You are on page 1of 6

LaporanPraktikumMagnetotelurikKelompok 6

APLIKASI METODE MT UNTUK MEMETAKAN STRUKTUR BAWAH


PERMUKAAN TANAH
(STUDI KASUS GUNUNG LUMPUR SEDATI SIDOARJO)

Frankstein Arphan, Eka Harris S., Dinda Indiana B., Roby Daris, Sugeng Kurniawan,
Na’Imatul Hadi A., Satya Permana Y., Ahmad Wafi I., Kharis AuliaAlam
Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum Magnetotellurik di kawasan Gunung Lumpur Sedati, Sidoarjo. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk memetakan struktur bawah permukaan di kawasan tersebut. Metode yang
digunakan pada pengukuran kali ini adalah metode Magnetotellurik. Magnetotellurik (MT) adalah
metode pasif yang mengukur arus listrik alami dalam bumi, yang dihasilkan oleh induksi magnetik dari
arus listrik di ionosfer. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan sifat listrik bahan pada kedalaman
yang relatif besar (termasuk mantel) di dalam bumi. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengukuran ini
adalah sensor medan listrik 4 buah, sensor medan magnet 3 buah dan sebuah unit penerima. Pengukuran
magnetotellurik ini dilakukan pada 4 titik dengan jarak masing-masing titik adalah sejauh 100 meter.
Frekuensi yang digunakan pada metode ini terdapat 2 jenis yaitu frekuensi tinggi (45 Khz) dan frekuensi
rendah (4096 Hz). Perlakuan frekuensi tinggi dilakukan untuk mendapatkan data dengan kedalaman
rendah dengan kurun waktu 30 menit dan frekuensi sedang untuk mendapatkan data dengan kurun waktu
90 menit. Berdasarkan frekuensi dan resistivitas semu yang di dapat dari pengukuran dapat diperkirakan
penetrasi kedalaman sebesar 351,5 m dan 106,04 m.

Kata kunci : Frekuensi, Magnetotellurik, Resistivitas semu

1. Pendahuluan dapat dijadikan informasi untuk


Gunung lumpur merupakan suatu mengindikasikan tingkat keaktifan sistem
fenomena keluarnya material berbentuk lumpur hidrokarbon dari daerah tersebut. Penelitian
dari bawah permukaan bumi yang dipicu oleh tentang gunung lumpur juga bisa dikembangkan
pergerakan bumi, baik akibat tenaga endogen untuk mencari potensi kemunculan dari gunung
maupun eksogen. Lumpur yang keluar berasal lumpur baru. Penggunaan metode geofisika,
dari percampuran antara air tanah yang salah satunya GPR atau Ground Penetrating
terpanaskan oleh aktivitas geotermal dengan Radar yang dapat memberikan informasi terkait
sedimen. Perbedaan tekanan menyebabkan parameter-parameter yang ada pada gunung
lumpur dari bawah permukaan bumi bergerak lumpur tersebut, Penelitian kali ini berfokus pada
keluar dan muncul lazimnya pada rekahan atau pencarian patahan dangkal yang menyebabkan
struktur patahan alami. Gunung Lumpur lumpur dapat mengalir. Nantinya, informasi ini
Kalanganyar, merupakan satu dari sekian banyak bisa dikembangkan untuk mememitigasi bencana
gunung lumpur yang tidak berasosiasi dengan yang bisa saja terjadi akibat gunung lumpur
gunung berapi. Letaknya terpisahkan sejauh 40 tersebut serta dapat menjadi rujukan penelitian
km dari arah timur laut gunung lumpur terbesar lebih lanjut.
di dunia, LUSI. Namun, kedua gunung lumpur 2. Dasar Teori
ini berada pada struktur kemenerusan patahan 2.1 Geologi Regioal Surabaya Sapulu
yang sama. Geologi Regional Surabaya Sapulu
Studi kegeofisikaan mengenai gunung merupakan dominan daerah dataran rendah, yang
lumpur ini merupakan topik yang menarik, sebab berkisar 80% merupakan endapan alluvial dan
1
LaporanPraktikumMagnetotelurikKelompok 6

sisanya merupakan perbukitan rendah yang cekungan endapan aluvial muda hasil endapan
dibentuk oleh tanah hasil pelapukan batuan laut dan sungai, tuf dan batu pasir.
tersier atau tua. Dataran rendah meliputi wilayah (Soekardi, 1992).
Timur, Utara dan Selatan memiliki kemiringan
<3% dan terletak pada ketinggian <10m dari
permukaan laut. Dataran rendah terbentuk dari
endapan alluvial sungai dan endapan pantai.
Bagian tengah terbentuk oleh endapan Sungai
Brantas beserta cabang-cabang sungainya dan
endapan Sungai Rowo.

Gambar 2.2 Lokasi Pengukuran


(Soekardi, 1992)
2.2 Metode Ground Penetrating Radar (GPR)
Ground Penetrating Radar (GPR)
merupakan metode geofisika yang digunakan
untuk mendeteksi benda-benda di bawah
permukaan dengan tingkat kedalaman tertentu.
Metode ini menggunakan source gelombang
elektromagnetik yang berupa gelombang radar
(Radio detection and ranging) dengan jangkauan
frekuensi 10 MHz - 1 GHz. Sifat metode ini
adalah non destruktif dan menghasilkan resolusi
bawah permukaan yang tinggi terhadap kontras
dielektrik material dan formasi geologi yang
relatif dangkal. Hasil dari metode ini adalah
resolusi data mentah yang menggambarkan profil
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional vertikal bawah permukaan dengan penetrasi
Surabaya Sapulu (Soekardi, 1992) kedalaman 0.5 – 100 m.
Pengukuran dengan menggunakan
Endapan Sungai Brantas berasal dari georadar ini merupakan metode yang tepat untuk
letusan gunung-gunung berapi yang berada di mendeteksi benda-benda kecil yang berada di
hulu dan beberapa rombakan sebelumnya. dekat permukaan bumi dengan resolusi yang
Endapan ini biasanya berupa pasir (0,075 mm – tinggi yang artinya konstanta dielektriknya
0.2 mm) dan kerikil (2 mm – 75 mm). Bagian menjadi rendah. Ada tiga jenis pengukuran, yaitu
Timur dan Utara sampai sepanjang Selat Madura refleksi, velocity sounding, dan
dibentuk oleh endapan pantai yang masuk ke transillumination. Pengukuran refleksi biasa
daratan sampai ± 5 km. Endapan pantainya disebut Continuous Reflection Profiling (CRP).
terdiri dari lempung lanau dan lempung Pengukuran velocity sounding disebut Common
kelanauan, Batuan sedimennya adalah bagian MidPoint (CMP) untuk menentukan kecepatan
dari lajur Kendeng dengan formasi Sonde, Lidah, versus kedalaman, dan transillumination disebut
Pucangan, dan formasi Kabuh. Batuan dasar juga GPR Tomografi.
untuk Kota Surabaya merupakan formasi Lidah (Quan dan Haris, 1997)
yang berumur Pliosen (pre-tertiary).
Formasi ini berada pada kedalaman 250 –
300 meter. Selain itu derah Surabaya berupa
2
LaporanPraktikumMagnetotelurikKelompok 6

2.3 Prinsip Kerja GPR tersebut dapat digunakan untuk mengetahui


kedalaman objek yang dinyatakan dalam:
1
ℎ = 𝑡𝑣 (1)
2
dimana v didapat dari :
𝑐
𝑣= (2)
√𝜀𝑟
Dimana 𝑣 adalah cepat rambat energi
elektromagnet pada material, 𝑐 adalah cepat
rambat cahaya dan 𝜀𝑟 merupakan konstanta
dielektrik relatif.

Tabel 1. Permitivitas dielektrik relatif material


(Telford,et al, 2004)
Relative
Conductivity
Material dielectric
(mmhos/meter)
permitivity
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Metode GPR Air 0 1
(Telford,et al, 2004) Pure Water 10 – 3×10
-4 -2
81
Sistem GPR terdiri atas pengirim Sea Water 4 81
(transmitter), yaitu antena yang terhubung ke Fresh-water
10-3 4
ice
sumber pulsa (generator pulsa) dengan adanya
sand (dry) 10-7 – 10-3 4–6
pengaturan timing circuit, dan bagian penerima
sand
(receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA 10-4 – 10-2 30
(saturated)
dan ADC yang kemudian terhubung ke unit
Silt
pengolahan. Pada prinsipnya, metode georadar 10-3 – 10-2 10
(saturated)
dengan metode seismik sama, yaitu Clay
membangkitkan gelombang buatan ke dalam 10-1 – 1 8 – 12
(saturated)
bumi. Perbedaannya hanya pada jenis gelombang Sandstone
yang digunakan). GPR bekerja dengan 4×10-2 6
(wet)
memanfaatkan pemantulan sinyal. Rangkaian Shale (wet) 10-1 7
pemancar akan menghasilkan pulsa listrik Limestone
10-4 7
dengan bentuk Pulse Repetition Frequency (dry)
(PRF), energi, dan durasi tertentu. Pulsa ini akan Limestone
2.5×10-2 8
dipancarkan oleh antena ke dalam tanah. Pulsa (wet)
ini akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal Basalt (wet) 10-2 8
lainnya selama perambatannya di tanah. Jika Granite
10-8 5
tanah bersifat homogen, maka sinyal yang (dry)
Granite
dipantulkan akan sangat kecil. Jika pulsa 10-3 7
(wet)
menabrak suatu inhomogenitas di dalam tanah,
maka akan ada sinyal yang dipantulkan ke antena
Mode konfigurasi antena transmitter dan
penerima. Sinyal ini kemudian diproses oleh
receiver pada georadar terdiri dari mode
rangkaian penerima.
monostatik dan bistatik. Mode monostatik bila
Outputnya berupa two-way time travel
transmitter dan receiver digabung dalam satu
time, yaitu waktu tempuh gelombang
antena, sedangkan mode bistatik bila kedua
elektromagnetik menjalar dari transmitter-
antena memiliki jarak pemisah.
target-receiver. Selang waktu yang tercatat
3
LaporanPraktikumMagnetotelurikKelompok 6

Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan Dimana 𝐷 ⃑ adalah pergeseran vektor


perbedaan parameter kelistrikan dari medium dielektrik, 𝐵⃑ adalah rapat fluks magnet, 𝐽
yang dilewati gelombang radar. Perbedaan merupakan kepadatan saat vektor, ε merupakan
parameter kelistrikan antara lain adalah permitivitas listrik dengan satuan farad/m dan σ
permitivitas listrik, konduktivitas, dan yaitu konduktivitas dengan satuan 1/ohm-m.
permeabilitas magnetik. Sifat elektromagnetik Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik
suatu material bergantung pada komposisi dan medium diasumsikan tidak bervariasi terhadap
kandungan air di dalamnya, di mana keduanya waktu dan posisi (homogen isotropi). Untuk
merupakan pengaruh utama pada perambatan pendekatan tersebut, persamaan Maxwell dapat
kecepatan gelombang radar dan atenuasi ditulis sebagai berikut :
gelombang elektromagnetik dalam material.
Reynold (2011:1 - 710) dalam bukunya An 𝜕𝐵
Introduction to Applied and Evironmental 𝛁× 𝑬 = − (7)
𝜕𝑡
Geophysics, menyatakan bahwa kecepatan
gelombang radar dalam suatu medium 𝜕D (8)
𝛁 × 𝐻= 𝐽+
tergantung pada kecepatan cahaya dalam ruang 𝜕𝑡
hampa (c= 0.3 m/ns), konstanta dielektrik relatif
medium dan permeabilitas magnetik relatif. 𝛁. D = 𝑞 (9)
Ketebalan beberapa medium di dalam tanah
dinyatakan dalam d, yaitu 𝛁. B = 0 (10)

d= (3) Dimana 𝐻 merupakan intensitas medan


magnet dengan satuan ampere/m (A/m), 𝐷 ⃑
Jika konstanta dieletrik medium semakin adalah perpindahan listrik yang memiliki satuan
besar maka kecepatan gelombang coulomb/m2, dan. Persamaan Maxwell ini adalah
elektromagnetik yang dirambatkan akan semakin landasan teori dari perambatan gelombang
kecil. Pulse Repetition Frequency (PRF) elektromagnet. Pada material dielektrik murni,
merupakan nilai yang menyatakan seberapa suseptibilitas magnetik (μ), dan permitivitas
seringnya pulsa radar diradiasikan ke dalam listrik (ε) adalah konstan dan tidak terdapat
tanah. Penentuan PRF dilandasi dengan atenuasi dalam perambatan gelombang. Tidak
kedalaman maksimum yang ingin dicapai. sama halnya jika berhadapan dengan material
Semakin dalam objek, maka PRF juga semakin dielektrik.
kecil karena waktu tunggu semakin lama. Persamaan (7) diturunkan dari hukum
(Reynold, 2011) Faraday yang menyatakan bahwa perubahan
fluks magnetik menyebabkan medan listrik
2.4 Persamaan dasar pada Metode GPR dengan gaya gerak listrik berlawanan dengan
Persamaan yang menghubungkan sifat variasi fluks magnetik yang menyebabkannya.
fisik medium dengan medan yang timbul pada Persamaan (8) merupakan generalisasi teorema
medium tersebut dapat dinyatakan dengan : Ampere dengan memperhitungkan Hukum
Kekekalan Muatan. Persamaan tersebut
⃑ = 𝜇H
𝐵 ⃑⃑ menyatakan bahwa medan magnet timbul akibat
(4)
fluks total arus listrik yang disebabkan oleh. arus
⃑ = 𝜀E
⃑ konduksi dan arus perpindahan.
𝐷 (5)
Persamaan (9) menyatakan Hukum
𝐸 Gauss yaitu fluks elektrik pada suatu ruang
⃑ =
𝐽 = 𝜎E (6)
sebanding dengan muatan total yang ada dalam
𝑝
ruang tersebut. Sedangkan persamaan (10) yang
identik dengan persamaan (9) berlaku untuk
4
LaporanPraktikumMagnetotelurikKelompok 6

medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada Besar amplitudo rekaman GPR 𝑟(𝑡) akan tampak
monopol magnetik. pada penampang rekaman GPR berupa variasi
(Telford,et al, 2004) warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas
lapisan menyebabkan energi hilang. Jika
Sifat-sifat dari material bumi bergantung kemudian ditemukan benda yang memiliki
dari komposisi dan kandungan air material dimensi yang sama dengan panjang gelombang
tersebut. Kedua hal ini mempengaruhi cepat dari sinyal gelombang elektromagnet maka
rambat perambatan gelombang dan atenuasi benda ini menyebabkan penyebaran energi
gelombang elektromagnet. Keberhasilan dari secara acak. Absorbsi (mengubah energi
metoda GPR bergantung pada variasi bawah elektromagnet menjadi energi panas) dapat
permukaan yang dapat menyebabkan gelombang menyebabkan energi hilang. Penyebab yang
tertransmisikan. Perbandingan energi yang paling utama hilangnya energi karena atenuasi
direfleksikan disebut koefisien refleksi (R) yang fungsi kompleks dari sifat lstrik dan dielektrika
ditentukan oleh perbedaan cepat rambat media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi
gelombang elektromagnet dan lebih mendasar tergantung dari konduktivitas (σ), permeabilitas
lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik magnetik (μ), dan permitivitas (ε) dari media
relatif dari media yang berdekatan. Hal ini dapat yang dilalui oleh sinyal dan frekuensi dari sinyal
terlihat pada persamaan berikut : itu sendiri (2πf). Sifat bulk dari material
ditentukan oleh sifat fisik dari unsur pokok yang
𝑉2 − 𝑉1 (11) ada dan komposisinya.
𝑅=
𝑉2 + 𝑉1 (Reynolds, 1996)

√𝜀1 − √𝜀2 (12) 2.5 Prinsip Dasar Karakterisasi Metode GPR


𝑅= Metode GPR dikarakterisasi oleh 3
√𝜀1 + √𝜀2
prinsip dasar yaitu : bandwith operasi, letak
Dimana V1 merupakan cepat rambat pengoperasian dan sistem radar. Bandwith
geombang elektromagnet pada lapisan 1, V2 operasi dari GPR disesuaikan dengan frekuensi
adalah cepat rambat geombang elektromagnet tengah radar agar bandwith relatifnya mendekati
pada lapisan 2, dan V1 < V2, sedangkan ε1 dan ε2 satu atau lebih besar. Hal itu berarti GPR bersifat
yaitu konstanta dielektrik relatif lapisan 1 dan ultra wideband agar mendapatkan kedalaman
lapisan 2. penetrasi yang sesuai .
Dalam semua kasus, besarnya R terletak Pada medium konduktor kedalaman
antara -1 dan 1. Bagian dari energi yang penetrasi (skin depth) dalam metode GPR sangat
ditransmisikan sama dengan 1-R. Persamaan di dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan pada
atas di aplikasikan untuk keadaan normal pada saat pengambilan data. Semakin tinggi frekuensi
permukaan bidang datar. Dengan asumsi tidak yang digunakan maka kedalaman penetrasinya
ada sinyal yang hilang sehubungan dengan semakin dangkal dengan resolusi yang tinggi dan
amplitudo sinyal. Jejak yang terdapat pada apabila frekuensi yang digunakan merupakan
rekaman GPR merupakan konvolusi dari frekuensi rendah maka kedalaman penetrasinya
koefisien refleksi dan impulse GPR ditunjukkan akan semakin dalam tetapi memiliki resolusi
oleh persamaan : yang rendah. Rumus untuk menentukan skin
depth pada pengukuran GPR sama dengan skin
𝐴(𝑡) = 𝑟(𝑡) × 𝐹(𝑡) × 𝑛(𝑡) (13) depth elektromagnetik secara umum yaitu :

Dimana 𝑟(𝑡) adalah koefisien refleksi, 1


δ= (14)
𝐴(𝑡) yaitu amplitude rekaman GPR, 𝐹(𝑡) adalah √𝜋𝑓𝜇0 𝜎
impulse radar, dan 𝑛(𝑡) merupakan noise radar.

5
LaporanPraktikumMagnetotelurikKelompok 6

dimana : Kholid, Muhammad, and Sri Widodo. 2012.


δ = skin depth (meter) "Survey Magnetotellurik (MT) dan Time
ρ = resistivitas (Ω.m) Domain Electromagnetic (TDEM)
f = frekuensi (Hz) Daerah Panas Bumi Waesano Kabupaten
µ0 = permeabilitas magnet di udara/ruang vakum Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara
= 4π × 10 -7 (H/m) Timur." Kelompok Penyelidikan Panas
Panjang gelombang mencerminkan Bumi PSDG.
ukuran minimum benda yang dapat terdeteksi.
Loke, M. H. 2015. Tutorial : 2-D and 3-D
Makin tinggi frekuensi makin kecil panjang
Electrical Imaging Surveys. Malaysia.
gelombang, sehingga makin kecil ukuran benda
yang dapat terdeteksi (makin tinggi pula Mulyati, Dewi. 2011. Identifikasi Potensi Panas
ketelitiannya). Hasil pencitraan georadar bisa Bumi Daerah Garut Jawa Barat Dengan
memunculkan informasi semacam ketebalan Metode Magnetotellurik. Tugas Akhir,
permukaan aspal jalan, jalur pipa bawah tanah Bandung: SP MIPA FISIKA UPI.
untuk mencari bedrock yang pas guna fondasi
bangunan hingga mencari lokasi-lokasi situs Rulia, Cut. 2012. Pengolahan data
arkeologi. Magnetotellurik 2D Pada Lapangan
Sistem radar GPR beroperasi di dekat Panas Bumi Marana Sulawesi Tengah.
permukaan tanah. Hal itu mengakibatkan Tugas Akhir, Depok: Universitas
munculnya ke tidak homogenan tanah dan Indonesia.
kekasaran permukaan tanah yang dapat Simpson, Fiona, and Karsten Bahr. 2005.
meningkatkan clutter. Oleh karena itu dalam Practical Magnetotellurics. Cambridge:
penggunaan GPR perlu dilakukan image Cambridge University Press.
processing untuk membedakan target dari
clutter. Soekardi. 1992. Geologi Lembar Pacitan, Jawa.
Kebanyakan GPR merupakan sistem Pusat Penelitian dan Pengembangan
radar jarak dekat (short-range). Pada kondisi ini Geologi Indonesia.
target biasanya terletak di daerah medan dekat Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff,R.E. 2004.
atau medan menengah sehingga karakteristik Applied Geophysics : Second Edition.
medan dekat antena menjadi sangat penting. Ini Cambridge: Cambride University Press.
sangat berbeda dengan radar konvensional, yang
beroperasi pada medan jauh. Unsworth, Martyn. 2016. "Geophysics 424
(Ligthart, 2004) Electromagnetic and Potential Field
3. Metodologi Penelitian Methods." University of Alberta.
https://sites.ualberta
4. Pembahasan
5. Kesimpulan
DaftarPustaka
deGroot-Hedlin. 1991. "Removal of Static SHift
in Two DImensions by Regularized
Inversion." Geophysiscs 2102-2106.
Grandis, Hendra. 2010. "Citra Tahanan Jenis
Daerah Vulkanik Bandung Selatan
Berdasarkan Data Magnetotellurik
Frekuensi Audio (AMT)." Prosiding PIT
HAGI ke 25. Bandung.
6

You might also like