulang. Trombosit mempermudah
pembekuan darah dan membantu memperbaiki robekan atau kebocoran di dinding
pembuluh darah yang mencegah kehilangan darah. Jumlah normal trombosit berkisar
dari 200.000 sampai 400.000 per mikroliter darah dengan jangka hidup lebih kurang
10 hari.6

Gambar 6. Sel darah putih6

Tekanan Darah
Saat melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis , dokter biasanya
ada alat khusus yang digunakan oleh dokter untuk memeriksa tekanan darah. Alat
untuk memeriksa tekanan darah disebut sphigmomanometer atau dikenal juga dengan
tensimeter. Ada tensimeter digital dan ada juga tensimeter air raksa yang masih umum
digunakan untuk pemeriksaan klinis.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh
dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg.
Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan
jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik
atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung

15
beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga
disebut tekanan bawah.9
Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran
dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolic:

Tabel 1. Tekanan sistolik dan diastolic9


Sistolik (angka Diastolik (angka
Tekanan Darah
pertama) kedua)
Darah rendah atau hipotensi Di bawah 90 Di bawah 60
Normal 90 – 120 60 – 80
Pre-hipertensi 120 – 140 80 – 90
Darah tinggi atau hipertensi
140 – 160 90 – 100
(stadium 1)
Darah tinggi atau hipertensi
Di atas 160 Di atas 100
(stadium 2 / berbahaya)

Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Faktor yang mempengaruhi tekanan darah itu ada faktor fisilogis dan faktor
patologis. Faktor fisiologis terdiri dari kelenturan dinding arteri, volume darah
(semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah), kekuatan gerak
jantung, viscositas darah (semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi
terhadap aliran), curah jantung (semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah
meningkat), kapasitas pembuluh darah (makin basar kapasitas pembuluh darah maka
makin tinggi tekanan darah).10 Sedangkan faktor patologis terdiri dari Posisi tubuh
(Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun dan berusaha menstabilkan
tekanan darah), aktivitas fisik (aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh
aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi maka tekanan darah akan naik),
temperatur (menggunakan sistem renin-angiontensin dan vasokontriksi perifer), usia
(semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah dan berkurangnya elastisitas
pembuluh darah), jenis kelamin (wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah
karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk
pembakaran), emosi (emosi akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur
emosi akan menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah).9,10

16
Sistem Pembekuan Darah
Pada pembuluh darah yang mengalami pendarahan akan terjadi proses
berhentinya pendarahan yang disebut hemostasis. Hemostatis memiliki beberapa
langkah yaitu spasme vaskular, pembuatan sumbat trombosit dan pembekuan darah.
Pada spasme vascular terjadi penyempitan dengan cara vasokonstriksi sehingga
membatasi aliran darah ke daerah yang mengalami cedera sehingga mengurangi darah
yang hilang saat pendarahan. Pada tahap selanjutnya terjadi pembentukan sumbat
thrombosit yang terjadi karena ada aktivasi dari thombosit yang bersentuhan dengan
kolagen dan endotel yang rusak yang menyebabkan aktivasi platelet yang berfungsi
menutupi bagian endotel yang rusak atau robek. Pembentukan sumbat ini bersifat
lemah atau sementara oleh sebab itu dibutuhkan tahap selanjutnya yaitu kaogulasi
darah.11
Kaogulasi darah atau pembekuan darah adalah mekanisme hemostatis terkuat
yang dapat mengubah bentuk darah cair menjadi padat, dimana kaogulasi darah
memperkuat sumbat thrombosit yang telah terbentuk dengan cara membuat fibrin dari
benang-benang fibrinogen yang dikatalasis oleh thrombin. Pada pembuluh darah
normal tidak terjadi pembekuan darah karena endotel menghasilkan prostascyclin dan
nitric oxide yang membuat bentuk platelet tetap inaktif. Koagulasi darah bergantung
pada 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Ke dua jalur ini saling
berkerja sama untuk koagulasi darah yang membutuhkan faktor 10 untuk membuat
fibrin yang menutup luka pada pembuluh dinding darah. Ada 13 Faktor yang dalam
bentuk inactive dalam darah dan hanya active jika ada pembuluh darah yang robek.
Faktor intrinsik adalah respon yang terjadi pada dari dalam pembuluh darah,
sedangkan faktor ekstrinsik adalah respon yang terjadi pada luar pembuluh darah
karena adanya jaringan yang rusak. Faktor intrinsik diawali pada tereksposnya
jaringan kolagen pada akan mengaktivasi F12 (Hageman factor) sebagai awal dari
proses faktor intrinsik. F12 akan mengaktivasi F11, F9 lalu F10. Faktor ekstrinsik
diawali pada tissue yang rusak aakan mengeluarkan tissue tromboplastin (F3) yang
secara langsung mengaktivasi F10. F10 akan mengaktivasi protrombin menjadi
trombin. Trombin ini akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer yang masih
belum stabil dan memproduksi F13 untuk menstabilasikan fibrin monomer menjadi
fibrin polimer.11

17
Kesimpulan
Sistem kardiovaskuler yang tediri dari jantung dan pembuluh darah dan
komponen darah, Dimana kondisi tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor
fisiologis dan patologis. Pembuluh darah yang mengalami trauma dapat
mempengaruhi tekanan darah, denyut nadi, dan sistem pembekuan darah. Tubuh akan
merespon dari trauma nya pembuluh darah dengan hemostasis yaitu pembekuan darah
untuk mencegah kehilangan darah.

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004.h.218-47.
2. Cambridge Communication Limited. Anatomi fisiologi sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskular. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2001.h.27-34.
3. Faiz O, Moftat D. Anatomy at a glance. Jakarta: Erlangga; 2003. h.17, 62-5, 90-3,
129-37.
4. Gunawijawa FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto
mikroskopik histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2010.h.74-83.
5. Junqueira LC, Caneiro J.Histologi dasar: teks dan atlas.10th ed.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2007.
6. Mescher AL. Histologi dasar junquiera teks dan atlas. Ed-12. Jakarta : EGC;
2012. h.198-209.
7. Ross MH, Pawlina W. Histology a text and atlas. 6th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins; 2011. h.269, 72, 84.
8. Sadikin M. Biokimia darah. Jakarta: Widya Medika; 2003. h.336-351.
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2012.h.326-418.
10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC;
2009. h.53-63.
11. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems 9th ed. Cengage
Learning; 2015. h.320-400.

18

You might also like