You are on page 1of 12

CLINICAL SCIENCE SESSION

“ANTIHISTAMIN”

Disusun Oleh:
Selvi Puspa Sari

Preseptor:
Miranti Pangestuti, dr., Sp. DV

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
PENDAHULUAN

Histamin merupakan produk dekarboksilasi dari asam amino histidin. Secara fisiologis
histamin berfungsi untuk pertumbuhan dan proliferasi sel, memodulasi inflamasi, dan
bekerja sebagai neurotransmitter. Histamin banyak ditemukan pada sel mast, basofil
dan trombosit

Terdapat beberapa kondisi yang menyebab pelepasan histamine, diantaranya:

1. Reaksi hipersensitivitas
Pada orang normal, histamin yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan
diaminoksidase sehingga histamin tidak mencapai reseptor histamin. Sedangkan
pada penderita yang sensitif terhadap histamin atau mudah terkena alergi jumlah
enzim-enzim tersebut lebih rendah daripada keadaan normal.

2. Rusaknya sel
Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat
atau sedang dalam proses perbaikan misalnya luka.

3. Senyawa kimia
Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenik, sehingga akan melepaskan histamin
dari sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan
tripsin.

4. Sebab lain
Proses fisik seperti mekanik, termal, atau radiasi cukup untuk merusak sel terutama
sel mast yang akan melepaskan histamin.

Proses lepasnya histamin tidak terjadi secara langsung, melainkan diawali


dengan transduksi sinyal. Proses transduksi sinyal adalah proses masuknya sinyal ke
dalam sel sehingga membuat sel bereaksi dan menimbulkan efek. Ketika alergen
masuk pertama kali ke dalam tubuh, TH-2 limfosit akan mengeluarkan IL-4, IL-4
menghasilkan sinyal yang merangsang B-sel (suatu sel limfosit) untuk menghasilkan

2
antibodi IgE. Ketika alergen menyerang untuk yang kedua kalinya, IgE berikatan
dengan alergen dan dibawa menuju sel mast. Pada sel mast kompleks IgE-alergen akan
terikat pada reseptor Fcε (Epsilon-C reseptor). Ikatan ini akan menghasilkan sinyal ke
dalam sel yang akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Fosfolipase akan mengubah
phosphatidylinositol 4,5-bisphosphate (PIP2) menjadi inositol 1,4,5-triphosphate (IP3)
yang akan memobilisasi Ca2+ dari organel penyimpan dalam sel mast.
Ca2+ merupakan second messenger bagi terjadinya kontraksi otot atau sel. Second
messenger inilah yang memacu proses degranulasi sel mast sehingga histamin akan
terlepas.

3
JENIS-JENIS RESEPTOR HISTAMIN

Jenis reseptor Distribusi Antagonis selektif


parsial

H1 Neurons, smooth muscle, epithelium Mepyramine,


and endothelium, and multiple other
cell types. Triprolidine,
Cetirizine

H2 Gastric mucosaparietal cells, smooth Cimetidine,


muscle, epithelium and endothelium, Ranitidine, tiotidine
heart, and other cell types as well.

H3 Histaminergic neurons Thioperamide,

iodophenpropit,

clobenpropit

H4 bone marrow and on peripheral Thioperamide


hematopoietic cells.

4
ANTIHISTAMINE

Antihistamin adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau menghambat kerja
histamin pada reseptornya. Antihistamin bekerja secara kompetitif inhibitor terhadap
histamine pada reseptor jaringan, sehingga mencegah kerja histamine pada target
organ.

pengobatan gejala-
Antagonist H-1 gejala akibat reaksi
alergi.

mengurangi sekresi
Antagonist H-2
asam lambung
Antihistamin
kelainan tidur,
obesitas, dan
Antagonist H-3
kelainan kognitif dan
psikiatrik

inflamasi kronis:
Antagonist H-4
asma

Anti Histamin

H1- antagonis H2- antagonis

(klasik/sedatif) (non-sedatif) Simetidin,


Ranitidine,
Famotidine,
1st Generation 2nd generation 3rd generation
Nizatidine

Alkilamin, Akrivastin,
Astemisol, Levosetirisin,
Etanolamine, Desloratadin,
Etilendiamin, Cetrizin,
Loratadin, Feksofenadin
Fenotiazin,
Piperidin, piperazin Mizolastin,
Terfenadin,
Ebastine

5
H1 reseptor antagonist

• Mekanisme: secara kompetitif dan reversibel mengikat dan menstabilkan


reseptor H1  mencegah histamin berikatan  reseptor inaktif

• Efek: ↓ produksi sitokin proinflamasi, ↓ ekspresi CAM, ↓ pelepasan mediator


dari sel mast dan basofil, dan ↓ kemotaksis dari eosinofil dan sel-sel lainnya

• Efek dari H1 antihistamine akan lebih efektif jika diberikan sebelum terjadinya
pelepasan histamin

6
Antagonis H-1 dibagi menjadi:

• klasik/sedatif

• non sedatif

H-1 generasi pertama memiliki efek sedatif relatif kuat

H-1 generasi kedua dan ketiga memiliki non sedatif (karena lebih banyak dan kuat
terikat dengan protein plasma sehingga tidak menembus blood brain barrier)

• Indikasi:

• Acute urticaria

• Chronic Idiopathic Urticaria

• Atopic Dermatitis

• Pruritus yang berasosiasi dengan kondisi lain

• Efek samping

 Sistem saraf pusat

- Dewasa : depresi SSP, sedasi dan pusing

- Anak-anak dan orang tua : kecemasan, iritabilitas, insomia, tremor dan

mimpi buruk.

 Kardiovaskular

- Takikardia, disritmia, hipotensi yang bersifat sementara,aritmia

ventrikular.

 Efek antikolinergik

- Muka merah, dilatasi pupil, hipertermia, kekeringan pada membran


mukosa dan penglihatan yang buram.

7
ANTIHISTAMIN KLASIK/SEDATIF

Klasifikasi:

• Alkilamin (propilamin) : bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat dan


tanat,

• Etanolamin (Aminoalkil eter) : karbioksamin maleat, difenhidramin sitrat dan


hidroklorida,

• Etilendiamin : mepiramin maleat, pirilamin maleat, tripenelamin sitrat dan


hidroklorida, antazolin fosfat.

• Fenotiazin : dimetotiazin mesilat, mekuitazin

• Piperidin : azatidin maleat, siproheptadin hidroklorida, difenilpralin


hidroklorida, fenindamin tartrat

• Piperazin : hidroksizin hidroklorida dan pamoat (Fitzpatrick)

AH-1 SEDATIF YANG SERING DIGUNAKAN

Klorfeniramin

• Dari golongan alkilamin paling poten & stabil

• Puncak dalam plasma 30-60 menit

• Metabolisme pertama di hati & di mukosa saluran pencernaan selama proses


absorbsi

• Distribusi secara luas termasik SSP

• 50% dari dosis diekskresikan terutama melalui urine (12 jam)

• Lama kerja 4-6 jam

• Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24 mg/hari

• Sediaan :

- Sirup, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml

8
- Tablet, 2 mg dan 4 mg

- Retarded tablet, 8 mg dan 12mg

Difenhidramin

• Derivat etanolamin

• Metabolisme pertama di hati

• Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi sistemik  distribusi luas termasuk


SSP

• Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2 jam

• Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam

• Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari

• Lama kerja 4-6 jam

• Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan hipertensi, takikardi, perubahan


gelombang T, dan pemendekan diastol

• Sediaan :

- Kapsul, 25 dan 50 mg

- Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc, 480 cc

- Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul

- Spray : 60 ml

AH-1 NON-SEDATIF YANG SERING DIGUNAKAN

Loratadin

• Piperidin long acting

• Puncak dalam plasma 1-1,5 jam

• Eliminasi waktu paruh 8-11 jam

• Indikasi: rinitis alergi dan utrikaria

9
• Dosis : 1 x/hari (10 mg p.o)

anak: 5mg/kgBB

• Sediaan :

- Sirup, 1 mg/ ml : 480 ml

- Tablet, 10 mg

Cetrizine

• Puncak dalam plasma 1 jam

• Waktu paruh plasma 7 jam

• Dapat menghambat eosinofil, netrofil dan basofil dan menghambat IgE serta
menurunkan prostaglandin D2

• Indikasi: utrikaria

• Dosis : 1 x/hari (10 mg p.o) max 20 mg

anak: 0,3 mg/kgBB

• Sediaan :

- Sirup, 5 mg/ ml : 120 ml

- Tablet, 5 mg, 10 mg

ANTIHISTAMIN H2

Sedangkan efek terhadap stimulasi dari produksi asam lambung berlangsung


melalui reseptor-reseptor lain, yaitu reseptor-reseptor H2 yang terdapat dalam mukosa
lambung.
Penelitian-penelitian mengenai zat-zat yang dapat melawan efek histamin H2 tersebut
telah menghasilkan penemuan suatu kelompok zat-zat baru yaitu antihistaminika
reseptor-reseptor H2 atau disingkat H2-blockers seperti burimamida, metiamida dan
simetidin. Zat-zat ini merupakan antagonis-antagonis persaingan dari histamin, yang
memiliki afinitas besar terhadap reseptor-reseptor H2 tanpa sendirinya memiliki

10
khasiat histamin. Dengan menduduki reseptor-reseptor tersebut, maka efek histamin
dirintangi dan sekresi asam lambung dikurangi. Dari ketiga obat baru tersebut hanya
imetidin digunakan dalam praktek pada pengobatan borok-borok lambung dan usus.
Obat-obat lambung burimamida kurang kuat khasiatnya dan resorpsinya dari usus
buruk sedangkan metiamida diserap baik, tetapi toksis bagi darah (agranulocytosis).
AH2 diserap di traktus digestivus dan dimetabolisme di hepar serta pembuangan
melalui ginjal. AH2 bersifat lipofilik dengan penetrasi terbatas ke daerah blood-brain
barrier.

Nama Sediaan Dosis Lama kerja Efek samping


generik
Simetidin 200,300, dan Untuk pasien Masa paruh 2 Jarang terjadi
400 mg tablet tukak deodeni : jam.
dewasa : 4x300
mg
Ranitidin 150 mg tablet Dewasa : 2x150 8-12 jam Jarang
mg berinteraksi
Larutan suntik
dengan jalan
: 2x150 mg
baik
Famotidin 20 mg, 40 mg Tukak lambung Kadar puncak Jarang terjadi
tablet aktif : 1x40 mg anak
Nizatidin 150 mg, 300 300 mg/hari 10 jam Jarang terjadi
mg tablet menjelang tidur

11
DAFTAR PUSTAKA

• Katzung GB, Julius DJ. Histamine, serotonin, and the ergot alkaloids. Dalam:

Katzung BG, penyunting. Basic and clinical pharmacology. Edisi ke-6. San

Fransisco: Prentice-Hall International Incorporation; 1995.

• Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar, autacoid

dan antagonis autacoid Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2000.

• Soter NA. Antihistamines. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,

Goldsmith LA, Katz SI, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general

medicine. Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill Incorporation; 2003.

• MIMS INDONESIA. Volume 32 No. 3; 2003.

• Kumar. Robbin’s and Cotran Pathologic Basic of Disease. Edisi ke-8. USA:

Saunders Elsevier;2010

12

You might also like