Professional Documents
Culture Documents
LP Gerontik Mita
LP Gerontik Mita
suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Fatmah,
2010).
Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
Penuaan adalah perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
1
2
Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang
Secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Hal ini
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang yang dilakukan pada masa muda
akan berpengaruh pada kesehatan lansia yang prima dan tetap produktif di
hari tua.
3
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
Setiap orang mempunyai gaya hidup tertentu yang di bentuk dan dilakukan
sepanjang masa hidupnya. Gaya hidup yang kurang baik pada masa muda
akan berakibat buruk pada masa tuanya. Misal gaya hidup merokok, akan
5) Lingkungan
Seseorang yang hidup di lingkungan yang kurang baik, misal memiiki tingkat
6) Stress
tuanya.
Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada
seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang
atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
4
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu
kecacatan.
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit.
Menurut Bandiyah (2009) dalam Muhith & Siyoto (2016) secara individual
tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-masing
lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada satu faktor pun
dalam tiga kelompok, yaitu kelompok teori biologis, teori kejiwaan sosial, dan
teori psikologis.
1) Teori Biologi
berikut:
Menurut Hayflick (1961) dalam Muhith & Siyoto (2016), menua telah
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
Menurut Berger (1994) dalam Muhith & Siyoto (2016), bahwa sel-sel yang
saling berinteraksi satu sama lain dan memengaruhi keadaan tubuh akan baik-
baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu harmoni. Akan tetapi, bila
tidak lagi demikian maka akan terjadi kegagalan mekanisme feed-back dimana
bertahap kesalahan dalam masa replikasi DNA sehingga terjadi kematian sel.
ribosomal DNA (rDNA) dan memengaruhi masa hidup sel. Sekitar 50% rDNA
d) Teori Stres
Merupakan akibat dari terjadinya ikatan silang yang progresif antara protein-
jaringan penyambung.
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
perilaku manusia.Teori ini melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku lansia.
Ada beberapa macam teori kejiwaan sosial menurut Muhith & Siyoto (2016),
(1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Dan hal ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup perilaku dan harapan seseorang ternyata tak
dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik
kehidupannya.
(2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
(3) Lansia harus menyesuaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
3) Teori Psikologi
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hierarki dari dalam diri,
Teori ini membahas perkembangan dari seluruh fase kehidupan, yaitu mulai
dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia
individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh,
Perubahan fisik
a) Sel
9
b) Sistem Pernafasan
c) Sistem Persarafan
d) Sistem Penglihatan
e) Sistem Kardiovaskuler
50%.
g) Sistem Muskuloskeletal
Terjadi tulang rapuh, risiko terjadi fraktur, kifosis, persendian besar dan
badan berkurang).
waktu.
Perubahan Psikososial
d) Perkembangan Spiritual
11
gambarkan dalam ragam yang yang menyangkut kerusakan atau sesuatu yang
1979 dalam Zakiyah, 2015): “Nyeri adalah sebagai suatu fenomena yang sulit
diakibatkan oleh persepsi yang nyata, ancaman dan fantasi luka (Kozier dan Erb,
Berdasarkan lama keluhan atau waktu kejadiannya nyeri dibagi menjadi dua
macam yaitu:
1. Nyeri Akut
dan penyakit akut. Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan
jaringan yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya.
Terjadi dalam waktu singkat dari satu detik sampai kurang dari enam bulan
(Federation Of State Medikal Boards Of United States dalam Zakiyah Ana, 2015).
12
2. Nyeri Kronis
Menurut The International Association For Study Of Pain dalam Zakiyah Ana
(2015), nyeri kronis sebagai nyeri yang menetap melampaui waktu penyembuhan
normal yakni enam bulan. Nyeri kronis dibedakan menjadi dua yaitu nyeri kronis
maligna dan nyeri kronis non maligna. Karakteristik penyembuhan nyeri kronis
4. Iskemik pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteri koronaria yang
Nyeri selalu dikaitkan dengan reseptor nyeri yaitu organ tubuh yang
berfungsi sebagai penerima rangsang nyeri. Organ ubuh yang berfungsi sebagai
reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya berespon terhadap
stimulus yang berpotensi merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor yang
kulit somatik dalam dan pada daerah viseral. Oleh karena perbedaan letak
13
nosiseptor inilah menyebabkan nyeri yang timbul memilki sensasi yang berbeda
1. Serabut delta A
Serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi 6-30 meter/detik yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan. Impuls yang dihasilkan oleh serabut ini sifatnya tajam dan
2. Serabut delta B
terdapat pada daerah yang lebih dalam. Nyeri biasanya lebih tumpul dan sulit
Nyeri merupakan sensasi yang penting bagi tubuh yang merupakan hasil
stimulus dari reseptor sensorik.Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimuli yang
yang disebut nosiseptor di ujung saraf bebas (free nerve endings), reseptorsaraf
tersebut tersebar dalam lapisan kulit dan jaringan tertentu yang lebih dalam.Ujung
saraf bebas dapat terstimuli oleh rangsang mekanik, panas (Thermos) dan
spinalis.Di tempat ini mereka bersinaps dengan sel-sel dari jarak spinotalamik
yang membawa rangsangan (impuls) ke atas medulla spinalis, melalui batng otak
yang membangkitkan persepsi nyeri serta reaksi terhadap nyeri tersebut (Mander,
2004)
Menurut Guyton (1996) pada dasarnya ada lima macam reseptor sensori
mata.
bau di dalam hidung, kadar O2 dalam darah arteri, osmolitas cairan tubuh,
Reaksi nyeri terdiri atas respon fisiologis, psikologis dan perilaku yang terjadi
1. Reaksi fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju batang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
15
menimbulkan reaksi “or flight” dan ini merupakan sindroma adaptasi umum.
2. Respon psikologis
3. Respon perilaku
Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya
nafas dalam), memberi penjelasan tentang rasa tidak nyaman yang akan
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Perawat berperan
nyeri sebagai nyeri ringan, sedang, dan berat. Terdapat beberapa skala nyeri yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, antara lain: (Potter & Perry)
NRS merupakan skala nyeri yang populer dan lebih banyak digunakan
diklinik, khususnya pada kondisi akut, mengukur intensitas nyeri sebelum dan
penggunaan skala ini adalah : berilah tanda salah satu angka sesuai dengan
intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Dalam pengukuran skala nyeri yang
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
baik
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
memukul.
Merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang bersifat obyektif. Cara
penggunaan skala nyeri ini dengan menunjukkan skala nyeri tersebut kepada
pasien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri yang saat itu
yang artinya tidak ada rasa nyeri sampai dengan menangis artinya merasakan
bagian yaitu:
1. Farmakologi
19
Prinsip penatalaksanaan pada nyeri fraktur femur adalah penilaian nyeri secara
0-10 dimana 0 tanpa nyeri dan 10 nyeri terberat. Berikut ini merupakan 3
sebagai berikut:
Obat-obat nyeri non opioid, yaitu analgetik atau anti nyeri (Asetaminofen),
Opioid lemah ditambah dengan obat nyeri lainnya. Apabila dengan obat-
obatan yang pertama nyeri tidak berkurang, maka bisa diberikan narkotik
codein, darvon.
Opioid kuat ditambah obat nyeri lainnya. Opioid kuat antara lain
2. Non-farmakologi
1) Stimulasi kulit
20
impuls nyeri.
3) Akupuntur
4) Plasebo
sebagainya.
1) Relaksasi
nyeri.
21
3) Hipnotis
4) Distraksi
terhadap nyeri. Salah satu kerugian tindakan ini yang perlu dipikirkan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritasi akibat peningkatan asam lambung.
3. Defisit pengetahuan tentang penyakitnya (faktor penyebab dan terapi diet) b/d
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1 Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Doenges, Merylyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Margareth, TH & Rendy, M.C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogjakarta: Nuha Medika.
Prasetyo, Sigit N. (2007). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta:
Graha Ilmu.
Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi 4 .
Jakarta : EGC