You are on page 1of 13

INVESTASI DAN PASAR MODAL

ANALISIS TEKNIKAL DALAM PERDAGANGAN


SAHAM

Oleh
Kelas iv C
Kelompok iv
1. Kintan Fabella Mutia (1517051076)
2. Muhammad Fachrizal Hamdani (1517051102)
3. Ni Komang Diantriasih (1517051145)

Jurusan Akuntansi Program S1


Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun 2017
A. DEFINISI ANALISIS TEKNIKAL
Analisi teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu, volume perdagangan dan indeks
harga saham gabungan. Perubahan harga saham cenderung bergerak pada satu arah
tertentu (trend). Pola tertentu pada masa lampau akan terulang kembali pada masa
yang akan datang. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di
pasar. Para pelaku pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan informasi
tersebut untuk meraih keuntungan dari investasi mereka. Pada intinya analisa teknikal
adalah studi harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama.
Dibawah ini merupakan definisi analisis teknikal dari beberapa sumber
diantaranya adalah sebagai berikut:
Kamaruddin Ahmad (2003) dalam buku “Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan
Portofolio” menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan analisis pasar atau
sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar
lainnya dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran
yang telah dibuat. Atau analisis yang menganggap bahwa saham adalah komoditas
perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawaran merupakan manifestasi
kondisi psikologis pemodal.
Menurut Dedhy Sulistiawan dan Liliana (2007) dalam buku “Analisis Teknikal
Modern Pada Perdagangan Sekuritas”, Analisis teknis adalah analisis sekuritas dengan
menggunakan grafik dan volume historis. Analisis sekuritas yang dimaksud adalah
pergerakan grafik harga (atau volume) saham, obligasi, option, future, dan instrumen
keuangan lain.
Sedangkan menurut David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya (2010)
dalam buku “Manajemen Investasi” menyatakan bahwa analisis teknikal adalah suatu
jenis analisis yang selalu berorientasi kepada harga (pembukaan, penutupan, tertinggi
dan terendah) dari instrumen investasi pada timeframe tertentu. Analisis ini
mempelajari tentang perilaku pasar yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga
dengan tujuan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang. Harga yang
tercermin di dalam grafik merupakan harga kesepakatan antara supply dan demand.
Pada dasarnya, analisis teknis ini menawarkan pengembangan teknik
perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengalaman dan
pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu tren
atau pola atas grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan
untuk membeli atau menjual saham.
Data masa lalu adalah objek pebahasan utama dalam analisis teknis. Analisis ini
menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan
konsesnsus pasar. Jadi grafik ini menggambarkan perilaku investor. Dengan
mempelajari perilaku investor melalui grafik harga historis, diharapkan pengguna
analisis ini bisa menentukan pergerakan harga saham di masa mendatang atau
setidaknya bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual sahamnya. Adapun
asumsi dasar dalam analisis teknikal, meliputi:
a. Harga pasar ditentukan penawaran dan permintaan.
b. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik rasional
maupun tidak.
c. Harga saham bergerak dalam tren terus menerus dan berlangsung cukup lama,
meskipun ada fluktuasi kecil di pasar.
d. Perubahan tren disebabkan permintaan dan penawaran.
e. Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa terjadi,
dapat dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi.
f. Beberapa pola chart berulang dengan sendirinya.
Motto dasar yang bisa digunakan dalam analisis ini adalah “buy low sell high”
atau “buy high sell higher”. Ibarat pedagang, pengguna analisis diharapkan bisa
membeli saham dengan harga rendah dan menjual dengan harga yang lebih
tinggi. Atau jika harga beli sudah terlanjur tinggi, mereka bisa menjualnya
dengan harga yang lebih tinggi.
B. DASAR PEMIKIRAN

Menurut Murphy (1999) dan Luca (2000) terdapat tiga asumsi/ anggapan dasar
analisis teknis yaitu:

1) Market Price Discount Everything


Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengarus
terhadap harga saham. Kejadian atau peristiwa tersebut akan tercermin pada
harga sahamnya. Hal itu terjadi karena harga pasar saham tersebut secara
alami ditentukan oleh permintaan dan penawaran para pelaku pasar. Peristiwa
yang dimaksud tersebut bukan hanya aspek fundamental, tetapi juga politik,
keamanan, psikologi pasar, dan aspek lain baik yang bersifat ekonomis maupun
non ekonomis. Jika mayoritas investor memiliki persepsi yang buruk terhadap
suatu saham dalam suatu waktu, maka saham akan turun. Begitu pula
sebaliknya, harga saham akan naik jika mayoritas investor memiliki persepsi
yang baik. Sebagai konsekuensinya, analisis tidak akan memperhatikan alasan
mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan harga
pada market saja. Kondisi ini dinyatakan dengan ungkapan lama yang terkenal
di Wall Street, yaitu “sell on good news”. Kondisi tersebut terjadi karena harga
yang ada di market telah merefleksikan berita tersebut sehingga kenaikan
harga yang terjadi akan terbatas.
2) Price Moves In Trend
Harga saham akan bergerak dalam suatu tren. Prinsip dasar dalam penggunaan
analisis teknis adalah jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang
melawan tren harga. Pengguna analisis ini percaya bahwa semua informasi
tercermin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut menunjukkan sikap
para pelaku pasar/ investor atas suatu saham. Tren tururn menunjukkan
mayoritas pelaku pasar mengharapkan saham tersebut turun, dan sebaliknya.
Semakin banyak pelaku pasar menginginkan saham tersebut (keinginan ini
dipicu oleh berbagai informasi, baik informasi finansial maupun non finansial),
permintaan akan naik dan akan berakibat pada harga saham yang juga naik.
Dalam kondisi tersebut jangan pernah mencoba mengambil keputusan yang
melawan kehendak pasar. Sekali lagi tren adalah pencerminan dari keinginan
pasar. Pahami tren yang ada dan ikuti kemana tren tersebut akan bergerak agar
kita bisa memanfaatkan pergerakan harga tersebut untuk meningkatkan hasil
investasi.
3) History Repeats Itself
Data historis dapat digunakan untuk memprediksikan data/harga di masa
mendatang. Hal ini diyakini oleh pengguna analisis ini mengingat adanya faktor
psikologis para pelaku pasar yang secara umum bersifat konstan. Maksudnya
adalah manusia cenderung bereaksi terhadap sesuatu dengan cara yang sama.
Misalnya, jika terjadi kecelakaan pesawat terbang maka akan ada
kecenderungan pada masyarakat tajut untuk bepergian menggunakan pesawat
terbang. Namun kecemasan tersebut hanya terjadi beberapa saat saja. Setelah
beberapa waktu, mereka melupakannya dan lupa terhadap kecemasan
tersebut. Dalam bursa saham, hal ini bisa dilihat ketika terjadi peledakan bom
di suatu tempat yang strategis atau penting. Misalnya gedung BEI di Jakarta
atau gedung Word Trade Center (WTC) di USA, maka harga saham akan turun
secara drastis. Penurunan ini sebenarnya terjadi karena adanya panic selling
atau kepanikan investor yang berlebihan sehingga mereka menjual saham
tanpa banyak pertimbangan. Namun setelah beberapa waktu, mereka sadar
bahwa harga sudah turun terlalu jauh (sangat murah), maka mereka mulai
membeli dan harga akan kembali ke dalam kondisi normal.
C. PERBEDAAN ANALISI TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL
No Variabel Fundamental Teknikal
1 Fokus Perhatian harga (Overvalued/ Timing (upward/
Undervalued) Downward)
2 Horison Investasi Jangka menengah dan Jangka pendek
panjang
3 Informasi utama Perusahaan/ emiten Psikologis investor
4 Motif utama Dividen dan Capital gain
pertumbuhan
5 Strategi utama Beli dan simpan Berpindah
6 Karakter investor Penabung dan investasi Pedagang dan
instutional

D. KEKUATAN DAN KELEMAHAN ANALISIS TEKNIKAL


Adapun kekuatan analisis teknikal yang dapat diidentifikasikan adalah (Susanto
dan Sabardi, 2002):
1. Analisis teknikal dapat digunakan secara luas hampir di semua pasar modal di
seluruh dunia.
2. Grafik dapat digunakan untuk menganalisis dalam satuan waktu jam, hari,
minggu, bulan bahkan tahun.
3. Banyak terdapat alat-alat analisis teknikal dan teknik-teknik yang tersedia
untuk digunakan sesuai kebutuhan di berbagai sektor pasar yang berbeda.
4. Prinsip dasar analisis teknikal mudah dipahami dan lebih memperhatikan
pada kejadian sesungguhnya di pasar.
5. Analisis teknikal dapat menggunakan data secara akurat dan setiap saat
tersedia di RTI (Real Time Information) dan IMQ ( Infomation Market Queote).
Secara aplikatif, kelebihan analisis teknikal adalah membantu untuk mengetahui
seberapa besar kekuatan permintaan dan penawaran suatu saham melalui data harga
pembukaan, tertinggi, terendah dan penutupan secara mudah. Kita juga bisa
menentukan saat yang tepat untuk masuk dan keluar dari pasar. Analisis teknikal
membantu untuk memutuskan kapan yang tepat untuk membeli.
Beberapa kelemahan analisis teknikal adalah (Susanto dan Sabardi, 2002):
1. Analisis teknikal menganggap bahwa sifat manusia adalah konstan sehingga
pola kecenderungan akan selalu berulang. Bagaimanapun juga terdapat
batasan bahwa masa yang akan datang merupakan cerminan masa lalu.
2. Analisis teknikal memperhatikan tingkat kemungkinan suatu kejadian akan
terjadi, buka kepastian dari kejadian tersebut.
3. Beberapa analisis teknikal modern berdasarkan pada konsep matematik dan
statistik yang cukup kompleks sehingga menganalisis dengan perangkat lunak
komputer sulit dihitung dan tidak mudah untuk memahami hasil
keseluruhannya.
4. Untuk keberhasilan analisis teknikal, maka informasi yang dipakai harus
akurat dan tepat waktu.
Kelemahan analisis teknikal terjadi karena harga saham mencerminkan sebuah
persetujuan atau konsensus yaitu harga saham di mana pembeli setuju untuk
membelinya dan penjual setuju untuk menjualnya. Harga di mana investor bersedia
untuk membeli atau menjual bergantung pada apa harapannya. Jika mereka
mengahrapkan harga saham akan turun, mereka akan menjualnya. Situasi sederhana ini
merupakan tantangan dalam memperkiraan gerakan harga saham karena mangacu
pada harapan manusia. Fakta ini membuat tidak ada sistem perdagangan saham yang
dapat bekerja secara konsisten. Luasnya para pelaku pasar modal menyebabkan
ketidakpastian tetapi sekaligus menjadi faktor pemikat dalam perdagangan saham.
E. ELEMEN-ELEMEN DALAM ANALISIS TEKNIKAL
Analisis teknikal didasarkan sepenuhnya pada analisa harga dan volume. Elemen-
elemen yang mendefinisikan harga dan volume adalah open, high, low, close, volume,
open interest, bid, dan ask (Salim, 2003).
1. Harga pembukaan (open) adalah harga perdagangan pertama untuk suatu
periode.
2. Harga tertinggi (high) adalah harga perdagangan tertinggi untuk suatu
periode. Ini adalah titik dimana ada lebih banyak penjual dari pada pembeli.
High juga mencerminkan harga tertinggi di mana pembeli bersedia
membayar.
3. Harga terendah (low) adalah harga perdagangan terendah untuk suatu
periode. Ini adalah titik dimana ada lebih banyak pembeli daripada penjual.
Low juga mencerminkan harga terendah dimana penjual bersedia menerima.
4. Harga penutupan (close) adalah harga perdagangan terakhir untuk suatu
periode. Harga penutupan adalah harga yang paling sering digunakan untuk
analisis. Hubungan antara harga pembukaan dengan harga penutupan
dianggap cukup penting oleh sebagian besar pemakai analisa teknikal.
Hubungan ini ditekankan dalam candlestick chart.
5. Volume adalah jumlah saham yang diperdagangkan untuk suatu periode.
Hubungan antara harga dengan volume sangat penting dalam analisa teknikal.
Volume aktivitas perdagangan saham setiap periode akan ditunjukkan pada
dasar (bagian bawah) suatu grafik barang yang standar. Setiap periode (hari,
minggu, bulan dan tahun) volume perdagangannya dicatat dengan bar vertikal
secara langsung di bawah bar harga periode tersebut. Semakin tinggi bar
volume berarti semakin besar volume perdagangannya pada periode tersebut.
Skala vertikal dapat digunakan sepanjang dasar suatu grafik untuk
membentuk plot datanya.
6. Open interest adalah total jumlah kontrak yang outstanding dari futures atau
options (yaitu kontrak yang belum ditutup atau kadaluarsa). Open interest
adalah indikator yang sering digunakan.
7. Bid adalah harga di mana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham.
Sedangkan ask adalah harga dimana penjual bersedia menerima untuk suatu
saham.
Elemen-elemen ini digunakan untuk menciptakan alat-alat yang berfungsi untuk
mempelajari gerakan harga, trend, pola dan lain sebagainya. Hanya saja tidak setiap
elemen tersedia untuk berbagai jenis sekuritas. Pada saham yang tersedia adalah open,
high, low, close, volume. Ask dan bis bersifat intraday, sedangkan open interest tidak
tersedia.
F. JENIS CHART

Ada tiga jenis chart dalam teknikal analisis, yaitu:

LINE CHART
Line chart adalah grafik yang paling sederhana yang digambarkan sebagai garis
yang menghubungkan harga-harga penutupan. MisalnyaB: dalam beberapa hari
berturut-turut perdagangan ditutup pada harga 100, 200, 150, 25. Maka level-level
harga tersebut dihubungkan dengan garis lurus. Dengan grafik ini kita bisa melihat
pergerakan harga secara umum dalam satu periode waktu tertentu. Contoh:

BAR CHART
Bar chart sedikit lebih rumit daripada line chart. Chart jenis ini memberikan
informasi mengenai harga pembukaan, penutupan, harga tertinggi dan terendah
dalam satu periode waktu tertentu. Bar chart memberikan informasi yang lebih
lengkap dibandinganjan dengan line chart yang hanya memberikan informasi harga
penutupan. Karena memiliki informasi tersebut, chart ini juga disebut dengan OHLC
chart (Open-High-Low-Close). Berikut ini adalah bentuk dasar dari bar chart.
Ujung bawah dari chart ini adalah harga terendah yang pernah diperdagangkan
dalam periode waktu tertentu, sedangkan ujung atasnya adalah harga tertingginya.
Garis vertikalnya mewakili range (rentang) harga dalam periode waktu tersebut. Garis
horizontal kecil yang berada di sebelah kiri adalah harga pembukaan sedangkan yang
berada disebelah kanan merupakan harga penutupannya. Pada contoh diatas, harga
pembukaan berada lebih rendah daripada harga penutupan. Namun harga pembukaan
bisa saja berada lebih tinggi daripada harga penutupan. Contoh bar chart di grafik
adalah sebagai berikut:

Secara sederhana bisa kita katakan bahwa satu bar merupakan satu periode
waktu, baik itu satu bulan, satu minggu, satu hari, satu jam, atau bahkan satu menit.
Tergantung pada kerangka waktu berapa lama kita plot chart tersebut.

CANDLESTICK CHART

Dinamakan “candlestick” karena memang bentuknya mirip dengan lilin. Nama


lengkapnya adalah “japanese canclestick chart”, karena konon is berasal dari negeri
Sakura. Chart jenis ini menyediakan informasi yang sama persis dengan bar chart,
hanya saja “postur” tubuhnya berbentuk kotak.

Biasanya, body dari candlestick chart ini berwarna putih hitam. Jika body-nya
berwarna putih maka harga open-nya di bawah, sebaliknya jika body berwarna hitam
maka harga open berada di atas. Jadi body itu sendiri menggambarkan jarak antara
harga pembukaan dengan penutupan dalam satu periode waktu tertentu.

Jika harga open di bawah harga close, maka biasa disebut dengan bull candle.
Dalam analisis teknikal, istilah “bull” atau “bullish” digunakan untuk menggambarkan
pergerakan harga yang naik. Untuk menggambarkan pergerakan harga yang turun,
digunakan istilah “bear” atau “bearish”, sehingga candlestick yang memiliki harga open
di atas harga close disebut bear candle. Gunakan saja “jembatan keledai” ini agar lebih
gampang mengingatnya: BULL= naik, BEAR= turun. Tapi jika menganggap warna hitam
dan putih ini kurang “stylish”, atau kurang menarik, maka bisa menggantinya dengan
warna yang disukai. Kombinasi warna lain yang sering digunakan misalnya adalah
merah untuk bear candle dan biru untuk bill candle.
Contoh candlestick chart di grafik adalah sebagai berikut.

G. GARIS SUPPORT DAN RESISTANCE


Garis support adalah garis dimana terdapat kecenderungan harga akan naik (garis
batas bawah). Pada garis ini terdapat keadaan dimana permintaan lebih besar dari
penawaran dan akan menyebabkan harga cenderung akan naik.
Garis resistance adalah garis dimana terdapat kecenderungan harga akan tirun
(garis batas atas). Pada garis ini terdapat keadaan dimana permintaan lebih kecil dari
penawaran dan akan menyebabkan harga cenderung akan turun (Achellis, 2001).
Gambar diatas merupakan cerminan dari psikologi para investor, yaitu suatu
keadaan dimana investor melakukan pembelian, penjualan, atau tidak melakukan
transaksi sama sekali. Psikologi investor yang diliputi perasaan takut (fear) atau
serakah (greed) dalam melakukan transaksi dengan sendirinya akan membentuk
supply dan demand.
Rasa takut timbul sebagai akibat pemilihan suatu saham yang harganya kemudian
turun dan menderita kerugian. Pada keadaan ini investor berharap saham dapat
kembali ke keadaan semula. Sedangkan rasa serakah timbul sebagai akibat melakukan
pembelian atau penjualan saham yang nilaikeuntungannya dianggap kurang sesuai
dengan harapan. Membeli kurang banyak pada saat saham yang dibeli mengalami
kenaikan atau menjual pada harga yang tidak terlalu tinggi dimana saham tersebut naik
pada level yang lebih tinggi. Semakin tinggi volatilitas suatu saham atau dalam hal ini
pasar, maka akan tinggi pula perasaan takut dan serakah dan semakin kuat pula tingkat
resistance dan support-nya. Bila garis support dapat ditembus oleh pergerakan harga,
secara otomatis garis support tersebut menjadi garis resistance. Bila garis resistance
dapat ditembus oleh pergerakan harga, maka garis tersebut akan berubah menjadi garis
support (Ong, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamarudin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Porofolio. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sulistiawan, Dedhy dan Liliani. 2007. Analisi Teknikal Modern Pada Perdagangan
Sekuritas: cara praktis memprediksi pergerakan harga saham & sekuritas lainnya.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Dewi, Gusti Ayu Ketut Rencana Sari dan Diota Prameswari Vijaya. 2017. Investasi Dan
Pasar Modal Indonesia. Singaraja:
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya. 2010. Manajemen Investasi:
pendekatan teknikal dan fundamental untuk analisis saham. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Abidin, Sugeng, Dkk. 2016. “Pengaruh Faktor-Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham
(Studi Pada Harga Saham Idx30 Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-
2015)”. Tersedia Pada
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/1
423. (Diakses Tanggal 18 Maret 2017).

You might also like