Professional Documents
Culture Documents
Hep B Kehamilan
Hep B Kehamilan
PENDAHULUAN
Hepatitis berasal dari bahasa Yunani kuno “hepar”, dengan akar kata
“hepat” yang berarti hati (liver), dan akhiran –itis yang berarti peradangan,
sehingga dapat diartikan peradangan hati.1 Hepatitis adalah istilah umum yang
berarti peradangan sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri,
parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang
berlebih dan penyakit autoimmune. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam virus seperti virus hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C
(HCV), hepatitis D (HDV) dan hepatitis E (HEV).1,2
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia
termasuk Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas tinggi
Hepatitis B terbesar kedua di negara South East Asian Region (SEAR) setelah
Myanmar. Virus Hepatitis B (VHB) telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di
dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik.
Sebanyak 1,5 juta penduduk meninggal dunia setiap tahunnya karena Hepatitis. 3
Menurut Rinkesdas 2013, prevalensi hepatitis 1,2% dari penduduk di Indonesia,
dimana 1-5% merupakan ibu hamil dengan virus hepatitis B.4
Penularan infeksi VHB dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu penularan
horizontal dan vertikal. Penularan horizontal VHB dapat terjadi melalui berbagai
cara yaitu penularan perkutan, melalui selaput lendir atau mukosa.5
Mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang
menderita hepatitis B akut atau pengidap persisten HBV kepada bayi yang
dikandungnya atau dilahirkannya. Penularan HBV vertikal dapat dibagi menjadi
penularan HBV in-utero, penularan perinatal dan penularan post natal. Penularan
HBV in-utero ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu
fungsi dari plasenta adalah proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan
mengalami infeksi in-utero jika dalam 1 bulan postpartum sudah menunjukkan
HbsAg positif. 5,6
1
Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi pada saat persalinan.
Sebagian besar ibu dengan HbeAg positif akan menularkan infeksi HBV vertikal
kepada bayi yang dilahirkannya sedangkan ibu yang antiHbe positif tidak akan
menularkannya. Penularan post natal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui
ASI yang diduga tercemar oleh HBV lewat luka kecil dalam mulut bayi. Pada
kasus persalinan lama cenderung meningkatkan penularan vertikal (lebih dari 9
jam).7
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus, akan tetapi jika terjadi
infeksi akut bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan
mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah
berarti mencegah terjadinya kanker hati secara primer yang dipengaruhi titer DNA
virus hepatitis B tinggi pada ibu (semakin tinggi kemungkinan bayi akan tertular).
Infeksi akut terjadi pada kehamilan trisemester ketiga, persalinan lama dan mutasi
virus hepatitis B.7
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis B
2.1.1 Definisi
Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati,
yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan, konsumsi
alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimun. Ada 5 jenis Hepatitis virus,
yaitu Hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis B merupakan peradangan pada sel-sel
hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV). Infeksi HBV dapat berupa
infeksi akut atau kronik. Infeksi akut biasanya merupakan self-limiting disease
yang ditandai dengan adanya inflamasi akut dan nekrosis hepatoseluler.
Sedangkan infeksi kronik didefinisikan sebagai infeksi HBV yang persisten,
ditandai dengan dijumpainya hepatitis B surface antigen (HbsAg) di dalam darah
atau serum dalam waktu lebih dari 6 bulan, dengan atau tidak berhubungan
terhadap replikasi aktif virus dan bukti adanya inflamasi dan kerusakan
hepatoseluler.8,9
2.1.2 Etiologi
Penyebab hepatitis B adalah virus Hepatitis B dari golongan virus DNA.
Masa inkubasiya 60-90 hari. Penularan HBV kebanyakan melalui paparan darah
dan cairan tubuh yang terinfeksi terhadap kulit dan mukosa tubuh, termasuk
saliva, menstrual, sekret vagina dan semen. Penularan infeksi HBV dapat berupa
penularan secara vertikal dan horizontal. 95% penularan secara vertikal terjadi
pada masa perinatal dan 5% intra uterina. Sedangkan penularan secara horizontal
dapat dijumpai melalui transfusi darah, jarum suntik yang tercemar, pisau cukur,
tato, transplantasi organ, dan lain-lain.8,9
2.1.3 Diagnosis9,10
1. Anamnesis
Berbagai macam manifestasi kutaneus dari penyakit hepatitis B dapat
dijumpai pada awal infeksi, termasuk gatal-gatal dan ruam makulopapular. Lesi
3
yang beragam ini bersifat episodik, teraba dan kadang-kadang gatal. Perubahan
warna pada kulit dapat dijumpai setelah masa resolusi dari eksantem terutama
pada ekstremitas inferior.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hepatitis fase akut biasanya dijumpai demam yang
tidak terlalu tinggi, jaundice, hepatomegali, splenomegali, palmar eritema dan
spider nevi. Begitu pula pada fase kronik dapat dijumpai hepatomegali,
splenomegali, muscle wasting, palmar eritema, asites, jaundice, ginekomasti,
caput medusae, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi laboratorium yang dapat dilakukan pada penyakit hepatitis B
dapat berupa pemeriksaan enzim hati, yaitu pemeriksaan kadar alanine
4
aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST), alkaline
phosphatase (ALP) dan gamma-glutamyl transpeptidase (GGT), termasuk juga
pemeriksaan fungsi hati yaitu pemeriksaan kadar bilirubin total dan bilirubin
direk, albumin, dan pengukuran international normalized ratio (INR).
Tes serologi HbsAg dan hepatitis B core antibody (anti-HBc)
immunoglobulin M (IgM) dibutuhkan untuk mendiagnosa HBV akut. Meskipun
HbsAg akan dijumpai pada fase akut dan fase kronik. Dijumpainya HbsAg dan
total anti-HBc dengan IgM anti-HBc yang negatif mengindikasi adanya infeksi
HBV kronik. Tidak dijumpai IgM anti-HBc dan adanya HbsAg yang persisten
selama 6 bulan merupakan tanda infeksi HBV kronik. Sedangkan dijumpainya
anti-HBc sendiri dapat mengindikasikan adanya infeksi akut, kronik, sembuh,
ataupun hasil false-positive.
5
Kehamilan dengan viral load yang tinggi berisiko tinggi menggagalkan
profilaksis pasca paparan dengan studi konfirmasi tentang hubungan linear antara
transmisi vertikal dan viral load. Studi tersebut mendemonstrasikan keefektifan
penggunan terapi antiviral pada kehamilan trimester akhir untuk menurunkan
viral load dan tranmisi hepatitis B dari Ibu ke anak. Percobaan oleh Pan et al pada
Ibu dengan viral load >200.000 IU/ml dan menggunakan Tenofovir 300 mg/hari
dari kehamilan 30-32 minggu sampai 4 minggu post natal menunjukkan viral load
< 200.000 IU/ml pada 68% Ibu saat persalinan. Kemudian, kebanyakan cara
persalinan yang dipilih pada Ibu dengan hepatitis B dalam kehamilan adalah
seksio sesarea elektif yang dikatakan merupakan sarana untuk mengurangi
penularan dari Ibu ke anak, namun cara ini belum terbukti mempengaruhi tingkat
transmisi perinatal pada kebanyakan penelitian.
6
2.4 Kontrasepsi
A.Metode sederhana
Sanggama Terputus
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik penis keluar dari vagina.12
7
b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.
Pantang Berkala
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan sanggama pada
masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir
encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka
yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut
harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan massa aman. Sebagai contoh
jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai ke 36, maka
perhitungannya adalah 28-18 = 10, dan 36- 11 = 25. hari ke 10 hingga hari ke 25
daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 0 daur haid.13
Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggunakan bahan kimia,
dapat digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini
sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat
terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur.12
Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.Kondom sudah digunakan di
Mesir sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Pada abad ke 18 diberi nama “ kondom
“ yang pada waktu itu digunakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit
kelamin. Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga
pembuahan dapat dicegah.12
1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk
silinder bulat (garis tengah sekitar 3,0 – 3,5 cm, panjang 15 – 20 cm, tebal 0,03 –
0,08 mm) dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan tepi bulat di
8
ujungnya yang terbuka. Kondom dikemas secara individual, digulung sampai ke
tepi, dan disegel secara kedap udara dalam kertas timah impermeabel. Apabila
kemasan terbuka atau robek, maka kondom di dalamnya cepat rusak.
4) Tersedia kondom alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah residu
dan tidak dipralubrikasi, bagi mereka yang mengalami hipersensitivitas.
5) Kondom yang lebih tebal dan melebihi Standar Inggris dipasarkan terutama
untuk hubungan intim per–anus pada pria homoseks untuk memberikan
perlindungan tambahan terhadap infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Cara Kerja Kondom seperti semua metode barier lainnya, kondom mencegah
spermatozoa mencapai saluran genital atas wanita.14
Keunggulan Kondom:
1) Efektif apabila digunakan secara benar dan konsisten.
2) Tersedia luas, murah, dan sering diberikan secara gratis.
3) Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
4) Tingkat proteksi yang sangat tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual,
termasuk infeksi HIV. Pada uji in vitro, kondom lateks yang utuh tidak dapat
ditembus oleh organnisme yang ditularkan melalui hubungan seks termasuk virus.
5) Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.
6) Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan ejakulasi dini.14
Kekurangan Kondom :
1) Penampilan tidak menarik
9
2) Sensasi kenikmatan berkurang sewaktu berhubungan intim, terutama transmisi
kehangatan tubuh.
3) Perlu dipasang sebelum koitus dan segera dibuang sesudahnya, yang bagi
sebagian pasangan dianggap mengganggu aktivitas seksual.
4) Kesulitan ereksi dapat bertambah, walaupun sebagian pria yang sudah lanjut
usia mendapati bahwa pemakian kondom membantu mempertahankan ereksi
mereka.14
Spermisida
Jenis-jenis spermisida :
1) Krim dan jeli
Pada bentuk krim, bahan kimia dimasukkan ke dalam suatu bahan dasar sabun
stearat, sedangkan pada bentuk jeli dimasukkan ke dalam bahan dasar yang larut
air. Kedua bentuk ini mencair pada suhu tubuh dan cepat menyebar ke seluruh
vagina.
2) Pesarium vagina
Bahan dasar terdiri dari gelatin, gliserin, tau lilin. Pesarium dikemas dalam kertas
timah dan mudah digunakan. Karena cepat menyebar ke seluruh vagina, bentuk
ini mungkin kurang efektif dibandingkan dengan krim atau jeli tetapi para wanita
sering mendapati presarium ini lebih nyaman.
3) Tisu spermisida
10
Tisu spermisida ini berupa sejenis lembaran segi empat semi transparan larut air
yang cepat larut di vagina untuk membebaskan nonoksinol-9.15
Cara kerja spermisida :
Kerja spermisida bersifat ganda:
1) Bahan dasar preparat secara fisik menghambat pergerakan sperma.
2) Bahan kimia aktif mematikan sperma tanpa merusak jaringan tubuh yang lain.14
Keuntungan :
1) Memberi tambahan pelumas apabila ada masalah kekeringan vagina.
2) Mudah diperoleh tanpa resep.
3) Tidak ada bukti toksisitas topikal vagina dan penyerapan sistemik, kalaupun
ada, sangat terbatas.14
Kekurangan spermisida :
1) Angka kegagalan terlalu tinggi apabila digunakan tersendiri.
2) Pesarium tidak cocok untuk negara tropis karena dapat meleleh. Namun
pesarium yang meleleh akan kembali memadat di dalam kemasannya apabila
didinginkan, serta masih mempertahankan aktivitasnya.
3) Kadang-kadang menimbulkan keluhan bau tidak sedap, rasa menyengat, atau
rasa tidak nyaman di vagina.
4) Pemakaian spermisida yang melebihi dosis normal dapat menyebabkan iritasi
dan ulserasi mukosa vagina dan efek ini tampaknya berkaitan dengan dosis. Epitel
vagina yang rusak dapat mempermudah masuknya organisme yang ditularkan
melalui hubungan intim misalnya HIV.
5) Kurang efektif dalam penggunaanya karena harus menunggu waktu 10 – 15
menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan efektivitas
pemakaian hanya 1-2 jam saja.14
11
2) Busa aerosol jangan digunakan bersama diafragma, karena apabila terbentuk
tekanan di vagina maka diafragma dapat terlepas.14
B.Metode Modren
Pil kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma
tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada
motilitas tuba fallopi dan uterus.
Dewasa ini terdapat banyak macam pil kombinasi, tergantung dari jenis
dan dosis estrogen serta jenis progesteron yang dipakai. Pil kombinasi ada yang
berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil dalam satu bungkus. Pil kombinasi
yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum mulai hari kelima haid
satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua diminum 7 hari setelah
pil dalam bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang berisi 28 pil diminum setiap
malam secara terus-menerus. Tidak semua wanita dapat menggunakan pil
kombinasi.12
d) Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko
serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak.
12
Hormon-hormon dalam pil harus cukup kuat untuk dapat mengubah proses
biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
kadang-kadang timbul efek sampingan.Efek tersebut pada umumnya ditemukan
pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen atau pada pil dengan kelebihan
progesteron.12
Efek-efek yang sering terdapat ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri
pada mamma, flour albus. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan
rasa perut kembung.
Mini Pil
13
haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik cukup
tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.17
Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang
termasuk ke dalam:
Suntikan Progestin
14
tidak teratur atau bercak-bercak darah, berat badan meningkat, dan pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas),
kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala.12
Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang
hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai
komplikasi.12
Implant / Susuk
3,4 cm, diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant
ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun.
b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama kerjanya 3
tahun.
15
paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau
masa pra-ovulasi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri
kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening,
mengalami gangguan haid (terjadinya spotting. Perdarahan haid memanjang atau
lebih sering berdarah).12
Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau
disangka hamil, penderita panyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus,
kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan
ektopik.12
AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan
reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit Sindroma Prahaid
(PMS) dan sudah pernah melahirkan. Setelah dirahim, AKDR akan mencegah
sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10
tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur
reproduksi.12,18
16
adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya
perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia.12
a) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit–sedikit yang
cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang
sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika terjadi perdarahan
banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan
AKDR yang berukuran kecil.
b) Rasa nyeri dan kejang di perut
17
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR,
biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri
dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetika.
c) Ketidakteraturan menstruasi
Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah atau perdarahn antara
menstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring dengan waktu. Bercak darah pra dan
pascamenstruasi yang berlangsung 2 sampai 3 hari juga sering terjadi.22
Menurut Leveno terdapat beberapa keuntungan penggunaan AKDR seperti
progesteron dan AKDR yang mengandung levonogestrel mengurangi darah haid
dan dapat digunakan untuk mengobati menoragia. Selain itu, berkurangnya
pengeluaran darah sering disertai oleh berkurangnya disminore. Wanita yang
mempunyai kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral kombinasi dan norplant
sering dapat menggunakan kontrasepsi ini. Setelah penghentian penggunaan,
kesuburan tidak berkurang.23
Kerugian pemakaian AKDR
1. Pola perdarahan menstruasi
2. Infeksi
3. Ekspulsi
4. Perforasi.12
Kontrasepsi Mantap 17,18
. Tubektomi
18
adalah bahwa tindakan ini dapat dianggap bersifat tidak reversible, walaupun
sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang
aklhirnya masih menginginkan anak lagi dengan rekanalisasi. Oleh karena itu
penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada nereka yang memenuhi syarat-syarat
tertentu.Dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Pomeroy Metode
19
2.Metode Parkland
20
BAB III
STATUS PASIEN
ANAMNESIS PRIBADI
NAMA Ny. R
UMUR 37 Tahun
PARITAS G4P3A0
NO.RM 00.73.95.02
ANAMNESIS UMUM
Telaah : Hal ini dialami sejak ± 3 hari yang lalu,Riwayat keluar air-
air dari kemaluan tidak dijumpai. Riwayat keluar darah
dari kemaluan pada kehamilan ini tidak dijumpai. Riwayat
nyeri perut tidak dijumpai. BAK dan BAB dijumpai kesan
normal.
21
TTP : ? April 2018
MENARCHE : 12 tahun
RIWAYAT PERSALINAN :
4. Hamil ini
STATUS PRESENS
Pernafasan 20 x/menit
Nadi 72 x/menit
Suhu 36,3ºC
STATUS OBSTETRIK
22
Inspeksi Abdomen membesar, asimetris
Palpasi
Leopold I TFU : 3 Jari bpx
Leopold IV Punggung
23
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
08 April 2018
Hematocrite 35 % 36.0-42.0
MCV 95 Fl 80.0-97.0
24
HbsAg Reaktif
FAAL HEMOSTASIS
PT 13,0 detik
USG TAS
BPD : 9,89 cm
HC : 34,45
25
AC : 34,11 cm
FL : 7,6 cm
TERAPI :
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/ i
Inj Ceftriaxone 1gr/12jam
RENCANA :
Sectio Cesarea
Sterilisasi Pomeroy
STATUS NEONATUS
Panjang Badan 50 cm
Anus +
26
FOLLOW UP
08 Februari 2018
P
- Bed rest
- IVFD RL 20 gtt/ i
- Inj Ceftriaxone 1g/12 jam
Sectio cesarea
R
09 Februari 2018
27
S -
28
10 April 2018
S -
S -
11 April 2018
O Sens : CM HR : 88 x/I T : 36,7C
TD : 110/70 mm Hg RR : 22 x/i
Abdomen : soepel, peristaltic (+) Normal
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi : kuat
P/V : (-) lochia (+) rubra
Luka Operasi : kesan kering
BAK (+) via kateter , UOP : 90cc
BAB (-)
Flatus (+)
29
- Bed rest
- Asam mefenamat 3x500 mg
P - Vitamin B complex
- Cefadroxil 3x500 mg
PBJ
BAB 4
DISKUSI KASUS
30
TEORI KASUS
Penularan HBV kebanyakan melalui Pada ibu ini, cara penularan virus ini
paparan darah dan cairan tubuh yang masih belum dikenal pasti. Cara yang
terinfeksi terhadap kulit dan mukosa paling rentan dapat tertular melalui
tubuh, termasuk saliva, menstrual, mukosa tubuh, menstrual, sekret
sekret vagina dan semen vagina dan semen.
Gejala konstitusi yang dapat Dari anamnesis pada ibu ini tidak
dijumpai berupa anoreksia, nausea, dijumpai gejala khas untuk Hepatitis
vomitus, demam yang tidak terlalu B.Dijumpai mules mules mau
tinggi, mialgia, fatigue, kelainan melahirkan.
pengecapan dan nyeri pada
abdomen kuadran kanan atas dan
nyeri epigastrik.
31
Imunisasi aktif memerlukan Pada penanganan bayi, diberikan
vaksinasi berulang selama berbulan- imunoglobulin selama janin dalam
bulan untuk respon antibodi yang kandungan dan vaksinasi aktif setelah
efektif. Imunoglobulin, disisi lain bayi dilahirkan.
tampaknya efektif dan protektif
selama beberapa bulan, setelah itu
berkurang.
BAB 5
KESIMPULAN
32
Ny R, 37 tahun, G4P3A0, Batak, Kristen, SMA, Ibu Rumah Tangga
menikah dengan Tn J, 40 tahun, Batak, Kristen, S1, Pegawai Swasta datang ke
RSUP Haji Adam Malik pada tanggal 08 April 2018 pukul 19.00 WIB. Dilakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik di dapatkan diagnose awal MG + KDR (39-40
minggu) + LL + AH+ Hepatitis B
DAFTAR PUSTAKA
33
1. WHO. Hepatitis B. [internet]. Lanset.2016.385(9963):117–71. Tersedia
dari : http://www.who.int/mediacentre/factshe ets/fs204/en/ .
2. Sanityoso, Andri. Hepatitis Viral Akut. Dalam : Sudoyo, Aru W. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009. hlm. 645-52.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan RI; 2014.
4. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013.
5. Merry, V. Pengelolaan Hepatitis B Dalam Kehamilan Dan Persalinan
[Tesis]. Semarang : Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang; 2001.
6. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Elsevier; 2008.
7. Budihusodo U. Hepatitis Akut pada Kehamilan. Dalam: Laksmi, Purwita
W, Mansjoer A, Alwi I, Setiati S, et al. penyakit-penyakit pada kehamilan :
peran seorang internis. Jakarta : Interna Publishing; 2008. hlm. 393-405.
8. InfoDATIN. Situasi dan Analisis Hepatitis. Jakarta: Depkes RI. 2016.
9. WHO. Guidelines for the prevention, care and treatment of persons with
chronic hepatitis B infection. WHO. 2015.
10. Pyrsopoulos NT, Reddy KR, Talavera F, Anand BS, Wu GY. Hepatitis B.
Emedicine.medscape. 2017. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/177632-overview
11. Troung A, Walker S. Management of Hepatitis B in pregnancy.
RANZCOG. 2016.
12. Albar, E. 2008.Kontrasepsi.Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B.,
Rachimhadhi, T. (eds). Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 535-563.
13. Samra-Latif, O.M., Cowan, B.D. 2011. Contraception.Wood Johnson
University. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/258507
-overview#showall
14. Gebbie, A. 2006. Metode Barier Dalam: Glasier, A., Gebbie, A. (eds).
Keluarga Berencana & Kesehatan ReproduksiEdisi 4. Jakarta: EGC, 140-
173
15. Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F.2009. Keluarga Berencana. Dalam:
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F.(eds). Memahami Kesehatan
Reproduktif Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC, 235-238.
16. Kishen, M. 2006. Alat Kontrasepsi dalam Rahim. Dalam: Glasier, A.,
Gebbie, A.(eds). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
17. Heffner, L.J., Schust, D.J. 2005. Kontrasepsi Dalam: Heffner, L.J., Schust,
D.J. (eds). At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 58-
59.
18. Winknjosastro H, Saifudin AB. Ilmu Kandungan. Kontrasepsi. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Edisi kedua. Jakarta, 2008.
34