You are on page 1of 16

Referat

VERTIGO PERIFER

Oleh :
Wella Fadillah
1608438233

Pembimbing:
dr. Asmawati Adnan, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2018
1

VERTIGO PERIFER

I. DEFINISI

Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere yang berarti berputar, dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo merupakan bagian dari dizzines, yaitu persepsi atau
ilusi gerakan. Penderita vertigo merasakan perasaan berputar terhadap objek di
sekitarnya atau objek disekitarnya yang bergerak berputar terhadap dirinya.
Vertigo vestibular merupakan true vertigo, dimana terjadi gangguan
keseimbangan akibat terganggunya sistem vestibular yang dibagi menjadi dua,
yaitu vertigo vestibular perifer dan vertigo vestibular sentral. Vertigo perifer
terjadi gangguan pada nervus vestibulokoklearis yang keluar dari nukleus
vestibularis, utrikulus, sakulus, atau kanalis semisirkularis. Sedangkan vertigo
sentral terjadi gangguan pada serebelum atau batang otak.1,2

II. ANATOMI TELINGA DALAM

Sistem vestibular perifer terdapat didalam pars petrosa ossis temporalis,


terdiri dari labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang terdiri atas tiga
bagian, yaitu koklea, vestibulum, dan tiga kanalis semisirkularis.3 Koklea
merupakan organ sensorik utama untuk pendengaran dan hampir tidak
berhubungan dengan keseimbangan.4 Vestibulum merupakan bagian tengah dari
labirin tulang yang didalamnya terdapat sakulus dan utrikulus yang merupakan
bagian dari labirin membranosa. Ketiga kanalis semisirkularis yaitu bagian lateral,
posterior, dan anterior bermuara ke posterior vestibulum dengan terdapat
pelebaran pada tiap ujungnya yang disebut ampulla, dimana terdapat organ
reseptor sistem vestibular yaitu krista ampularis.3
2

Gambar 1. Anatomi Telinga dalam 3


Labirin membranosa terdiri dari sakulus dan utrikulus yang berisi
cairan endolimfe dan dikelilingi oleh cairan perilimfe dalam labirin tulang
yang dalam keadaan normal tidak ada hubungan antara ruang endolimfe
dan perilimfe. Di bagian permukaan dalam dari setiap sakulus dan
utrikulus terdapat daerah sensorik yang disebut makula.3
Sel-sel rambut khusus terdapat di tiap krista ampularis dan makula
yang berfungsi untuk merubah energi mekanis menjadi impuls sensorik.
Penempatan sel-sel rambut pada bermacam-macam arah dalam makula
sakulus dan utrikulus adalah untuk menerima rangsangan saat terjadi
perubahan posisi kepala sehubungan dengan gaya tarik gravitasi yang
selanjutnya akan disalurkan melalui saraf vestibular ke sistem saraf pusat
untuk menjaga keseimbangan. Saat kepala tiba-tiba mulai berputar ke
suatu arah, endolimfe dalam kanalis semisirkularis, akibat efek inersianya,
cenderung menetap, sedangkan kanalis semisirkularis akan
berbelok/berputar. Keadaan ini menyebabkan cairan relatif mengalir dalam
kanalis dengan arah yang berlawanan dengan perputaran kepala untuk
menjaga keseimbangan.4,5
3

Gambar 2. Sistem Vestibular Perifer 4


III. GANGGUAN VESTIBULAR PERIFER
A. BPPV
Benign paroxysmal positional vertigo adalah gangguan vestibular perifer
yang paling sering terjadi. Di Amerika, 64 dari 100.000 orang mengalami BPPV.
Perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki, dengan gejala dirasakan
paling banyak pada usia 40-50 tahun. Ada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai proses terjadinya BPPV salah satunya adalah teori kanalitiasis. Kalsium
karbonat yang bergerak di dalam kanalis semisirkularis (kanalitiasis)
menyebabkan endolimfe bergerak dan akan menstimulasi ampula dalam kanal,
sehingga menyebabkan vertigo. Kanalitiasis paling sering terjadi di kanalis
semisirkularis posterior, namun dapat pula mengenai kanalis semisirkularis lateran
dan anterior.6

B. Penyakit Meniere
Penyakit meniere adalah suatu gangguan kronis telinga dalam, tidak fatal
namun mengganggu kualitas hidup. Gejala pada penyakit meniere disebabkan
oleh peningkatan cairan endolimfe atau endolymphatic hydrops. Endolympatic
hydrops dideskripsikan sebagai peningkatan tekanan dan displacement mekanis
organ telinga dalam sehingga mempresipitasi terjadinya serangan. Endolympatic
hydrops juga menimbulkan micro ruptur pada membran Reissner, sehingga terjadi
percampuran antara cairan endolimfe dan perilimfe. Campuran cairan ini akan
4

merendam reseptor pada koklea dan sistem vestibular, sehingga selain gangguan
keseimbangan, pada penyakit meniere didapatkan juga gangguan pendengaran.6,7
Penyebab pasti penyakit meniere belum dapat dijelaskan, namun ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyakit meniere seperti inflamasi,
trauma, otosklerosis, autoimun, gangguan endokrin, dan genetic.8
C. Neuritis Vestibularis
Neuritis vestibularis merupakan gangguan vestibular perifer terbanyak
kedua setelah BPPV. Infeksi virus diduga menjadi penyebab neuritis vestibularis.
Hal ini didukung oleh hipotesis bahwa terjadinya bersifat endemik pada bulan
tertentu yang berhubungan dengan infeksi virus. Dapat juga disebabkan karena
reaktivasi herpes simplex virus yang mengenai vestibular ganglion, saraf
vestibular, labirin, atau mengenai ketiganya. Gejala neuritis vestibularis adalah
vertigo yang berkepanjangan, mual muntah, dan gangguan keseimbangan yang
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Selain itu, terdapatnya
nistagmus, positif head-thrust test, dan tidak ada defisit neurologis, merupakan
karakteristik klinis neuritis vestibularis.6

D. Labirintitis

Labyrinthitis merupakan inflamasi pada labirin membranosa, mengenai


organ vestibular dan koklear. Dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral, dan
sama seperti neuritis vestibularis yang biasanya didahului oleh infeksi pernafasan
bagian atas. Mikroorganisme yang dapat menginfeksi dapat berupa virus maupun
bakteri. Labyrinthitis akibat virus biasanya dialami oleh orang dewasa di usia
40-70 tahun. Bakterial labyrinthitis dapat terjadi akibat infeksi otogenik seperti
cholesteatoma atau otitis media dan pada penderita meningitis. Labyrinthitis
akibat meningitis paling sering mengenai anak usia <2 tahun. Otogenik infeksi
biasanya hanya gejala unilateral, sedangkan meningitic labyrinthitis menyebabkan
gejala bilateral.6,7
5

IV. DIAGNOSA VERTIGO VESTIBULAR PERIFER


A. Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya, melayang, goyang,
berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya, hal ini untuk
mengetahui jenis vertigo vestibuler atau non vestibuler. Perlu diketahui juga
keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo. Perubahan posisi kepala dan
tubuh, keletihan dan ketegangan. Profil waktu, apakah timbulnya akut atau
perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik progresif atau membaik.
Apakah ada gangguan pendengaran. 9

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular


Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang
keseimbangan
Serangan episodik kontinu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus gerakan kepala gerakan obyek visual
Situasi pencetus - keramaian, lalu lintas

Tabel 1. Perbedaan vertigo vestibular dan non vestibular 2


Vertigo Vestibuler Perifer Vertigo Vestibuler Sentral

Kejadian Episodik, onset mendadak Konstan

Arah nistagmus (Spinning) Satu arah bervariasi


Horizontal, vertikal, oblik, atau
Aksis nistagmus, Horizontal atau rotatorik
rotarik
Gejala otonom Mual, muntah, keringat (++) Mual, muntah, keringat (+)
Hilang pendengaran,
Bisa terjadi Tidak ada
tinnitus
Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi
Sering disertai deficit saraf
Gejala neurologis lainnya Tidak ada kranial serta tanda-tanda serebelar
dan piramidal
Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibuler Perifer dan Sentral 2
6

Durasi serangan vertigo pada vertigo perifer juga berbeda-beda


sesuai etiologi yang mendasarinya, seperti: 7
1. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik
dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak
diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis
umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
2. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
3. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang
ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta
muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi
pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada
pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.

B. Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan
sistemik, otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler, dapat berupa
pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola
mata/nistagmus dan fungsi serebelum. 9
7

C. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua


mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. 9,10

Gambar 3. Uji Romberg 10


b. Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
vestibuler, perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan
serebeler penderita akan cenderung jatuh. 10
8

d. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan
jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama
satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti
orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah
lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada
sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.10

Gambar 4. Uji Unterberger 10


e. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan
penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian
diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal
ini dilakukan berulang- ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.9
9

Gambar 5. Past-ponting test 9


f. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima
langkah ke depan dan lima langkah ke belakang selama setengah
menit, jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan
berjalan dengan arah berbentuk bintang.10

D. Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologi


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di
sentral atau perifer :
a. Fungsi Vestibuler
1. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri.
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45°
di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan
45° ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat
dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer, vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam
waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang
bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral, tidak
ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih
10

dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula


(non-fatigue).9,10

Gambar 6. Uji Dix Hallpike 10


2. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang
timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat
ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke
kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di
satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan
pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal
paresis menunjukkan lesi perifer di labarin atau n.VIII, sedangkan
directional preponderance menunjukkan lesi sentral.9

V. TATALAKSANA VERTIGO VESTIBULAR PERIFER


Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan
akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada vertigo,
beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan vertigo.
Pada penyakit Meniere, misalnya pengurangan asupan garam dan penggunaan
diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk BPPV (benign
paroxysmal positional vertigo), dapat dicoba dengan beberapa manuever Canalith
11

Repositioning Treatment (CRT) seperti manuver Epley, manuver Semont,


manuver Lampert Roll, dan manuver Brandt Daroff. 8
1. Manuver Epley
Dilakukan setelah test Dix Hallpike abnormal. Caranya: 8,9
a. Dimulai dengan posisi Dix Hallpike. Jika kanal telinga yang
terganggu sebelah kanan, maka CRT juga kanan dan sebaliknya.
b. Pertahankan posisi saat berbaring dengan kepala yang menggantung
di tepi meja periksa sekitar 1-2 menit.
c. Kemudian kepala diputar perlahan ke kiri (450) dan pertahankan
beberapa saat.
d. Selanjutnya badan pasien dimiringkan sehingga pasien menghadap
ke lantai.
e. Terakhir pasien kembali ke posisi duduk dengan kepala menghadap
ke depan. Hindarkan kepala menunduk, berbaring, dan
membungkukkan badan selama sehari.

Gambar 7. Manuver Epley 9


2. Manuver Semont
12

Test ini dilakukan sesuai dengan kanal yang terlibat. Misalnya kanal
posterior kanan, maka test juga dilakukan ke arah kanan dengan posisi
kepala diputar menghadap ke kiri dan sebaiknya. 8,9
a. Pasien duduk di meja periksa dengan kepala diputar menghadap ke
kiri 450.
b. Kemudian secara cepat pasien dibaringkan ke sisi kanan dengan
kepala menggantung.
c. Setelah 1 menit, pasien kembali ke posisi duduk awal secara cepat
dan kemudian ke posisi side lying kiri (posisi baring ke sisi kiri)
dengan posisi kepala menoleh 450 ke kiri. Pertahankan selama 1
menit.
d. Terakhir kembali ke posisi duduk awal secara perlahan.

Gambar 8. Manuver Semont 9


3. Manuver Brandt Daroff
Latihan ini dapat dilakukan pasien di rumah tanpa bantuan therapist.
Caranya : 9
a. Pasien dalam posisi duduk kepala menoleh ke arah berlawanan dari
posisi pencetus vertigo (misalnya kepala menoleh ke kanan). Tahan
selama 30 detik.
b. Kemudian berbaring dengan cepat ke sisi berlawanan (sisi kiri).
Tahan selama 30 detik.
c. Secara cepat duduk kembali.
13

d. Selanjutnya posisi kepala menoleh ke sisi sebelahnya (ke kiri).


Tahan selama 30 detik.
e. Berbaring ke sisi berlawanan (kanan) selama 30 detik dan kembali
duduk seperti semula.
Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali, 3 kali sehari minimal 2
hari.sampai vertigo menghilang.

Gambar 9. Manuver Brandt Daroff 9


Terapi Farmakologi
Secara umum, penatalaksanaan medika- mentosa mempunyai tujuan
utama: mengeliminasi keluhan vertigo, memperbaiki proses-proses kompensasi
vestibuler, dan mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. 1
Tabel 3. Pengobatan penyebab dari vertigo1
14

Tabel 4. Pengobatan dari vertigo akut 1


15

DAFTAR PUSTAKA

1. Gnerre P, C Casati, M Frualdo, M Cavalleri, S. Guizzetti. Management of


Vertigo; From Evidence to Clinical Practice. Italian Journal of Medicine.
2015; 9:437.p.180-92
2. Huang Kuo C, Phang L, Chang R. Vertigo. Part 1-Assesement in General
Practice. Australian Family Physician:2008; 37(5):341-7.
3. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran
(Terjemahan). 6 ed. Sugiharto, Liliana. EGC, Jakarta, Indonesia. p. 150-59
4. Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed.
Rachman RY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta :
EGC; 2007.p.423-35
5. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Soepardi Ea, Iskandar N, Bashiruddin
J, Restuti RD, editors. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2012.p.62-7
6. Thompson TL, R Amedee. Vertigo: A Review of Common Peripheral and
Central Vestibular Disorders. The Ochsner Journal;2009:9(1).p.20-6
7. Lee A.T.H. Diagnosing the Cause of Vertigo: A Practical Approach. Hong
Kong Med J;2012: 18 (4). p. 327-32
8. Gnerre, P., C. Casati, M. Frualdo, M. Cavalleri, and S. Guizzetti.
Management of Vertigo; From Evidence to Clinical Practice. Italian
Journal of Medicine;2015(9):180-192.
9. Setiawati M, dan susianti. Diagnosis dan Tatalaksana vertigo;Jurnal
Kedokteran:2016(5).p. 91-4
10. Lumbantobing S. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Utama
H, editor. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2014.p.140-9

You might also like