You are on page 1of 8

1

1.Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional telah lama di praktekkan di indonesia, baik negara


berkembang atau maju. Menurut WHO, sekitar 65 persen dari penduduk negara maju
dan 80 persen dari penduduk negara berkrmbang. WHO mendukung terhadap konsep
back to nature di buktikan dengan adanya rekomendasi untuk memanfaatkan obat
herbal untuk penyembuhan dan pencegahan penyakit terutama liver dan kanker. Obat
tradisional bekerja terhadap sistem imun atau kekebalan tubuh manusia. Respon imun
diperlukan untuk pertahanan tubuh dari mikroorganisme, homeostatis terhadap
komponen tubuh yang sudah tua, dan penghancuran sel-sel yang bermutasi menjadi
ganas. Sehingga respon imun dapat di artikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat
mempertahankan keseimbangan antara lingkungan luar dan dalam tubuh. Agar tubuh
dapat seimbang, maka di butuhkan imunomodulator. Yaitu zat yang dapat
mengembalikan ketidakseimbangan sistem kekebalan yang terganggu dengan cara
merangsang dan memperbaiki fungsi sistem kekebalan tubuh (Bratawidjaja
KG,2002).

Tumbuhan obat yang bekerja pada sistem imunitas bukan hanya bekerja sebagai
efektor yang langsung menghadapi penyebab penyakitnya, melainkan bekerja melalui
program imunitas. Apabila mengobati penyakit yang di sebabkan oleh
mikroorganisme dengan obat yang bersifat imunodulator, maka imunodulator tidak
bekerja secara langsung terhadap mikroorganisme melainkan dengan cara sistem
imunitas akan di dorong untuk menghadapi nya melalui efektor sistem imunitas
(Subowo,1996).

Salah satu tanaman yang dikenal dapat meningkatkan sistem imun tubuh adalah
sambiloto (Andrographus Paniculata). Yaitu tumbuhan semusim yang termasuk
dalam family Acanthaceae. Sambiloto adalah tumbuhan herbal berdiri tegak, tumbuh
secara alami di daerah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Sambiloto
2

tergolong tambaham tema (perdu) yang tumbuh di berbagai habitat, seperti pinggiran
sawah, kebun, atau hutan (yusron,etal2005).

Salah satu upaya meningkatkan pemanfaatan bahan alam di indonesia yang


terjamin mutu, khasiat dan keamanannya sehingga dapat di pertanggungjawabkan
secara ilmiah dan dapat di gunakan untuk meningkatan kesehatan masyarakat, saat ini
badan POM bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi sedang meneliti 9
tanaman obat unggulan sampai ke tahap uji klinis, salah satu di antaranya adalah
sambiloto (Andrographis Paniculata).

Khasiat sambiloto sebenarnya sudah di kenal luas sejak zaman dulu, baik oleh
orang indonesia maupun bangsa-bangsa di dunia. Sejak pertengahan akhir abad ke-
20, berbagai studi telah dilakukan yang sebagian besar konsentrasinya untuk
mengetahui komposisi, keamanan, khasiat dan mekanisme kerja sambiloto.

1.2 Rumusan Masalah

a). Apa manfaat tumbuhan sambiloto terhadap kesehatan?

b). Bagian mana saja yang bemanfaat pada tumbuhan sambiloto?

c). Mengapa tumbuhan sambiloto dapat menyembuhkan beberapa penyakit?

1.3 Tujuan

a). Menjelaskan manfaat tumbuhan sambiloto terhadap kesehatan.

b). Menjelaskan bagian yang bermanfaat pada tumbuhan sambiloto.

c). Menjelaskan alasan tumbuhan sambiloto dapat menyembuhkan beberapa


penyakit.

2. Bahasan
3

2.1. Manfaat Tumbuhan Sambiloto Terhadap Kesehatan

Sambiloto merupakan tumbuhan yang sangat terkenal sebagai tanaman herbal


atau berkhasiat sebagai obat yang bermanfaat untuk beberapa keluhan penyakit baik
yang sering terjadi maupun yang jarang terjadi. Sambiloto memilik nama ilmiah yaitu
(Androgaphis Paniculata). Sambiloto di kenal juga sebagai “King of Bitters”.
Sambiloto bukanlah tumbuhan yang berasal dari indonesia, tetapi berasal dari india.
Menurut data spesimen yang ada di Hebarium Bogoriense, Bogor, sambiloto sudah
ada di indonesia sejak 1893. Di india, sambiloto di gunakan sebagai obat untuk
berbagai macam penyakit, misalnya disentri, diare, dan lain-lain. Dalam Traditional
Chinese Medicine (TCM). Sambiloto di ketahui sebagai “Cold Property” dan di
gunakan sebagai penurun panas, serta membersihkan racun di dalam tubuh. Tanaman
inik kemudian menyebar ke daerah tropis di Asia hingga sampai di indonesia.

Selain itu, tumbuhan sambiloto tidak sulit untuk di dapatkan, terlebih di


indonesia yang merupakan negara tropis dengan tanahnya yang subur. Tumbuhan
sambiloto juga membantu untuk pengobatan penyakit kanker, akan tetapi kita tidak
cukup bukti. Sehingga kita akan melakukan penelitian lebih lanjut.

Tumbuhan sambiloto dapat di ketahui ciri fisiknya yaitu berdiri tegak, dan tinggi
yang dapat mencapai 90 cm dan memiliki batang berkayu berbentuk bulat dan segi
empat serta memiliki banyak cabang (monopodial). Daun tunggal (lanset) dengan tepi
rata (interger) dan permukaannya halus berwarna hijau. Keberadaan tumbuhan ini
tersebar meluas di kawasan asia, mulai dari india, siam, semenanjung malaya, dan
pulau jawa di indonesia.

Sambiloto dapat tumbuh dengan curah hujan antara 2000-3000 mm pertahunnya


dengan suhu 25 sampai 32 derajat celcius dan pada ketinggian sekitar 700 m dpl.
Itulah mengapa tumbuhan ini dapat tumbuh subur di indonesia. Tanaman ini di kenal
dengan beragam nama yang berbeda di setiap aerah, mulai Andiloto di Jawa Tengah,
Pepaitan di Madura, Ki Oray di Sunda, Ampadu tanah di sumtera dan lain-lainnya.
4

2.2 Bagian yang Bermanfaat pada Tumbuhan Sambiloto

Salah satu bagian yang bermanfaat pada tumbuhan sambiloto itu terdapat pada
daun. Tumbuha sambiloto mengandung Andrographolide yang paling banyak terdapat
di daun. Zat inilah yang menyebabkan tumbuhan sambiloto memiliki rasa pahit.
Sebenarnya semua bagian tumbuhan sambiloto, seperti daun, batang dan daun terasa
sangt pahit jika di makan atau di rebus untuk di minum. Akan tetapi kami hanya
menggunakan daun saja.

Beberapa zat kimiawi lainnya meliputi flavonoid dan laktone. Pada laktone
komponen utamanya adalah andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama
dari tumbuhan ini. Andrographolide sudah diisolasi dalam bentuk murni dan
menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi. Zat aktif ini dapat di tentukan dengan
high performance liquid chromatography. Berdasarkan penelitian lain yang telah di
lakukan, kandungan pada tumbuhan sambiloto di antaranya diterpenelakton dan
glikosidanya, seperti andrographolide, dexyyandrographolide, 11,12-didehydro-14-
eoxyyando-grapholide, dan neoandrographolide. Daun dan percabangannya lebih
banyak mengandung laktone sedangkan komponen flavonoid dapat di isolasi dari
akarnya, yaitu polimetok-siflavon, androrafin, panikulin, mono-0-metilwithin dan
apigenin-7,4 dimetileter. Selain komponen lakton dan flavonoid, pada tumbuhan
sambiloto juga terdapat komponen alkane, keton, aldehid, mineral (kalsium, natrium,
kalium), asam kersik dan damar.

Di dalam daun, kadar senyawa andrographolide sebesar 2,5-4,8% dari berat


keringnya. Ada juga yang mengatakan biasanya sambiloto distandarisasi dengan
kandungan andrographolide sebesar 4,6%.

Sedangkan aktivitas farmakologinya mencakup anti-tumor, anti-kanker, anti-


inflamasi, analgesik, diuretik, stomaik, anti-hipertensi, hipoglikemia, abortif,
vermisida, dan juga anti-HIV.
5

Dari berbagai percobaan yang di lakukan secara in vito terhadap sel kanker,
terbukti bahwa senyawa Andrographolide bekerja menghambat sel tumor dan sel
kanker. Kemampuan anti-kanker yang di miliki tumbuhan sambiloto terungkap dalam
percobaan tersebut, dimana tumbuhan sambiloto terbukti melawan sel kanker
skuomusa dan juga sel-sel limfosit yang sudah terkena leukimia. Tumbuhan
sambiloto memiliki keistimewaan yaitu mampu menghambat proses sintesis DNA sel
kanker.

Efek hipoglikemik sambiloto sudah di teliti dengan berbagai cara. Salah satunya
penelitian Borhanuddin, dkk. Pada kelinci menunjukkan bahwa ekstrak air sambiloto
dengan dosis 10 mg/kg berat badan dapat mencegah hiperglikemia yang di induksi
dengan pemberian glukosa per oral dengan dosis 2 mg/kg berat bada secara
signifikan. Mekanismenya kemungkinan sambiloto mencegah absorpsi glukosa dari
usus.

2.3 Alasan Tumbuhan Sambiloto dapat Menyembuhkan Beberapa Macam


Penyakit

Distribusi yang luas di jaringan dan organ tubuh serta adanya khasiat yang
berfungsi mengatur dan menungkatkan sistem imun yang menyebabkan tumbuha
sambiloto menjadi obat ideal untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit.

Di dalam tumbuhan sambiloto, terutama di daun banyak mengandung laktone


dan flaunoid yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit).
Tumbuhan sambiloto memiliki kandungan zat yang khas yang tidak di miliki oleh
tanaman lain, yaitu Andrographolide. Zat inilah yang membuat sambiloto dapat
menyembuhkan beberapa macam penyakit. Pada beberapa studi dikatakan bahwa
80% dari dosis andrographolide akan diekresikan dari tubuh dalam waktu 8 jam.

Selain itu, di dalam tumbuhan sambiloto terdapat aktivitas farmakologi yaitu


anti-tumor, anti-kanker, dan juga anti-HIV. Namun hal ini hana kandungan saja.
6

Sampai detik ini tidak ada ilmuan yang dapat membuat obat untuk penderita kanker
dan HIV dari tumbuhan ini. Hanya saja para ilmuan meneliti apa kandungan
tumbuhan sambiloto dan ternyata terdapat anti-tumor, anti-kanker, anti-HIV.

Calabrese, dkk melakukan melakukan uji klinis fase I andrographolide yang


berasal dari tumbuhan sambiloto pada relawan sehat, yaitu 13 orang positif HIV dan
5 orang tidak terinfeksi HIV. Objektifnya terutama untuk menilai keamanan dan
tolerabilitas serta menilai efek andrographolide terhadap kadar plasma RNA virus
HIV-1 dan kadar limfosit CD4 (+). Selama penelitian, tidak satu subjekpun yang
menggunakan pengobatan antiretroviral. Bila terdapat kelainan hati dan ginjal, maka
akan di keluarkan dari penelitian. Regimen yang di rencanakan adalah 5 mg/kg berat
badan selama 3 minggu, di tingkatkan menjadi 10 mg/kg berat badan selama 3
minggu dan akhirnya sampai 20 mg/kg berat badan selama 3 minggu. Penelitian di
hentikan pada minggu ke enam karena adanya reaksi yang tidak di inginkan termasuk
reaksi anafilaktik pada satu orang relawan. Semua kejadian yang tidak di inginkan di
atasi dengan menghentikan pengamatan. Peningkatan yang signifikan pada rata-rata
kadar limfosit CD4 (+) pada subjek HIV terjadi setelah pemberian 10 mg/kg berat
badan andrographolide (dari 405 sel/mm menjadi 501 sel/mm). Tidak ada perubahan
statistik yang signifikan pada rata-rata kadar plasma RNA HIV-1 elama penelitian.
Andrographolide mungkin menghambat disregulasi siklus sel yang di dinduksi HIV,
seiring dengan peningkatan kadar limfosit CD4 (+) pada penderita yang terinfeksi
HIV-1.

3. Penutup

3.1 Simpulan

a) Tumbuhan sambiloto merupakan tanaman herbal yang bermanfaat sebagai


obat terhadap beberapa penyakit, terutama pada daun. Karena di dalam daun
tersebut mengandung Andrographolide. Zat ini yang menyebabkan rasa pahit
pada tumbuhan ini.
7

b) Bagian tumbuhan sambiloto sebenarnya semuanya bermanfaat baik akar,


batang dan daun. Tetapi kita hanya membahas bagian daun saja, karena di alam
daun tersebut kandungan zatnya lebih banyak dari pada bagian-bagian yang lain.

c) Tumbuhan sambiloto dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit karena


di dalam tumbuhan sambiloto terdapat beberapa macam zat aktif flanovid da
laktone. Zat aktif ini adalah Andrographolide yang berasal dari laktone. Dan zat
ini banyak terdapat di daun. Di dalam tumbuhan sambiloto juga terdapat aktivitas
farmakologi di antaranya anti-tumor, anti-kanker, anti-HIV.

3.1 Saran

a) Di dalam tumbuhan tidak hanya ada manfaatnya saja, tetapi juga terdapat efek
samping apabila di gunakan tidak tepat dan di konsumsi dalam jangka panjang.
Salah satu efek sampingnya adalah sakit kepala. Itu terjadi karena
menggunakannya dalam jangka panjang. Apabila penyakit sudah mereda,
kurangi jumlah konsumsi atau hentikan penggunaanya.

b) Bagi yang memiliki tekanan darah normal atau hipotensi, sebaiknya tidak
meminum ramuan obat terutama sambiloto. Efek sampingnya bisa membuat
tekanan darah menurun drastis dan ini akan sangat berbahaya bagi pengonsumsi
dengan riwayat kesehatan tersebut. Itu di karenakan menurut suatu penelitian,
terbukti bahwa tekanan darah dapat di turunkan oleh sambiloto ini.

Daftar Rujukan

Bratawidjaja KG, 2002. Imunomodulator dari tumbuhan obat. Jakarta, fakultas


kedoktern UI.

Prapnza, E dan Marianto, L M, 2003. Khasiat dan Manfaaat Sambiloto. Raja Pahit
Penakluk Aneka Pahit. Agromedia pustaka,hal : 3-9
8

Yusron, M, janowati dan Rini, E.P. Budidaya Tanaman Sambiloto. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatika. Sirkuler, II. Di akses dari : http//www.balittro.go.id.

Siripong, P.B kongkathip, K. Preechanukool, P. Picha, K. Tunsuwan dan W.C taylor,


2003. Andrographis Paniculata. Di akses dari :http//www.vitamin-
herbuniversity.com.

Sukandar, E. Y. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi : Indrusti-Klinik-Teknologi


Kesehatan. Di akses dari : http//www.itb.ac.id.

Sukandar, E. Y, 2004. Sembilan Tanaman Obat Unggul Hasil Uji Klinis Badan POM.
Di akses dari : http//www.beritabumi.or.id.

Lukas, R. 1998. Rahasia Herbalis Cina, Ramuan Tanaman Obat Cina. Pustaka
Delapratasa. Jakarta.

Borhanuddin, M., shamsuzzoha, M. Dan Hussain A.H. 1994. Hyploglycaemic effect


of Andrographis paniculata Nees on Non-diabetic Rabbits. Bangladesh Med
Res Counc Bull. 20 (1) : 24-26.

You might also like