You are on page 1of 13

KEPERAWATAN DEWASA 1

KANKER NASOFARING

DosenPengampu: Ns. NurIsnaeni, S.Kep, M.Kep.

DisusunOleh:

1. WiwikDwiyani 1411020108
2. Arifah Dias Rahmalia 1611020004
3. IthiaraRiadini 1611020005
4. Rani Marlina 1611020006
5. Ari Krisna D. 1611020055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO PURWOKERTO

2017
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

A. DEFINISI .............................................................................................................................................. 1
B. ANATOMI FISIOLOGI ..................................................................................................................... 2
C. TANDA DAN GEJALA ..................................................................................................................... 3
D. ETIOLOGI............................................................................................................................................ 4
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ...................................................................................................... 5
F. PATOFISIOLOGI ............................................................................................................................... 5
G. PATHWAY .......................................................................................................................................... 6
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................................... 8
I. INTERVENSI KEPERAWATAN .................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
diantara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring temasuk dalam lima
besar tumor ganas, dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks uteri, tumor
payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan di daerah kepala dan leher
menduduki tempat pertama (KNF mendapat persentase hampir 60% dari tumor di daerah
kepala dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring 16%, dan tumor
ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah).
Santoso (1988) mendapatkan jumlah 716 (8,46%) penderita KNF berdasarkan data
patologi yang diperoleh di Laboratorium Patologi anatomi FK Unair Surabaya (1973-1976)
diantara 8463 kasus keganasan diseluruh tubuh. Di bagiam THT Semarang mendapatkan 127
kasus KNF dari tahun 2000-2002. Survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada
tahun 1980 secara “pathology based” mendapatkan angka pravalensi karsinoma nasofaring
4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7000-8000 kasus per tahun diseluruh Indonesia.
Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu masalah,
hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak
nasofaring yang tersembunyi, dan tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli
sehingga diagnosis sering terlambat, dengan ditemukannya metastasis pada leher sebagai
gejala pertama. Dengan makin terlambatnya diagnosis maka prognosis (angka bertahan hidup
5 tahun) semakin buruk.
Dengan melihat hal tersebut, diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
berperan dalam pencegahan, deteksi diri, terapi maupun rehabilitasi dari karsinoma
nasofaring ini. Penulis berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk
dipahami melalui tinjauan pustaka dalam referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien dengan karsinoma nasofaring ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan karsinoma nasofaring
Tujuan Khusus

1. Memahami definisi Canasofaring


2. Mengetahui penyebab dari Canasofaring.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Canasofaring
4. Mengetahui proses terjadinya Canasofaring.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada Canasofaring.
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Canasofaring
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari epitel


nasofaring.Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller dan dapat meluas ke hidung,
tenggorok, serta dasar tengkorak. (Munir, 2010)

Karsinoma nasofaring merupakan sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel epitelial-
batas permukaan badan internal dan external sel di daerah nasofaring. (American Cancer Society,
2011).

Karsinoma nasofaring merupakan penyakit keganasan (kanker) sel yang terbentuk di


jaringan nasofaring,yang merupakan bagian atas pharynx(tengorokan), di belakang
hidung. Pharynx merupakan sebuah lembah yang berbentuk tabung dengan panjang 5 inchi
dimulai dari belakang hidung dan berakhir di atas trakea dan esofagus.Udara dan makanan
melawati pharynx. Karsinoma nasofaring paling sering bermula pada sel skuamos yang melapisi
nasofaring.(National Cancer Institute, 2011.

B. EPIDEMIOLOGI
KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita di bawah
usia 20 tahun dan usia terbanyak antara 45 – 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan
perbandingan antara 2 – 3 : 1. Kanker nasofaring tidak umum dijumpai di Amerika Serikat dan
dilaporkan bahwa kejadian tumor ini di Amerika Syarikat adalah kurang dari 1 dalam 100.000
(Nasional Cancer Institute, 2009).
Disebahagian provinsi di Cina, dijumpai kasus KNF yang cukup tinggi yaitu 15-30 per 100.000
penduduk. Selain itu, di Cina Selatan khususnya Hong Kong dan Guangzhou,dilaporkan
sebanyak 10-150 kasus per 100.000 orang per tahun.Insiden tetap tinggi untuk keturunan yang
berasal Cina Selatan yang hidup di negara-negara lain. Hal ini menunjukkan
sebuahkecenderungan untuk penyakit ini apabila dikombinasikan dengan lingkungan pemicu
(Fuda Cancer Hospital Guangzhou, 2002 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
Di Indonesia,KNF menempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor ganas yang terdapat di seluruh
tubuh dan menempati urutan ke -1 di bidang Telinga , Hidung dan Tenggorok (THT). Hampir
60% tumor ganas kepala dan leher merupakan KNF (Nasir, 2009). Dari data Departemen
Kesehatan, tahun 1980 menunjukan prevalensi 4,7 per 100.000 atau diperkirakan 7.000-8.000
kasus per tahun (Punagi,2007). Dari data laporan profil KNF di Rumah Sakit Pendidikan
Fakultas Kedokteran Universitas
Universitas Sumatera Utara
Hasanuddin Makassar ,periode Januari 2000 sampai Juni 2001 didapatkan 33% dari
keganasan di bidang THT adalah KNF. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2002 -2007
ditemukan 684 penderita KNF.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah
dorsal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak
bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang
dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
Atas : Basis kranii.
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
D. TANDA DAN GEJALA
Ciri-ciri atau Tanda-tanda kanker nasofaring yang dapat kita amati yaitu kesulitan
bernapas karena penyempitan pada daerah nasofaring, tentunya juga gangguan berbicara
dengan produksi suara yang terdengar sengau, selain itu bisa juga terdapat gangguan
pendengaran. Selain gejala utama kanker nasofaring diatas, cermati juga tanda-tanada berikut
ini :

1. Terdapat benjolan di hidung atau leher.


2. Sakit tenggorokan.
3. Kesulitan bernapas atau berbicara termasuk suara serak
4. Mimisan atau keluar darah dari hidung (epistaksis)
5. Gangguan pendengaran
6. Infeksi telinga yang terus datang kembali
7. Nyeri pada telinga atau telinga berdenging Sakit kepala
8. Pandangan kabur atau ganda
9. Wajah nyeri atau mati rasa
10. Hidung tersumbat

Gejala kanker nasofaring :

1. Epitaksis,ini adalah suatu kondisi mimisan atau pendarahan hidung tapi masih dalam
tahap yang ringan dan ini merupakan gejala dini akan kanker nasofaring. Terkadang
mimisan tak dianggap serius karena seseorang yang mimisan selalu dianggap sedang
memiliki ketahanan tubuh yang rendah atau sedang terlalu lelah. Memang kebanyakan
orang yang mengalami mimisan adalah mereka yang berkegiatan padat sehingga tubuh
menjadi kurang stamina sehingga pendarahan dapat terjadi di bagian hidung.
2. Benjolan di Leher,segala benjolan perlu diwaspadai, bahkan ketika muncul benjolan pada
bagian leher. Sebagian orang yang memiliki benjolan di bagian tubuh tertentu tanpa rasa
sakit selalu berpikir bahwa benjolan tersebut masih tergolong aman. Benjolan pada leher
inipun tak akan menimbulkan rasa sakit, tapi bila sudah tahu bahwa ini salah satu gejala
kanker nasofaring, hendaknya segera diperiksakan ke dokter untuk memastikan benar
tidaknya benjolan tersebut ada kaitannya dengan kanker nasofaring. Benjolan perlu
dicurigai apabila terasa aneh dan tak wajar meski tak sakit maupun terasa gatal karena
bisa saja itu menjadi bakal tumor.
3. Diplopi,Diplopi ini merupakan sebuah kondisi yang ada kaitannya dengan penglihatan
kita. Penglihatan yang mengabur atau mengganda bisa jadi bukan sekadar masalah mata
biasa. Ketika kita melihat adanya dua bayangan secara tiba-tiba padahal sebelumnya tak
ada masalah dengan mata kita, perlu dicurigai bahwa ini merupakan salah satu gejala dini
kanker nasofaring.
4. Hidung Tersumbat,Mirip seperti gejala flu, tentu salah satu gejalanya ada juga hidung
tersumbat. Biasanya hidung yang tersumbat atau mampet terjadi ketika kita mengalami
flu atau paling tidak ketika kita berada di suatu tempat berudara sangat dingin. Namun
jika tidak masuk dalam kategori keduanya, kita patut lebih waspada karena penyumbatan
di hidung bisa berarti kanker. Lihat dan rasakan juga apakah hidung tersumbat disertai
dengan gejala-gejala lainnya yang telah disebutkan sehingga kita bisa makin mantap dan
yakin untuk cepat-cepat ke dokter untuk proses diagnosa.
5. Telinga Mendenging Sebelah,Telinga berdenging tampaknya bukan suatu hal yang buruk
karena terkadang kita akan mengalaminya, tapi kalau hanya sebelah apakah ini masih
terbilang normal? Dalam frekuensi yang cukup sering dan kita mulai terasa terganggu
dengan dengingannya, kita wajib waspada akan kanker nasofaring yang kiranya tengah
kita idap. Memeriksakan diri di awal gejala akan meringankan perawatan dan akan lebih
mudah ditangani sampai tuntas.
6. Benjolan pada Hidung,Selain adanya benjolan di leher yang perlu diwaspadai, apabila
ditemukan dan dirasakan adanya benjolan di hidung juga kita wajib mengatasinya segera.
Benjolan yang kelihatannya beda dari sekadar benjolan digigit serangga dan
menyebabkan ketidaknyamanan, sebaiknya perlu diperiksakan agar tidak berkembang
menjadi lebih serius. Benjolan biasanya adalah tanda dari eksistensi sebuah tumor, maka
tak salah bila kita pergi ke dokter untuk diagnosa awal.
7. Sakit Tenggorokan,Gejala lainnya yang memang mirip dengan gejala flu adalah
tenggorokan yang mulai terasa sakit seperti akan radang dan juga batuk. Bila hidung
tersumbat disertai dengan rasa sakit di tenggorokan, tak salah memang bila kita
menduganya sebagai sebuah kondisi flu ringan. Namun jangan tenang-tenang saja kalau
muncul juga gejala lainnya karena kanker nasofaring bisa saja tengah menggerogoti kita.
8. Suara Serak, Ciri atau tanda berikutnya yang tak jauh beda juga dari gejala flu adalah
suara yang tadinya jernih menjadi lebih serak. Hal ini biasanya bisa saja terjadi
dikarenakan adanya rasa sakit pada tenggorokan yang kemudian otomatis mengubah
suara kita menjadi agak serak. Karena hal ini begitu umum dan bisa terjadi pada siapa
saja kapan saja, tentu sulit untuk mendeteksi bahwa memang kanker nasofaringlah yang
menyebabkan munculnya ciri seperti ini.
9. Sakit Kepala,Masih sama seperti flu, rasa pusing pun pasti dialami oleh setiap kita ketika
sedang flu. Oleh sebab itu, bila tak melihat serta mempertimbangkan adanya gejala lain,
tentu kita akan menduganya sebagai suatu kondisi yang ringan. Jangan remehkan sakit
kepala karena keadaan ini bisa menjadi awal dari berbagai penyakit serius, tak terkecuali
kanker nasofaring.
10. Sulit Bernapas,Karena hidung tersumbat, otomatis kita pun akan mengalami kesulitan
dalam bernapas dan hal ini tak dapat dianggap enteng bila memang ada gejala lainnya
yang terjadi. Kalau ada gejala abnormal lainnya yang kiranya tak biasa dan
mencurigakan, periksakan untuk mengetahui benar tidaknya ini gejala flu biasa atau
kanker nasofaring.
11. Infeksi Telinga Terus Terjadi,Infeksi pada bagian telinga sebaiknya tak dianggap enteng
apalagi kalau terjadi secara terus-menerus dan sering. Telinga yang berdenging,
khususnya diikuti dengan rasa nyeri dapat juga menandakan adanya ketidakberesan di
indera pendengaran kita. Infeksi yang bisa datang kembali secara sering perlu mendapat
penanganan segera agar tak telanjur menjadi lebih parah.
12. Wajah Mati Rasa,Pada tahap yang sudah lebih parah, gejala kanker nasofaring yang bisa
dialami oleh penderita adalah wajah yang tiba-tiba mati rasa. Namun terkadang ada juga
yang merasakan wajahnya menjadi nyeri sehingga tak nyaman. Ketika sudah merasakan
hal semacam ini, segera periksakan untuk memperoleh penanganan yang cepat dan tepat
sebab memang pada gejala ini dicurigai sel kanker telah menyebar.
E. ETIOLOGI
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan,
lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor geografis, rasial,
jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi
kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi
sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah:
1. Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)
Paparan dari virus satu ini mampu menaikkan risiko terkena kanker nasofaring dan kabar
buruknya adalah bahwa virus ini ada di mana-mana yang bahkan ada juga di udara bebas
sehingga mudah bagi seseorang untuk terserang virus ini.Namun kabar baiknya, tak
seluruh virus di udara bisa menjadi kanker karena memang ada faktor-faktor tertentu
lainnya yang bisa memicu virus ini menjadi sebuah kanker. Virus ini pada dasarnya
bersarang di nasofaring tapi ia akan diam atau tidur di sana sehingga aman ketika tak ada
faktor pemicu berbahaya lain.
2. Pola makan tak sehat
Pola makan tidak seimbang, tidak teratur, dan tidak sehat bukan hanya dapat menaikkan
potensi kita mengalami tekanan darah tinggi yang diikuti juga dengan kolesterol tinggi,
belum lagi stroke, asam urat, penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Kanker
seperti kanker nasofaring juga dapat dipicu dari seringnya makan ikan asin serta
mengonsumsi makanan-makanan yang telah melalui proses fermentasi dan pengasapan.
Mengonsumsi minuman beralkohol juga adalah kebiasaan buruk penyebab kanker.Perlu
diingat, memasak dengan kayu juga menjadi faktor risiko kanker nasofaring.
3. Pola hidup tak sehat
Selain pola makan, pola hidup yang kurang sehat pun dapat menjadi peningkat peluang
kita mengalami kanker nasofaring. Contoh pola hidup kurang sehat adalah seringnya kita
terpapar polusi, asap rokok atau asap dari kendaraan tanpa pencegahan apapun seperti
memakai masker atau pelindung lainnya. Pola hidup seperti kebiasaan merokok
merupakan kebiasaan buruk yang juga mampu menyebabkan kanker, termasuk juga
kanker nasofaring.
4. Faktor genetik
Untuk penderita kanker nasofaring, ras Mongoloidlah yang rupanya paling banyak dan
sering mengidap penyakit satu ini. Gen tertentu adalah faktor yang bisa meningkatkan
peluang seseorang mengalami kanker nasofaring.
5. Faktor agama dan pekerjaan
Dari segi keagamaan, bisa saja seseorang terkena kanker nasofaring apabila ia dalam
kegiatan keagamaannya terlalu sering terpapar asap menyan dan dupa. Selain itu, bagi
yang memiliki pekerjaan di pabrik, tentu paparan bahan kimia industri, gas, serbuk kayu,
formaldehida serta peleburan besi tak akan dapat terhindarkan. Untuk jangka panjang hal
ini tak akan bisa ditolerir karena efeknya akan semakin buruk bagi alat pernapasan kita.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor
sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
b. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
c. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10
%.
d. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.

G. PATOFISIOLOGI

Sudah hampir dipastikan kanker nasofaring disebabkan oleh Virus Eipstein Barr. Hal
ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada penderita kanker
nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu yang berfungsi
untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus didalam sel host. Protein
tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A
dan LMP-2B. EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan dalam mempertahankan genom
virus. EBV tersebut mampu aktif dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta
pemaparan zat-zat karsinogen yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang
tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1). Hal
inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama pada
fossa Rossenmuller.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis
ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Kanker ini lebih sering ditemukan pada
pria dibanding wanita dengan rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan
pasti, mungkin ada hubugannya dengan faktor genetic, kebebasan hidup, pekerjaan dan lain-lain.
Karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom penyumbatan tuba dengan tuli konduktif sebagai
keluhan. Perluasan infiltratif karsinoma nasofaring berikutnya membangkitkan perdarahan dan
penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. Setelah itu, pada tahap berikutnya dapat
timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar (paralisis okular). Untuk mencapai
diagnosis harus melaksanakan Pemerksaan fisik maupun Pemeriksaan Diagnostik diantaranya
CT Scan, MRI, dll. Pada Karsinoma nasofaring biasanya dilakukan pengobatan Radioterapi
maupun Kemoterapi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang Karsinoma
Nasofaring yang sangat berbahaya. Lalu dapat mendeteksi awal terhadap gejala karsinoma
nasofaring karena seringkali penderita karsinoma nasofaring terdeteksi pada stadium lanjut. Dan
bagi pembaca yang berprofesi sebagai perawat atau tenaga medis lainnya agar lebih memahami
tentang Karsinoma Nasofaring sehingga dapat lebih memahami kebutuhan klien, memberi
motivasi, memberi pengetahuan, dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Herdman T. Heather, dkk. 2015. Bukusakudiagnosakeperawatan. Edisi 10. Jakarta:


Bukukedokteran EGC.
2. Moorhed Sue, dkk. 2013. Nursing Outcames Classification (NOC). Edisi 5. Jakarta:
Elsevier.
3. Bluechek M. Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Jakarta: Elsevier.
4. BurnnerSuddrat. 2002. Bukuajarkeperawatan medical bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC

You might also like