You are on page 1of 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN ANALISIS


KLOROFIL-A

Disusun Oleh :
Kelompok 13/ Kelas A
Zaza Zakiyya Toha 230110150033
Hana Septiani S 230110150033
Faizal Chandra 230110150055
Benedikta Prasiwi 230110150099

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produktivitas primer merupakan laju penambatan energy yang dilakukan oleh
produsen. Menurut Campbell (2002), Produktivitas primer menunjukkan Jumlah
energy cahaya yang diubah menjadi energy kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama
suatu periode waktu tertentu. Total produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas
primer kotor (gross primary productivity, GPP). Tidak semua hasil produktivitas ini
disimpan sebagai bahan organik pada tubuh organisme produsen atau pada tumbuhan
yang sedang tumbuh, karena organisme tersebut menggunakan sebagian molekul
tersebut sebagai bahan bakar organic dalam respirasinya. Dengan demikian,
Produktivitas primer bersih (net primary productivity, NPP) sama dengan produktivitas
primer kotor dikurangi energy yang digunakan oleh produsen untuk respirasi (Rs):
Produktivitas primer suatu perairan dapat diukur dengan menggunakan
pendugaan berupa analisis klorofil-a. Konsentrasi klorofil- a suatu perairan sangat
tergantung pada ketersediaan nutrient dan intensitas cahaya matahari produktivitas
primer di suatu perairan adalah fitoplankton karena fitoplankton memiliki kandungan
klorofil a yang cukup besar.!ingginya konsentrasi klorofi la disebabkan karena
terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan perairan melalui berbagai prosss
dinamika massa air"diantaranya turn over (pada danau)" percampuran vertikal massa air
serta pola pergerakan masa air yang membawa massa air kaya nutrien dari perairan
sekitarnya.
1.2 Tujuan
Untuk menghitung konsentrasi kloroil-a dari sampel fitoplanktin yang diambil
dari satu perairan
1.3 Manfaat
Dapat menghitung konsentrasi klorofil a dari sampel fitoplankton yang diambil
dari suatu perairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 klorofil-a
Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai
peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan yang dapat
digunakan sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di suatu wilayah dari gambaran
siklus rantai makanan yang terjadi di lautan.
Konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan sangat tergantung pada ketersediaan
nutrien dan intensitass cahaya matahari. Bila nutrien dan intensitas matahari cukup
tersedia,maka konsentrasi klorofil-a akan tinggi dan sebaliknya. Kajian Simon
Tubalawony (2007) dalam penelitian berjudul klorofil-a dan nutrien serta interelasinya
dengan dinamika massa air di perairan barat Sumatera dan selatan Jawa-Sumbawa,
menyebutkan bahwa perairan di daerah tropis umunya memiliki konsentrasi klorofil-a
yang rendah karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi kolom perairan akibat
pemanasan permukaan perairan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Namun
berdasarkan pola sebaran klorofil-a secara musiman dan spasial, di beberapa bagian
perairan dijumpai konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi yang disebabkan karena
terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan perairan melalui proses
dinamika massa air, di antaranya upwelling, percampuran vertikal serta pola pergerakan
massa air yang membawa massa air kaya nutrien dari perairan sekitarnya
Pengukuran klorofil sangat penting dilakukan karena kadar klorofil dalam suatu
volume air laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan yang terdapat
dalam air laut tersebut. Klorofil dapat diukur dengan memanfaatkan sifatnya yang dapat
berpijar bila dirangsang dengan panjang gelombang cahaya tertentu atau mengekstraksi
klorofil dari tumbuhan dengan menggunakan aseton untuk menghitung produktivitas
primernya. Informasi mengenai klorofil-a fitoplankton di perairan Sungsang masih
sangat terbatas dan belum pernah diteliti sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut perlu
dilakukan penelitian mengenai kandungan klorofil-a serta hubungan dengan parameter
lingkungan diperairan Sungsang.
Kandungan pigmen fotosintesis (terutama klorofil-a) dalam air sampel
menggambarkan biomassa fitoplankton dalam suatu perairan. Klorofil-a merupakan
pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta semua organisme autotrof dan
merupakan pigmen yang terlibat langsung (pigmen aktif) dalam proses fotosintesis.
Jumlah klorofil-a pada setiap individu fitoplankton tergantung pada jenis fitoplankton,
oleh karena itu komposisi jenis fitoplankton sangat berpengaruh terhadap kandungan
klorofil-a di perairan (Arifin, 2009). Dengan Demikian, nilai kosentrasi atau kandungan
klorofil-a pada fitoplankton dipengaruhi oleh faktor fisika- kimia perairan lainnya serta
faktor biologi. Sampai sejauh ini informasi mengenai hubungan kandungan klorofil-a
pada fitoplankton terhadap parameter fisika- kimia perairan di Teluk Tanjungpinang
Kepulauan Riau masih belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian di lokasi
tersebut.

2.2 Distribusi klorofil-a diperairan


Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil sangat terkait dengan kondisi oseanografis
suatu perairan, (Mann dan Lazier, 1991). Berdasarkan pola persebaran klorofil-a secara musiman
maupun spasial, dibeberapa bagian perairan dijumpai kosentrasinya yang cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan perairan melalui berbagai
proses dinamika massa air, diantaranya upwelling atau turn over, percampuran vertikal massa air serta
pola pergerakkan massa air, yangmembawa massa air kaya nutrien dari perairan sekitarnya.
Klorofil-a dipermukaan perairan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan
tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berturut-turut <0,07; 0,07-0,14 dan >0,14 mg/m3 (Hatta,
2001). Kandungan klorofil dengan kisaran 0,07 mg/m3 termasuk rendah, dimana klorofil tersebut sangat
dipengaruhi oleh cahaya, oksigen dan karbohidrat (Legendre 1983).

2.3 Fotosintesis Fitoplankton


Reaksi fotosintesis dapat terjadi pada semua tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil, dan
dengan adanya cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan faktor yang sangat penting bagi
kehidupan fitoplankton. Proses fotosintesis hanya mungkin dapat dilakukan oleh fitoplankton jika
intensitas cahaya matahari mencukupi. Ini berarti fitoplankton sangat membutuhkan cahaya matahari
dalam proses hidupnya. Jeluk air yang ditembus oleh cahaya dan jeluk tempat fotosintesis berlangsung
dipengaruhi oleh penyerapan cahaya dalam kolum air, panjang gelombang cahaya, transparansi,
pantulan dari permukaan air, letak lintang, dan musim. Intensitas cahaya diatas 50 % dan dibawah 50 %
kemelimpahan fitoplankton sangat sedikit. Hal ini akan menyebabkan proses fotosintesis tidak berjalan
dengan maksimal. Ada dua hal yang yang mendukung fenomena ini yaitu, pada intensitas cahaya yang
tinggi, fotosintesis pada alga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena intensitas cahaya yang
tinggi akan merusakkan klorofil, sehingga proses fotosintesis akan mengalami gangguan dan tidak
berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya jika intensitas cahaya sangat rendah, maka proses
fotosintesisnya juga tidak berjalan dengan baik, karena jumlah cahaya yang tidak mencukupi untuk
melakukan proses fotosintesis (Castro dan Huber 2000; Goldman dan Horne 1983; Lionard 2005;
Nybakken 1993).
Menurut Lerman (1986), di perairan samudra intensitas cahaya (sinar biru) dapat masuk sampai
ke kedalaman 100 m. Perairan pantai atau paparan benua intensitas cahaya dapat masuk sampai ke
kedalaman 20 m. Sedangkan di estuari secara umum adalah 1-6 m (Gambar 3). Akan tetapi hal ini juga
sangat berkaitan erat dengan turbiditas estuari tersebut. Semakin tinggi turbiditasnya maka penetrasi
cahaya yang masuk semakin sedikit, begitu juga sebaliknya. Setiap jenis fitoplankton memiliki perbedaan
intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis (Cabrita et al, 1999; Castro dan
Huber 2000; Lerman 1986; Nybakken 1993; Sumich 1999).

2.4 Metode Spektofotometri

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara
spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu
daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik
(I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di
transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi
radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang
mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak
berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer). Spektrofotometri terdiri dari
beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
 Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah cahaya tampak (Visible).
Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang
gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata
manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
 Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan
sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan
lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hydrogen yang merupakan isotop hydrogen yang stabil
terdapat berlimpah dilaut dan didaratan karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka
senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna
bening dan transparan.

 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua
buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang
lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling
banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik
untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau
spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam
daerah UV-terlihat. Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet
(UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara
langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik,
molekul mengalami transisi elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi
berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh
molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.

• Spektrofotometri IR (Infra Red)


Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah. Cahaya
Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri
adalah adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000
mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang
gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum Produktvitas Periaran mengenai pendugaan produktivitas primer
dengan analisis klorofil-a dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya
Periaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Praktikum
berlangsung pada hari Senin, 04 Desember 2017 pukul 09.50 – selesai.
3.2 Alat dan Bahan yang digunakan
3.2.1 Alat yang digunakan
No Nama Alat Fungsi Alat
Untuk menghitung nilai absorbansi nilai
1 Spektofotometer
klorofil-a yang didapat
Untyk menyaring sampel air yang
2 Kertas saring dan corong
akandipisahkan kandungan klorofilnya.
Untuk menghaluskan klorofil yang telah
3 Mortir dan Cawan
tersaring
Untuk mn]engukur volume aseton dan
4 Gelas Ukur
volume klorofil-a yang didapat
Sebagai wadah tempat menampung
5 Tabung reaksi
klorofil-a yang akan diekstrak
Untuk mengambil volume larutan
6 Pipet
(aseton) dalam skala kecil
Membantu memindahkan klorofil-a yang
7 Spatula
telah tersaring ke dalam mortar
8 Centrifuge Untuk mensentrifugasi sampel klorofil
Untuk menampung sampel air yang telah
9 Labu erlenmeyer
terpisah dari kandungan klorofil
3.2.2 Bahan yang digunakan
NO Nama Bahan Fungsi Bahan
1 Sampel Air Sebagai bahan yang akan dianalisis
kandungan klorofilnya
2 Aseton 90% Sebagai pelarut agar klorofil yang telah
tersaring tidak kering

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Yang berhunungan dengan spektofotometer
Dihidupkan Alat Spektofotometer

Dibiarkan selama 15 menit (tidak boleh kurang)

Diatur
Diatur panjang
panjang gelombang pada 750
gelombang pada 750 nm
nm

Diisi
Diisi cuvet
cuvet dengan
dengan aceton
aceton 90%,
90%, kemudian
kemudian masukan
masukan ke
ke dalam cuvet lalu
dalam cuvet tutup
lalu tutup

Diset
Diset Absorbance
Absorbance pada
pada angka
angka 000,
000, biarkan
biarkan beberapa
beberapa saat
saat sampai terlihat stabi;
sampai terlihat stabi;

Dipindahlan
Dipindahlan ke
ke transmitance
transmitance dan
dan pembacaan
pembacaan harus
harus sampai
sampai 100
100

Spektofotometri
Spektofotometri siap
siap untuk
untuk dipakai
dipakai

Setiap penggantian panjang gelombang, langkah 4,5 dan 6 dilakukan ulang

3.3.2 Yang berhubungan dengan sampel


Diambil Sampel air dari badan air sebanyak 1l dan masukan kedalam botol sampe;

Disaring sampel menggunakan kertas saring

Dipindahkan ekstark yang sudah disaring ke cawan dengan menggunakan spatula

Digerus ekstark menggunakan kortir hingga halus dan diencerkan menggunakana seton 10 ml

Disentrifuge hasil gerusan selama 15-20 menit dengan putaran 3000-4000 rpm sampai material tersuspensi mengendap

Dipindahkan supernatan dalam tabung reaksu dan siap diukur

Dimasukan sampel dalam cuvet dan dibaca nilai absorbancenya dengan panjang gelombang 750mm

Setelah sampel selesai diukur, ubah panjang gelombang pada 665,645 dan 630nm. dan set transmittance pada angka 100 dan absorbanceUkur transmittance scope pada
panjang gelombang tersebut

3.4 Analisis perhitungan


3.4.1 Perhitungan Klorofil-a
Dari data yang diperoleh nilai konsentrasi klorofil-a berdasarkan rumus dibuku
Vollenweider (1974)

Klorofil-a = Ca.(v/V.L)

Ca Diperoleh dari persamaan : 11,6 D665 – 1,31 D645 – 0,14 D630


Dimana :
v = Volume aseton yang digunakan (ml)
V = Volume air yang tersaring untuk diektrak (L)
L = Panjang cuvet (cm)
D665 = Optikan density pada panjang gelombang 665 nm
D645 = Optikan density pada panjang gelombang 645 nm
D630 = Optikan density pada panjang gelombang 630nm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Hasil Spektofotometer
Kelompok : 13
Kelas : Perikanan A
Laboratorium : Manajemen Sumberdaya Perairan
Tabel 1. Data Nilai absorbance dan konsentrasi kelompok
Panjang Nilai Absorbance Nilai Klorofil-a
Kelompok
Gelombang (A) (Mg/Ml)
665 nm 0,098
13 645 nm 0,085 2,55 mg/l
630 nm 0,082

Ca = 11,6 x D665 – 1,31 x D645 – 0,14 x D630


= 11,6 (0,098A) – 1,31 (0,085A) – 0,14 (0,082A)
= 1,14 – 0,11 – 0,01
= 1,02

v
Klorofil-a = Ca ( )
V .L
10
= 1,02 ( ¿
1.4
= 1,02 x 2,5
= 2,55 mg/l
Tabel Data Hasil Pengukuran Laboratorium kelas A
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Spektofotometer

You might also like