Professional Documents
Culture Documents
Bab III - Geologi Daerah Penelitian
Bab III - Geologi Daerah Penelitian
3.1 Geomorfologi
dengan tujuan untuk memperkirakan variasi jenis litologi, kemiringan umum lapisan
vulkanik sangat membantu dalam penentuan sumber erupsi yang menjadi dasar
vulkanostratigrafi.
lapangan. Dari proses ini diperoleh data kelurusan punggungan, kelurusan lembah,
pola kontur topografi, pola aliran sungai, besar sudut lereng, bentukan lembah
sungai, dan tingkat erosi yang terjadi. Data tersebut diolah dan dianalisis untuk
Pada analisa yang dilakukan pada peta topografi dan data DEM terlihat
adanya pola kelurusan punggungan dan lembah pada area penelitian. Melihat dari
pola yang berkembang kelurusan yang terbentuk bukan akibat dari tektonik
melainkan akibat hasil erupsi gunungapi, analisis linier ini digunakan salah satunya
dibagi berdasarkan pola dan distribusinya, dari tua ke muda yaitu kelurusan 1, 2, 3,
a. Pola kelurusan 1
Kelurusan 1 ini terletak sebelah tenggara daerah penelitian yang ditandai oleh
garis berwarna merah dan berarah NNW -SSE. Pola kelurusan ini dipengaruhi oleh
arah aliran lava Gunung Cakra, beberapa kelurusan ini dipotong secara paralel oleh
kelurusan berarah NNE–SSW yang diperkirakan merupakan bagian dari sesar normal
Cikahuripan.
b. Pola kelurusan 2
Kelurusan ini terletak di bagian selatan daerah penelitian yang ditandai oleh
garis berwarna kuning dan berarah WNW – ESE. Pada area kelurusan ini dicirikan
oleh tekstur permukaan yang relatif halus dengan litologi terdiri dari endapan lahar.
c. Pola keluruan 3
punggungan lava Pasir Malang yang ditandai oleh garis berwarna biru. Kelurusan ini
searah dengan pola sesar normal Cikahuripan yang berarah NE - SW. Selain faktor
aliran lava yang mempengaruhi kelurusan ini sesar normal Cikahuripan juga
mempengaruhi dari pola kelurusan ini. Kelurusan ini dicirikan oleh tekstur
cukup kuat.
d. Pola keluruan 4
garis berwarna merah tua. Kelurusan ini berarah relatif N – S yang memotong
kelurusan 2, pola dari kelurusan ini dipengaruhi oleh hasil erupsi Gunung Guntur,
relatif halus litologi pada pola ini terdiri dari aliran lava yang tertutupi endapan
piroklastik jatuhan yang cukup tebal sehingga pola kelurusan pada area ini tidak
begitu terlihat.
Bentuk Muka Bumi (Brahmantyo dan Bandono, 2006), pembentukan morfologi yang
mengacu pada proses-proses geologi baik endogen maupun eksogen. Interpretasi dan
persen lereng.
Bentang alam Kompleks Guntur dikontrol oleh material hasil letusan dan
tingkat ketahanan batuan. Aktivitas vulkanik berupa letusan eksplosif dan efusif
berperan menjadi tahap awal dari ekspresi topografi daerah penelitian, kemudian
topografi dengan pola kontur yang rapat dan dapat dibagi menjadi tujuh satuan
pada pola kontur yang diamati menggunakan peta topografi, tekstur permukaan yang
dapat dilihat dari DEM dan juga kemiringan lereng yang mengacu pada klasifikasi
van Zuidam (1985) (Gambar 3.3). diperoleh dengan mengolah peta topografi
23,44% daerah penelitian, pada peta ditandai dengan biru tua.Satuan ini
dicirikan oleh pola kontur agak renggang sampai renggang. Satuan ini
termasuk dalam lereng landai (van Zuidam, 1985). Litologi penciri satuan ini
berupa lahar hasil, rombakan dari kelompok gunungapi tua dan gunungapi
muda. Pada umumnya satuan ini digunakan sebagai lahan persawahan dan
perkebunan.(Gambar 3.4).
Gambar 3.4. Satuan dataran aliran lahar, foto menghadap baratdaya, diambil dari
daerah Sukakarya.
Satuan ini dicirikan oleh pola kontur rapat sampai renggang. Satuan
ini memiliki kemiringan lereng 20-40 dengan ketinggian antara 1150 – 1300
mdpl termasuk dalam lereng landai (van Zuidam, 1985). Litologi penciri
satuan ini berupa lava andesit yang bersumber dari hasil erupsi Gunung
3.5).
Satuan ini dicirikan oleh pola kontur yang renggang sampai sangat
rapat, dengan besar kemiringan lereng 40 - >550 dan ketinggian antara 1750 -
2248 mdpl termasuk dalam lereng landai sampai sangat terjal (van Zuidam,
1985). Litologi penciri satuan ini berupa lava andesitis dan breksi vulkanik.
Proses eksogen yang mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan dan erosi
daerah penelitian.
Satuan ini dicirikan oleh pola kontur sangat rapat. Satuan ini memiliki
mdpl termasuk dalam lereng curam sampai sangat terjal (van Zuidam, 1985).
Litologi penciri satuan ini berupa lava andesitis. Proses eksogen yang
mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan dan erosi vertikal (Gambar 3.7).
Satuan ini dicirikan oleh pola kontur renggang sampai rapat. Satuan
sampai 1.859 mdpl termasuk dalam lereng landai sampai terjal (van Zuidam,
1985). Satuan ini terdiri dari Guung Guntur dan Gunung Putri, litologi penciri
satuan ini berupa aliran lava yang tertutupi oleh piroklastik jatuhan. (Gambar
3.8).
Gambar 3.9. Satuan kerucut Gunungapi Putri dengan material penyusun terdiri dari
lava basaltis foto menghadap timur, diambil dari daerah Tanjungkarya.
Satuan ini ditandai dengan warna biru muda. Satuan ini menempati
Satuan ini dicirikan oleh pola kontur renggang. Daerah ini memiliki
termasuk dalam lereng landai. (van Zuidam, 1985). Litologi penciri satuan ini
Gambar 3.10. Satuan dataran pirklastik dengan material penyusun terdiri dari tuf dan
piroklastik jatuhan, foto menghadap utara, diambil dari daerah Legok Pulus.
Satuan ini ditandai dengan warna merah tua pada peta geoorfologi
Satuan ini terdiri dari kawah Gunung Guntur dan kawah Gunung Masigit dan
550 dengan ketinggian antara 1.810 sampai 1.940 mdpl termasuk dalam
lereng landai sampai sangan terjal. (van Zuidam, 1985) (Gambar 3.11).
Gambar 3.11. Satuan kawah erupsi Guntur, dinding terdiri dari lava basaltis, foto
menghadap barat, diambil dari Kawah Guntur
Kawah Masigit
dengan ketinggian antara 2.162 sampai 2.200 mdpl termasuk dalam lereng
nyata dan menjadi salah satu pendekatan awal yang umum digunakan untuk
memahami struktur geologi setempat (Howard, 1967). Penentuan pola aliran sungai
pada penelitian ini mengacu pada klasifikasi Howard, 1967 (van Zuidam, 1985).
Berdasarkan hasil pengamatan dari peta topografi skala 1:12.500 didapatkan bahwa
lembah – lembah yang berbentuk “V” (Gambar 3.14), bentuk lembah sungai “V”
tersebut menunjukkan gejala erosi vertikal lebih intensif terjadi daripada erosi lateral.
Hal ini di dukung dengan kehadiran air terjun yang umum di temukan di daerah
3.2 Vulkanostratigrafi
3.2.1 Metodologi
penamaan Sandi Stratigrafi Indonesia tahun 1996 yang ditulis oleh Martodjojo dan
Djuhaeni (1996). Menurut referensi tersebut, satuan batuan atau endapan gunungapi
kegiatan gunungapi, baik secara primer maupun sekunder dalam suatu interval
waktu. Prinsip ini pada dasarnya tidak hanya membagi berdasarkan ciri batuan, tetapi
juga membagi berdasarkan sumber erupsi, daur letusan, dan waktu kejadian. Sumber
berbeda.
Menurut Martodjojo, dkk. (1996), satuan yang digunakan adalah khuluk dan
oleh satu atau lebih titik erupsi yang membentuk satu tubuh gunungapi.Khuluk
meliputi daerah yang luas dan umumnya dapat dipetakan dengan skala 1:50.000 atau
lebih besar. Sedangkan gumuk gunungapi adalah bagian dari khuluk yang terbentuk
sebagai hasil suatu erupsi pada tubuh gunungapi tersebut, baik sebagai hasil erupsi
pusat maupun erupsi samping. Gumuk gunungapi merupakan bagian dari khuluk
Untuk dapat menentukan khuluk dan gumuk di daerah penelitian, hal pertama
yang dilakukan adalah melihat pola kontur secara luas agar dapat memperkirakan
arah produk letusan dan sumber erupsi Dari tahap ini diperoleh satuan khuluk dan
penamaan secara geografis dan disusun secara relatif dari yang berumur tua ke umur
muda. Dari analisa terhadap bentukan geomorfologi, saat ini terlihat 13 bentukan
yang diperkirakan sebagai pusat erupsi, yakni Gunung Cakra yang paling tua dan
Gunung Guntur yang paling muda. Dalam kompleks Guntur beberapa tidak terlihat
dengan jelas pusat erupsinya karena merupakan gunungapi tua yang sudah
penamaan batuan beku didasarkan atas dasar klasifikasi William (1982) yang
secara umum daerah penelitian dibagi menjadi dua khuluk yaitu, Khuluk Cakra dan
Khuluk Masigit, untuk ebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.2.
Satuan batuan tersebut terbentuk melalui mekanisme aliran lava (l), aliran
Pada peta topografi satuan ini memiliki pola kontur yang mengipas dan
menyebar. Pada bagian barat, penyebaran satuan ini ditutupi oleh bentukan
Gunung Cakra.
tekstur pada mineral berupa sieve, rim opak dan zoning dengan fenokris
masadasar terdiri dari gelas, plagioklas, piroksen dan mineral opak (Gambar
3.18).
Gambar 3.17. Singkapan lava Gunung Cakra dan struktur vesikuler (kanan).
Satuan ini merupakan produk efusif dari Gunung Cakra yang dicirikan
penelitian. Pada peta topografi satuan ini memiliki pola kontur sistematis
mulai dari kontur rapat berangsur renggang. Pada bagian selatan, penyebaran
satuan ini dibatasi oleh bentukan kontur yang terjal menbentuk gawir.
Singkapan segar hanya terdapat di beberapa tempat yaitu di desa Sodong dan
terdapat tekstur pada mineral berupa sieve dan zoning, fenokris (40%) terdiri
Gambar 3.19. Singkapan lava Gunung Cikatomas dan struktur autobreksi (kiri).
ditandai dengan auto breksi dan vesikuler. Hal ini menunjukkan bahwa satuan
Satuan lava andesit piroksen Gunung Putri ini menempati 4,50% dari
peta topografi satuan ini memiliki pola kontur yang rapat. Terdapat bukaan
dengan arah memanjang ke arah timur diduga bukaan tersebut akbiat dari
longsornya sebagian tubuh gunung dan menjadi jalur keluarnya aliran lava
Gunung Putri. Batas satuan lava ini terlihat mencolok dari sekitarnya, dilihat
dari bentukan yang masih resisten membuat satuan ini masuk dalam
Litologi penyusun satuan ini berupa lava andesit, abu gelap, porfiritik,
(Gambar 3.21).
aliran, pada mineral terdapat juga tekstur berupa sieve, zoning, rim opak,
fenokris (25%) terdiri dari plagioklas, piroksen, dan mineral opak bentuk
Satuan ini merupakan produk efusif dari Gunung Putri yang dicirikan
oleh vesikuler pada permukaan lava dan terlihat tekstur aliran pada analisa
mikroskopik, terdapat pula struktur sheeting joint. Hal ini menunjukkan bahwa
Satuan lava basal piroksen Gunung Martalaja ini menempati 4,45% dari
gawir, satuan ini ditindih oleh satuan dari Lava Cidadali. Pada daerah ini
sebagian besar lahan sudah dipakai untuk perkebunan dengan ketebalan soil
Litologi penyusun satuan ini berupa lava andesit, abu gelap, porfiritik,
(Gambar 3.23).
pada mineral terdapat tekstur berupa sieve, zoning dan rim opak, fenokris
(67%) terdiri dari plagioklas, hornblenda, biotit, k-feldspar dan mineral opak,
dicirikan oleh autobreksi dan vesikuler. Menurut Purbawinata, 1990 satuan ini
Pada peta topografi satuan ini memiliki pola kontur menumpuk ke arah
membentuk gawir, satuan ini ditindih oleh satuan dari lava Cidadali. Pada
mineral terdapat tekstur berupa sieve, zoning, dan rim opak, fenokris (67%)
dicirikan oleh auto breksi serta vesikuler. Menurut Purbawinata, 1990 satuan
Topografi satuan ini memiliki pola kontur yang cukup rapat dan terjal.
Penyebaran ke arah barat ditutupi oleh lava Gunung Masigit ke selatan ditutupi
Picung. Sebagian besar daerah ini tertutupi vegetasi yang cukup lebat.
Litologi penyusun satuan ini berupa lava andesit, abu kelabu, memiliki
mineral terdapat tekstur rim piroksen dan zoning dengan fenokris (30%) terdiri
Satuan ini merupakan produk efusif dari Gunung Agung yang dicirikan
oleh vesikuler pada permukaan lava dan terlihat tekstur aliran pada analisa
Satuan lava basal piroksen Gunung Gajah ini menempati 7,92% dari
Topografi satuan ini memiliki pola kontur yang cukup rapat dan mengipas
kearah barat, lava ini ditutupi oleh breksi tuf hasil erupsi Gunung Gajah.
Kondisi pada , satuan ini berbatasan dengan lava Cakra sebelah barat dan
Litologi penyusun satuan ini berupa lava basaltis, abu aelap, memiliki
mineral terdapat tekstur rim opak, zoning, sieve, fenokris (35%) terdiri dari
0,07-2,5 mm tertanam dalam masadasar terdiri dari gelas, mineral opak, dan
Satuan ini merupakan produk efusif dari Gunung Gajah yang dicirikan
oleh auto breksi serta vesikuler pada permukaan lava. Berdasarkan hal tersebut
15,76% dari keseluruhan area penelitian dan terletak di barat daerah penelitian.
Topografi satuan ini memiliki pola kontur relatif rapat serta memiliki bentuk
menabrak dari satuan lainnya yaitu satuan Lava Gajah, Lava Cikatomas dan
Litologi penyusun satuan ini berupa lava andesit, abu terang, memiliki
mineral terdapat tekstur zoning dan opak rim, fenokris (43%), terdiri dari
Gambar 3.32. Sayatan petrografi lava andesit piroksen Gunung Pasir Malang.
Satuan ini merupakan produk efusif dari Gunung Pasir Malang yang
dicirikan oleh kekar kolom serta vesikuler pada permukaan lava. Hal ini
erupsi pusat dari Khuluk Masigit Tua, selain itu puncak Masigit ini menjadi
puncak tertinggi pada daerah penelitian. Aliran lava satuan ini mengalir
kearah barat menutupi sebagian satuan lava Gunung Gajah dan berada
dibawah satuan lava Gunung Agung pada bagian timur Sebagian besar
mineral terdapat tekstur sieve, rim piroksen dan zoning, fenokris (25%)
terdiri dari gelas, plagioklas, mineral opak, dan piroksen (Gambar 3.34).
Gambar 3.33. Lava Gunung Masigit dengan struktur kekar kolom (kiri).
Pada satuan ini terdapat kekar kolom serta vesikuler pada permukaan
lava. Hal ini menunjukkan bahwa satuan ini terbentuk melalui mekanisme
penelitian. Topografi satuan ini memiliki pola kontur sistematis pada bagian
Aliran lava mengalir kearah selatan dan barat menabrak dengan satuan Lava
Agung.
terdapat tekstur pada mineral berupa sieve, rim opak dan zoning, fenokris
dalam masadasar yang terdiri dari gelas, mineral opak, plagioklas. (Gambar
3.36).
dicirikan oleh vesikuler pada permukaan lava dan tekstur aliran pada
Plistosen akhir.
0,91% dari keseluruhan area penelitian dan terletak di dalam satuan Lava
Paruhpuyan 2. Topografi satuan ini memiliki pola kontur rapat dan membentuk
terbentuk saat Gunung Paruhpuyan erupsi. Satuan ini dibatasi oleh sungai di
sebelah barat dan timurnya, arah dari aliran lava satuan ini mengalir ke arah
selatan. Sebagian besar satuan ini tertutupi endapan piroklastik jatuhan Gunung
Guntur.
pada mineral terdapat tekstur sieve, rim opak dan zoning, fenokris (40%),
terdiri dari plagioklas, hornblenda, piroksen, biotit dan mineral opak, berbentuk
dicirikan oleh vesikuler pada permukaan lava serta tekstur aliran pada
Plistosen Akhir.
Topografi satuan ini memiliki pola pola kontur relatif rapat.. Satuan ini
langsung dengan satuan Lava Gunung Guntur, aliran lava satuan ini mengalir
Litologi penyusun satuan ini berupa lava basal, hitam, memiliki tekstur
zoning dan sieve, fenokris (15%) terdiri dari plagioklas, piroksen, olivin dan
dicirikan oleh struktur auto breksi serta vesikuler pada permukaan lava dan
Pada peta topografi, satuan ini memiliki pola kontur yang relatif
rapat ke arah utara pada puncak tertingginya. Bagian puncak satuan ini
erupsi dari Gunung Guntur dan terdapat manifestasi berupa solfatara, aliran
lava satuan ini mengalir ke arah timur. Sebagian besar tubuh Gunung Guntur
ini ditutupi oleh material hasil letusan Gunung Guntur sendiri yang cukup tebal
yaitu piroklastik jatuhan dan piroklastik aliran dengan ketebalan ± 2cm – 5m.
pada mineral berupa rim piroksen, sieve dan zoning, fenokris (30%), terdiri dari
dicirikan oleh struktur vesikuler pada permukaan lava. Hal ini menunjukkan
ini memiliki pola kontur renggang dan relatif landai. Satuan ini berbatasan
dengan satuan lahar Masigit dibatasi oleh sungai yang mengalir baratdaya –
tenggara, diinterpretasikan satuan ini berasal dari hasil endapan material lepas
Khuluk Cakra dan gunungapi tua yang berada sebelah barat daerah penelitian.
kehitaman, sortasi cukup baik, kemas terbuka, matriks supported, bentuk butir
terdiri dari pecahan batuan beku dengan matriks pasir halus berwarna cokelat
Satuan ini merupakan produk laharik dari Khuluk Cakra dan gunungapi
lebih tua yang dicirikan oleh matriks mengandung mud. Berdasarkan hal
tersebut menunjukkan bahwa satuan ini termasuk dalam produk sekunder dari
aktivitas gunungapi yaitu lahar. Menurut Alzwar, dkk., 1992 satuan ini
berumur Kuarter.
penelitian dan terletak sebelah tenggara daerah penelitian. Topografi satuan ini
memiliki pola kontur relatif kasar. Satuan ini berbatasan dengan satuan Lahar
diinterpretasikan satuan ini berasal dari hasil endapan material lepas Khuluk
ukuran butir kerakal sampai berangkal. fragmen terdiri dari pecahan batuan
Satuan ini merupakan produk lahar dari Khuluk Masigit yang dicirikan
struktur imbrikasi yang mencirikan adanya arus air yang bekerja, serta dalam
satuan ini termasuk dalam produk sekunder dari aktivitas gunungapi yaitu
Satuan breksi tuf Gunung Gajah ini menempati 4,75% dari keseluruhan
landai. daerah ini berbatasan dengan satuan lava yang memiliki kontur relatif
Batas dari satuan ini yaitu dengan satuan Lava Gajah di utrara, Lava Pasir
Malang di timur, Lava Cakra di baratlaut dan di ujung aliran dengan Lava
Cidadali, satuan breksi tuf ini diinterpretasikan berasal dari hasil erupsi
Gunung Gajah yang menutupi satuan Lava Gajah. berdasarkan pola kontur
Litologi penyusun satuan ini berupa breksi tuf berwarna cokelat, sortasi
tanggung, ukuran butir kerakal sampai berangkal. terdiri dari fragmen basal
dan andesit dan matriks tuf halus berwarna cokelat (Gambar 3.45).
S N
yang dicirikan oleh fragmen yang sejenis, sortasi buruk, matriks tuf dan bentuk
berumur Kuarter.
Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian terdiri dari struktur primer
dan struktur sekunder. Struktur primer yang terdapat di daerah penelitian berupa
langsung di lapangan. Struktur primer ini shetting joint yang terbentuk akibat
perbedaan suhu dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kekar akibat tektonik
(Yuwono, 2004).
Kekar kolom
Struktur kekar ini dapat diamati di kawah Gunung Masigit, Desa Dano.Struktur
ini terbentuk dari pendinginan lava yang berasal dari erupsi Gunung Masigit
(Gambar 3.46).
Kekar berlembar
Struktur kekar berlembar pada lava terbentuk akibat adanya perbedaan suhu
yang terjadi pada saat lava mengalir, ketika lava bagian luar sudah membeku tetapi
pada bagian dalam masih bersifat fluida akibatnya lava yang membeku diatasnya
akan terseret (terpancung) oleh aliran lava di bawahnya dan akan membentuk
pancungan yang membentuk kekar berlembar. Struktur ini dapat diamati di aliran
lava Gunung Putri dan Gunung Cikatomas di Desa Rancabango dan Pakuhaji.
(Gambar 3.47).
(Gambar 3.47) pada daerah penelitian sesar Cikahuripan ini berarah timurlaut –
baratdaya melalui sungai Cikahuripan sebelah tengara Pasir Cisaat. Akibat dari
deflasi berkali-kali, karena efek gaya berat dan keragaman sifat fisik batuan hal
tersebut dapat berkembang menjadi sesar normal di daerah puncak dan lereng
atas (Bronto drr., 2004a). Hal tersebut yang membuat adanya sesar normal di
sedangkan pada data DEM terlihat kelurusan mulai dari puncak Pasir Malang
Struktur Kawah
Kawah Masigit
dberdasarkan bentuk depresi dari data DEM, selain itu pola kontur pada kawah
ini relatif rapat dan memiliki arah bukaan kawah kearah baratdaya (Gambar
3.50).
bentuk depresi dari data DEM, selain itu pola kontur pada kawah ini relatif
lebih rapat dari kawah Masigit serta memilki arah sumbu kawah berarah utara
cukup masif, yaitu lava dan piroklastik aliran ke arah timurGunung Guntur.
Struktur ini berbentuk sirkular dan berada di daerah tempat produk erupsi dari
dengan ekstensi horizontal, namun lebih karena adanya pengaruh dari gaya.