Professional Documents
Culture Documents
Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
I. PENDAHULUAN
A. Umum
a. Maksud dan Tujuan
Metode pelaksanaan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Dokumen Lelang pekerjaan :
Rehabilitasi Jaringan Irigasi S.S. Pawelutan CS Di Kabupaten Subang.
b. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi S.S. Pawelutan CS di Kabupaten Karawang ini
meliputi wilayah sebagaimana diuraikan di bawah ini : (Lihat Gambar 1 & 2)
Gambar.1
Gambar.2
Lingkup Pekerjaan:
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan di dalam paket pekerjaan ini meliputi:
i. Pekerjaan Pendahuluan
- Mobilisasi dan Demobilisasi
- Kistdam/Dewatering
- Pengukuran, Gambar Konstruksi dan As Build Drawing dan Dokumentasi
ii. Pekerjaan Tanah
- Stripping, pekerjaan ini di maksudkan sebagai pengupasan lapisan paling atas tanah eksisting
atau humus.
- Galian tanah dengan alat berat.
- Hasil galian diangkut dan dibuang ke disposal area sesuai gambar dengan jarak buang :
0 - 50 m
50 – 1 km
1 – 5 km
5 – 10 km, dan
Lebih besar dari 10 km
- Timbunan tanah dengan alat berat.
- Tanah hasil galian akan dipakai untuk menimbun tanggul saluran dan tanggul drainase dengan
dengan jarak angkut dari borrow/disposal area (bila tanah tidak tersedia maka akan didatangkan
dari luar):
Lebih kecil dari 1 km
1 – 5 km
5 – 10 km , dan
Lebih besar dari 10 km
B. Rencana Kerja
1. Kondisi Cuaca
Musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan November 2013 sampai dengan bulan Maret 2014.
Mengingat pekerjaan ini dilaksanakan selama 545 hari kalender maka tesedia waktu yang cukup
untuk menyelesaiakan seluruh pekerjaan sejak diterimanya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja)
2. Hari Kerja
Mempertimbangkan volume pekerjaan sangat besar, maka agar pekerjaan selesai pada waktunya
diperlukan optimalisasi hari kerja dengan mengadakan shift kerja dari kelompok – kelompok
kerja yang memadai ditunjang dengan penyedian alat berat sesuai dengan keperluan.
3. Sumber Daya
a. Tenaga kerja untuk pekerjaan penggalian saluran akan direkrut operator – operator yang sudah
berpengalaman sedangkan untuk petugas keamanan dan yang melayani kantor akan
menggunakan tenaga lokal.
b. Peralatan
Peralatan sewa didatangkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan (dengan jumlah dan jenis alat
sebagaimana yang tercantum dalam perhitungan/analisa kebutuhan alat terlampir)
4. Manajemen dan Koordinasi
a. Menyiapkan rencana kerja harian, mingguan dan bulanan.
- Menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Kerja Harian secara tertulis,semua kemajuan yang sudah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan setiap hari maupun untuk hari – hari berikutnya.
- Menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Kerja Mingguan yang sudah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan setiap akhir minggu dan untuk minggu berikutnya.
- Menyediakan rencana Kerja Bulanan dengan sistem Barchart pada akhir bulan dan untuk bulan –
bulan berikutnya.
2. Pelaporan
Pada awal bulan sebelum tanggal 10 setiap bulan diserahkan 5 (lima) salinan laporan Kemajuan
Bulanan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan yang menggambarkan secara rinci kemajuan
pekerjaan selama bulan sebelumnya.
3. Pencegahan kebakaran
Kami akan melakukan setiap pencegahan kebakaran dan melindungi api yang terjadi pada atau
sekitar lapangan kerja dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan/ peralatan pencegahan
kebakaran yang cukup, untuk siap digunakan pada semua bangunan atau menyiapkan alat
pemadam kebakaran yang dibutuhkan dalam keadaan berfungsi baik.
Tidak
Penebangan Pohon dan pendongkelan tunggul (bila ada)
Ya
Pembuatan Jalan Akses/Jalan masuk ke Lokasi Pekerjaan
Tidak
Pembuangan hasil galian ke disposal Area
MC – 100 %
Ya
SELESAI
1. Mobilisasi Alat
- Mobilisasi dilaksanakan sesuai yang termuat di dalam Kontrak, diantaranya yaitu:
A. Peralatan Utama :
No Nama Alat Kapasitas Jumlah
1 Excavator Standard 0,75 m3 6 unit
2 Excavator Longarm 0,60 m3 2 unit
3 Bulldozer 20 Ton 1 unit
3 Bulldozer 15 Ton 1 unit
4 Compaction 11 ton 1 unit
5 Baby Roller 1 Ton 5 Unit
6 Dump Truck 6 Ton 10 unit
7 Tamper 90 kg 5 Unit
8 Concrete Mixer 40 unit
9 Vibrator Concrete 10 unit
10 Water Pump 20 unit
B. Peralatan Penunjang :
No Nama Alat Kapasitas Jumlah
1 Pick Up 0,75 m3 2 Unit
2 Theodolit - 2 unit
3 Water Pass - 2 unit
4 Genset Untuk Penerangan 125 KVa 2 unit
5 Chain Saw - 2 buah
Mobilisasi peralatan tersebut disesuaikan waktunya dengan kebutuhan dan schedule pelaksanaan
pekerjaan dan akan dilaksanakan pada malam hari utuk menghindari kemacetan. Untuk
perijinannya akan berkoordinasi dengan instansi terkait.
Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, dan tidak terbatas pada kebutuhan –
kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan dan keperluan tambahan lainnya yang dibutuhkan
di lokasi proyek.
Demobilisasi dinilai selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil dan lainnya milik Kontraktor
telah dikeluarkan dari lokasi proyek.
2. Pengukuran / Uitzet
- Pengukuran dilakukann dengan menggunakan alat ukur Theodolit dan Waterpass lengkap
dengan peralatan penunjang lainnya seperti bak ukur, meteran, jalon dan lain – lain.
- Pengukuran dilakukann untuk menentukan batas – batas atau patok – patok untuk mengetahui
elevasi permukaan tanah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
gambar rencana.
Pedoman dari penetapan elevasi ini diambil dari Bench Mark ( BM ) yang ada di lapangan yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan.
- Pengukuran yang dilakukann adalah pengukuran arah memanjang (Longitudinal Section) dan
arah melintang (Cross Section)
- Pengukuran arah memanjang dilakukan rencana sepanjang galian alur Saluran yang akan
dilaksanakan sebagai pengecekan panjang Saluran pada ruas tersebut.
- Pengukuran arah melintang dilakukann sepanjang rencana galian alur Saluran yang akan
dilaksanakan, dengan jarak sesuai dengan gambar rencana atau atas persetujuan Direksi
Pekerjaan yang nantinya dipakai juga sebagai dasar perhitungan Mutual Check 0%.
4. Penebangan pohon
- Pembersihan tumbuhan bawah sekitar pohon termasuk yang melilit pohon untuk memudahkan
pemotongan dan menghindarkan kecelakaan kerja.
- Membuat takik rebah dan takik balas untuk memudahkan pemotongan pohon.
- Setelah arah rebah ditentukan baru dilakukann pemotongan pohon.
- Setelah pohon roboh baru dilakukann pemotongan ujung dan pangkal serta pembagian pohon
sesuai ketentuan guna memudahkan pengangkutan.
- Penebangan pohon dilakukan oleh regu penebangan yang terdiri dari 1 orang operator Chain
Saw (Penebang) dan 2 orang pembantu.
- Penyaradan adalah menarik kayu dari titik penebangan ke tempat pengumpulan sementara (tepi
jalan), metode yang digunakan dengan cara manual (dipikul / digotong)
- Pengangkutan dari tepi jalan ke lokasi penyimpanan / pengumpulan sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck / Pick Up.
5. Pendongkelan Tunggul
- Penggalian tunggul dilakukan setelah pemotongan pohon selesai dengan menggunakan
Excavator dengan cara menggali sekeliling tunggul untuk memudahkan mendongkel akar /
tunggul tersebut.
- Tunggul yang terbongkar bila terlalu besar dilakukan pemotongan dengan chain saw pada
cabang – cabangnya.
- Hasil bongkaran tunggul dimuat ke atas Dump Truck untuk ditempatkan / dibuang sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan.
- Lubang galian bekas tunggul ditutup kembali dengan tanah sekitarnya dengan menggunakan
Excavator dan dipadatkan.
7. Kisdam / Dewatering
Kisdam dan pengeringan akan kami laksanakan sebelum melaksanakan Pekerjaan yang lainnya.
Kisdam terdiri dari gedeg bambu yang diisi dengan tanah urug dan diperkuat dengan bambu.
Dengan melaksanakan pengeringan maka bisa melakukan pekerjaan dengan mudah dan
menghasilkan kualitas yang baik, selain itu juga tidak mengganggu jalan air untuk irigasi dan
dalam pelaksanaannya perlu persetujuan Direksi.
Kita juga akan menggunakan pompa untuk :
- Memelihara aliran di saluran pembawa, pembuang, parit parit dan sumber sumber air yang
berada dalam atau memotong jalur pembebasan selama periode pelaksanaan.
- Melindungi bangunan sementara dan permanen terhadap kerusakan akibat hujan, limpasan air
permukaan dan perlindungan yang mencukupi terhadap banjir dan kejadian yang serupa lainnya.
- Usaha dewatering dan pengurasan air agar usaha penggalian tanah bebas air seperti keharusan
dalam melaksanakan bangunan sebenarnya.
Setelah tujuan melayani air selesai , maka semua cofferdam dan lain lain pekerjaan
perlindungan sementara harus disingkirkan kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
Kami selaku penyedia jasa akan bertanggung jawab atas kerusakan pondasi atau bangunan
atau bagian lainnya dari pekerjaan yang disebabkan oleh kesalahan seperti kondisi aliran pada
bangunan pembelokan air atau bangunan pelindung banjir dan kegagalan bangunan bangunan
tersebut diatas yang dibangun.
Dalam pelaksanaan kisdam dan dewatering tidak akan mengganggu aliran normal dari setiap
saluran irigasi atau sumber air untuk suatu alasan atau maksud tertentu tanpa persetujuan
Direksi, dan akan berusaha untuk memelihara dalam saluran yang telah ada dan yang dialihkan.
2. Galian tanah dengan alat berat jarak buangan 0 – 50 m, 1 – 5 km, 5 – 10 km, > 10 km
Ketentuan :
Pelaksanaan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan Excavator Long Arm dan Excavator
Standard untuk penggalian / pengerukan tanah / lumpur hingga mencapai elevasi rencana
maupun membentuk penampang galian / pengerukan sesuai gambar dan pengarahan Direksi
Pekerjaan.
Penggalian dilaksanakan dengan cara / metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng
yang tidak membahayakan.
Alaterial hasil galian basah dibuang di tempat penampungan sementara untuk mengurangi kadar
air dan pengotoran sebelum diangkut ke lokasi disposal permanen yang telah ditetapkan sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan.
Keseluruhan penampang SS. Pawelutan CS memiliki bentuk dan ukuran yang tidak sesuai
dengan kapasitas yang diperlukan. Sehingga perlu ada penggalian yang disesuaikan dengan
gambar rencana yaitu berbentuk trapesium dengan lebar dasar bervariasi : 20 dan 30 m dengan
kedalaman ± 5,0 m. Alaterial hasil galian dibuang ke disposal area yang sudah ditentukan dengan
jarak buangan :
antara 0 – 50 m
antara 50 – 1 km
antara 1 – 5 km
antara 5 – 10 km
lebih dari 10 km
dan alaterial yang memenuhi syarat (kadar lumpur <5%) digunakan sebagai timbunan tanggul
berupa untuk timbunan saluran dan tanggul drainase.
1. Bahan
Papan, kayu dan bambu, paku untuk bouwplank / Propil
2. Peralatan yang digunakan
a. Peralatan Ukur (theodholit, waterpass dan bak ukur). Theodolith untuk menentukan as dan lebar
saluran serta elevasi dasar saluran serta elevasi dasar saluran.
b. Back hoe (excavator long arm) untuk menggali tanah saluran sekaligus membuang tanah dengan
jarak yang telah ditentukan diatas ke tempat yang telah disetujui oleh Direksi.
c. Dump truck untuk mengangkut tanah galian ke disposal area dengan jarak yang telah ditentukan
diatas ke tempat yang telah disetujui oleh Direksi
d. Bulldozer untuk meratakan tanah di disposal area dan dilokasi tanggul.
3. Urutan Pelaksanaan
a. Pemasangan bouwplank untuk menentukan as dan elevasi dasar saluran.
b. Penggalian tanah menggunakan alat back hoe (excavator).
c. Penyebaran (perataan) dengan menggunakan Bulldozer di lokasi Disposal Area dan lokasi
tanggul.
4. Metode Pelaksanaan
a. Penggalian yang bisa dijangkau dengan Excavator Standard.
Untuk galian saluran dengan menggunakan Excavator Standard sebagai alat gali dan alat
pemindah hasil galian tanah ke disposal sementara.
Setelah hasil galian kondisinya mengering kemudian diangkut ke lokasi disposal permanen yang
sudah disetujui Direksi Pekerjaan.
Hasil penggalian tanah yang sudah terkumpul di disposal area permanen akan diratakan dan
dirapikan menggunakan Bulldozer.
b. Penggalian dengan Excavator Long Arm
Karena kondisi alur saluran yang dalam dan penampang saluran cukup lebar, maka untuk bisa
menggali dasar saluran digunakan Excavator Long Arm,
RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN ALUR SALURAN CITARUM
DENGAN ALAT EXCAVATOR LONG ARM
(Pada kondisi penampang normal)
Jarakangkut
1 - 5 km
kemudian hasil galian dikumpulkan di disposal area sementara menggunakan Excavator
Standard.
Selanjutnya tanah / lumpur yang sudah kering dibuang ke lokasi disposal permanen atas
persetujuan Direksi Pekerjaan dan jarak angkut buangan :
0 – 1 km m
1 -5km
5 – 10 km, dan
> dari 10 km
Peralatan yang digunakan (penggalian alur Saluran):
- Excavator Long Arm kap. 0,60 m3 2 unit
- Excavator Standart kap. 0,80 m3 2 unit
- Bulldozer 3 unit
Pada Pekerjaan ini dilaksanakan dengan tenaga orang. Pelaksanaan akan disesuaikan dengan
rencana jadwal yang telah dihitung.
4. Penimbunan tanah dari alaterial galian (untuk timbunan saluran)
Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan saluran, badan jalan atau timbunan lainnya sesuai
gambar.
Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan menggunakan menggunakan bulldozer,
penggilasan dengan menggunakan vibro roller, penggilingan basah menggunakan waer tank
truck, test kepadatan dan lain-lain.
Timbunan akan dibuat sesuai dengan gambar rencana balk ukuran, ketinggian maupun kemiringan
lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
6. Penimbunan tanah dari alaterial borrow area dengan jarak < 1 km, 1 – 5 km, 5–
10 km, > 10 km (untuk timbunan saluran dan tanggul drainase)
Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan tanggul, badan jalan atau timbunan lainnya sesuai
gambar.
Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan menggunakan excavator dan dibawa dengan
mengggunakan dump truck, penghamparan dengan menggunakan bulldozer, penggilasan dengan
menggunakan vibro roller, penggilingan basah menggunakan water tank truck, test kepadatan
dan lain-lain.
Timbunan akan dibuat sesuai dengan gambar rencana balk ukuran, ketinggian maupun
kemiringan lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
d. Agregat Campuran
Susunan butir agregat campuran untuk pekerjaan beton dengan mutu K.175 dan mutu yang
lebih tinggi harus diperiksa dengan susunan ayakan menurut ISO dengan diameter lubang
berturut turut sbb :
31,50 - 16 - 8 - 4 - 2 - 1 - 0,50 (Ayakan ISO).
Apabila susunan ayakan tersebut tidak ada, maka dengan ijin Direksi susunan ayakan lain dapat
dipergunakan, asal mempunyai ukuran ukuran lubang mendekati uuran diatas.
e. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, bahan bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipergunakan air yang dapt diminum. Jumlah air yang dipakai untuk
beton dapt diukur dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat tepatnya.
f. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang bersifat memperbaiki mutu, sifat pengerjaan, waktu pengikatan, dan
pengerasan dapat digunakan dengan jumlah dan jenis yang disetujui Direksi
b. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum satu mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
c. Pelaksanaan
Umum
Sebelum mendatangkan besi beton, seluruh daftar ukuran dan daftar bengkokan besi beton
harus disiapkan oleh penyedia jasa dan diminta persetujuan kepada Direksi, tidak ada bahan
yang boleh didatangkan atau dikerjakan sebelum daftar besi beton disetujui oleh Direksi. Besi
yang digunakan sebagai tulangan hendaknya menuruti persyaratan. Besi tersebut harus bersih,
bebas dari karat, kotoran, bahan bahan lemas, gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan aduk
ataupun bahan lain yang menempel. Besi tulangan harus disimpan ditempat yang terlindung,
ditumpuk agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat atau rusak karena cuaca.
Pembengkokan
Besi tulangan harus dipotong, dibengkokan atau diluruskan secara hati hati Terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak diperbolehkan untuk pembengkokan kedua
kalinya. Pemanasan besi tidak dijinkan, kecuali Direksi menentukan lain, itupun harus
dilaksanakan dengan temperatur yang serendah mungkin yang dapat dipakai dan dalam daerah
yang seminimal mungkin. Bila radius pembengkokan tidak disebutkan nyata pada gambar
rencana, maka pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang
yang bersangkutan (untuk tulangan yang biasa) atau 6 kali diameter tulangan yang
bersangkutan (untuk besi-besi dengan sifat getas ).
Penempatan
Besi tulangan harus ceralat ditempatkan sesuai dengan gambar rencana , dipegang teguh pada
posisinya dan didudukan pada landasan yang dibuat dari adukan semen berukuran 5 x 5 x 3
cm dengan campuran 1 pc : 3 psr, diikat antara sesamanya atau pada acuan dengan kawat
baja , atau cara cara lain yang memenuhi keinginan Direksi. Bagaimanapun tulangan tidak
boleh didudukan pada bahan metal atau tulangan duduk langsung pada acuan yang
menyebabkan bagian besi nanti langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan juga tidak
boleh duduk pada kayu atau partikel koral / agregat. Sebelum dimulai pengecoran maka
Direksi harus diberitahu dan diberikan waktu yang cukup untuk melakukan pemeriksaan
penempatan besi-besi tulangan.
Penyambungan
Sebaiknya tulangan tidak disambung pada seluruh panjang yang dibutuhkannya. Sambungan
yang dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang tertera pada gambar rencana, kecuali
atas ijin dan pengawasan Direksi. Sambungan tidak dibolehkan pada tempat tempat dengan
tegangan maksimum dan sedapat mungkin diselang seling sehingga sambungan tidak semuanya
/ sebagian besar terjadi disuatu tempat. Bila ruangan memungkinkan, pada sambungan dimana
batang batang saling melalui (over laping) diganjal dengan potongan potongan tulangan agar
tidak saling menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum di dua tempat tiap sambungan.
Panjang sambungan harus seperti yang diterapkan pada gambar rencana. Bila ditentukan dalam
gambar rencana maka panjang sambungan over laping diambil 40 kali diameter besi U 24 dan 30
kali untuk besi U 32 dan besi beton harus diuji tarik, tekan dan berat oleh Badan bersetifikat SNI.
Penyambungan besi beton dengan pengelasan tidak dibenarkan kecuali telah ditentukan pada
gambar rencana atau ada perintah tertulis dari Direksi.
2. Siaran 1 : 2
Siaran dipasang setelah pasangan batu selesai dikerjakan atau secara estapet dilaksanakan.
a. Siapkan peralatan, personil serta bahan/ alatrial yang diperlukan
b. Siapkan/ pasang profil sesuai dengan tebal ukuran antara nat muka pasangan batu belah yang
akan disiar.
c. Setelah lokasi bidang kerja siap, siapkan pasir pasang dan sement type 1 serta alat kerja yaitu
concrete mixer
d. Masukan sement 1 bagian ditambah pasir 2 bagian serta air secukupnya sebagai bahan pengikat
e. Berikan adukan/ adonan pada nat antara pasangan batu belah muka, hingga semua nat antara
pasangan batu bagian muka selesai dikerjakan dan mendapat persetujuan direksi/ pengawas.
a. Kawat
Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong maupun kawat pengikat untuk
perakitan / pemasangan harus sesuai dengan BS 1052/80, yaitu kawat baja lunak dengan kuat
tarik 41 - 51 kg / mm2 sebelum kawat tersebut dianyam dengan mesin. Perpanjangan kawat
harus tidak boleh lebih dari 12 %, pada percobaan dilakukan terhadap batang uji kawat dengan
panjang 30 cm sebelum kawat dianyam dengan mesin.
b. Diameter Kawat
Diameter kawat bronjong dan tolerasinya harus sesuai dengan table di bawah ini :
Kawat Bronjong Diameter Kawat (mm) Tolerance (mm)
c. Lapisan Seng
Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong dan alatras maupun kawat pengikat
untuk perakitan/ pemasangan harus berlapis seng sesuai denga standar BS 443/1982.
Berat minimum lapisan seng dapat dilihat pada table di bawah ini :
Lapisan seng pada kawat tetap melekat dan tidak retak meskipun kawat tersebut dililit
melingkar sebanyak 6 (enam) kali pada batang uji sebesar 4 (empat) kali diameter kawat.
d. Anyaman
Dengan menggunakan mesin penganyam, anyaman dibuat dengan cara melilitkan 2 (dua)
batang kawat membentuk segi 6 (enam/ Hexagonal) mengacu pada ASTM A-975-97.
1. Jumlah dan Kerapatan Lilitan
Lilitan bronjong harus 3 (tiga) kali lilitan, antara satu kawat dengan kawat lainnya harus saliang
melilit dan tidak longgar. Hal ini akan berpengaruh terhadap kuat tarik anyaman dan
elongantionnya serta kerapihan bronjong setelah diisi dengan batu.
2. Kuat Tarik Anyaman
Anyaman bronjong harus mempunyai kuat tarik anyaman tertentu, yaitu minimum 50 kN/m
untuk diameter kawat 3,0 mm dan 42 kN/m untuk 2,7 mm. Kuat tarik anyaman yang dimaksud
adalah kuat tarik sejajar lilitan (arah vertical), yang harus dibuktikan dengan hasil pengujian
oleh lembaga independence.
3. Tipe dan Ukuran Anyaman
Tipe anyaman menunjukkan setting mesin penganyam, adapun ukuran anyaman menunjukkan
lebar bukaan anyaman yang sesungguhnya. Adapun tipe dan ukuran anyaman sesuai dengan
ASTM A-975-97 adalah sebagai berikut :
Tipe Anyaman 8 x 10
Ukuran Anyaman (mm) 83 x 114
Toleransi Ukuran Anyaman 10%
e. Kawat Sisi
Semua bagian tepi dari bronjong, termasuk panel dan sekat harus terikat rapat pada kawat sisi
secara mekanikal. Hal ini untuk menjaga terlepasnya anyaman. Diameter kawat sisi harus lebih
besar dari diameter kawat anyaman, sebagaimana berikut ini :
- Untuk diameter kawat anyaman adalah 2,7 mm. Kawat sisi memakai diameter 3,4 mm.
- Untuk diameter kawat anyaman adalah 3,0 mm. Kawat sisi memakai diameter 4,0 mm.
f. Kawat Pengikat
Kawat pengikat dan kawat penghubung antar sisi panel yang diberikan untuk perakitan/
pemasangan bronjong adalah + 5% dari berat bronjong. Diameter kawat pengikat adalah 2,2
mm.
g. Ukuran
Ukuran standar bronjong adalah sebagai berikut di bawah ini :
Panjang : 2,0 m
Lebar : 1,0 m
Tinggi : 0,5 m
Toleransi terhadap lebar dan tinggi bronjong sebesar + 5% dan terhadap panjang sebesar + 3%.
h. Sekat
Tiap bronjong dan alatras diberi sekat sehingga membentuk bidang dengan ukuran lebar 1,00 m
dan panjang sama dengan lebar standar bronjong alatras. Sekat ini harus dilekatkan pada
bagian dasar bronjong dengan kawat spiral.
Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pemasangan
Pemasangan bronjong harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang ahli atau cakap dibidangnya dan
disetujui oleh Direksi.
Dasar daripada bronjong harus cukup rata dan susunan bronjong harus kokoh serta sepanjang
sisi sisi yang berhubungan langsung harus diikat kawat dengan kuat
b. Cara Pengisian
Sebelum batu diisikan, bronjong harus ditegangkan dengan kuat sampai bentuk yang diinginkan.
Batu harus kuat, tahan lama, tidak mudah rusak oleh air dan cuaca.
Ukuran batu harus rata-rata sama. Isi bronjong mempunyai berat minimum 1360 kg per meter
kubik. Rongga yang ada tidak lebih dari 40 %.
Batu yang ditempatkan pada bagian luar yang terlihat harus batu yang terseleksi dengan
seksama dari keseragaman ukurannya, batu tersebut disusun dengan tangan hingga mendapat
bentuk yang seragam.
Hubungan vertikal dari unit - unit bronjong harus tidak bergoyang dan disusun secara hubungan
bata.
5. Pekerjaan Macadam
Dalam pekerjaan macadam jalan inspeksi yang ditawarkan pada analisa tidak termasuk aspal.
Agregat penutup burda terdiri dari 2 lapisan yaitu :
- Lapis pertama ukuran normal = 13 mm
- Lapis kedua ukuran normal = 12 mm ( Ld = 6,00 mm)
Tebal Lapisan total 25 mm
- Chipping lapis pertama dengan BJ = 1,9 ALD = (antar 6,4 – 9,9 mm) = 6,7
Langkah Kerja :
- Whell loader memuat agregat (alaterial) ke dalam alaterial sprider di base camp
- Agregat dimuat langsung ke dalam alaterial sprider untuk diangkut ke lokasi pekerjaan dan
langsung dihampar
- Hamparan alaterial dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller dengan system basah
menggunakan water tank truck.
- Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dengan menggunakan
alat bantu.
Pintu harus dibuat dengan kontrsuksi las sempurna. Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus
dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal harus di lem kuat pada permukaan plat
sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak antara plat dan batang tidak lebih dari 1
mm. Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus didua sisi,
sedemikian hingga tidak ada air yang bocor diantara bagian-bagian tersebut.
Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding, rangka, ambang,
tangkai ulir gear dan alaterial lain yang dibutuhkan. Semua bagian dari pada pintu harus cocok
dengan gambar kontrak/standar.
Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan dengan baut
berjangkar dari semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus diisi mortar dengan
spesi 1 PC : 3 Psr.
Semua pembuatan konstruksi pintu harus sesuai dengan rencana sedemikian sehingga pintu
bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain.
Pengadaan pintu termasuk pelumasan pada bagian-bagian pintu yang harus diberi pelumasan,
agar operasional pintu sesuai dengan fungsinya.
e. Sambungan Membujur
Sambungan-sambungan membujur harus dibuat antara tepi-tepi jalur lalu lintas atau sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar.
Lebar maksimum pelat tidak boleh lebih dari 4,50 m antara sambungan-sambungan membujur
atau antara sambungan membujur dan tepi perkerasan.
Batang-batang pengikat harus dipasang atau disisipkan tegak lurus terhadap garis sambungan
membujur, dan sambungan tersebut diikat sedemikian rupa. Batang-batang tersebut harus
berdiameter 12 mm, 1 meter panjang berupa batang berulir yang bertegangan leleh tinggi.
Batang-batang tersebut harus dipasang secara horizontal pada tengah-tengah tebal pelat dengan
jarak antara 600 mm.
Bila perkerasan dibangun dengan lebar lebih dari lebar satu jalur dalam satu operasi, maka suatu
crack inducer berupa batang tipis dari kayu atau bahan sintetis atau pelat tipis yang disetujui harus
dipasang dengan kokoh pada badan jalan sepanjang garis sambungan dalam batas toleransi
horizontal ± 5 mm, dan dipasak kedalam dasar pelat yang bersangkutan. Suatu alur harus dibuat
pada puncak pelat tersebut, dan ditempatkan vertikal diatas sumbu pelat tipis tersebut dengan suatu
batas toleransi horizontal 12 mm. Alur ini tidak boleh menyimpang dari garis umum sambungan-
sambungan yang bersangkutan. Kedalaman gabungan alur dan crack inducer harus berada pada
seperempat dan sepertiga ketebalan pelat yang bersangkutan dan perbedaan antara kedalaman alur
puncak dan tinggi crack inducer pada dasar harus tidak lebih besar dari 12 mm. Jika alur-alur
dibuat dengan menggergaji, maka kedalaman alur tersebut harus antara seperempat dan sepertiga
ketebalan pelat, dan puncak batang pengikat harus sekurang-kurangnya 20 mm dibawah dasar alur
tersebut, crack inducer dapat ditiadakan.
Bila suatu crack inducer digunakan dalam perkerasan beton bertulang yang dikonstruksi dalam
2 atau 3 lebar jalur dalam satu operasi, maka Penyedia Jasa dapat menggantikan batang-batang
pengikat dan tulangan biasa dengan lembar-lembar anyaman baja tulangan khusus yang
diperpanjang paling sedikit 600 mm pada tiap sisi sambungan yang bersangkutan, membentuk
tulangan memanjang sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak dan tulangan melintang
berdiameter 8 mm dengan jarak antara 200 mm. Lembaran anyaman tulangan tersebut harus
diletakkan pada elevasi tulangan lainnya.
Bila suatu jalur kendaraan beton bertulang 3 jalur di Konstruksi dalam 2 lebar pelat, maka
sambungan membujur antara pelat-pelat tersebut harus berada pada sumbu jalur kendaraan dan
harus dikonstruksi dengan batang-batang pengikat sebagaimana ditetapkan diatas. Setiap pelat
yang diKonstruksi harus mempunyai lembar anyaman baja tulangan khusus yang ditempatkan
secara sentral dari jenis yang ditetapkan untuk perkerasan yang dikonstruksi selebar 2 atau 3
jalur dalam satu operasi. Panjang tulangan melintang dalam lembar anyaman baja tulangan
khusus tersebut harus 600 mm lebih panjang dari pada sepertiga lebar pelat.
f. Alur Pada Sambungan
Alur-alur dipermukaan beton pada sambungan-sambungan harus dibentuk dengan cara yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Alur-alur tersebut dapat dibentuk pada waktu beton masih
dalam keadaan plastis atau digergaji setelah beton mengeras. Bagian alur yang akan ditutup
harus mempunyai sisi yang benar-benar vertikal dan sejajar, kecuali jika cetakan-cetakan khusus
digunakan pada waktu beton dalam keadaan plastis, untuk ini garis sumbu cetakan harus vertikal.
Jika alur-alur tersebut dibuat dengan digergaji, maka Penyedia Jasa harus membentuknya sebagai
berikut :
(1) Sambungan kontraksi
Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman yang disyaratkan dan harus mempunyai lebar
yang memadai tidak lebih dari 6 mm.
(2) Sambungan ekspansi
(a) Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman dan lebar penuh yang diperlukan untuk segel
seperti diperlihatkan dalam Gambar, atau
(b) Dua celah digergaji, masing-masing satu sepanjang tiap tepi dari bahan pengisi sambungan
sampai kedalaman segel, dan bahan diantara celah-celah tersebut dibuang. Jarak keseluruhan
antara tepi-tepi bagian luar dari kedua celah tersebut harus merupakan lebar segel yang
disyaratkan.
Penggergajian awal harus diselesaikan secepat mungkin dan selalu dalam batas waktu 18 jam
dari setelah pemadatan akhir beton.
Alur-alur sambungan ekspansi dan sambungan konstruksi yang lebih lebar dari 5 mm harus
ditutup permanen atau sementara sebelum lalu lintas menggunakan perkerasan yang
bersangkutan. Celah-celah yang kurang lebar harus digergaji sampai lebar dan kedalaman penuh
yang disyaratkan dan segera dipasangi bahan penutup permanen.
Bila alur dibentuk/dicetak, Penyedia Jasa harus memperagakan hingga memuaskan Direksi
Pekerjaan bahwa permukaan akhir yang melalui sambungan tersebut dapat diperoleh dalam batas
toleransi yang bersangkutan. Alat pembentukan harus meliputi sebuah pelat vibrasi horizontal
dengan lebar sekurang-kurangnya 300 mm melintasi garis sambungan, atau alat yang sejenis,
untuk menjamin bahwa beton sepenuhnya dipadatkan kembali pada tempatnya, dan
menggunakan sebuah batang perata yang cukup lebar untuk menjamin permukaan akhir akan
memuaskan. Bila alur-alur yang dibentuk lebih lebar dari 12 mm, maka cara pembentukan yang
dipakai adalah dengan menyisihkan dari pelat volume beton yang perlu dipindahkan untuk
membentuk alur tersebut. Alat pembentuk tidak boleh dipasang pada mesin penghampar beton
beracuan geser, jika mesin tersebut harus berhenti untuk membentuk sambungan tersebut. Jika
timbul tonjolan-tonjolan kasar pada waktu alur-alur dibuat, maka bagian-bagian tersebut harus
digerinda untuk membentuk suatu radius kira-kira 6 mm atau suatu pembulatan sudut tepi pelat
selebar kira-kira 6 mm.
Bila perkerasan dikonstruksi selebar dua atau tiga jalur dalam satu operasi, maka sambungan
atau sambungan-sambungan membujur dapat dibentuk dengan menyisipkan didepan batang
perata alat pelapis beton, suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui dari suatu
alat penyalur yang diperlengkapi alat pemadat bervibrasi. Batang tipis tersebut harus cukup kaku
untuk memungkinkan batang tersebut ditempatkan secara vertikal dan cukup dalam sehingga
kedalaman total batang tipis dan crack inducer akan berada antara seperempat dan sepertiga
ketebalan pelat yang bersangkutan. Cara penempatan batang tipis tersebut harus menjamin
bahwa letaknya vertikal, sesuai dengan alinyemen yang benar, pada kedalaman yang cukup
untuk memungkinkan dilintasi oleh balok finishing atau mesin pengalur beton plastis, dan dalam
posisi yang benar. Beton yang dipindahkan oleh batang tipis tersebut harus dipadatkan dengan
layak kedalam pelat dalam batas toleransi-toleransi permukaan yang diizinkan. Bila pelat-pelat
tepinya berbatasan, maka suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui harus
dipasang pada tepi pelat beton yang telah mengeras membentuk sambungan membujur.
Bila perkerasan dari bahan lentur dan pelat beton berbatasan dalam arah membujur pada elevasi
permukaan jalan, maka suatu alur selebar 10 mm dan sedalam 20 sampai 25 mm harus dibentuk
atau digergaji, kemudian ditutup dengan menuang suatu bahan segel yang cocok untuk kedua
perkerasan tersebut.
g. Penutup Alur
Sebelum lalu lintas diperkenankan mempergunakan perkerasan jalan dan sebelum penutupan
permanen, alur-alur harus dibersihkan dari setiap kotoran atau bahan lepas dan harus dilindungi
dengan memasukkan suatu kepingan penutup sementara sebagaimana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Sebagai alternatif dalam hal sambungan dibentuk dimana suatu bahan pengisi
sementara atau pembentuk digunakan, maka bahan tersebut dapat dibiarkan pada posisinya
sampai sambungan-sambungan siap untuk penyegelan permanen.
Penutupan permanen sambungan-sambungan harus dilaksanakan dalam waktu 28 hari sejak
pengecoran beton. Segera sebelum penutupan permanen, sambungan harus dibersihkan dari
segala kotoran, bahan lepas, penutupan sementara atau bahan pengisi lainnya harus dibuang.
Sisi-sisi dari bagian alur yang akan ditutup harus dikikis/dirapikan dengan gerinda, gergaji atau
semprotan pasir kering (dry sand blasting). Alur tersebut harus didempul sementara sebelum
penyemprotan pasir. Sebagai tambahan atau untuk membuang senyawa penyegel yang lama,
pancaran air bertekanan tinggi atau penyemprotan air dan pasir dapat digunakan. Permukaan-
permukaan alur tersebut harus kering pada waktu penyegelan. Ketebalan minimum segel-segel
harus sesuai dengan rincian-rincian dalam gambar. Jika dalamnya alur melampaui ketebalan
penutup, alur tersebut dapat diisi sampai kedalaman yang disyaratkan dengan suatu bahan
pengisi yang dapat dipadatkan dari jenis yang tidak mempengamhi dan tidak dipengamhi oleh
senyawa pengisi yang akan digunakan. Setiap tepi-tepi alur-alur tersebut yang pecah harus
diperbaiki sehingga memuaskan Direksi Pekerjaan dengan menggunakan suatu bahan yang
disetujui, yang cocok dengan bahan penutup, sebelum bahan penutup tersebut digunakan.
Alur-alur yang dipersiapkan kemudian harus diberi lapisan awal dan ditutup dengan bahan bahan
yang dituangkan. Bahan pengisi yang harus dituang panas harus dipanaskan secara tidak langsung
dan dikendalikan dengan thermostat atau termometer serta dilengkapi dengan sebuah pengaduk
sampai suatu temperatur tidak lebih tinggi dari temperatur pemanasan yang aman yang disarankan
oleh pabrik pembuat yang bersangkutan. Bahan pengisi ini tidak boleh dipanaskan pada
temperatur tersebut untuk suatu perioda waktu lebih lama dari waktu pemanasan yang aman yang
dinyatakan oleh pabrik pembuatnya. Alat pemanas / pencampur harus dibersihkan setiap akhir
hari kerja dan setiap bahan yang telah dipanaskan dan tidak dipakai harus dibuang. Bahan pengisi
harus dituang sampai pada suatu permukaan antara 3 mm dan 6 mm dibawah permukaan beton
yang bersangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam kontrak.
h. Menutup Sambungan (sealing joint)
Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton dan sebelum
jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Penyedia Jasa. Sebelum ditutup, setiap
sambungan harus dibersihkan dari alaterial yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan
(membrane curing compound) dan permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi
dengan alaterial penutup.
Alaterial penutup (oint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus sesuai dengan yang
tertera pada Gambar atau perintah Direksi Pekerjaan.
Bila digunakan alaterial penutup padat yang harus dipanaskan selama pemanasan alaterial harus
untuk mencegah pemanasan yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan
sampai alaterial ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan alaterial pada
permukaan beton harus segera dibersihkan. Penggunaan pasir atau alaterial lain sebagai
pelindung alaterial penutup tidak diperbolehkan.
Bila digunakan alaterial penutup flexible, celah harus dibersihkan dan alaterial dalam keadaan
terkompres harus disiapkan pada elevasi 2 mm dari permukaan pelat beton.
3. Mistar Ukur
Mistar ukur yang kami pasang adalah mistar ukur yang kami pesan dalam bentuk jadi yang
terbuat dari baja tahan karat dan korosi. Mistar ukur terpasang pada dudukannya yang di cor
dengan mengunakan campuran mortar K-125.
4. Patok – patok
Patok terbuat dari beton K-125 dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau pipa paralon ukuran 4 inchi,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok-patok dipasang dengan jarak tertentu
yang telah disetujui oleh pihak direksi.
Untuk setiap titik polygon dan sipat datar harus digunakan patok
6. Saringan sampah
Saringan sampah terbuat dari bahan besi tuang yang dilas pada kerangka bukaan yang ada atau
diberi kunci untuk menghindarkan hilang atau lepasnya saringan. Setelah saringan terpasang
pada kerangkanya, maka dipasang dengan menggunakan campuran beton K-175 serta
menggunakan pembesian untuk mengikat antara kerangka dan pembetonan.
Setelah pekerjaan dapat diterima 100 % berdasarkan berita acara Pemeriksaan antara direksi,
penyedia jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen, maka Demobilisasi alat dan personil dapat
dilakukan