You are on page 1of 7

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

OLEH KELOMPOK 1:

 Haady Suratmacitra

MADRASAH ALIYAH NORMAL ISLAM PUTRA


RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang memberikan
petunjuk dan bimbingan sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “DISKRIMINASI
TERHADAP PEREMPUAN” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu kita
haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai rasul Allah.

Makalah ini kami susun sebagai acuan dalam pengetahuan kita tentang tindak
diskriminasi terhadap kaum perempuan di lingkungan. Dalam pembuatan makalah ini
penulis banyak mendapat bantuan dari situs internet.

Amuntai,

Tim penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar...........................................................................

Daftar isi.....................................................................................

Pembahasan...............................................................................

A. Tahun Duka Cita (Amul Huzni)...................................................


B. Hijrah Rasulullah Ke Thaif..........................................................
C. Penyebab Rasulullah Ke Thaif....................................................
D. Ibrah Untuk Di Teladani.............................................................

PEMBAHASAN
A. Tahun Duka Cita (Amul Huzni)

Pada TAHUN KESEPULUH KENABIAN , istri Nasbi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,


Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib, wafat, Siti Khadijah wafat dalam
usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun
sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50
tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan
al-Hajun/MA'LA. Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa
Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua
orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut
sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.. Berkata Ibnu
Sa’d dalam Thabaqat-nya: “Selisih waktu antara kematian Khadijah dan kematian
Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.” Khadijah Radhiyallahu ‘Anhu sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Hisyam adalah menteri kebenaran untuk Islam. Pada saat-saat
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadapi masalah-masalah berat,
beliaulah yang selalu menghibur dan membesarkan hatinya. Akan halnya Abu Thalib,
dia telah memberikan dukungan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
dalam menghadapi kaumnya. Abu thalib wafat dalam usia 80 tahun, Berkata Ibnu
Hisyam: Setelah Abu Thalib meninggal, kaum Quraisy bertambah leluasa
melancarkan penyiksaan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sampai
orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas kepala Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga pernah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam pulang ke rumah berlumuran tanah. Melihat ini, salah seorang putri beliau
bangkit dan membersihkan kotoran dari atas kepalanya sambil menangis. Tetapi
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya,”Janganlah engkau
menangis wahai anakku, sesungguhnya Allah akan menolong bapakmu.”

Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menamakan ini sebagai „tahun duka cita”,
karena begitu berat dan hebatnya penderitaan di jalan dakwah pada tahun ini
B. Hijrah Rasulullah Ke Thaif

Hijrah Rasulullah saw ke Thaif

Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan kaum


Quraisy, Rasulullah saw berangkat ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari
Bani Tsaqif dan berharap agar mereka dapat menerima ajaran yang dibawanya dari
Allah.
Setibanya di Thaif , beliau menuju tempat para pemuka Bani Tsaqif, sebagai orang-
orang yang berkuasa di daerah tersebut. Beliau berbicara tentang Islam dan
mengajak mereka supaya beriman kepada Allah. Tetapi ajakan beliau tersebut ditolak
mentah-mentah dan dijawab secara kasar. Kemudian Rasulullah saw bangkit dan
meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya mereka menyembunyikan berita
kedatangannya ini dari kaum Quraisy, tetapi merekapun menolaknya.
Mereka lalu mengerahkan kaum penjahat dan para budak untuk mencerca dan
melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cidera pada kedua kaki
Rasulullah saw. Zaid bin Haritsah, berusaha keras melindungi beliau, tetapi
kewalahan, sehingga ia sendiri terluka pada kepalanya.
Setelah Rasulullah saw sampai di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah kaum penjahat dan
para budak yang mengejarnya berhenti dan kembali. Tetapi tanpa diketahui ternyata
beliau sedang diperhatikan oleh dua orang anak Rabi’ah yang sedang berada di
dalam kebun. Setelah merasa tenang di bawah naungan pohon anggur itu,
Rasulullah saw mengangkat kepalanya seraya mengucapkan doa berikut :
"Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku,
dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha
Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau
jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang
jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan
menguasai diriku ? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak
kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku.
Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan
mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak
Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada
daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.“

Berkat do’a Rasulullah saw itu tergeraklah rasa iba di dalam hati kedua anak lelaki
Rabi’ah yang memiliki kebun itu. Mereka memanggil pelayannya seorang Nasrani,
bernama Addas, kemudian diperintahkan, “Ambilkan buah anggur, dan berikan
kepada orang itu!“ Ketika Addas meletakkan anggur itu di hadapan Rasulullah saw,
dan berkata kepadanya, “Makanlah!“ Rasulullah saw mengulurkan tangannya seraya
mengucapkan, “Bismillah.“ Kemudian dimakannya.

Mendengar ucapan beliau itu, Addas berkata, “Demi Allah, kata-kata itu tidap pernah
diucapkan oleh penduduk daerah ini.“ Rasulullah saw bertanya, “Kamu dari daerah
mana dan apa agamamu?“ Addas menjawab, “Saya seorang Nasrani dari daerah
Ninawa (sebuah desa di Maushil sekarang).“ Rasulullah saw bertanya lagi, “Apakah
kamu dari negeri seorang saleh yang bernama Yunus anak Matius?“ Rasulullah saw
menerangkan "Yunus bin Matius adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan aku pun
seorang Nabi.“ Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah saw, lalu
mencium kepala, kedua tangan dan kedua kaki beliau.

Ibnu Ishaq berkata : Setelah itu Rasulullah saw meninggalkan Thaif dan kembali ke
Mekkah sampai di Nikhlah Rasulullah saw bangun pada tengah malam
melaksanakan shalat. Ketika itulah beberapa makhluk yang disebutkan oleh Allah
lewat dan mendengar bacaan Rasulullah saw. Begitu Rasulullah saw selesai shalat,
mereka bergegas kembali kepada kaumnya seraya memerintahkan agar beriman
dan menyambut apa yang baru saja mereka dengar.

Kisah mereka ini disebutkan Allah di dalam firman-Nya :


"Dan ingatlah ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang
mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu
mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkanya).“ Ketika pembacaan telah
selesai, maka kembali mereka kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka
berkata, “Hai kaum kami, sesungguh kami telah mendengarkan kitab (a-Quran) yang
telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi
memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah
(seruan) orang yang meyeru kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-
dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab ynag pedih.“ QS al-Ahqaf : 29-31

Dan di dalam firman-Nya yang lalu :


"Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa telah
mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran) lalu mereka berkata, “Sesungguhnya
kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkan.“ QS al-Jin : 1

Kemudian Rasulullah saw bersama Zaid berangkat menuju ke Mekkah. Ketika itu
Zaid bin Haritsa bertanya kepada Rasulullah saw, “Bagaimana engkau hendak
pulang ke Mekkah, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?“
Beliau menjawab, “Hai Zaid, sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan
membela Nabi-Nya.“

Lalu Nabi saw mengutus seorang lelaki dari Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin
‘Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw ingin masuk ke Mekkah dengan
perlindungan darinya. Keinginan Nabi saw ini diterima oleh Muth’am sehingga
akhirnya Rasulullah saw kembali memasuki Mekkah.

C. Penyebab Rasulullah Ke Thaif


Ada beberapa hal yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW harus melaksanakan
Hijrah ke Thaif. Sebab-sebab tersebut antara lain :

1.Tekanan Kaum Quraisy

Kekejaman kaum Quraisy menyebabkan penderitaan terhadap Nabi Muhammad


SAW dan para pengikutnya. Terakhir Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin
sangat menderita akibat pemboikoan dan pengucilan kaum Muslimin serta seluruh
keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib dilembah Syi’ib selama kurang lebih tiga
tahun. Pemboikotan itu mengakibatkan kesengsaraan, kemiskinan dan kealparan
bagi Kaum Muslimin beserta Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Oleh sebab itu rasanya
sangat sulit bagi beliau untuk terus bertahan dan menyiarkan agama islam di
Mekkah.

2.Wafatnya Abu Thalib

Setelah keluar dari lembah Syi’ib dan bebas dari pemboikotan, Abu Thalib jatuh sakit
yang mengakibatkannya meninggal dunia. Abu Thalib wafat pada bulan Rajab tahun
ke-10 dari kenabian dalam usia 87 tahun. Rasulullah SAW sangat sedih atas
wafatnya Abu Thalib, paman yang telah mengasuh dan membimbing beliau sejak
berusia 8 tahun. Abu Thalib selalu menjadi pelindung dan pembela ketika Rasulullah
SAW mendapat ancaman dan hinaan dari kaum kafir Quraisy.

3.Wafatnya Ummul Mukminin Khadijah

Kesedihan Nabi Muhammad SAW bertambah ketika istri yang sangat dicintai wafat.
Kira-kira dua atau tiga tahun setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul Mukminin
Khadijah meninggal dunia pula. Tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun ke-10
dari kenabian, dalam usia 65 tahun. Rasulullah SAW sangat terpukul dengan
wafatnya Khadijah. Khadijah buka saja istri yang setia dan selalu bersama beliau
dalam suka dan duka. Tetapi ia juga selalu menjadi pendorong kekuatan Nabi
Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya sebagai rasul Allah SWT. Khadijah
adalah orang pertama yang mempercayai kenabian Nabi Muhammad SAW sebelum
orang lain memercayai. Bahkan ia rela menyerahkan seluruh hartanya untuk
memperjuangkan agama Allah SSWT. Tetapi itulah ketentuan Allah SWT terhadap
hamba-NYA yang harus diterima dengan sabar, tabah dan tawakal.

Wafatnya Abu Thalib dan Ummul Mukminin Khadijah merupakan cobaan yang
sangat berat bagi Rasulullah SAW . beliau terlihat sangat sabar dan tabah dalam
menerima ketentuan Allah SWT. Tetapi, sebagai manusia, beliau pun sangat
bersedih hati. Oleh sebab itu, tahun wafatnya Abu Thali dan Ummul Mukminin
Khadijah disebut ‘Amul Huzni. Artinya, tahun duka cita atau tahun kesedihan.

D. Ibrah Untuk Di Teladani

Keteladanan dari kisah Rasulullah SAW ke Thaif antara lain :

1. Kesabaran Rasulullah SAW dalam berdakwah kepada kaum kafir di Thaif.

2. Kemuliaan hati Rasulullah SAW. Beliau tidak dendam terhadap orang-orang


yang telah menganiaya dan mengusirnya dari Thaif.

3. Ketabahan Rasulullah SAW dalam menghadapi berbagai rintangan dan


hambatan dalam berdakwah

You might also like