You are on page 1of 4

G.

MEKANISME AKSI ASAM ABSISAT

ABA mempunyai 3 macam pengaruh penting, tergantung pada jaringan sasarannya,


yakni : (1) pengaruhnya pada membran plasma, (2) pengaruhnya dalam menghambat sintesis
RNA, dan (3) pengaruhnya dalam menghambat sintesis protein.

Pengaruhnya pada membran plasma adalah untuk menyebabkan membran plasma


leboh bermuatan positif. Fenomena ini mungkin berkaitan dengan kehilangan ion K + secara
cepat dari sel-sel penjaga stoma. Proses kehilangan ion K+ berhubungan dengan
penghambatan peranan enzim ATPase pada membran.

Gangguan terhadap sintesis protein (dan enzim) dapat menjelaskan pengaruh jangka
panjang ABA terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk peran ABA pada
dormansi biji dan tunas, dan hambatan terhadap aktivitas enzim hidrolase (yang dipacu oleh
giberelin) pada biji tanaman serealia.

H. MEKANISME AKSI ETILEN

Pengaruh etilen kadang diikuti oleh peningkatan sintesis enzim, jenis enzim yang
meningkat konsentrasinya akan tergantung pada jenis jaringan yang diperlakukan dengan
etilen tersebut. Pada kasus dimana etilen memacu pengguguran daun, konsentrasi enzim
selulase dan enzim perombak dinding sel lainnya mengalami peningkatan. Pada kasus
pematangan buah, enzim-enzim yang berperan dalam proses pematangan tersebut juga
terlihat meningkat. Jika sel mengalami kerusakan, maka enzim fenilalanin ammonia lyase
akan dihasilkan sel tersebut, dimana enzim ini berperan dalam pembentukan senyawa fenolik
yang diduga berperan dalam proses penyembuhan luka tanaman. Banyak kasus menunjukkan
bahwa etilen akan memacu sintesis enzim, tetapi sampai sekarang belum jelas tentang
bagaimana etilen dapat memacu sintesis enzim-enzim tersebut.

I. PENGAHAMBAT AKSI ETILEN

Karbondioksida pada konsentrasi tinggi (5-10%) dapat menghambat aksi etilen. Oleh
sebab itu karbon dioksida sering digunakan sebagai gas pengisi peti kemasan buah-buahan,
untuk menghambat proses pematangan buah selama pengangkutan atau penyimpanan.
Komposisi gas yang ideal untuk udara dalam peti kemas buah adalah 5-10% karbondioksida,
1-3 % oksigen, dan tanpa etilen. Pengurangan konsentrasi oksigen (di udara normal,
konsentarasi oksigen adalah sekitar 21 %) dilakukan untuk tujuan menghambat biosintesis
etilen. Jika oksigen ditiadakan sama sekali juga akan merugikan, karena akan terjadi
penguraian gula secara berlebihan pada buah melalui reaksi glikolisis yang dikenal sebagai
Efek Pasteur.

Penghambat aksi etilen oleh CO2 akan hilang jika konsentrasi etilen endogen
mencapai atau lebih dari 1 ppm, konsenrasi dimana aktivitas etilen mencapai tingkat separuh
dari aktivitas maksimalnya. Dengan mempertimbangkan konsentrasi etilen endogen dan
konsentrasi etilen endogen dan konsentrasi CO2 alami maka kecil kemungkinan bahwa pada
keadaan alami (secara in vivo) CO2 berperan sebagai penghambat aksi etilen.

Penghambat aksi etieln yang lebih baik adalah ion perak (Ag +), diberikan dalam
bentuk perak nitrat (AgNO3) atau perak thiosulfat.

J. HUBUNGAN PENGARUH ETILEN DAN AUKSIN

Kemampuan IAA dan semua auksin sintetik auksin untuk meningkatkan biosintetis
etilen mengundang pertanyaan tentang kemungkinan hal-hal yang sebelumnya diyakini murni
disebabkan oleh auksin, sesungguhnya adalah akibat peranan etilen yang dipacu sintesisnya
oleh auksin. Jadi dalam hal ini auksin mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap berbagai
gejala pertumbuhan tersebut. Hal ini mungkin benar untuk kasus epinasti daun; hambatan
pemanjangan batang; akar; dan daun;induksi pembungaan pada tanaman nenas dan mangga,
pelurusan hipokotil dan epikotil kecambah tanaman dikotil, dan peningkatan persentase
bunga betina pada tanaman berumah dua (dioecious). Juga etilen yang dihasilkan dalam
proses perkecambahan serbuksari mempunyai kontribusi terhadap proses senescence bunga.
Pengguguran daun, bunga, dan buah diyakini merupakan akibat interaksi antara etilen,
auksin, sitokinin, dan asam absisat.

Walaupun demikian, pemacu pertumbuhan, inisiasi akar adventif, dan beberapa gejala
pertumbuhan lainnya terlihat sebagai pengaruh langsung dari auksin dan tidak melibatkan
etilen. Hanya jika konsentrasi auksin sudah relatif tinggi baru akan meningkatkan biosintesis
etilen.

K. EKSTRAKSI DAN PENGUKURAN KADAR AUKSIN DAN HORMON LAINNYA

Pertanyaan yang sering dihadapi adalah apakah suatu hormon membantu


mengendalikan proses fisiologi tertentu. Untuk menjawab pertanyaan ini, paling tidak harus
dilakukan ekstraksi dan pengukuran kadar hormon serta menghubungkan antara kadar
hormon yang terkandung dengan laju proses yang dipengaruhi. Masalahnya tidaklah
sederhana, terutama karena hormon yang terkandung dalam tumbuhan biasanya pada
konsentrasi yang sangat rendah, sering hanya antara 0,01 sampai 1µM. Oleh sebab itu
dibutuhkan metode analisis yang tidak hanya harus sensitif tetapi juga harus spesifik,
sehingga komponen-komponen sel lainnya tidak tercampur. Karena masalah ini, ahli fisiologi
harus bekerja sama dengan ahli kimia dan biokimia. Langkah pertama adalah ekstraksi
hormon secara selektif dengan pelarut organik yang tidak akan melarutkan senyawa-senyawa
lainnya dan tidak merusak hormon sasaran. Kedua, dengan pemilahan hormon dalam pelarut
lain yang tak dapat tercampur (immiscible) dengan pelarut awal, atau dengan prosedur
kromatografi sehingga hormon dapat lebih dimurnikan.

Tahap selanjutnya adalah mengukur kadar hormon yang telah dimurnikan tersebut
dengan teknik bioassay. Bioassay yang memanfaatkan sensitivitas dan spesifisitas dari bagian
tumbuhan tertentu terhadap jenis hormon yang dipelajari. Sebagai contoh bertahun-tahun ahli
fisiologi menganalisisauksin dengan menguji uji kurvatur koleoptil Went. Mengukur
besarnya pembengkokan yang disebabkan oleh difusi auksin dari kubus agar. Cara lain yang
lebih mudah tetapi kurang sensitif untuk analisis auksin adalah dengan memotong bagian
koleoptil yang sedang memanjang, kemudian potongan-potongan ini ditumbuhkan didalam
cawan (petridish) dengan media yang mengandung sukrosa, penyangga fosfat encer, berbagai
konsentrasi auksin yang telah diketahui. Pemanjangan dari potongan tersebut setara dengan
berapa banyak auksin yang ditambahkan. Uji pertumbuhan langsung ini dapat dikacaukan
oleh adanya senyawa penghambat, seperti asam absisat dan beberapa asam fenolat (phenolic.
Sitokinin juga menghambat pemanjangan pemotonagn batang, tetapi sitokinin jarang
merupakan masalah dalam biossay, karena secara kimia sitokininsangat berbeda dengan
auksin, dan tidak mengkontaminasi ekstraks auksin. Giberelin tidak mempengaruhi
pemanjangan potongan batang oleh giberelin biasanya sangat lemah sehingga tidak
merupakan masalah dalam biossay. Sekarang, teknik biossay untuk mengukur kandungan
auksin digantikan oleh pengukuran dengan alat-alat modern. Tetapi prinsip biossay adalah
penting, dan kebnayakan pengetahuan tentang kandungan auksin pada berbagai bagian
tumbuhan diperoleh dengan teknik biossay. Lebih jauh, biossay untuk sitokinin dan giberelin
masih digunakan, walaupun sekarang banyak digantikan dengan pengukuran menggunakan
alat-alat modern.

Untuk teknik biossay, koleoptil atau batang dari tumbuhan utuh (intact) tidak dapat
dipakai, karena auksin endogen yang dikirim secara basipetal dari daun muda lebih dari
cukup sehingga aplikasi auksin eksogen tidak merangsang pertumbuhan, kecuali pada batang
ketimun dan beberapa tangkai bunga. Biossay auksin seperti uji kurvatur dan uji
pertumbuhan langsung tergantung pada pemisahan bagian tanaman yang responsif dari
pemasok auksin endogennya. Secara umum, defisiensi hormon harus diciptakan agar
pengaruh penambahan auksin dapat terlihat. Defisiensi ini diciptakan melalui pemisahan
organ sumber. Untuk auksin, sumbernya adalah daun muda. Untuk giberelin, digunakan
tanaman yang dirombak secara genetis sehingga responsif terhadap pemberian giberelin
eksogen.

Peranan IAA dalam pemanjangan batang tumbuhan dikotil dan koleoptil telah terbukti
dengan baik melalui teknik biossay ini. Potongan hipokotil pinus juga tumbuh lebih cepat jika
diberi auksin. IAA mungkin juga dibutuhkan untuk pertumbuhan buah. Umumnya IAA
dianggap esensial untuk pertumbuhan daun, bunga, dan batang rerumputan, tetapi bukti untuk
menunjang argumentasi ini masih belum kuat walaupun dilakukan dengan metode-metode
yang lebih canggih. Akar telah dipelajari secara intensif dan membutuhkan perhatian khusus.

You might also like