Professional Documents
Culture Documents
Referat
Referat
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
030.13.121
PERSETUJUAN
Disusun oleh:
(030.13.121)
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hubungan antara ukuran kaki ibu dengan
keberhasilan persalinan”. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD
Kardinah Kota Tegal periode 19 Februari – 28 April 2018.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Aji Pramudito, Sp.OG
sebagai dokter pembimbing, dokter dan staf-staf bagian ilmu kebidanan dan penyakit kandungan di
RSUD Kardinah Kota Tegal, rekan-rekan sesama koasisten ilmu kebidanan dan penyakit kandungan di
RSUD Kardinah Kota Tegal dan semua pihak yang turut serta berperan memberikan doa, semangat dan
membantu kelancaran dalam proses penyusunan referat ini.
Saya menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Pada kesempatan ini, saya memohon maaf kepada para pembaca. Masukan, kritik, dan saran
akan saya jadikan bahan pertimbangan agar referat kedepannya menjadi lebih baik. Akhir kata, saya
mengucapkan terima kasih.
Tegal, 2018
3
BAB 1
LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses pengeluaran janin dan plasenta dari uterus. Proses persalinan
dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar
(power) yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma
dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir
(passage). Apabila ketiga faktor ini dalam keadaan baik, sehat, dan seimbang, maka proses
persalinan akan berlangsung secara normal/ spontan. Namun apabila salah satu dari ketiga
faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak
adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan tidak dapat berjalan
secara normal.
Gangguan persalinan akibat passage biasanya berkaitan dengan kelainan panggul
wanita. Bentuk dan ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. Karena proses
persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana janin didorong melalui jalan lahir oleh
his. Kondisi wanita berpanggul sempit menjadi salah satu faktor yang menghambat kelahiran
normal dan tidak bisa dibicarakan secara terpisah dengan persalinan. Untuk mengatasi
kesulitan persalinan akibat kelainan panggul ini adalah dengan proses persalinan percobaan,
persalinan normal dan sectio cesar. Kegiatan skrining untuk ibu hamil sangat diperlukan agar
segera diketahui adanya faktor risiko pada semua ibu hamil sebagai komponen penting dalam
perawatan kehamilan
Risiko yang mungkin terjadi akibat kelainan panggul ini pada ibu hamil adalah terjadi
Retrofleksi Uteri Gravida Incarserata, Kepala belum turun pada minggu ke 36 pada
Primigravida, dapat menimbulkan kelainan muka, letak sungsang dan letak lintang, biasanya
bayi ukuran lebih kecil dari ukuran seharusnya sedangkan pengaruh pada persalinan dapat
menyebabkan persalinan lama, kelainan presentasi/posisi, rupture uteri/rupture sympisis dan
pada anak dapat terjadi kematian perinatal, prolapsus foeniculi dan perdarahan otak.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk
mendapatkan keterangan tentang keadaan panggul. Pada wanita dengan tinggi badan kurang
dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul. Pelvimetri dengan pemeriksaan dalam
(manual) mempunyai arti yang penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta
panggul tengah, dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul.
Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa wanita dengan perawakan pendek (<152 cm
atau 60 inci) dan ukuran sepatu kecil (<4.5) lebih mungkin persalinannya mengalami
komplikasi disproporsi sefalopelvik atau terhentinya dilatasi dan penurunan janin, dengan
demikian lebih mungkin mengalami panggul sempit.19 Penelitian lainnya ada yang
menyatakan bahwa ukuran sepatu atau panjang telapak kaki bukanlah prediktor klinis untuk
meramalkan disproporsi sefalopelvik dan walaupun tinggi badan ibu adalah panduan yang
lebih baik untuk meramalkan adekuasi panggul pada persalinan, 80% ibu dengan tinggi badan
kurang dari 160 cm melahirkan secara pervaginam.21
Jadi pelvimetri dapat digunakan sebagai alat untuk menegakkan diagnosis panggul
sempit dan perlu prediktor lain yang menyokong kearah diagnosa panggul sempit yaitu
4
diantaranya adalah tinggi badan dan ukuran panjang telapak kaki dapat menjadi prediktor untuk
panggul sempit walaupun ukuran telapak kaki masih kontroversial untuk dapat digunakan
sebagai prediktor panggul sempit.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut ini adalah
perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara dan multipara.
a. Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan pembukaan sampai 1 cm;
dan dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-
100%, kemudian terjadi pembukaan.
b. Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan, tetapi hanya membuka
1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan
penipisan.5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
7
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina.
4. Perineum terlihat menonjol.
5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
1. Pembukaan serviks telah lengkap.
2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
8
(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan
menimbulkan trauma pada serviks.
2. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Dari
semua bagian janin, kepala janin merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan.
Namun, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk
melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat. Passanger atau
janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati
jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
9
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul
(pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas
panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet).
Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul mempunyai
ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah,
untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh
adanya spina iskiadika yang kadang kadang menonjol ke dalam ruang panggul.
2.5.1 Pintu Atas Panggul (Pelvic inlet)
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus
vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari
pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata vera. Jarak terjauh
garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 – 13 cm, disebut diameter transversa.
Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa
dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, ditemukan diameter yang disebut
diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa
konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua
konjugata ini dikenal juga konjugata obstetrik, jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke
promontorium.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul yang mempunyai ciri ciri pintu atas panggul sebagai
berikut :
1. Jenis gynaecoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip lingkaran.Diameter
anteroposterior kira kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).
2. Jenis anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter anteroposterior
lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
3. Jenis android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di posterior
10
dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah
bawah. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4. Jenis platypelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior. Jenis ini ditemukan pada
5% wanita.
11
Ketidakseimbangan fetopelvik bisa karena panggul sempit, ukuran janin yang besar, atau
biasanya kombinasi dari keduanya.
Menurut Althaus, dkk bahwa disproporsi sefalopelvik, dimana kepala janin adalah terlalu
besar untuk melewati panggul ibu, tetap menjadi indikasi kunci seksio sesaria di Amerika
Serikat. Sering, diagnosisnya tetap diagnosis retrospektif yang ditegakkan hanya setelah
intervensi multipel untuk melakukan persalinan pervaginam selama periode waktu yang
panjang.
2.6.1 Dimensi Janin Pada Disproporsi Fetopelvik
Ukuran janin sendiri jarang menjadi penjelasan yang tepat untuk persalinan yang gagal.
Bahkan dengan evolusi teknologi sekarang, batas ukuran janin untuk memprediksi disproporsi
fetopelvik masih sukar dijelaskan. Kebanyakan kasus disproporsi berasal dari janin yang
memiliki berat badan dalam rentang populasi obstetrik umum. Dua pertiga neonatus yang
membutuhkan seksio sesaria setelah persalinan forseps yang gagal memiliki berat kurang dari
3700 gr. Dengan demikian, faktor lain seperti malposisi kepala, macetnya pasase janin melalui
jalan lahir. Ini mencakup asinklitismus, posisi oksiput posterior, dan presentasi wajah dan dahi.
2.6.2 Perkiraan Ukuran Kepala Janin
Usaha untuk memprediksi disproporsi fetopelvik secara klinis dan radiologis
berdasarkan ukuran kepala janin terbukti mengecewakan. Müller (1880) and Hillis (1930)
menjelaskan perasat klinis untuk memprediksi disproporsi. Regio dahi dan suboksipital
dipegang dengan jari-jari tangan melalui dinding abdomen dan penekanan yang kuat diarahkan
ke bawah sesuai aksis dari pintu atas panggul. Bila tidak ada disproporsi, kepala dengan mudah
memasuki panggul, dan persalinan pervaginam memungkinkan untuk dilakukan. Thorp dkk
(1993b) melakukan evaluasi prospektif terhadap mueller-hillis manuever dan menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara distosia dan penurunan kepala janin yang gagal selama
manuver.
Pengukuran diameter kepala janin dengan menggunakan teknik radiografi polos tidak
digunakan karena distorsi paralaks. Diameter biparietal dan lingkar kepala dapat diukur dengan
ultrasonografi, dan telah ada usaha untuk menggunakan informasi ini dalam tatalaksana
distosia. Thurnau dkk (1991) menggunakan fetal-pelvic index untuk mengidentifikasi
komplikasi persalinan. Sayangnya, pengukuran tersebut dalam memprediksi disproporsi
sefalopelvik memiliki sensitivitas yang jelek. Sekarang ini tidak ada metode yang memuaskan
untuk prediksi akurat disproporsi fetopelvik berdasarkan ukuran kepala.
Pemeriksaan besar janin dapat dilakukan sesaat sebelum partus atau waktu partus.
Kalau bentuk normal dan letak anak memanjang, yang menentukan imbang feto pelvik ialah
kepala, maka disebut imbang sefalo pelvik. Besarnya kepala rata rata tergantung dari besarnya
(berat) janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan (BB) janin:
1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus Naegle)
2. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW). Cara ini memerlukan
latihan dan pengalaman yang agak lama.
3. Perhitungan menurut Poulsson-Langstadt
12
Uterus dianggap sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan homogen berbentuk ellips jika
letak janin memanjang. Volume tergantung dari diameter transversa dan diameter longitudinal
dari uterus yang diukur dengan menggunakan jangka Baudeloque. Kemudian secara empiris
dibuat suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara BB dan jumlah kedua diameter.
4. Rumus Johnson-Toshack
Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antara simfisis pubis dan batas antara
f.u. melalui konveksitas abdomen:
BBJ = (MD 12) x 155 gram
BBJ = Berat badan janin dalam gram
MD = Ukuran Mac Donald dalam cm
Kepala belum di H III: (MD 13)
Kepala di H III; (MD 12)
Kepala lewat H III: (MD 11)
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%
5. Dengan menggunakan alat alat canggih seperti ultrasonografi, diameter biparietalis dapat
diukur.
13
Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter sagitalis posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm.
Dikatakan sempit bila jumlah kedua diameter < 15 cm atau bila diameter intertuberosum < 8
cm. Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan
yang baik.
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit rachitis, patah
tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau radiologik harus dapat
menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul dengan baik.
Sebenarnya, melalui mata telanjang calon ibu bisa mengetahui luas panggulnya. Kalau
ibu bertubuh tinggi besar, bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Sedangkan ibu yang
tidak terlalu tinggi, hanya 145 cm atau malah kurang, kemungkinan besar ukuran panggulnya
kecil dan sempit. Namun pengamatan ini hanya asumsi. Pemeriksaan yang akurat hanya bisa
dilakukan secara klinis dengan roentgen.
14
2.9.2 Partus percobaan
Adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm, anak presentasi
belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik (CPD). Tindakan partus percobaan
adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan
penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif. Penilaian terhadap
kemajuan persalinan, turunnya kepala dan putar paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila pada
setiap penilaian per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai
itu, maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen
tersebut tidak ada kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal,
dipastikan ada CPD dan persalinan diakhiri dengan seksio sesaria.
15
riwayat kematian janin dalam persalinan. X ray pelvimetri juga dilakukan bila pada
pemeriksaan klinis didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm atau diameter intertuberous
< 8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi letak janin seperti
pada presentasi bokong, wajah atau letak lintang.
16
BAB III
KESIMPULAN
Jalannya persalinan dipengaruhi oleh 3P, power, passage, passenger, dimana gangguan
persalinan akibat passage biasanya berkaitan dengan kelainan panggul wanita. Bentuk dan
ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. Karena proses persalinan
merupakan suatu proses mekanik, dimana janin didorong melalui jalan lahir oleh his. Kondisi
wanita berpanggul sempit menjadi salah satu faktor yang menghambat kelahiran normal dan
tidak bisa dibicarakan secara terpisah dengan persalinan. Untuk mengatasi kesulitan persalinan
akibat kelainan panggul ini adalah dengan proses persalinan percobaan, persalinan normal dan
bedah cesar. Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat
berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum,
ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin
dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian
perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan
fraktur pada os parietalis. Maka dari itu untuk mengetahui panggul sempit pada ibu maka
dilakukan pengukuran panggul dengan pelvimetri. Jadi pelvimetri dapat digunakan sebagai alat
untuk menegakkan diagnosis panggul sempit dan perlu prediktor lain yang menyokong kearah
diagnosa panggul sempit yaitu diantaranya adalah ukuran panjang telapak kaki. Menurut
pendapat Henri ginting, bahwa wanita dengan panjang telapak kaki <22cm memiliki proporsi
panggul sempit yang lebih besar dibandingkan dengan wanita yang panjang panjang telapak
kaki nya ≥22cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahmood A.Tahir dkk yang menyatakan
bahwa ukuran sepatu bukanlah prediktor klinis untuk meramalkan disproporsi sefalopelvik;
tetapi berlawanan dengan pendapat Kennedy dan Greenwald dkk yang menyatakan bahwa
ukuran sepatu kecil (<4,5) atau panjang telapak kaki yang kecil lebih mungkin persalinannya
mengalami komplikasi disproporsi sefalopelvik atau terhentinya dilatasi dan penurunan janin,
dengan demikian lebih mungkin mengalami panggul sempit.
17
DAFTAR PUSTAKA
18