You are on page 1of 10

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume III No 1 Oktober 2014


ISSN: 2302-3600

HISTOPATOLOGI ORGAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)


DENGAN INFEKSI Vibrio alginolyticus DAN JINTAN HITAM
(Nigella sativa) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN

*† ‡ ‡
Ahmad Fauzy , Tarsim dan Agus Setyawan

ABSTRAK

Efektifitas jintan hitam (Nigella sativa) sebagai imunostimulan untuk ikan yang
diinfeksi Vibrio alginolyticus dapat diamati melalui profil histopatologi. V.
alginolyticus merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian pada budidaya
kakap putih (Lates calcarifer). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
pemberian jintan hitam terhadap kakap putih yang diuji tantang dengan bakteri V.
alginolyticus melalui pengamatan profil histopatologisnya. Penelitian ini terdiri dari
empat perlakuan yaitu pemberian 0%; 2,5%; 5% dan 7,5% jintan hitam/kg pakan.
Gambaran histopatologi yang diamati adalah ukuran sel, warna, dan kerusakan
jaringan seperti penumpukan zat besi pada pembuluh darah (hemosiderin), nekrosis,
hipertropi, sel-sel yang lisis, dan infiltrasi jaringan ikat.Tingkat kerusakan jaringan
dinilai berdasarkan jumlah kerusakan yang ditemukan pada jaringan tersebut, dengan
kisaran nilai 0 hingga 5. Penilaian pada tiap perlakuan diperoleh dari nilai rata-rata
tingkat kerusakan jaringan. Berdasarkan tingkat kerusakan jaringan pada profil
histopatologi menunjukkan hasil yang berbeda. Tingkat kerusakan jaringan pada
penambahan 7,5%; 5% dan 2,5% jintan hitam pada pakan secara berturut-turut adalah
0,333; 0,733 dan 1,267. Penambahan 0% jintan hitam dalam pakan menunjukkan
tingkat kerusakan jaringan tertinggi dengan nilai1,867. Berdasarkan pengamatan
profil histopatologis, penambahan 7,5% jintan hitam dalam pakan efektif sebagai
imunostimulan kakap putih dalam mencegah infeksi V. alginolyticus tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan ikan.

Kata kunci: imunostimulan, herbal, organ, jaringan, vibriosis

Pendahuluan adalah infeksi penyakit bakterial. Jenis


Proses budidaya kakap putih (Lates
bakteri yang sering menyerang kakap
putih adalah Vibrio alginolyticus
calcarifer) mengalami berbagai macam
(Novriadi, 2010). Penanganan penyakit
kendala. Salah satu masalah yang sering
jenis bakteri dapat diberi antibiotik,
timbul dalam budidaya kakap putih
namun penggunaan antibiotik dapat
*
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

Surel korespondensi:ahmadfauzy92@gmail.com

Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung
Alamat: Jl.Prof.S.Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


320 Histopatologi Organ Kakap Putih

menyebabkan resistensi pada bakteri diberikan (0%, 2,5%, 5%, dan 7,5%)
dan residunya berbahaya untuk (Akbar dkk., 2002). Pemberian jintan
manusia. Oleh karena itu,berbagai hitam dilakukan selama 38 hari
bahan herbal digunakan dalam pemeliharaan ditambah 7 hari masa uji
pencegahan penyakit jenis bakterial. tantang menggunakan Vibrio
Bahan herbal difungsikan dalam alginolyticus.
memicu sistem imun non spesifik ikan Isolat murni bakteri V. alginolyticus
sehingga mampu menahan serangan diperoleh dari BBPBL Lampung. Uji
akibat bakteri.Salah satu bahan alami tantang dilakukan dengan
yang digunakan untuk pencegahan menginfeksikan ikan uji dengan bakteri
penyakit ini adalah ekstrak jintan hitam V. alginolyticus sebanyak 0,1 ml/ikan,
(Nigella sativa) (Permata, 2009). injeksi secara intra peritoneal (i.p).
Manfaat dari jintan hitam telah banyak setelah diinfeksi, ikan diamati gejala
dikenal masyarakat antara lain sebagai abnormal yang muncul sebelum ikan
anti parasit, anti mikroba, anti mengalami kematian. Selanjutnya ikan
inflamasi, memperbaiki fungsi hepar dinekropsi untuk dibuat preparat
dan ginjal, mengobati gangguan histopatologi (Genten et al., 2009)
pernafasan dan pencernaan, serta dapat kemudian diamati perubahan struktur
digunakan untuk meningkatkan sistem jaringan pada ikan uji (Eroschenko,
kekebalan tubuh (Permata, 2009). 2002).
Kandungan kimia yang dominan Efektifitas immunostimulan jintan
terkandung pada tanaman ini adalah hitam terhadap bakteri V.alginolyticus
thymoquinon yang salah satu fungsinya dapat diamati melalui profil
adalah sebagai hepatoprotektor. histopatologi dengan membandingkan
Jintan hitam sebagai immunostimulan ikan yang diinfeksi V.alginolyticus saja,
terhadap bakteri V.alginolyticus dapat diberi jintan hitam saja, dan kombinasi
diamati melalui profil histopatologi keduanya. Proses analisis data
dengan membandingkan ikan yang dilakukan dengan membandingkan
diinfeksi V.alginolyticus, diberi jintan profil histologi ikan dengan dan tanpa
hitam, dan kombinasi keduanya. Oleh perlakuan. Gambaran histopatologis
karena itu perlunya kajian mengenai yang diamati adalah ukuran sel, warna,
aplikasi jintan hitam sebagai dan kerusakan jaringan seperti
imunostimulan ikan dalam menghambat penumpukan zat besi pada pembuluh
pertumbuhan bakteri Vibrio darah (hemosiderin), nekrosis,
alginolyticus. hipertropi, sel-sel yang lisis, dan
Bahan dan Metode infiltrasi jaringan ikat. Penilaian tingkat
kerusakan jaringan diperoleh dari jumlah
Penelitian ini dilaksanakan pada
jenis kerusakan yang terjadi pada setiap
Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar
jaringan (Eroschenko, 2002). Tingkat
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
kerusakan diperileh dari gambar jaringan
Lampung. Penelitian ini terdiri dari 4
yang diambil melalui mikroskop dengan
perlakuan dimana setiap bak perlakuan
perbesaran 40 kali (Genten et al., 2009).
terdiri dari 15 ekor kakap putih
berukuran 10 cm. Perlakuan yang
diberikan yaitu konsentrasi jintan hitam
yang berbeda tiap berat (kg) pakan yang

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


Ahmad Fauzi, Tarsim, Agus setyawan 321

Hasil dan Pembahasan masing-masing perlakuan. Dengan


Perubahan tingkah laku terjadi setelah penambahan jintan hitam 0% rata-rata
diinjeksi dengan V. alginolyticus (Tabel tingkat kerusakan jaringan sebesar
1). Pemeriksaan gejala klinis dilakukan 1,876 artinya tanpa pemberian jintan
hitam, kakap putih yang diinjeksi V.
setelah ikan uji diinjeksi V.
alginolyticus mengalami kerusakan
alginolyticus (uji tantang) yaitu pada
terparah.
hari ke-38 selama masa pemeliharaan.
Pemeriksaan dilakukan secara intensif Komponen utama jintan hitam yaitu
karena dikhawatirkan gejala yang thymoquinone mampu menghambat
terjadi menyebabkan kematian pada pembentukan asam nukleat (RNA) dan
ikan dan tidak dapat dilakukan nekropsi sintesis protein dari V.alginolyticus.
Selain itu thymoquinone menyebabkan
guna pengamatan secara
tidak aktifnya protein bakteri dengan
mikroskopisnya.Gejala klinis pada ikan
mulai timbul pada hari ke-3 setelah membentuk kompleks inversibel
injeksi.Perubahan tingkah laku ikan dengan asam amino nukleofilik
berupa produksi lendir berlebih yang sehingga protein kehilangan fungsinya.
menyebabkan air dalam bak Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini
pemeliharaan berubah keruh. Selain itu bahwa penambahan jintan hitam 7,5%
ikan juga sering berdiam diri di dasar dapat meningkatkan imunitas kakap
dan melakukan gerakan refleks putih karena infeksi V.alginolyticus
berlebihan yang menyebabkan ikan hanya menyebabkan kerusakan rata-
sering membentur dinding bak, gerakan rata 0,333. Sedangkan tanpa pemberian
refleks ikan terjadi akibat adanya jintan hitam, tingkat kerusakan
gerakan lain diluar bak (aktifitas mencapai 1,867.
penguji saat mengamati, beraktifitas di V. alginolyticus menyerang ikan dari
sekitar bak, atau memberi pakan pada bagian lendir (mucus) yang diproduksi
ikan). Gejala paling parah yang oleh tubuh karena lendir dapat menjadi
ditimbulkan ikan yaitu adanya luka media yang baik untuk perkembangan
(nekrosis) berwarna kemerahan pada koloni bakteri (Fahri, 2009).
bagian tubuh ikan dekat linea lateralis. Selanjutnya bakteri masuk ke dalam
Tingkat kerusakan jaringan tiap tubuh melalui sistem peredaran untuk
perlakuan dan tiap organ dalam satu mengambil proetin yang dibutuhkan
perlakuan berbeda-beda hasilnya (Tabel oleh bakteri. Sistem peredaran darah
2; Gambar 1). Kerusakan pada masing- bermuara di ginjal yang berfungsi
masing penambahan jintan hitam 7,5% sebagai penyaring (filter) darah yang
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan akan dedarkan ke seluruh tubuh. Oleh
tingkat kerusakan yang terjadi pada karena itu ginjal menjadi organ target
bagi V.alginolyticus.

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


320 Histopatologi Organ Kakap Putih

Tabel 1.Perubahan makroskopis dan kematian kakap putih (Lates calcarifer)


setelah diinjeksi dengan Vibrio alginolyticus selama 7 hari

Penambahan Mulai Mati ∑


sakit Hari Hari Lesi/Gejala
jintan hitam Mati
ke- ke-
0% 3 14 3 Banyak menghasilkan lendir, berdiam di
2,5 % 3 14 3 dasar, dan nafsu makan menurun.

5% 3 14 3 Whirling, banyak menghasilkan lendir,


berdiam di dasar, nafsu makan menurun,
dan terdapat luka di tubuh ikan
Whirling, banyak menghasilkan lendir,
7,5 % 4 14 3 berdiam di dasar, dan nafsu makan
menurun.

Tabel 2. Perbandingan tingkat kerusakan jaringan (Lates calcarifer) setelah


diinjeksi dengan Vibrio alginolyticus.

Penambahan Ulangan Organ Rata-rata


jintan hitam Otak Ginjal Hati Mata Insang
1 0 4 4 0 3
0% 2 0 4 4 0 0 1,867
3 1 3 3 0 2
Rata-rata 0,333 3,667 3,667 0 1,667
1 1 3 2 0 0
2,5% 2 0 3 3 0 0 1,267
3 0 2 3 1 1
Rata-rata 0,333 2,667 2,667 0,333 0,333
1 1 1 1 0 1
5% 2 0 2 2 0 0 0,733
3 0 2 1 0 0
Rata-rata 0,333 1,667 1,333 0 0,333
1 0 0 0 0 0
7,5% 2 0 2 1 0 0 0,333
3 0 1 1 0 0
Rata-rata 0 1 0,667 0 0

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


Ahmad Fauzi, Tarsim, Agus Setyawan 321

Gambar 1. Perbandingan tingkat kerusakan jaringan (Lates calcarifer) setelah


diinjeksi dengan Vibrio alginolyticus.

Perbedaan profil histopatologis organ gejala rusaknya struktur jaringan akibat


ginjal dari masing-masing perlakuan infeksi bakteri V.alginolyticus yang
(Gambar 2). Secara histologi, ginjal menandakan jaringan telah terinfeksi
tersusun dari tubula ginjal atau nephron. pada waktu yang lama. Nekrosis dapat
Ada 2 macam bentuk dari tubulus ini dan dilihat pada gambar A, B, dan C
dikenal dengan istilah renal corpuscle dengan gejala hancurnya struktur
yang berbentuk seperti corong dan jaringan akibat infeksi V.alginolyticus
convoluted corpuscle yang merupakan yang menandakan jaringan telah mati
saluran yang bergulung-gulung. Renal (Gambar 2) (Prince dan Wilson, 2006).
corpuscle tersusun dari kapsula Bowman Kongesti dapat dilihat pada
dan glomerulus (Eroschenko, 2002). penambahan jintan hitam 5% dengan
Histopatologi kontrol positif memiliki gejala munculnya bercak merah pada
struktur tubulus dan glomerulus yang jaringan yang menandakan terjadinya
rapi sedangkan profil histopatologi A peningkatan jumah darah dalam
memiliki struktur tubulus yang hancur jaringan.Pada gambar D tidak terlihat
dan sulit mengenali glomerulus karena adanya kerusakan jaringan dan
jaringan telah rusak akibat infeksi bakteri memiliki struktur jaringan yang rapi
V.alginolyticus (Gambar 2). Infiltrasi bila dibandingkan dengan gambar A, B,
jaringan ikat dapat dilihat pada gambar A dan C (Gambar 2).
dengan

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


322 Histopatologi Organ Kakap Putih

Gambar 2. Perbandingan profil histopatologi ginjal Kakap Putih dengan


pewarnaan H-E perbesaran 400x. Keterangan: 1. Tubulus, 2.
Glomelurus, 3. Infiltrasi Jaringan Ikat, 4. Nekrosis, dan 5. Kongesti.
(Gambar K: Kontrol positif, gambar A: Perlakuan 0%, gambar B:
Perlakuan 2,5%, gambar C: 5% dan gambar D: Perlakuan 7,5%)

V. alginoliticus menyerang ikan secara hemosiderin. Vakuolisasi terbentuk


sistemik dari bagian lendir (mucus) karena terjadinya degenerasi
yang diproduksi oleh tubuh (Fahri, jaringan.Degenerasi merupakan
2009). Selanjutnya bakteri ini masuk perubahan jaringan menjadi bentuk
ke dalam tubuh melalui sistem yang kurang aktif (Tavernarakis and
peredaran darah dan bermuara pada Driscoll, 2001).Vakuolisasi memiliki
organ yang dilalui darah. Salah satu gejala timbulnya seperti ruang kosong
organ vital yang dilalui darah adalah yang memiliki ukuran abnormal
ginjal karena ginjal berfungsi sebagai dibandingkan dengan yang lainnya,
penyaring darah. Kerusakan yang vakuolisasi juga dapat dilihat pada
terjadi pada ginjal sangat parah, hal ini gambar B (Gambar 3). Hemosiderin
dapat dilihat pada gambar dengan memiliki gejala terdapat warna kuning
membandingkan gambar A dengan pada jaringan yang menandakan telah
kontrol positif (Gambar 2). terjadinya perombakan darah secara
Perbedaan profil histopatologi organ hati cepat akibat infeksi bakteri V.
dari masing-masing perlakuan (Gambar alginolyticus, hemosiderin juga dapat
3). Gambaran histologi organ hati dilihat pada gambar A. Pada gambar D
tersusun dari sel-sel hepatosit dan sel tidak terlihat adanya kerusakan
pankreas. Berdasarkan gambar yang jaringan dan memiliki struktur jaringan
diperoleh dapat dilihat bahwa gambaran yang rapi bila dibandingkan dengan
profil histopatologis A terjadi kongesti, gambar A, B, dan C (Gambar 3).
vakuolisasi, infiltrasi jaringan ikat, dan

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


Ahmad Fauzi, Tarsim, Agus Setyawan 323

Gambar 3. Perbandingan profil histopatologi hati Kakap Putih dengan pewarnaan


H-E perbesaran 400x. Keterangan: 1. Sel Pankreas, 2. Sel Hepatosit,
3.kongesti, 4. Hemosiderin, 5. Vakuolisasi, 6. Infiltrasi Jaringan Ikat,
dan 7. Nekrosis. (Gambar K: Kontrol positif, gambar A: Perlakuan
0%, gambar B: Perlakuan 2,5%, gambar C: Perlakuan 5%. dan gambar
D: Perlakuan 7,5%)
Perbedaan profil histopatologis organ tersebut terbungkus oleh selaput
insang terjadi pada setiap perlakuan epidermis yang tipis dan bersifat
pemberian jintan hitam yang berbeda semipermeabel (Genten et al. 2009).
(Gambar 4). Insang berfungsi sebagai Profil histopatologis dengan
alat respirasi pada ikan yang penambahan jintan hitam 0% terjadi
berhubungan langsung dengan nekrosis, hiperplasia,dan rupture epitel
lingkungan luar sehingga berpeluang (Gambar 4). Hiperplasia memiliki
besar terinfeksi penyakit.Insang gejala terjadinya perubahan ukuran sel
tersusun dari lengkung insang, gerigi yang lebih besar dibandingkan ukuran
insang (gill raker) dan tapis insang. sel lainnya, hiperplasia juga dapat
Tapis insang ini tersusun dari lamella dilihat pada gambar C. Ruptur epitel
primer, disepanjang lamella primer memiliki gejala lepasnya epite-lepitel
terdapatlembaran-lembaranhalus insang akibat gangguan yang
lamella sekunder. Lamella sekunder ditimbulkan bakteri V.alginolyticus.
inilah yang berfungsi untuk mengambil Struktur lamela primer dan sekunder
oksigen dari air.Lamella primer gambar D terlihat lebih rapi
tersusun dari sel-sel pilar (pillaster dibandingkan dengan gambar A, B, dan
cells) yang tersusun berjajar dan sel-sel C (Gambar 4).

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


324 Histopatologi Organ Kakap Putih

Gambar 4. Perbandingan profil organ insang Kakap Putih dengan pewarnaan H-E
perbesaran 400x. Keterangan: 1. Lamela Primer, 2. Lamela Sekunder,
3. Nekrosis, 4. Ruptur Epitel, dan 5. Hiperplasia. (Gambar K: Kontrol
positif, gambar A: Perlakuan 0%, gambar B: Perlakuan 2,5%, gambar
C: Perlakuan 5%. dan gambar D: Perlakuan 7,5%)

Kesimpulan Departemen Pertanian. Balai


Budidaya Laut Lampung.
Pemberian jintan hitam 7,5% Lampung. 65 Halaman
meningkatkan imunitas kakap putih Eroschenko, V.P. 2002. Atlas Histologi
yang diinfeksi Vibrio alginolyticus Difiore dengan Korelasi
dengan kerusakan jaringan organ yang Fungsional Edisi 11. Buku
terendah dibandingkan dengan Kedokteran. EGC. Jakarta.
perlakuan yang lainnya. . Fahri. M. 2009. Bakteri Patogen pada
Budidaya Perikanan Vibrio
Daftar Pustaka alginolyticus.
http://elfahrybima.blogspot.com/20
Akbar, S., P. Hartono dan B. Kurnia. 9/01/bakteri-pathogen-pada-
2002. Nutrisi dan Teknik budidaya.html.
Pembuatan Pakan ikan Kakap Genten, F., E. Terwinghe and A.
Putih dalam Budidaya ikan Kakap Dangui. 2009. Atlas of Fish
Putih (Lates carcarifer, Bloch.) di Histology. Science Publishers.
Karamba Jaring Apung. USA.

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


Ahmad Fauzi, Tarsim, Agus Setyawan 325

Novriadi, R. 2010. Aplikasi Vaksinasi


Vibrio polivalen melalui Pakan
pada Ikan Kakap Putih untuk
Peningkatan Imunitas dan Laju
Pertumbuhan. Balai Budidaya Laut
Batam. Riau.
Permata M.K. 2009. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Jintan Hitam
(Nigella sativa) terhadap
Perubahan Histopatologik Hepar
Mencit Balb/C yang diinfeksi
Salmonella
typhimurium.Universitas
Diponegoro. Semarang
Prince, S.A. dan Wilson, L.M.
2006.Patofisiologi. Edisi VI. EGC.
Jakarta.
Tavernarakis, N and M. Driscoll. 2001.
Cell/Neuron Degeneration.
Academic Press. USA.

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014


326 Histopatologi Organ Kakap Putih

© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014

You might also like