You are on page 1of 56

METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi S.S. Pawelutan CS di Kabupaten


Subang, merupakan gambaran pelaksanaan kerja kami selaku penyedia jasa, dengan waktu dan
kualitas kerja sesuai perencanaan dan spesifikasi teknik yang telah ditentukan dalam dokumen
lelang.
Kami sebagai penyedia jasa akan berusaha secara maksimal, optimal dan profesional
dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Tahapan pekerjaan, sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN
A. Umum
a. Maksud dan Tujuan
Metode pelaksanaan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Dokumen Lelang pekerjaan :
Rehabilitasi Jaringan Irigasi S.S. Pawelutan CS Di Kabupaten Subang.
b. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi S.S. Pawelutan CS di Kabupaten Karawang ini
meliputi wilayah sebagaimana diuraikan di bawah ini : (Lihat Gambar 1 & 2)

Gambar.1
Gambar.2

c. Sosialisasi dan Koordinasi


Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi S.S. Pawelutan CS di Kabupaten Subang
akan memakai eksisting jalan inspeksi Saluran Induk Tarum Timur/Tarum Timur Canal mulai
dari B.Tt 44 sampai dengan B.Tt 53 dengan masing-masing anak sungainya, maka dalam
pelaksanaan di lapangan akan dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait (PJT II).
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk melancarkan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Untuk pelaksanaan koordinasi dengan pihak ketiga tersebut juga akan dikomunikasikan kepada
pihak Direksi Pekerjaan.

Lingkup Pekerjaan:
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan di dalam paket pekerjaan ini meliputi:
i. Pekerjaan Pendahuluan
- Mobilisasi dan Demobilisasi
- Kistdam/Dewatering
- Pengukuran, Gambar Konstruksi dan As Build Drawing dan Dokumentasi
ii. Pekerjaan Tanah
- Stripping, pekerjaan ini di maksudkan sebagai pengupasan lapisan paling atas tanah eksisting
atau humus.
- Galian tanah dengan alat berat.
- Hasil galian diangkut dan dibuang ke disposal area sesuai gambar dengan jarak buang :
 0 - 50 m
 50 – 1 km
 1 – 5 km
 5 – 10 km, dan
 Lebih besar dari 10 km
- Timbunan tanah dengan alat berat.
- Tanah hasil galian akan dipakai untuk menimbun tanggul saluran dan tanggul drainase dengan
dengan jarak angkut dari borrow/disposal area (bila tanah tidak tersedia maka akan didatangkan
dari luar):
 Lebih kecil dari 1 km
 1 – 5 km
 5 – 10 km , dan
 Lebih besar dari 10 km

iii. Pekerjaan Pembetonan


- Beton K-225.
- Beton K-175.
- Beton K-125.
- Beton K-100.
- Bekisting Ekspose.
- Besi Tulangan Ulir.
- Besi Tulangan Polos.

iv. Pekerjaan Pasangan Batu


- Pasangan BAtu 1:4.
- Siaran 1:2.
- Plesteran 1:3
- Bronjong
- Jalan Inspeksi (macadam)
- Pembongkaran, Kupasan dan Pembuangan Pasangan Batu dan Beton

v. Pekerjaan Pintu Air


- Pintu Sorong, b = 0,3 m, h = 0,4 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
- Pintu Sorong, b = 0,4 m, h = 0,4 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
- Pintu Sorong, b = 0,5 m, h = 0,5 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
- Pintu Sorong, b = 0,6 m, h = 0,6 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
- Pintu Sorong, b = 0,7 m, h = 0,7 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
- Pintu Sorong, b = 0,9 m, h = 0,9 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
- Pintu Sorong, b = 1,3 m, h = 1,0 m (satu poros dengan gigi)
- Pintu Sorong, b = 1,5 m, h = 1,7 m (satu poros dengan gigi)
- Pintu Intake, b = 2,8 m, h = 0,6 m (manual)

vi. Pekerjaan Lain-lain


- Joint filler (pengisi sambungan)
- Joint sealant (penutup sambungan)
- Weep hole (pipa peresapan)
- Mistar ukur (peil scale)
- Patok kilometer
- Papan eksploitasi
- Nomenclatur (papan nama)
- Saringan sampah (type 1 : GIP dia. 3”)
- Saringan sampah (type 2 : baja)
- Shelter type-1
- Shelter type-2

d. Pekerjaan Persiapan yang mendukung pekerjaan utama


 Papan Nama Proyek
 Fasilitas dan bangunan – bangunan tempat kerja kontraktor diantaranya yaitu :
- Kantor Lapangan Kontraktor
- Mess Pegawai
- Barak Pekerja
- Gudang
- Workshop
- Bengkel
- Kantor Direksi Pekerjaan Sementara
- Penyediaan listrik, air minum, sanitasi, saluran air buangan
- Penyediaan Peralatan kantor
 Gambar kerja (shop drawings) dan GambarKerja (Construction Drawings)
 Pengukuran dan pemasangan patok trase saluran
 Pekerjaan pendukung lainnya apabila diperlukan

B. Rencana Kerja
1. Kondisi Cuaca
Musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan November 2013 sampai dengan bulan Maret 2014.
Mengingat pekerjaan ini dilaksanakan selama 545 hari kalender maka tesedia waktu yang cukup
untuk menyelesaiakan seluruh pekerjaan sejak diterimanya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja)

2. Hari Kerja
Mempertimbangkan volume pekerjaan sangat besar, maka agar pekerjaan selesai pada waktunya
diperlukan optimalisasi hari kerja dengan mengadakan shift kerja dari kelompok – kelompok
kerja yang memadai ditunjang dengan penyedian alat berat sesuai dengan keperluan.

3. Sumber Daya
a. Tenaga kerja untuk pekerjaan penggalian saluran akan direkrut operator – operator yang sudah
berpengalaman sedangkan untuk petugas keamanan dan yang melayani kantor akan
menggunakan tenaga lokal.
b. Peralatan
Peralatan sewa didatangkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan (dengan jumlah dan jenis alat
sebagaimana yang tercantum dalam perhitungan/analisa kebutuhan alat terlampir)
4. Manajemen dan Koordinasi
a. Menyiapkan rencana kerja harian, mingguan dan bulanan.
- Menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Kerja Harian secara tertulis,semua kemajuan yang sudah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan setiap hari maupun untuk hari – hari berikutnya.
- Menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Kerja Mingguan yang sudah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan setiap akhir minggu dan untuk minggu berikutnya.
- Menyediakan rencana Kerja Bulanan dengan sistem Barchart pada akhir bulan dan untuk bulan –
bulan berikutnya.

b. Rapat Koordinasi Lapangan


Rapat koordinasi bersama Direksi Pekerjaan dilakukann secara periodik yaitu setiap minggu dan
setiap bulan pada waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Maksud dari rapat koordinasi adalah untuk membahas progress pekerjaan yang sedang berjalan,
mencari solusi untuk permasalahan – permasalahan yang timbul di lapangan.

C. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Pengajuan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan untuk seluruh jenis pekerjaan termasuk pekerjaan
sementara / darurat dalam bentuk curva – S selambat – lambatnya 14 hari setelah menerima Pre
award meeting, untuk dimutakhirkan/disetujui Direksi Pekerjaan.
Jadwal Pelaksanaan dikaitkan dengan penanggalan dengan data yang menggambarkan uraian
tentang :
 setiap kegiatan dan lama waktu yang diperlukan
 tanggal mulai yang paling cepat
 tanggal penyelesaian yang paling lambat
 program penyelesaian fisik mingguan dan akumulasinya.
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dapat dimodifikasi / dirubah jika diperlukan dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan

D. Dokumentasi dan Pelaporan


1. Dokumentasi
Semua kegiatan di lapangan didokumentasikan dengan lengkap dan dibuat album foto berikut
keterangan mengenai tanggal pengambilan foto, lokasi pengambilan dan penjelasan foto.
Untuk setiap lokasi pekerjaan minimal dibuat 3 seri foto yaitu : sebelum pelaksanaan (0%); pada
saat pelaksanaan (50%) dan setelah selesai pelaksanaan (100%) dengan arah pengambilan
melalui satu titik yang sama.
Tiap foto berukuran 3 R dan diberi catatan sebagai berikut:
 Nama Kontrak
 Nama Pekerjaan
 Nama Lokasi Ruas Saluran
 Tanggal Pengambilan
 Tahap Pelaksanaan
Setiap Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan dilengkapi dengan satu set pilihan foto –
foto yang bersangkutan dengan periode tersebut.
Pada akhir pelaksanaan kontrak foto – foto akan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dalam
bentuk album.
Penyerahan dilakukann sebanyak 2 (dua) ganda bersama 1 (satu) album berupa CD.

2. Pelaporan
Pada awal bulan sebelum tanggal 10 setiap bulan diserahkan 5 (lima) salinan laporan Kemajuan
Bulanan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan yang menggambarkan secara rinci kemajuan
pekerjaan selama bulan sebelumnya.

Dalam laporan ini berisi hal – hal sebagai berikut :


 Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada bulan laporan maupun
prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.
 Prosentasi dari setiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase rencana yang
diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai pada bulan laporan.
 Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut – turut dengan perkiraan tanggal permulaan
dan penyelesaiannya.
 Daftar tenaga kerja
 Daftar peralatan di lapangan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.

E. Keamanan Dan Pemeriksaan Kesehatan


Semua keamanan dan pemeriksaan kesehatan yang perlu selama pelaksanaan pekerjaan,
antara lain pengaturan kesehatan, kebersihan lapangan, keamanan dan pencegahan kebakaran,
rambu-rambu akan dibuat dan dipelihara oleh kami. Dan kami bertanggung jawab terhadap
semua keamanan dan pemeriksaan kesehatan dan menyerahkan pengaturan dan organisasi
untuk mendapatkan persetujuan Pengawas pekerjaan. Penjelasan dan sosialiasi
KESELAALATAN dan KESEHATAN KERJA (K3) akan dimulai sebelum pelaksanaan
mobilisasi diantaranya identifikasi bahaya di seputar area kerja dan penanganan keadaan darurat
termasuk disisi alur pelaporan dan penanganan. Termasuk juga rapat-rapat K3 sebelum
pelaksanaan dimulainya pekerjaan semacam safety talk / tool box meeting segera dilaksanakan.
Program ini berlanjut sampai dengan selesainya pekerjaan / demobilisasi.

1. Sistem pengawasan keamanan


Mengatur system pengawasan keamanan dan organisasinya dan diserahkan untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Kami akan melengkapi system pengawasan
keamanan yang cukup dengan kapasitas peralatan dan tenaga yang memadai untuk
menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia dan barang milik yang bersangkutan.
Serta pemasangan rambu-rambu peringatan K3LL di lapangan maupun pada peralatan kerja.
Sistem pengawasan keamanan dilaksanakan sesuai dengan program yang telah disetujui dan
berpegang pada hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.

2. Keselamatan, kesehatan kerja


Kami akan mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan sehat serta
melengkapai / memelihara kemudahan untuk penggunaan tenaga yang dikerjakan pada suatu
saat dan tempat yang telah disetujui Direksi.
Kami juga akan membuat pengumuman dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang
diperlukan untuk menjaga agar lapangan tetap bersih dan aman.
Dan kami akan memperhatikan dan bertanggungjawab terhadap pelayanan P3K yang menimpa
siapa saja yang terjadi dilingkungan kerja atau akibat pekerjaan atau akibat kecerobohan kerja
dan apabila diperlukan untuk segera mengantarakannya ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat sehubungan dengan tindakan darurat yang dimaksud.
Untuk keperluan P3K dan keselaalatan yang diperlukan, kami akan menyediakan peralatan dan
obat-obatan yang dibutuhkan pada tindakan darurat, menempelkan papan pemberitahuan
yang mudah dibaca dan dipasang di beberapa tempat strategis.

3. Pencegahan kebakaran
Kami akan melakukan setiap pencegahan kebakaran dan melindungi api yang terjadi pada atau
sekitar lapangan kerja dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan/ peralatan pencegahan
kebakaran yang cukup, untuk siap digunakan pada semua bangunan atau menyiapkan alat
pemadam kebakaran yang dibutuhkan dalam keadaan berfungsi baik.

II. PEKERJAAN PERSIAPAN


- Survey lokasi untuk fasilitas kantor lapangan, base camp, gudang, workshop dan lain – lain.
- Inventarisasi pohon – pohonan dan fasilitas lainnya yang perlu dibongkar atau dipindahkan.
- Membuat / menyediakan fasilitas dan lainnya yang dibutuhkan selama pekerjaan.
- Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek yang ukuran dan redaksionalnya sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
- Mobilisasi personil dan peralatan yang dibutuhkan selama pelaksanaan.
- Sosialisasi dan koordinasi dengan pihak – pihak yang terkait.
Sambil menunggu pekerjaan persiapan tersebut selesai, bisa dimulai pekerjaan pendahuluan,
yaitu:
- Survey / uitzet / pengukuran awal
Survey pada tahap ini adalah survey untuk penentuan batas – batas pekerjaan Saluran sesuai
dengan gambar rencana yang ada, rencana jalan kerja dan jalan umum yang akan dilalui selama
pelaksanaan pekerjaan.
- Pemeliharaan jalan umum yang ada dan pembuatan jalan masuk sebagai jalan kerja sesuai
keperluan.
- Hasil pengukuran awal selanjutnya akan digunakan sebagai dasarperhitungan Mutual Check 0%
(MC-0%)
- Pembersihan, penebangan pohon dan pencabutan tunggul pohon pada areal di dalam batas –
batas saluran seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
- Penetapan lokasi pembuangan sementara (disposal sementara) dan pembuangan permanen
(disposal permanen) sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

General Flow Chart


MULAI
DokumenKontrak + GambarKerja (Shop Drawings)
MobilisasiPersonildanAlat
Pembersihan Semak belukar disepanjang alursaluran
PenentuanTitik BM danbatas DAS
Sosialisasi kepada masyarakat terdampak
Kesep akatan
Perhitungan MC – 0 %

Tidak
Penebangan Pohon dan pendongkelan tunggul (bila ada)

Ya
Pembuatan Jalan Akses/Jalan masuk ke Lokasi Pekerjaan

Penggalian Alur Saluran

Tidak
Pembuangan hasil galian ke disposal Area
MC – 100 %
Ya
SELESAI

1. Mobilisasi Alat
- Mobilisasi dilaksanakan sesuai yang termuat di dalam Kontrak, diantaranya yaitu:
A. Peralatan Utama :
No Nama Alat Kapasitas Jumlah
1 Excavator Standard 0,75 m3 6 unit
2 Excavator Longarm 0,60 m3 2 unit
3 Bulldozer 20 Ton 1 unit
3 Bulldozer 15 Ton 1 unit
4 Compaction 11 ton 1 unit
5 Baby Roller 1 Ton 5 Unit
6 Dump Truck 6 Ton 10 unit
7 Tamper 90 kg 5 Unit
8 Concrete Mixer 40 unit
9 Vibrator Concrete 10 unit
10 Water Pump 20 unit

B. Peralatan Penunjang :
No Nama Alat Kapasitas Jumlah
1 Pick Up 0,75 m3 2 Unit
2 Theodolit - 2 unit
3 Water Pass - 2 unit
4 Genset Untuk Penerangan 125 KVa 2 unit
5 Chain Saw - 2 buah

Mobilisasi peralatan tersebut disesuaikan waktunya dengan kebutuhan dan schedule pelaksanaan
pekerjaan dan akan dilaksanakan pada malam hari utuk menghindari kemacetan. Untuk
perijinannya akan berkoordinasi dengan instansi terkait.

Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, dan tidak terbatas pada kebutuhan –
kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan dan keperluan tambahan lainnya yang dibutuhkan
di lokasi proyek.
Demobilisasi dinilai selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil dan lainnya milik Kontraktor
telah dikeluarkan dari lokasi proyek.

2. Pengukuran / Uitzet
- Pengukuran dilakukann dengan menggunakan alat ukur Theodolit dan Waterpass lengkap
dengan peralatan penunjang lainnya seperti bak ukur, meteran, jalon dan lain – lain.
- Pengukuran dilakukann untuk menentukan batas – batas atau patok – patok untuk mengetahui
elevasi permukaan tanah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
gambar rencana.
Pedoman dari penetapan elevasi ini diambil dari Bench Mark ( BM ) yang ada di lapangan yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan.
- Pengukuran yang dilakukann adalah pengukuran arah memanjang (Longitudinal Section) dan
arah melintang (Cross Section)
- Pengukuran arah memanjang dilakukan rencana sepanjang galian alur Saluran yang akan
dilaksanakan sebagai pengecekan panjang Saluran pada ruas tersebut.
- Pengukuran arah melintang dilakukann sepanjang rencana galian alur Saluran yang akan
dilaksanakan, dengan jarak sesuai dengan gambar rencana atau atas persetujuan Direksi
Pekerjaan yang nantinya dipakai juga sebagai dasar perhitungan Mutual Check 0%.

3. Pembersihan Semak Belukar


- Pembersihan semak belukar dengan menggunakan Bulldozer, hasil pembersiha dikumpulkan di
sisi Saluran kemudian diangkut dengan Excavator dan dibuang dengan Dump Truck ke lokasi
pembuangan yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

4. Penebangan pohon
- Pembersihan tumbuhan bawah sekitar pohon termasuk yang melilit pohon untuk memudahkan
pemotongan dan menghindarkan kecelakaan kerja.
- Membuat takik rebah dan takik balas untuk memudahkan pemotongan pohon.
- Setelah arah rebah ditentukan baru dilakukann pemotongan pohon.
- Setelah pohon roboh baru dilakukann pemotongan ujung dan pangkal serta pembagian pohon
sesuai ketentuan guna memudahkan pengangkutan.
- Penebangan pohon dilakukan oleh regu penebangan yang terdiri dari 1 orang operator Chain
Saw (Penebang) dan 2 orang pembantu.
- Penyaradan adalah menarik kayu dari titik penebangan ke tempat pengumpulan sementara (tepi
jalan), metode yang digunakan dengan cara manual (dipikul / digotong)
- Pengangkutan dari tepi jalan ke lokasi penyimpanan / pengumpulan sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck / Pick Up.

5. Pendongkelan Tunggul
- Penggalian tunggul dilakukan setelah pemotongan pohon selesai dengan menggunakan
Excavator dengan cara menggali sekeliling tunggul untuk memudahkan mendongkel akar /
tunggul tersebut.
- Tunggul yang terbongkar bila terlalu besar dilakukan pemotongan dengan chain saw pada
cabang – cabangnya.
- Hasil bongkaran tunggul dimuat ke atas Dump Truck untuk ditempatkan / dibuang sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan.
- Lubang galian bekas tunggul ditutup kembali dengan tanah sekitarnya dengan menggunakan
Excavator dan dipadatkan.

6. Pembuatan Jalan Masuk


- Bahan Untuk perkerasan jalan masuk dengan konstruksi lapisan batu belah diisi pasir dan kerikil,
didatangkan dari luar yang disetujui Direksi Pekerjaan.
- Permukaan yang akan ditimbun sudah distripping sampai kedalaman 20 cm, dibasahi atau
dikeringkan sesuai kebutuhan dan dipadatkan secara merata sampai kepadatan yang ditetapkan.
- Timbunan satu lapis dengan ketebalan ± 30 cm dibuat dengan kemiringan penampang 3%
membuang ke arah luar untuk pembuangan genangan air.
- Pemadatan dilaksanakan dengan peralatan yang sesuai dan mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.

Peralatan yang digunakan:


 Bulldozer 2,5 – 5 m3 1 unit
 Excavator standard, 0.80 m3 1 unit
 Vibro Roller 10 ton 2 unit
 Dump Truck 1 unit

7. Kisdam / Dewatering
Kisdam dan pengeringan akan kami laksanakan sebelum melaksanakan Pekerjaan yang lainnya.
Kisdam terdiri dari gedeg bambu yang diisi dengan tanah urug dan diperkuat dengan bambu.
Dengan melaksanakan pengeringan maka bisa melakukan pekerjaan dengan mudah dan
menghasilkan kualitas yang baik, selain itu juga tidak mengganggu jalan air untuk irigasi dan
dalam pelaksanaannya perlu persetujuan Direksi.
Kita juga akan menggunakan pompa untuk :
- Memelihara aliran di saluran pembawa, pembuang, parit parit dan sumber sumber air yang
berada dalam atau memotong jalur pembebasan selama periode pelaksanaan.
- Melindungi bangunan sementara dan permanen terhadap kerusakan akibat hujan, limpasan air
permukaan dan perlindungan yang mencukupi terhadap banjir dan kejadian yang serupa lainnya.
- Usaha dewatering dan pengurasan air agar usaha penggalian tanah bebas air seperti keharusan
dalam melaksanakan bangunan sebenarnya.
Setelah tujuan melayani air selesai , maka semua cofferdam dan lain lain pekerjaan
perlindungan sementara harus disingkirkan kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Kami selaku penyedia jasa akan bertanggung jawab atas kerusakan pondasi atau bangunan
atau bagian lainnya dari pekerjaan yang disebabkan oleh kesalahan seperti kondisi aliran pada
bangunan pembelokan air atau bangunan pelindung banjir dan kegagalan bangunan bangunan
tersebut diatas yang dibangun.

Dalam pelaksanaan kisdam dan dewatering tidak akan mengganggu aliran normal dari setiap
saluran irigasi atau sumber air untuk suatu alasan atau maksud tertentu tanpa persetujuan
Direksi, dan akan berusaha untuk memelihara dalam saluran yang telah ada dan yang dialihkan.

III. PEKERJAAN TANAH


1. Striping
Pekerjaan pembersihan lahan dan stripping / kupasan meliputi pekerjaan pembersihan area
proyek dari tanaman-tanaman dan juga pekerjaan pembersihan alaterial-alaterial tidak berguna
dengan menggunakan bulldozer kemudian tanah dan alaterial-alaterial tidak berguna tersebut
ditumpuk di suatu lokasi yang kemudian nantinya akan dibakar dengan pengawasan ketat sampai
habis.
Pekerjaan pembersihan lahan / stripping dilaksanakan di areal penggalian tanah yang mana
nantinya dari galian tanah tersebut akan dipakai kembali sebagai alaterial timbunan hasil galian.
Termasuk dilaksanakan juga di areal penimbunan / peninggian tanggul.
Pekerjaan pembersihan lahan / stripping merupakan dua pekerjaan terpisah namun di lapangan
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sekaligus untuk efisiensi pekerjaan.
Alur kerja pembersihan lahan / stripping
Mulai
Pembersihan
Pembuangan
Selesai
Pemotongan Pohon/Semak
Stripping/Kupasan

2. Galian tanah dengan alat berat jarak buangan 0 – 50 m, 1 – 5 km, 5 – 10 km, > 10 km
Ketentuan :
 Pelaksanaan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan Excavator Long Arm dan Excavator
Standard untuk penggalian / pengerukan tanah / lumpur hingga mencapai elevasi rencana
maupun membentuk penampang galian / pengerukan sesuai gambar dan pengarahan Direksi
Pekerjaan.
 Penggalian dilaksanakan dengan cara / metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng
yang tidak membahayakan.
 Alaterial hasil galian basah dibuang di tempat penampungan sementara untuk mengurangi kadar
air dan pengotoran sebelum diangkut ke lokasi disposal permanen yang telah ditetapkan sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan.
Keseluruhan penampang SS. Pawelutan CS memiliki bentuk dan ukuran yang tidak sesuai
dengan kapasitas yang diperlukan. Sehingga perlu ada penggalian yang disesuaikan dengan
gambar rencana yaitu berbentuk trapesium dengan lebar dasar bervariasi : 20 dan 30 m dengan
kedalaman ± 5,0 m. Alaterial hasil galian dibuang ke disposal area yang sudah ditentukan dengan
jarak buangan :
 antara 0 – 50 m
 antara 50 – 1 km
 antara 1 – 5 km
 antara 5 – 10 km
 lebih dari 10 km
dan alaterial yang memenuhi syarat (kadar lumpur <5%) digunakan sebagai timbunan tanggul
berupa untuk timbunan saluran dan tanggul drainase.

1. Bahan
Papan, kayu dan bambu, paku untuk bouwplank / Propil
2. Peralatan yang digunakan
a. Peralatan Ukur (theodholit, waterpass dan bak ukur). Theodolith untuk menentukan as dan lebar
saluran serta elevasi dasar saluran serta elevasi dasar saluran.
b. Back hoe (excavator long arm) untuk menggali tanah saluran sekaligus membuang tanah dengan
jarak yang telah ditentukan diatas ke tempat yang telah disetujui oleh Direksi.
c. Dump truck untuk mengangkut tanah galian ke disposal area dengan jarak yang telah ditentukan
diatas ke tempat yang telah disetujui oleh Direksi
d. Bulldozer untuk meratakan tanah di disposal area dan dilokasi tanggul.
3. Urutan Pelaksanaan
a. Pemasangan bouwplank untuk menentukan as dan elevasi dasar saluran.
b. Penggalian tanah menggunakan alat back hoe (excavator).
c. Penyebaran (perataan) dengan menggunakan Bulldozer di lokasi Disposal Area dan lokasi
tanggul.
4. Metode Pelaksanaan
a. Penggalian yang bisa dijangkau dengan Excavator Standard.
 Untuk galian saluran dengan menggunakan Excavator Standard sebagai alat gali dan alat
pemindah hasil galian tanah ke disposal sementara.
 Setelah hasil galian kondisinya mengering kemudian diangkut ke lokasi disposal permanen yang
sudah disetujui Direksi Pekerjaan.
 Hasil penggalian tanah yang sudah terkumpul di disposal area permanen akan diratakan dan
dirapikan menggunakan Bulldozer.
b. Penggalian dengan Excavator Long Arm
 Karena kondisi alur saluran yang dalam dan penampang saluran cukup lebar, maka untuk bisa
menggali dasar saluran digunakan Excavator Long Arm,
RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN ALUR SALURAN CITARUM
DENGAN ALAT EXCAVATOR LONG ARM
(Pada kondisi penampang normal)

RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN ALUR SALURAN CITARUM


DENGAN ALAT EXCAVATOR LONG ARM
(Pada kondisi penampang curam)
RENCANA GALIAN ALUR SALURAN DENGAN EXCAVATOR LONG ARM
(Hasil galian dibuang dengan jarak tertentu menggunakan Bull Dozer)
SKEMA RENCANA PEMBUANGAN HASIL GALIAN TANAH
KE DISPOSAL AREA PERMANEN

SKEMA RENCANA PEMBUANGAN HASIL GALIAN TANAH


KE DISPOSAL AREA PERMANEN

Jarakangkut
1 - 5 km
kemudian hasil galian dikumpulkan di disposal area sementara menggunakan Excavator
Standard.
 Selanjutnya tanah / lumpur yang sudah kering dibuang ke lokasi disposal permanen atas
persetujuan Direksi Pekerjaan dan jarak angkut buangan :
 0 – 1 km m
1 -5km
 5 – 10 km, dan
 > dari 10 km
 Peralatan yang digunakan (penggalian alur Saluran):
- Excavator Long Arm kap. 0,60 m3 2 unit
- Excavator Standart kap. 0,80 m3 2 unit
- Bulldozer 3 unit

3. Galian tanah manual tanpa alat berat


Galian untuk bangunan dibuat sesuai dengan lebar pondasi bangunan atau sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan. Tanah hasil galian yang jelek harus dibuang ditempat pembuangan
atau ditempat yang ditentukan oleh Direksi.
Galian pada pekerjaan saluran diawali dengan membuat propil hasil pengukuran/rencana gambar
dimana propil tersebut guna petunjuk untuk galain tanah yang akan diangkat, hasil galian
dibuang diatas tanggul atau ditempat buangan yang ditunjuk direksi pekerjaan dan dirapihkan,

Pada Pekerjaan ini dilaksanakan dengan tenaga orang. Pelaksanaan akan disesuaikan dengan
rencana jadwal yang telah dihitung.
4. Penimbunan tanah dari alaterial galian (untuk timbunan saluran)
 Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan saluran, badan jalan atau timbunan lainnya sesuai
gambar.
 Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan menggunakan menggunakan bulldozer,
penggilasan dengan menggunakan vibro roller, penggilingan basah menggunakan waer tank
truck, test kepadatan dan lain-lain.
 Timbunan akan dibuat sesuai dengan gambar rencana balk ukuran, ketinggian maupun kemiringan
lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Pekerjaan Persiapan Pondasi


Pondasi tanggul timbunan, baik berupa tanah asli maupun tanggul/timbunan lama, dibersihkan
dan dilakukan "kupasan" sesuai dengan petunjuk Direksi. Selanjutnya akan memindahkan
bahan-bahan hasil "kupasan".
Daerah-daerah galian hasil "kupasan" yang tidak baik untuk pondasi akan diperbaiki dengan
petunjuk Direksi.
Kepadatan pondasi tanggul timbunan tersebut harus lebih besar dari 90 % kepadatan
maksimum menurut Standard Proctor, atau ditetapkan lain secara tertulis oleh Proyek.
Permukaan dasar pondasi yang telah disetujui oleh Pengawas harus dibuat kasar sampai
kedalaman 20 cm.

Bahan Untuk Tanggul Timbunan Yang Dipadatkan


Bahan untuk pekerjaan tanggul/timbunan harus dipilih bahan-bahan yang homogen, bersih dan
bebas dari lumpur, humus, akar-akar dan bahan organik lain. Bahan yang berkualitas baik
biasanya berwama coklat, sedang bahan-bahan yang berkualitas kurang baik biasanya
berwama lebih gelap atau lebih terang.
Bahan-bahan hasil galian tebing alur tanggul yang ada biasanya cocok untuk bahan tanggul
sedangkan bahan dari dasar alur biasanya kurang cocok untuk bahan tanggul. Bahan untuk
pekerjaan tersebut harus diambil dari daerah galian yang diperlukan. Apabila bahan yang baik
tidak cukup diperoleh dari galian-galian yang diperlukan, atau apabila tidak ada pekerjaan
galian yang diperlukan, kami akan memperoleh bahan-bahan yang baik tersebut dari daerah
bahan yang direncanakan dan/atau daerah yang diusulkan setelah disetujui Direksi, atau
menurut petunjuk-petunjuk Direksi.
Rencana daerah bahan harus dibersihkan dan di kupas, bahan-bahan yang tidak berkualitas
baik harus dibuang. Lokasi Borrow Area di bantaran akan ditunjukkan oleh Direksi. Setelah
bahan tanggul/timbunan diambil dari Borrow Area, kami menjaga agar air tidak menggenang
di lubang galian bekas pengambilan bahan dan sliding kembali ke alur saluran, sehingga tidak
mengganggu tanggul/timbunan di dekatnya.
Cara pengambilan bahan tanggul/timbunan di bantaran, kecuali ditentukan lain secara tertulis
oleh Direksi, adalah sebagai berikut :
Jarak dari kaki tanggul minimum 5 meter, membentuk talud/miring 1 : 1 sedalam 0,5
meter. Miring dasar galian 1 : 10 ke arah alur saluran. Dibuat sistem kotak dengan galian
minimum 5 m dari kaki tanggul dan 1,00 meter dari tebing saluran, dengan kedalaman galian
maksimum 1,00 meter, atau ditentukan lain oleh Direksi. Bahan tanggul/timbunan yang berasal
dari bantaran dan diluar bantaran harus terlebih dahulu diteliti di Laboratorium Mekanika
Tanah sebelum digunakan. Penelitian tersebut meliputi Standard Proctor Test dan penelitian
sifat-sifat tanah. Berdasarkan hasil laboratorium, Direksi diharapkan menetapkan apakah bahan
tersebut dapat dipergunakan atau tidak.

Hamparan Dan Kepadatan


 Bahan untuk konstruksi tanggul/timbunan harus dihamparkan menurut ketebalan 15 cm dan
kemiringan 1 : 25 atau seperti ditunjukkan dalam gambar.
 Bahan yang dipergunakan harus dihamparkan lapis demi lapis mendatar selebar
tanggul/timbunan, ditambah masing-masing 40 cm di luar profil lereng tanggul timbunan rencana.
 Sebelum penghamparan bahan-bahan tersebut dilakukan, Direksi dapat menentukan agar
terlebih dulu menyiapkan lapisan awal torehan sedalam sekitar 2 cm.
 Sesudah kupasan pada permukaan tanggu timbunan yang akan diperkuat maka permukaan
tersebut kemudian dibentuk teras-teras tangga dengan lebar dan tinggi masing-masing tidak
lebih dari 30 cm kecuali apabila ditentukan lain oleh Proyek.
 Seluruh lebar hamparan bahan tanggul/timbunan tersebut harus dipadatkan dengan Vibro
Roller, atau alat pemadat lain yang sesuai dan disetujui oleh Direksi, sehingga mencapai
kepadatan minimal 90% kepadatan maksimum pada test pemadatan di laboratorium
menurut metode Standard Proctor. Pemberat Roller untuk mencapai Walking Out dari Roller
pada lintasan terakhir harus menurut petunjuk Direksi. Apabila digunakan Sheep-Foot Roller
untuk pemadatan, maka tidak perlu dibuat torehan.
 Sebelum Direksi memerintahkan pemadatan, kadar air Bahan tanggul/timbunan yang telah
dihamparkan harus sudah berada pada keadaan optimum (Optimum Moisture Content).
Untuk mengetahui keadaan itu Proyek akan menyelenggarakan pengambilan contoh bahan
yang telah dihamparkan untuk dilakukan penelitian kadar air secara praktis di lapangan dan
atau secara teliti di laboratorium bilamana perlu.
 Pada penghamparan lapisan pertama harus diadakan pemadatan percobaan (Trial
Compaction) dengan menggunakan alat pemadat yang sesuai dengan yang digunakan selama
pelaksanaan pekerjaan, dengan jumlah lintasan 6 kali, 8 kali dan 10 kali. Pada setiap jumlah
lintasan tersebut Proyek akan menyelenggarakan "Field Density Test" yang akan dibandingkan
terhadap "Maximum Dry Density"nya.
 Jumlah lintasan yang memenuhi kepadatannya merupakan petunjuk untuk pelaksanaan
selanjutnya. "Compaction Trial" ini harus dilakukan untuk setiap jenis tanah bahan tanggul,
timbunan atau setiap lokasi "Borrow Area" yang digunakan untuk bahan tanggul/timbunan.
 Pemadatan harus dilakukan selapis demi selapis dengan kadar air diusahakan sedekat mungkin
dengan "Optimum Moisture Content" sesuai dengan hasil test pemadatan laboratorium,
dengan pola lintas pemadatan yang disetujui Direksi.
 Pada setiap lapisan pemadatan, harus dilakukan pemeriksaan kepadatan sedang
penghamparan berikutnya baru boleh dilaksanakan jika kepadatan tersebut telah memenuhi
persyaratan
 Pada waktu hujan lebat atau bagaimana diperintahkan oleh Direksi, kami akan menunda
pekerjaan penghamparan tanggul/timbunan. Sebelum menunda pekerjaan, permukaan
tanggul/timbunan harus dibuat rata dan miring untuk mengalirkan air hujan.
Pekerjaan Penyelesaian Akhir
 Sesudah pemadatan, mercu dan lereng tanggul/timbunan harus dirapihkan sesuai dengan
gambar atau menurut ketentuan Direksi dengan toleransi sbb :
 Elevasi mercu tanggul tidak boleh lebih rendah dari elevasi rencana dan tidak boleh lebih tinggi
10 cm dari elevasi rencana.
 Kemiringan lereng tanggul harus sama dengan gambar dan tidak boleh lebih dari 10 cm
penyimpangannya dari kaki tanggul rencana.
 Mercu tanggul/timbunan harus dibuat miring dari sumbu ke tepi dengan kemiringan 1 : 25
atau seperti ditunjukkan dalam gambar
 Kelebihan bahan-bahan pekerjaan penyelesaian akhir ini akan dibuang di tempat-tempat
buangan yang ditetapkan dan disetujui oleh Direksi.

5. Penimbunan tanah dari alaterial galian (untuk timbunan drainase)


 Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan tanggul drainase, badan jalan atau timbunan lainnya
sesuai gambar.
 Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan menggunakan menggunakan bulldozer,
penggilasan dengan menggunakan vibro roller, penggilingan basah menggunakan water tank
truck, test kepadatan dan lain-lain.
 Timbunan akan dibuat sesuai dengan gambar rencana balk ukuran, ketinggian maupun kemiringan
lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Pekerjaan Persiapan Pondasi


Pondasi tanggul timbunan, baik berupa tanah asli maupun tanggul/timbunan lama, dibersihkan
dan dilakukan "kupasan" sesuai dengan petunjuk Direksi. Selanjutnya akan memindahkan
bahan-bahan hasil "kupasan".
Daerah-daerah galian hasil "kupasan" yang tidak baik untuk pondasi akan diperbaiki dengan
petunjuk Direksi.
Kepadatan pondasi tanggul timbunan tersebut harus lebih besar dari 90 % kepadatan
maksimum menurut Standard Proctor, atau ditetapkan lain secara tertulis oleh Proyek.
Permukaan dasar pondasi yang telah disetujui oleh Pengawas harus dibuat kasar sampai
kedalaman 20 cm.
Bahan Untuk Tanggul Timbunan Yang Dipadatkan
Bahan untuk pekerjaan tanggul/timbunan harus dipilih bahan-bahan yang homogen, bersih dan
bebas dari lumpur, humus, akar-akar dan bahan organik lain. Bahan yang berkualitas baik
biasanya berwama coklat, sedang bahan-bahan yang berkualitas kurang baik biasanya
berwama lebih gelap atau lebih terang.
Bahan-bahan hasil galian tebing alur tanggul yang ada biasanya cocok untuk bahan tanggul
sedangkan bahan dari dasar alur biasanya kurang cocok untuk bahan tanggul. Bahan untuk
pekerjaan tersebut harus diambil dari daerah galian yang diperlukan. Apabila bahan yang baik
tidak cukup diperoleh dari galian-galian yang diperlukan, atau apabila tidak ada pekerjaan
galian yang diperlukan, kami akan memperoleh bahan-bahan yang baik tersebut dari daerah
bahan yang direncanakan dan/atau daerah yang diusulkan setelah disetujui Direksi, atau
menurut petunjuk-petunjuk Direksi.
Rencana daerah bahan harus dibersihkan dan di kupas, bahan-bahan yang tidak berkualitas
baik harus dibuang. Lokasi Borrow Area di bantaran akan ditunjukkan oleh Direksi. Setelah
bahan tanggul/timbunan diambil dari Borrow Area, kami menjaga agar air tidak menggenang
di lubang galian bekas pengambilan bahan dan sliding kembali ke alur saluran, sehingga tidak
mengganggu tanggul/timbunan di dekatnya.
Cara pengambilan bahan tanggul/timbunan di bantaran, kecuali ditentukan lain secara tertulis
oleh Direksi, adalah sebagai berikut :
Jarak dari kaki tanggul minimum 5 meter, membentuk talud/miring 1 : 1 sedalam 0,5
meter. Miring dasar galian 1 : 10 ke arah alur saluran. Dibuat sistem kotak dengan galian
minimum 5 m dari kaki tanggul dan 1,00 meter dari tebing saluran, dengan kedalaman galian
maksimum 1,00 meter, atau ditentukan lain oleh Direksi. Bahan tanggul/timbunan yang berasal
dari bantaran dan diluar bantaran harus terlebih dahulu diteliti di Laboratorium Mekanika
Tanah sebelum digunakan. Penelitian tersebut meliputi Standard Proctor Test dan penelitian
sifat-sifat tanah. Berdasarkan hasil laboratorium, Direksi diharapkan menetapkan apakah bahan
tersebut dapat dipergunakan atau tidak.
Hamparan Dan Kepadatan
 Bahan untuk konstruksi tanggul/timbunan harus dihamparkan menurut ketebalan 15 cm dan
kemiringan 1 : 25 atau seperti ditunjukkan dalam gambar.
 Bahan yang dipergunakan harus dihamparkan lapis demi lapis mendatar selebar
tanggul/timbunan, ditambah masing-masing 40 cm di luar profil lereng tanggul timbunan rencana.
 Sebelum penghamparan bahan-bahan tersebut dilakukan, Direksi dapat menentukan agar
terlebih dulu menyiapkan lapisan awal torehan sedalam sekitar 2 cm.
 Sesudah kupasan pada permukaan tanggu timbunan yang akan diperkuat maka permukaan
tersebut kemudian dibentuk teras-teras tangga dengan lebar dan tinggi masing-masing tidak
lebih dari 30 cm kecuali apabila ditentukan lain oleh Proyek.
 Seluruh lebar hamparan bahan tanggul/timbunan tersebut harus dipadatkan dengan Vibro
Roller, atau alat pemadat lain yang sesuai dan disetujui oleh Direksi, sehingga mencapai
kepadatan minimal 90% kepadatan maksimum pada test pemadatan di laboratorium
menurut metode Standard Proctor. Pemberat Roller untuk mencapai Walking Out dari Roller
pada lintasan terakhir harus menurut petunjuk Direksi. Apabila digunakan Sheep-Foot Roller
untuk pemadatan, maka tidak perlu dibuat torehan.
 Sebelum Direksi memerintahkan pemadatan, kadar air Bahan tanggul/timbunan yang telah
dihamparkan harus sudah berada pada keadaan optimum (Optimum Moisture Content).
Untuk mengetahui keadaan itu Proyek akan menyelenggarakan pengambilan contoh bahan
yang telah dihamparkan untuk dilakukan penelitian kadar air secara praktis di lapangan dan
atau secara teliti di laboratorium bilamana perlu.
 Pada penghamparan lapisan pertama harus diadakan pemadatan percobaan (Trial
Compaction) dengan menggunakan alat pemadat yang sesuai dengan yang digunakan selama
pelaksanaan pekerjaan, dengan jumlah lintasan 6 kali, 8 kali dan 10 kali. Pada setiap jumlah
lintasan tersebut Proyek akan menyelenggarakan "Field Density Test" yang akan dibandingkan
terhadap "Maximum Dry Density"nya.

 Jumlah lintasan yang memenuhi kepadatannya merupakan petunjuk untuk pelaksanaan


selanjutnya. "Compaction Trial" ini harus dilakukan untuk setiap jenis tanah bahan tanggul,
timbunan atau setiap lokasi "Borrow Area" yang digunakan untuk bahan tanggul/timbunan.
 Pemadatan harus dilakukan selapis demi selapis dengan kadar air diusahakan sedekat mungkin
dengan "Optimum Moisture Content" sesuai dengan hasil test pemadatan laboratorium,
dengan pola lintas pemadatan yang disetujui Direksi.
 Pada setiap lapisan pemadatan, harus dilakukan pemeriksaan kepadatan sedang
penghamparan berikutnya baru boleh dilaksanakan jika kepadatan tersebut telah memenuhi
persyaratan
 Pada waktu hujan lebat atau bagaimana diperintahkan oleh Direksi, kami akan menunda
pekerjaan penghamparan tanggul/timbunan. Sebelum menunda pekerjaan, permukaan
tanggul/timbunan harus dibuat rata dan miring untuk mengalirkan air hujan.

Pekerjaan Penyelesaian Akhir


 Sesudah pemadatan, mercu dan lereng tanggul/timbunan harus dirapihkan sesuai dengan
gambar atau menurut ketentuan Direksi dengan toleransi sbb :
 Elevasi mercu tanggul tidak boleh lebih rendah dari elevasi rencana dan tidak boleh lebih tinggi
10 cm dari elevasi rencana.
 Kemiringan lereng tanggul harus sama dengan gambar dan tidak boleh lebih dari 10 cm
penyimpangannya dari kaki tanggul rencana.
 Mercu tanggul/timbunan harus dibuat miring dari sumbu ke tepi dengan kemiringan 1 : 25
atau seperti ditunjukkan dalam gambar
 Kelebihan bahan-bahan pekerjaan penyelesaian akhir ini akan dibuang di tempat-tempat
buangan yang ditetapkan dan disetujui oleh Direksi.

6. Penimbunan tanah dari alaterial borrow area dengan jarak < 1 km, 1 – 5 km, 5–
10 km, > 10 km (untuk timbunan saluran dan tanggul drainase)
 Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan tanggul, badan jalan atau timbunan lainnya sesuai
gambar.
 Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan menggunakan excavator dan dibawa dengan
mengggunakan dump truck, penghamparan dengan menggunakan bulldozer, penggilasan dengan
menggunakan vibro roller, penggilingan basah menggunakan water tank truck, test kepadatan
dan lain-lain.
 Timbunan akan dibuat sesuai dengan gambar rencana balk ukuran, ketinggian maupun
kemiringan lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Pekerjaan Persiapan Pondasi


Pondasi tanggul timbunan, baik berupa tanah asli maupun tanggul/timbunan lama, dibersihkan
dan dilakukan "kupasan" sesuai dengan petunjuk Direksi. Selanjutnya akan memindahkan
bahan-bahan hasil "kupasan".
Daerah-daerah galian hasil "kupasan" yang tidak baik untuk pondasi akan diperbaiki dengan
petunjuk Direksi.
Kepadatan pondasi tanggul timbunan tersebut harus lebih besar dari 90 % kepadatan
maksimum menurut Standard Proctor, atau ditetapkan lain secara tertulis oleh Proyek.
Permukaan dasar pondasi yang telah disetujui oleh Pengawas harus dibuat kasar sampai
kedalaman 20 cm.

Bahan Untuk Tanggul Timbunan Yang Dipadatkan


Bahan untuk pekerjaan tanggul/timbunan harus dipilih bahan-bahan yang homogen, bersih dan
bebas dari lumpur, humus, akar-akar dan bahan organik lain. Bahan yang berkualitas baik
biasanya berwama coklat, sedang bahan-bahan yang berkualitas kurang baik biasanya
berwama lebih gelap atau lebih terang.
Bahan-bahan hasil galian tebing alur tanggul yang ada biasanya cocok untuk bahan tanggul
sedangkan bahan dari dasar alur biasanya kurang cocok untuk bahan tanggul. Bahan untuk
pekerjaan tersebut harus diambil dari daerah galian yang diperlukan. Apabila bahan yang baik
tidak cukup diperoleh dari galian-galian yang diperlukan, atau apabila tidak ada pekerjaan
galian yang diperlukan, kami akan memperoleh bahan-bahan yang baik tersebut dari daerah
bahan yang direncanakan dan/atau daerah yang diusulkan setelah disetujui Direksi, atau
menurut petunjuk-petunjuk Direksi.
Rencana daerah bahan harus dibersihkan dan di kupas, bahan-bahan yang tidak berkualitas
baik harus dibuang. Lokasi Borrow Area di bantaran akan ditunjukkan oleh Direksi. Setelah
bahan tanggul/timbunan diambil dari Borrow Area, kami menjaga agar air tidak menggenang
di lubang galian bekas pengambilan bahan dan sliding kembali ke alur saluran, sehingga tidak
mengganggu tanggul/timbunan di dekatnya.
Cara pengambilan bahan tanggul/timbunan di bantaran, kecuali ditentukan lain secara tertulis
oleh Direksi, adalah sebagai berikut :
Bahan tanah diambil dengan jarak dari galian tanah ke lokasi tanggul yang akan ditimbun
terlebih dahulu disetujui oleh pihak direksi. Jarak dari kaki tanggul minimum 5 meter,
membentuk talud/miring 1 : 1 sedalam 0,5 meter. Miring dasar galian 1 : 10 ke arah alur
saluran. Dibuat sistem kotak dengan galian minimum 5 m dari kaki tanggul dan 1,00 meter
dari tebing saluran, dengan kedalaman galian maksimum 1,00 meter, atau ditentukan lain oleh
Direksi. Bahan tanggul/timbunan yang berasal dari bantaran dan diluar bantaran harus terlebih
dahulu diteliti di Laboratorium Mekanika Tanah sebelum digunakan. Penelitian tersebut
meliputi Standard Proctor Test dan penelitian sifat-sifat tanah. Berdasarkan hasil laboratorium,
Direksi diharapkan menetapkan apakah bahan tersebut dapat dipergunakan atau tidak.

Hamparan Dan Kepadatan


 Bahan untuk konstruksi tanggul/timbunan harus dihamparkan menurut ketebalan 15 cm dan
kemiringan 1 : 25 atau seperti ditunjukkan dalam gambar.
 Bahan yang dipergunakan harus dihamparkan lapis demi lapis mendatar selebar
tanggul/timbunan, ditambah masing-masing 40 cm di luar profil lereng tanggul timbunan rencana.
 Sebelum penghamparan bahan-bahan tersebut dilakukan, Direksi dapat menentukan agar
terlebih dulu menyiapkan lapisan awal torehan sedalam sekitar 2 cm.
 Sesudah kupasan pada permukaan tanggu timbunan yang akan diperkuat maka permukaan
tersebut kemudian dibentuk teras-teras tangga dengan lebar dan tinggi masing-masing tidak
lebih dari 30 cm kecuali apabila ditentukan lain oleh Proyek.
 Seluruh lebar hamparan bahan tanggul/timbunan tersebut harus dipadatkan dengan Dozer,
Vibro Roller, atau alat pemadat lain yang sesuai dan disetujui oleh Direksi, sehingga
mencapai kepadatan minimal 90% kepadatan maksimum pada test pemadatan di
laboratorium menurut metode Standard Proctor. Pemberat Roller untuk mencapai Walking Out
dari Roller pada lintasan terakhir harus menurut petunjuk Direksi. Apabila digunakan Sheep-
Foot Roller untuk pemadatan, maka tidak perlu dibuat torehan.
 Sebelum Direksi memerintahkan pemadatan, kadar air Bahan tanggul/timbunan yang telah
dihamparkan harus sudah berada pada keadaan optimum (Optimum Moisture Content).
Untuk mengetahui keadaan itu Proyek akan menyelenggarakan pengambilan contoh bahan
yang telah dihamparkan untuk dilakukan penelitian kadar air secara praktis di lapangan dan
atau secara teliti di laboratorium bilamana perlu.
 Pada penghamparan lapisan pertama harus diadakan pemadatan percobaan (Trial
Compaction) dengan menggunakan alat pemadat yang sesuai dengan yang digunakan selama
pelaksanaan pekerjaan, dengan jumlah lintasan 6 kali, 8 kali dan 10 kali. Pada setiap jumlah
lintasan tersebut Proyek akan menyelenggarakan "Field Density Test" yang akan dibandingkan
terhadap "Maximum Dry Density"nya.
 Jumlah lintasan yang memenuhi kepadatannya merupakan petunjuk untuk pelaksanaan
selanjutnya. "Compaction Trial" ini harus dilakukan untuk setiap jenis tanah bahan tanggul,
timbunan atau setiap lokasi "Borrow Area" yang digunakan untuk bahan tanggul/timbunan.
 Pemadatan harus dilakukan selapis demi selapis dengan kadar air diusahakan sedekat mungkin
dengan "Optimum Moisture Content" sesuai dengan hasil test pemadatan laboratorium,
dengan pola lintas pemadatan yang disetujui Direksi.
 Pada setiap lapisan pemadatan, harus dilakukan pemeriksaan kepadatan sedang
penghamparan berikutnya baru boleh dilaksanakan jika kepadatan tersebut telah memenuhi
persyaratan
 Pada waktu hujan lebat atau bagaimana diperintahkan oleh Direksi, kami akan menunda
pekerjaan penghamparan tanggul/timbunan. Sebelum menunda pekerjaan, permukaan
tanggul/timbunan harus dibuat rata dan miring untuk mengalirkan air hujan.

Pekerjaan Penyelesaian Akhir


 Sesudah pemadatan, mercu dan lereng tanggul/timbunan harus dirapihkan sesuai dengan
gambar atau menurut ketentuan Direksi dengan toleransi sbb :
 Elevasi mercu tanggul tidak boleh lebih rendah dari elevasi rencana dan tidak boleh lebih tinggi
10 cm dari elevasi rencana.
 Kemiringan lereng tanggul harus sama dengan gambar dan tidak boleh lebih dari 10 cm
penyimpangannya dari kaki tanggul rencana.
 Mercu tanggul/timbunan harus dibuat miring dari sumbu ke tepi dengan kemiringan 1 : 25
atau seperti ditunjukkan dalam gambar
 Kelebihan bahan-bahan pekerjaan penyelesaian akhir ini akan dibuang di tempat-tempat
buangan yang ditetapkan dan disetujui oleh Direksi.
IV. PEKERJAAN PEMBETONAN
PEMASANGAN BEKISTING.
a. Bekisting di buat dari Multiplek T.12mm dengan terlebih dahulu dilapisi bahan yang dapat
meningkatkan ketahanan multiflek terhadap air, dan sambungan harus kedap terhadap adukan
serta cukup kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan
dan perawatan.
b. Semua bentuk harus dipasang dan dipertahankan sesuai dengan gambar rencana hingga kekuatan
beton tercapai.
c. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibersihkan, sebelum pengecoran beton ,
bekas bekas kawat pengikat yang tidak terpakai, tanah, kotoran, dan semua bahan bahan asing
harus dikeluarkan dari bekisting.
d. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada pada waktu dibuka, permukaan beton
tidak rusak.
PEMASANGAN TULANGAN
a. Tulangan harus bersih dari kotoran, lumpur minyak,cat, karat dan kerak pabrik, percikan adukan
atau bahan asing yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton sebelum beton di
cor.an
b. Tulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan gambar.
c. Tulangan harus di ikat kuat dengan mengunakan kawat ikat baja, sehingga tidak dapat bergeser
pada saat pengecoran beton dan pemadatan beton, Pengelasan batang melingkar atau Beugel
pada tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d. Semua tulangan Baja yang disediakan harus sesuai dengan gambar rencana penyambungan
batang baja , kecuali terlihat pada gambar tidak diizinkan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.
Setiap sambungan yang dapat disetujui harus di selang seling sejauh mungkin dan harus terletak
pada titik dengan tegangan tarik minimum.
e. Sampul kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton yang terbuka.
f. Perhatian khusus perlu diberikan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan
harus dipasang dengan penahan jarak ( beton deking ) yang terbuat dari beton K-175 penahan
jarak dapat berbentuk blok blok persegi atau gelang gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 4 buah setiap meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penehan penahan jarak ini harus
tersebar merata.

PEKERJAAN PENGECORAN BETON


a. Sesaat sebelum beton di cor, bekisting harus dibasahi dengan air atau dilapisi pada bagian
sebelah dalam dengan suatu minyak mineral yang tak akan membekas.
b. Pengecoran beton harus dilaksanakan terus menerus sampai pekerjaan selesai kecuali dalam
keadan yang tidak memungkinkan serta diberhentikan pada sambungan konstruksi yang disetujui
oleh Pengawas.
c. Beton harus dicor dengan cara tertentu untuk menghindari pemisahan partikel harus dan kasar
dalam campuran ( segregasi )
d. Lantai kendaraan pada gorong gorong Box Culvert harus dicor terus menerus pada panjang
bagian total bagian struktur.
e. Untuk mencegah timbulnya rongga rongga pada sarang sarang kerikil , adukan beton harus
dipadatkan selama pengecoran, pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk numbuk
adukan atau memukul mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa mengunakan alat
penggetar mekanis.
f. Dalam hal pemadatan beton yang dilakukan dengan alat penggetar harus diperhatikan hal hal
sebagai berikut:
- Jarum Penggetar harus dimasukan kedalam adukan secara vertikal, tetapi dalam keadaan khusus
boleh miring sampai 45 derajat .
- Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakan kearah horizontal, karena hal ini akan
menyebabkan pemisahan bahan bahan.
- Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras
karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5cm dari cetakan atau dari beton yang
sudah mengeras, juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, sehingga
tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran getaran tidak merambat ke bagian bagian lain
dimana beton sudah mulai mengeras.
- Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak
boleh lebih tebal dari 30 a 50 cm, maka pengecoran bagian dinding harus dilakukan lapis demi
lapis sehingga tiap tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.
- Jarum Penggetar ditarik dai adukan beton apabila adukan mulai nampak menkilap disekitar jarum
( air semen mulai memisahkan diri dari agregat ), yang pada umumnya tercapai setelah
maksimum 15 detik penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas
jarum dapat di isi penuh dengan adukan.
- Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah daerah pengaruhnya
saling menutupi.
g. Konsistensi ( slump ) diisyaratkan sesuai dengan cara pelaksanaan slump test.
Tinggi Slum yang diizinkan adalah antara 50 mm – 80 mm.

BAHAN/ ALATRIAL BETON


a. Semen
Untuk kontruksi beton pada umumnya dapat dipakai jenis jenis semen yang memenuhi
ketentuan ketentuan yang ditentukan NI - 8. Untuk Beton B1 dan K.175 , jumlah semen yang
dipakai dalam setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi. Pengukuran semen tidak
boleh mempunyai kesalahan lebih dari + 2,50 %.
b. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat alat pemecah batu. Butir agregat harus
bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan terhadap berat kering).
Yang dimaksud lumpur adalah butiran yang lolos ukuran 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih
dari 5 % maka pasir tersebut harus dicuci. Agregat halus mempunyai butiran yang beragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
 sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat.
 sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10 % berat.
 sisa diatas ayakan 0.35 mm harus berkisar 80 % - 95 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton kecuali dengan
petunjuk petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan bahan yang diakui.

c. Agregat Kasar ( kerikil dan batu pecah )


Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagi hasil desintegrasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Yang dimaksud dengan agregat kasar
secara umum agregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm. Agregat harus berbutir keras dan
tidak berpori. Agregat yang dipergunakan adalah agregat yang mengandung butir butir pipih
tidak lebih dari 20 % dari berat agregat seluruhnya dan tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 1 % (terhadap berat kering) yakni butiran yeng melalui saringan 0.063 mm. Bila agregat
mengandung lumpur maka harus dicuci. Agregat tidsak boleh mengandung zat zat yang dapat
merusak beton seperti zat reaktif alkali. Pada pengujian kekerasan butiran , agregat yang
dipergunakan tidak mengalami kehilangan berat lebih dari 50 %. Apabila diayak, agregat harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0 %.
2. sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar 90 % - 80 % berat.
3. selisih antara sisa kumulatif diatas dua ayakan berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum
10 %.
Besar agregat maksimum tidak lebih besar dari seperlima jarak terkecil antara bidang bidang
samping cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga per empat dari jarak bersih minimum
diantara batang batang tulangan. Penyimpangan dapat dijinkan apabila menurut petunjuk
Direksi cara cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak
terjadinya sarang sarang kerikil.

d. Agregat Campuran
Susunan butir agregat campuran untuk pekerjaan beton dengan mutu K.175 dan mutu yang
lebih tinggi harus diperiksa dengan susunan ayakan menurut ISO dengan diameter lubang
berturut turut sbb :
31,50 - 16 - 8 - 4 - 2 - 1 - 0,50 (Ayakan ISO).
Apabila susunan ayakan tersebut tidak ada, maka dengan ijin Direksi susunan ayakan lain dapat
dipergunakan, asal mempunyai ukuran ukuran lubang mendekati uuran diatas.

e. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, bahan bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipergunakan air yang dapt diminum. Jumlah air yang dipakai untuk
beton dapt diukur dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat tepatnya.

f. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang bersifat memperbaiki mutu, sifat pengerjaan, waktu pengikatan, dan
pengerasan dapat digunakan dengan jumlah dan jenis yang disetujui Direksi

BAHAN/ ALATRIAL PEMBESIAN


a. Besi Beton
Setiap jenis besi beton yang dihasilkan oleh pabrik baja yang terkenal dapat dipakai. Pada
umumnya setiap pabrik baja mempunyai standar mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang
berlaku. Mutu besi beton yang dipakai menurut gambar rencana atau petunjuk Direksi.

b. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum satu mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

c. Pelaksanaan
Umum
Sebelum mendatangkan besi beton, seluruh daftar ukuran dan daftar bengkokan besi beton
harus disiapkan oleh penyedia jasa dan diminta persetujuan kepada Direksi, tidak ada bahan
yang boleh didatangkan atau dikerjakan sebelum daftar besi beton disetujui oleh Direksi. Besi
yang digunakan sebagai tulangan hendaknya menuruti persyaratan. Besi tersebut harus bersih,
bebas dari karat, kotoran, bahan bahan lemas, gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan aduk
ataupun bahan lain yang menempel. Besi tulangan harus disimpan ditempat yang terlindung,
ditumpuk agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat atau rusak karena cuaca.

Pembengkokan
Besi tulangan harus dipotong, dibengkokan atau diluruskan secara hati hati Terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak diperbolehkan untuk pembengkokan kedua
kalinya. Pemanasan besi tidak dijinkan, kecuali Direksi menentukan lain, itupun harus
dilaksanakan dengan temperatur yang serendah mungkin yang dapat dipakai dan dalam daerah
yang seminimal mungkin. Bila radius pembengkokan tidak disebutkan nyata pada gambar
rencana, maka pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang
yang bersangkutan (untuk tulangan yang biasa) atau 6 kali diameter tulangan yang
bersangkutan (untuk besi-besi dengan sifat getas ).

Penempatan
Besi tulangan harus ceralat ditempatkan sesuai dengan gambar rencana , dipegang teguh pada
posisinya dan didudukan pada landasan yang dibuat dari adukan semen berukuran 5 x 5 x 3
cm dengan campuran 1 pc : 3 psr, diikat antara sesamanya atau pada acuan dengan kawat
baja , atau cara cara lain yang memenuhi keinginan Direksi. Bagaimanapun tulangan tidak
boleh didudukan pada bahan metal atau tulangan duduk langsung pada acuan yang
menyebabkan bagian besi nanti langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan juga tidak
boleh duduk pada kayu atau partikel koral / agregat. Sebelum dimulai pengecoran maka
Direksi harus diberitahu dan diberikan waktu yang cukup untuk melakukan pemeriksaan
penempatan besi-besi tulangan.

Penyambungan
Sebaiknya tulangan tidak disambung pada seluruh panjang yang dibutuhkannya. Sambungan
yang dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang tertera pada gambar rencana, kecuali
atas ijin dan pengawasan Direksi. Sambungan tidak dibolehkan pada tempat tempat dengan
tegangan maksimum dan sedapat mungkin diselang seling sehingga sambungan tidak semuanya
/ sebagian besar terjadi disuatu tempat. Bila ruangan memungkinkan, pada sambungan dimana
batang batang saling melalui (over laping) diganjal dengan potongan potongan tulangan agar
tidak saling menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum di dua tempat tiap sambungan.
Panjang sambungan harus seperti yang diterapkan pada gambar rencana. Bila ditentukan dalam
gambar rencana maka panjang sambungan over laping diambil 40 kali diameter besi U 24 dan 30
kali untuk besi U 32 dan besi beton harus diuji tarik, tekan dan berat oleh Badan bersetifikat SNI.
Penyambungan besi beton dengan pengelasan tidak dibenarkan kecuali telah ditentukan pada
gambar rencana atau ada perintah tertulis dari Direksi.

V. PEKERJAAN PASANGAN BATU


1. Pasangan Batu 1 : 4
Setelah pondasi siapa dan telah diinspeksi bersama, maka segera dilaksanakan pekerjaan
pasangan batu yang akan dilaksanakan secara manual dibantu oleh concrete mixer untuk
membuat adukan.
Alaterial batu dan pasir akan didatangkan dari lokasi terdekat dari lokasi pekerjaan sehingga
melibatkan banyak armada untuk menjamin ketersediaan alaterial di lapangan/lokasi pekerjaan.
Tiap tahap pekerjaan/mencapai ketinggian 1 – 1,5 m maka segera dilaksanakan pekerjaan
timbunan tanah kembali untuk kemudahan pekerjaan ke elevasi yang lebih atas.
Bilamana diperlukan maka pekerjaan dewatering tetap dilaksanakan sehingga pekerjaan
pasangan dan siaran tetap terjaga kering sampai elevasi yang aman dari genangan air.
Urutan pekerjaannya adalah sebagai berikut :
a) Siapkan peralatan, personil serta bahan/ alatrial yang diperlukanan
b) Siapkan/ pasang profil sesuai dengan ukuran dimensi yang akan dipasang batu belah kemudian
di buat kisdam untuk pengeringan.
c) Setelah kisdam dan profil telah selesai dikerjakan serta siapkan pula pompa air dia. 2” untuk
pengeringan pondasi revetment .
d) Setelah lokasi bidang kerja siap, siapkan alatrial batu belah/kali, pasir pasang dan semen
portland serta alat kerja yaitu concrete mixer
e) Masukan cement 1 bagian ditambah pasir 4 bagian serta air secukupnya sebagai bahan pengikat.
f) Berikan adukan/ adonan pada dasar pondasi, kemudian pasang batu belah sesuai dimensi ukuran
dan berikan lagi adukan/ adonan diatas batu belah/kali tersebut, kemudian berikan lagi adukan
dan seterusnya secara berulang, hingga pasangan batu belah ad, 1: 4 mencapai ukuran sesuai
gambar pelaksanaan.

1. Alaterial yang diperlukan


a. Semen Portland
b. Pasir Pasang
c. Batu Kali
d. Air
2. Peralatan yang diperlukan
a. Concreate Mixer

2. Siaran 1 : 2
Siaran dipasang setelah pasangan batu selesai dikerjakan atau secara estapet dilaksanakan.
a. Siapkan peralatan, personil serta bahan/ alatrial yang diperlukan
b. Siapkan/ pasang profil sesuai dengan tebal ukuran antara nat muka pasangan batu belah yang
akan disiar.
c. Setelah lokasi bidang kerja siap, siapkan pasir pasang dan sement type 1 serta alat kerja yaitu
concrete mixer
d. Masukan sement 1 bagian ditambah pasir 2 bagian serta air secukupnya sebagai bahan pengikat
e. Berikan adukan/ adonan pada nat antara pasangan batu belah muka, hingga semua nat antara
pasangan batu bagian muka selesai dikerjakan dan mendapat persetujuan direksi/ pengawas.

3. Pekerjaan Plesteran 1Pc : 2Ps


Plesteran dipasang setelah pasangan batu selesai dikerjakan dan dapat berbarengan dengan
pekerjaan siaran.
a. Siapkan peralatan, personil serta bahan/ alatrial yang diperlukan
b. Siapkan/ pasang profil sesuai dengan tebal ukuran plesteran yang dipersyaratkan.
c. Setelah lokasi bidang kerja siap, siapkan pasir pasang dan sement type 1 serta bak aduk
campuran sement dan pasir.
d. Pembuatan adukan/mortar dilakukan dengan menggunakan alat concrete mixer.
e. Masukan sement 1 bagian ditambah pasir 3 bagian serta air secukupnya sebagai bahan pengikat
.
f. Berikan adukan/ adonan pada bidang yang akan diplester yaitu pada bidang sisi kiri, kanan serta
bagian sisi atas pasangan batu serta pada tebal pasangan batunya selebar tertentu sesuai gambar
pelaksanaan dan petunjuk direksi. Dan juga plesteran dapat dilakukan pada pasangan batu
lainnya yang diperlukan serta mendapat persetujuan direksi/ pengawas.

4. Pekerjaan Bronjong Kawat


Alaterial
Bronjong harus mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan terbuat dari kawat baja lunak berlapis
seng tebal yang dianyam dengan mesin penganyam, dengan lebar bukaan dan ukuran tertentu
sesuai spesifikasi tersebut di bawah ini. Setiap bronjong dipisahkan dengan sekat.
Semua bronjong berlapis seng tebal tersebut mengacu pada standar BS 1052/80, BS 443/82,
SNI 03-0090-1999 dan ASTM A-975-97.

a. Kawat
Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong maupun kawat pengikat untuk
perakitan / pemasangan harus sesuai dengan BS 1052/80, yaitu kawat baja lunak dengan kuat
tarik 41 - 51 kg / mm2 sebelum kawat tersebut dianyam dengan mesin. Perpanjangan kawat
harus tidak boleh lebih dari 12 %, pada percobaan dilakukan terhadap batang uji kawat dengan
panjang 30 cm sebelum kawat dianyam dengan mesin.

b. Diameter Kawat
Diameter kawat bronjong dan tolerasinya harus sesuai dengan table di bawah ini :
Kawat Bronjong Diameter Kawat (mm) Tolerance (mm)

Kawat Anyaman 2,70 atau 3,00 + 0,08


Kawat Sisi (Pengaku) 3,40 atau 4,00 + 0,10
Kawat Pengikat 2,20 + 0,06

c. Lapisan Seng
Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong dan alatras maupun kawat pengikat
untuk perakitan/ pemasangan harus berlapis seng sesuai denga standar BS 443/1982.
Berat minimum lapisan seng dapat dilihat pada table di bawah ini :

Diameter Kawat Berat Lapisan Minimum


(mm) (gr/m2)
2,2 240
2,7 260
3,0 275
3,4 275
4,0 290

Lapisan seng pada kawat tetap melekat dan tidak retak meskipun kawat tersebut dililit
melingkar sebanyak 6 (enam) kali pada batang uji sebesar 4 (empat) kali diameter kawat.

d. Anyaman
Dengan menggunakan mesin penganyam, anyaman dibuat dengan cara melilitkan 2 (dua)
batang kawat membentuk segi 6 (enam/ Hexagonal) mengacu pada ASTM A-975-97.
1. Jumlah dan Kerapatan Lilitan
Lilitan bronjong harus 3 (tiga) kali lilitan, antara satu kawat dengan kawat lainnya harus saliang
melilit dan tidak longgar. Hal ini akan berpengaruh terhadap kuat tarik anyaman dan
elongantionnya serta kerapihan bronjong setelah diisi dengan batu.
2. Kuat Tarik Anyaman
Anyaman bronjong harus mempunyai kuat tarik anyaman tertentu, yaitu minimum 50 kN/m
untuk diameter kawat 3,0 mm dan 42 kN/m untuk 2,7 mm. Kuat tarik anyaman yang dimaksud
adalah kuat tarik sejajar lilitan (arah vertical), yang harus dibuktikan dengan hasil pengujian
oleh lembaga independence.
3. Tipe dan Ukuran Anyaman
Tipe anyaman menunjukkan setting mesin penganyam, adapun ukuran anyaman menunjukkan
lebar bukaan anyaman yang sesungguhnya. Adapun tipe dan ukuran anyaman sesuai dengan
ASTM A-975-97 adalah sebagai berikut :

Tipe Anyaman 8 x 10
Ukuran Anyaman (mm) 83 x 114
Toleransi Ukuran Anyaman 10%
e. Kawat Sisi
Semua bagian tepi dari bronjong, termasuk panel dan sekat harus terikat rapat pada kawat sisi
secara mekanikal. Hal ini untuk menjaga terlepasnya anyaman. Diameter kawat sisi harus lebih
besar dari diameter kawat anyaman, sebagaimana berikut ini :
- Untuk diameter kawat anyaman adalah 2,7 mm. Kawat sisi memakai diameter 3,4 mm.
- Untuk diameter kawat anyaman adalah 3,0 mm. Kawat sisi memakai diameter 4,0 mm.

f. Kawat Pengikat
Kawat pengikat dan kawat penghubung antar sisi panel yang diberikan untuk perakitan/
pemasangan bronjong adalah + 5% dari berat bronjong. Diameter kawat pengikat adalah 2,2
mm.

g. Ukuran
Ukuran standar bronjong adalah sebagai berikut di bawah ini :
Panjang : 2,0 m
Lebar : 1,0 m
Tinggi : 0,5 m
Toleransi terhadap lebar dan tinggi bronjong sebesar + 5% dan terhadap panjang sebesar + 3%.

h. Sekat
Tiap bronjong dan alatras diberi sekat sehingga membentuk bidang dengan ukuran lebar 1,00 m
dan panjang sama dengan lebar standar bronjong alatras. Sekat ini harus dilekatkan pada
bagian dasar bronjong dengan kawat spiral.

Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pemasangan
Pemasangan bronjong harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang ahli atau cakap dibidangnya dan
disetujui oleh Direksi.
Dasar daripada bronjong harus cukup rata dan susunan bronjong harus kokoh serta sepanjang
sisi sisi yang berhubungan langsung harus diikat kawat dengan kuat
b. Cara Pengisian
Sebelum batu diisikan, bronjong harus ditegangkan dengan kuat sampai bentuk yang diinginkan.
Batu harus kuat, tahan lama, tidak mudah rusak oleh air dan cuaca.
Ukuran batu harus rata-rata sama. Isi bronjong mempunyai berat minimum 1360 kg per meter
kubik. Rongga yang ada tidak lebih dari 40 %.
Batu yang ditempatkan pada bagian luar yang terlihat harus batu yang terseleksi dengan
seksama dari keseragaman ukurannya, batu tersebut disusun dengan tangan hingga mendapat
bentuk yang seragam.
Hubungan vertikal dari unit - unit bronjong harus tidak bergoyang dan disusun secara hubungan
bata.

5. Pekerjaan Macadam
Dalam pekerjaan macadam jalan inspeksi yang ditawarkan pada analisa tidak termasuk aspal.
Agregat penutup burda terdiri dari 2 lapisan yaitu :
- Lapis pertama ukuran normal = 13 mm
- Lapis kedua ukuran normal = 12 mm ( Ld = 6,00 mm)
Tebal Lapisan total 25 mm
- Chipping lapis pertama dengan BJ = 1,9 ALD = (antar 6,4 – 9,9 mm) = 6,7
Langkah Kerja :
- Whell loader memuat agregat (alaterial) ke dalam alaterial sprider di base camp
- Agregat dimuat langsung ke dalam alaterial sprider untuk diangkut ke lokasi pekerjaan dan
langsung dihampar
- Hamparan alaterial dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller dengan system basah
menggunakan water tank truck.
- Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dengan menggunakan
alat bantu.

6. Pekerjaan Pembongkaran, Kupasan dan Pembuangan Pasangan Batu


Pekerjaan bongkaran batu kali dilakukan setelah galian tanah pada alur sungai sekitar jembatan
selesai dilaksanakan.
a. Pekerjaan bongkaran batu kali dilakukan pada bangunan revetment serta sebagian abutment yang
rusak
b. Siapkan peralatan, personil yang diperlukan
c. Pasangan batu yang sudah rusak pada jembatan dibongkar dengan tenaga manusia dibantu
dengan alat bantu pahat beton ulir, blencong serta bodem/ palu 3 – 5 kg serta bekas
bongkarannya dibuang pada lokasi yang disetujui direksi.

7. Pekerjaan Pembongkaran, Kupasan dan Pembuangan Beton


a. Pekerjaan bongkaran beton bertulang dilakukan pada pilar jembatan yang rusak
b. Siapkan peralatan, personil yang diperlukan
c. Beton bertulang pada pilar yang rusak pada jembatan dibongkar serta beton hasil bongkarannya
dibuang ke lokasi yang disetujui oleh direksi/ pengawas lapangan.
VI. PEKERJAAN PINTU AIR
Yang dimaksud dengan pengadaan pintu adalah pengadaan pintu baru termasuk
pemasangannya dan pengecatan baru dimana sebelum pengacatan pokok harus dicat dasar
(meni) terlebih dahulu adapun cat yang diapakai adalah cat besi, untuk merek dan warna cat
sesuai dengan petunjuk direksi lapangan.

Pintu harus dibuat dengan kontrsuksi las sempurna. Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus
dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal harus di lem kuat pada permukaan plat
sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak antara plat dan batang tidak lebih dari 1
mm. Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus didua sisi,
sedemikian hingga tidak ada air yang bocor diantara bagian-bagian tersebut.

Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding, rangka, ambang,
tangkai ulir gear dan alaterial lain yang dibutuhkan. Semua bagian dari pada pintu harus cocok
dengan gambar kontrak/standar.
Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan dengan baut
berjangkar dari semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus diisi mortar dengan
spesi 1 PC : 3 Psr.
Semua pembuatan konstruksi pintu harus sesuai dengan rencana sedemikian sehingga pintu
bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain.
Pengadaan pintu termasuk pelumasan pada bagian-bagian pintu yang harus diberi pelumasan,
agar operasional pintu sesuai dengan fungsinya.

Adapun Pintu Sorong yang dibuat adalah :


 Pintu Sorong, b = 0,30 m, h = 0,4 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
 Pintu Sorong, b = 0,40 m, h = 0,4 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
 Pintu Sorong, b = 0,50 m, h = 0,5 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
 Pintu Sorong, b = 0,60 m, h = 0,6 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
 Pintu Sorong, b = 0,70 m, h = 0,7 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
 Pintu Sorong, b = 0,90 m, h = 0,9 m (satu poros pemutar biasa tanpa roda gigi)
 Pintu Sorong, b = 1,30 m, h = 1,0 m (satu poros dengan gigi)
 Pintu Sorong, b = 1,50 m, h = 1,7 m (satu poros dengan gigi)
 Pintu Intake, b = 2,80 m, h = 0,6 m (manual)

VII. PEKERJAAN PINTU AIR


1. Joint Filler dan Joint Sealant
Sambungan harus dibuat dengan tipe, ukuran dan pada lokasi seperti yang ditentukan dalam
Gambar. Semua sambungan harus dilindungi agar tidak kemasukan alaterial yang tidak
dikehendaki sebelum ditutup dengan bahan pengisi.
a. Sambungan Memanjang (longitudinal joints)
Batang baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus
diletakkan tegak lums dengan sambungan memanjang memakai alat mekanik atau dipasang
dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui. Bila tertera dalam Gambar dan
bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk
membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bars dapat dibengkokkan
dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton pada lajur yang berdekatan
dihamparkan atau sebagai pengganti tie bars yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie
bar yang disambung (two-piece connectors).
Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan 1 alur ke bawah
memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk dengan alat mekanikal
atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai Gambar, sewaktu beton masih mudah
dibentuk. Alur ini harus diisi dengan bahan (filler) alaterial yang telah tercetak (premolded) atau
dicor (poured) dengan alaterial penutup sesuai yang disyaratkan.
Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian mpa sehingga
ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada.
Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotongan
beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar.
Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar, harus digunakan alat bantu atau
garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji secepatnya dengan tanpa
menimbulkan kemsakan pada pelat beton sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan. Daerah yang
akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan alaterial penutup
(sealer) sesuai dengan yang disyaratkan.
Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus
dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan
bahan kimia beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah
dengan kedalaman sesuai Gambar. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type
joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan
harus disisipkan memakai alat mekanik sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat.
Ujung atas lembaran ini harus berada dibawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan
sesuai yang tertera pada Gambar.
Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada
beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu
besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanik harus menggetarkan beton selama
kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang
pinggiran kepingan tanpa menimbulkan segregasi.
b. Sambungan Ekspansi Melintang (transverse expansion joints)
Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus dari
acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan subgrade dan takikan sepanjang acuan. Filler
sambungan pracetak (pre-form joint filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan
lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak
boleh digunakan, kecuali bila disetujui Direksi Pekerjaan.
Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang
disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis dan alinyemen yang
semestinya, selama penghamparan dan penyelesaian beton. Perubahan posisi akhir sambungan
tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lums. Bila filler
dipasang berupa bagian-bagian, maka diantara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah.
Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.
c. Sambungan Kontraksi Melintang (transverse contraction joints)
Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan/alur dengan
pemotongan permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera pada Gambar juga harus
mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assemblies).
(1) Sambungan kontraksi kepingan melintang (transverse strip contraction joints)
Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar.
(2) Takikan/alur (formed grooves)
Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat kedalam beton yang masih plastis. Alat
tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan
kemudian harus dilepas tanpa memsak beton didekatnya, kecuali bila alat itu memang dirancang
untuk tetap terpasang pada sambungan.
(3) Sambungan gergajian (sawn contraction joints)
Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan
dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar, dengan gergaji
beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang
berdekatan harus dibersihkan.
Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak
menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan
harus dibuat/dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat
dilakukan pada waktu siang dan malam dalam cuaca apapun.
Penggergajian harus ditangguhkan bila didekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian
harus dihentikan bila retakan terjadi didepan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai
penggergajian, maka pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan/alur sebelum
beton mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum,
penggergajian harus dilakukan berurutan.
d. Sambungan Konstruksi Melintang (transverse construction joints) (1) Perkerasan jalan
beton bertulang biasa
Sambungan-sambungan damrat pada perkerasan beton hanya boleh dipasang bila terjadi
kerusakan mesin atau cuaca yang merugikan dan tidak boleh dibangun/dibuat kurang dari 3 m
dari suatu sambungan ekspansi atau kontraksi. Sambungan-sambungan damrat tersebut harus
dibentuk dengan bantuan suatu bagian acuan yang dibor dan dibelah (split cross) melalui mana
tulangan biasa dan batang-batang pengikat harus lewat.
Tulangan biasa harus diperpanjang melewati sambungan sekurang-kurangnya sepanjang 500
mm. Sebagai tambahan tulangan biasa harus diperpanjang secukupnya untuk memungkinkan
tulangan panel berikutnya saling melewati dan terikat sepenuhnya. Sebagai pilihan, sambungan-
sambungan darurat dalam bentuk sambungan-sambungan kontraksi dapat diadakan tidak kurang
2,5 m dari suatu sambungan melintang yang dikonstruksi sebelumnya di mana tidak ada beton
yang berdampingan telah dihampar/dicor. Setiap pelat berdampingan berikutnya yang diikat
harus mempunyai suatu sambungan segaris dengan sambungan darurat tersebut. Jika beton yang
berdampingan telah dihampar maka setiap sambungan darurat harus segaris dan sesuai dengan
sambungan dalam beton itu.
Sambungan-sambungan yang dibuat pada akhir kerja, yang bukan sambungansambungan
darurat, harus merupakan sambungan kontraksi atau sambungan ekspansi. (2) Perkerasan beton
bertulang menerus.
Lokasi sambungan-sambungan konstruksi harus diusulkan oleh Penyedia Jasa dan mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan. Sambungan-sambungan tersebut harus dibuat dalam suatu garis
lurus, tegak lurus atau sejajar dengan sumbu memanjang jalur kendaraan dan di konstruksi
sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.

e. Sambungan Membujur
Sambungan-sambungan membujur harus dibuat antara tepi-tepi jalur lalu lintas atau sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar.
Lebar maksimum pelat tidak boleh lebih dari 4,50 m antara sambungan-sambungan membujur
atau antara sambungan membujur dan tepi perkerasan.
Batang-batang pengikat harus dipasang atau disisipkan tegak lurus terhadap garis sambungan
membujur, dan sambungan tersebut diikat sedemikian rupa. Batang-batang tersebut harus
berdiameter 12 mm, 1 meter panjang berupa batang berulir yang bertegangan leleh tinggi.
Batang-batang tersebut harus dipasang secara horizontal pada tengah-tengah tebal pelat dengan
jarak antara 600 mm.
Bila perkerasan dibangun dengan lebar lebih dari lebar satu jalur dalam satu operasi, maka suatu
crack inducer berupa batang tipis dari kayu atau bahan sintetis atau pelat tipis yang disetujui harus
dipasang dengan kokoh pada badan jalan sepanjang garis sambungan dalam batas toleransi
horizontal ± 5 mm, dan dipasak kedalam dasar pelat yang bersangkutan. Suatu alur harus dibuat
pada puncak pelat tersebut, dan ditempatkan vertikal diatas sumbu pelat tipis tersebut dengan suatu
batas toleransi horizontal 12 mm. Alur ini tidak boleh menyimpang dari garis umum sambungan-
sambungan yang bersangkutan. Kedalaman gabungan alur dan crack inducer harus berada pada
seperempat dan sepertiga ketebalan pelat yang bersangkutan dan perbedaan antara kedalaman alur
puncak dan tinggi crack inducer pada dasar harus tidak lebih besar dari 12 mm. Jika alur-alur
dibuat dengan menggergaji, maka kedalaman alur tersebut harus antara seperempat dan sepertiga
ketebalan pelat, dan puncak batang pengikat harus sekurang-kurangnya 20 mm dibawah dasar alur
tersebut, crack inducer dapat ditiadakan.
Bila suatu crack inducer digunakan dalam perkerasan beton bertulang yang dikonstruksi dalam
2 atau 3 lebar jalur dalam satu operasi, maka Penyedia Jasa dapat menggantikan batang-batang
pengikat dan tulangan biasa dengan lembar-lembar anyaman baja tulangan khusus yang
diperpanjang paling sedikit 600 mm pada tiap sisi sambungan yang bersangkutan, membentuk
tulangan memanjang sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak dan tulangan melintang
berdiameter 8 mm dengan jarak antara 200 mm. Lembaran anyaman tulangan tersebut harus
diletakkan pada elevasi tulangan lainnya.
Bila suatu jalur kendaraan beton bertulang 3 jalur di Konstruksi dalam 2 lebar pelat, maka
sambungan membujur antara pelat-pelat tersebut harus berada pada sumbu jalur kendaraan dan
harus dikonstruksi dengan batang-batang pengikat sebagaimana ditetapkan diatas. Setiap pelat
yang diKonstruksi harus mempunyai lembar anyaman baja tulangan khusus yang ditempatkan
secara sentral dari jenis yang ditetapkan untuk perkerasan yang dikonstruksi selebar 2 atau 3
jalur dalam satu operasi. Panjang tulangan melintang dalam lembar anyaman baja tulangan
khusus tersebut harus 600 mm lebih panjang dari pada sepertiga lebar pelat.
f. Alur Pada Sambungan
Alur-alur dipermukaan beton pada sambungan-sambungan harus dibentuk dengan cara yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Alur-alur tersebut dapat dibentuk pada waktu beton masih
dalam keadaan plastis atau digergaji setelah beton mengeras. Bagian alur yang akan ditutup
harus mempunyai sisi yang benar-benar vertikal dan sejajar, kecuali jika cetakan-cetakan khusus
digunakan pada waktu beton dalam keadaan plastis, untuk ini garis sumbu cetakan harus vertikal.
Jika alur-alur tersebut dibuat dengan digergaji, maka Penyedia Jasa harus membentuknya sebagai
berikut :
(1) Sambungan kontraksi
Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman yang disyaratkan dan harus mempunyai lebar
yang memadai tidak lebih dari 6 mm.
(2) Sambungan ekspansi
(a) Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman dan lebar penuh yang diperlukan untuk segel
seperti diperlihatkan dalam Gambar, atau
(b) Dua celah digergaji, masing-masing satu sepanjang tiap tepi dari bahan pengisi sambungan
sampai kedalaman segel, dan bahan diantara celah-celah tersebut dibuang. Jarak keseluruhan
antara tepi-tepi bagian luar dari kedua celah tersebut harus merupakan lebar segel yang
disyaratkan.
Penggergajian awal harus diselesaikan secepat mungkin dan selalu dalam batas waktu 18 jam
dari setelah pemadatan akhir beton.
Alur-alur sambungan ekspansi dan sambungan konstruksi yang lebih lebar dari 5 mm harus
ditutup permanen atau sementara sebelum lalu lintas menggunakan perkerasan yang
bersangkutan. Celah-celah yang kurang lebar harus digergaji sampai lebar dan kedalaman penuh
yang disyaratkan dan segera dipasangi bahan penutup permanen.
Bila alur dibentuk/dicetak, Penyedia Jasa harus memperagakan hingga memuaskan Direksi
Pekerjaan bahwa permukaan akhir yang melalui sambungan tersebut dapat diperoleh dalam batas
toleransi yang bersangkutan. Alat pembentukan harus meliputi sebuah pelat vibrasi horizontal
dengan lebar sekurang-kurangnya 300 mm melintasi garis sambungan, atau alat yang sejenis,
untuk menjamin bahwa beton sepenuhnya dipadatkan kembali pada tempatnya, dan
menggunakan sebuah batang perata yang cukup lebar untuk menjamin permukaan akhir akan
memuaskan. Bila alur-alur yang dibentuk lebih lebar dari 12 mm, maka cara pembentukan yang
dipakai adalah dengan menyisihkan dari pelat volume beton yang perlu dipindahkan untuk
membentuk alur tersebut. Alat pembentuk tidak boleh dipasang pada mesin penghampar beton
beracuan geser, jika mesin tersebut harus berhenti untuk membentuk sambungan tersebut. Jika
timbul tonjolan-tonjolan kasar pada waktu alur-alur dibuat, maka bagian-bagian tersebut harus
digerinda untuk membentuk suatu radius kira-kira 6 mm atau suatu pembulatan sudut tepi pelat
selebar kira-kira 6 mm.
Bila perkerasan dikonstruksi selebar dua atau tiga jalur dalam satu operasi, maka sambungan
atau sambungan-sambungan membujur dapat dibentuk dengan menyisipkan didepan batang
perata alat pelapis beton, suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui dari suatu
alat penyalur yang diperlengkapi alat pemadat bervibrasi. Batang tipis tersebut harus cukup kaku
untuk memungkinkan batang tersebut ditempatkan secara vertikal dan cukup dalam sehingga
kedalaman total batang tipis dan crack inducer akan berada antara seperempat dan sepertiga
ketebalan pelat yang bersangkutan. Cara penempatan batang tipis tersebut harus menjamin
bahwa letaknya vertikal, sesuai dengan alinyemen yang benar, pada kedalaman yang cukup
untuk memungkinkan dilintasi oleh balok finishing atau mesin pengalur beton plastis, dan dalam
posisi yang benar. Beton yang dipindahkan oleh batang tipis tersebut harus dipadatkan dengan
layak kedalam pelat dalam batas toleransi-toleransi permukaan yang diizinkan. Bila pelat-pelat
tepinya berbatasan, maka suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui harus
dipasang pada tepi pelat beton yang telah mengeras membentuk sambungan membujur.
Bila perkerasan dari bahan lentur dan pelat beton berbatasan dalam arah membujur pada elevasi
permukaan jalan, maka suatu alur selebar 10 mm dan sedalam 20 sampai 25 mm harus dibentuk
atau digergaji, kemudian ditutup dengan menuang suatu bahan segel yang cocok untuk kedua
perkerasan tersebut.
g. Penutup Alur
Sebelum lalu lintas diperkenankan mempergunakan perkerasan jalan dan sebelum penutupan
permanen, alur-alur harus dibersihkan dari setiap kotoran atau bahan lepas dan harus dilindungi
dengan memasukkan suatu kepingan penutup sementara sebagaimana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Sebagai alternatif dalam hal sambungan dibentuk dimana suatu bahan pengisi
sementara atau pembentuk digunakan, maka bahan tersebut dapat dibiarkan pada posisinya
sampai sambungan-sambungan siap untuk penyegelan permanen.
Penutupan permanen sambungan-sambungan harus dilaksanakan dalam waktu 28 hari sejak
pengecoran beton. Segera sebelum penutupan permanen, sambungan harus dibersihkan dari
segala kotoran, bahan lepas, penutupan sementara atau bahan pengisi lainnya harus dibuang.
Sisi-sisi dari bagian alur yang akan ditutup harus dikikis/dirapikan dengan gerinda, gergaji atau
semprotan pasir kering (dry sand blasting). Alur tersebut harus didempul sementara sebelum
penyemprotan pasir. Sebagai tambahan atau untuk membuang senyawa penyegel yang lama,
pancaran air bertekanan tinggi atau penyemprotan air dan pasir dapat digunakan. Permukaan-
permukaan alur tersebut harus kering pada waktu penyegelan. Ketebalan minimum segel-segel
harus sesuai dengan rincian-rincian dalam gambar. Jika dalamnya alur melampaui ketebalan
penutup, alur tersebut dapat diisi sampai kedalaman yang disyaratkan dengan suatu bahan
pengisi yang dapat dipadatkan dari jenis yang tidak mempengamhi dan tidak dipengamhi oleh
senyawa pengisi yang akan digunakan. Setiap tepi-tepi alur-alur tersebut yang pecah harus
diperbaiki sehingga memuaskan Direksi Pekerjaan dengan menggunakan suatu bahan yang
disetujui, yang cocok dengan bahan penutup, sebelum bahan penutup tersebut digunakan.
Alur-alur yang dipersiapkan kemudian harus diberi lapisan awal dan ditutup dengan bahan bahan
yang dituangkan. Bahan pengisi yang harus dituang panas harus dipanaskan secara tidak langsung
dan dikendalikan dengan thermostat atau termometer serta dilengkapi dengan sebuah pengaduk
sampai suatu temperatur tidak lebih tinggi dari temperatur pemanasan yang aman yang disarankan
oleh pabrik pembuat yang bersangkutan. Bahan pengisi ini tidak boleh dipanaskan pada
temperatur tersebut untuk suatu perioda waktu lebih lama dari waktu pemanasan yang aman yang
dinyatakan oleh pabrik pembuatnya. Alat pemanas / pencampur harus dibersihkan setiap akhir
hari kerja dan setiap bahan yang telah dipanaskan dan tidak dipakai harus dibuang. Bahan pengisi
harus dituang sampai pada suatu permukaan antara 3 mm dan 6 mm dibawah permukaan beton
yang bersangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam kontrak.
h. Menutup Sambungan (sealing joint)
Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton dan sebelum
jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Penyedia Jasa. Sebelum ditutup, setiap
sambungan harus dibersihkan dari alaterial yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan
(membrane curing compound) dan permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi
dengan alaterial penutup.
Alaterial penutup (oint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus sesuai dengan yang
tertera pada Gambar atau perintah Direksi Pekerjaan.
Bila digunakan alaterial penutup padat yang harus dipanaskan selama pemanasan alaterial harus
untuk mencegah pemanasan yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan
sampai alaterial ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan alaterial pada
permukaan beton harus segera dibersihkan. Penggunaan pasir atau alaterial lain sebagai
pelindung alaterial penutup tidak diperbolehkan.
Bila digunakan alaterial penutup flexible, celah harus dibersihkan dan alaterial dalam keadaan
terkompres harus disiapkan pada elevasi 2 mm dari permukaan pelat beton.

2. Weep hole (pipa peresapan)


Pekerjaan pemasangan pipa peresapan dilakukan juga bersamaan dengan pekerjaan pasangan
batu pemasangan pipa peresapan dimaksudkan agar tanah yang berada dibelakang pasangan
batu tidak jenuh, dengan cara air pori atau air hujan yang masuk dapat langsung dialirkan
melalui pipa peresapan.
Pekerjaan pipa peresapan diperlukan untuk resapan air metode pembentukan lubang pipa
peresapan harus didasarkan atas persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
a) Siapkan Piva PVC Diameter pipa peresapan 1.5” dipotong sesuai Ukuran gambar rencana atau
sesuai dengan petunjuk direksi.
b) Lubang pipa-pipa peresapan dipasang 100cm dari atas dasar saluran. Pada setiap jarak 2,00 m
pada arah dipasang 1 pipa peresapan sedang pada arah vertikal dipasang 2 pipa peresapan.
Pemasangannya dipasang secara zig-zag.
c) Lubang pipa peresapan harus dibentuk agak miring terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi.
Di belakang pipa-pipa peresapan harus diberi serat/filter dari ijuk atau serabut kelapa untuk
mencegah agar tanah/pasar tidak masuk ke dalam pipa-pipa peresapan.

3. Mistar Ukur
Mistar ukur yang kami pasang adalah mistar ukur yang kami pesan dalam bentuk jadi yang
terbuat dari baja tahan karat dan korosi. Mistar ukur terpasang pada dudukannya yang di cor
dengan mengunakan campuran mortar K-125.

4. Patok – patok
Patok terbuat dari beton K-125 dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau pipa paralon ukuran 4 inchi,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok-patok dipasang dengan jarak tertentu
yang telah disetujui oleh pihak direksi.
Untuk setiap titik polygon dan sipat datar harus digunakan patok

5. Nomenklatur / Papan nama


Nomen klatur yang kami pasang, nomen klatur yang kami pesan dalam bentuk jadi dapat dari
bahan marmer atau plat baja pada orang atau badan usaha yang sudah ahli dibidangnya dengan
terlebih dahulu konsultasi kepada direksi dari apa nomen klatur yang dibuat serta bentuk
tulisannya. Nomen klatur dipasang dengan tata letak sesuai arahan direksi/ pengawas lapangan
dan sudah dipersiapkan dudukannya, sehingga mudah merekat/ memasangnya.

6. Saringan sampah
Saringan sampah terbuat dari bahan besi tuang yang dilas pada kerangka bukaan yang ada atau
diberi kunci untuk menghindarkan hilang atau lepasnya saringan. Setelah saringan terpasang
pada kerangkanya, maka dipasang dengan menggunakan campuran beton K-175 serta
menggunakan pembesian untuk mengikat antara kerangka dan pembetonan.

Setelah pekerjaan dapat diterima 100 % berdasarkan berita acara Pemeriksaan antara direksi,
penyedia jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen, maka Demobilisasi alat dan personil dapat
dilakukan

You might also like