You are on page 1of 16

Hand Foot and Mouth Disease

2.1 Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu
Singapura". Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease
(HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). KTM adalah penyakit yang
disebabkan oleh sekelompok enterovirus yang disebut coxsackievirus, anggota dari
famili Picornaviridae; dengan gejala klinis berupa lepuhan di mulut, tangan , dan
kaki, terutama di bagian telapak, terkadang di bokong. Lepuhan di mulut segera pecah
dan membentuk ulser yang dirasakan sangat nyeri dan perih oleh penderitanya
sedangkan lepuhan di telapak kaki, tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak
terasa sakit atau gatal, tapi sedikit nyeri jika ditekan.

2.2 Epidemiologi
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara dalam
beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini termasuk kehadiran
pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan penderita HFMD, jumlah anggota
keluarga yang besar, dan tempat tinggal di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi seksual.
Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan perempuan dominasi sedikit
1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak yang diduga
terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini epidemi (terutama pada
bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih dalam penyelidikan intensif dan itu
adalah peneliti kemungkinan akan memiliki pemahaman yang lebih baik dari angka
kematian yang tinggi terkait dengan enterovirus 71. Jika Enterovirus 71 yang pada
akhirnya ditemukan bertanggung jawab atas kematian, kemungkinan virus telah
mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk cepat menginfeksi dan merusak
jaringan paru-paru anak-anak. Namun, penelitian yang sedang berlangsung dan
beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-anak mati dari kombinasi enterovirus 71,
suis Streptococcus, dan koinfeksi virus dengue.

1
2.3 Etiologi
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA
yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus. Genus yang lain adalah
Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari
Coxsackie A virus, Coxsackie B virus. Penyebab KTM yang paling sering pada pasien
rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan
karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah
Enterovirus 71.
Coxsackie virus yang dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu A dan B, yang
didasarkan pada pengaruhnya terhadap tikus yang baru lahir (Coxsackie A
menyebabkan cedera otot, kelumpuhan, dan kematian,. Coxsackie B mengakibatkan
kerusakan organ, tetapi hasil kurang parah). Ada lebih dari 24 berbeda serotipe virus
dimana masing-masing virus memiliki protein yang berbeda pada permukaannya.
Virus Coxsackie menginfeksi sel inang dan menyebabkan sel inang menjadi lisis.

Tipe A virus penyebab Herpangina (lepuh menyakitkan di mulut, tenggorokan,


tangan, kaki, atau di semua bidang). Tangan, kaki, dan penyakit mulut (HFMD)
adalah nama umum dari infeksi virus. Coxsackie A 16 (CVA16) menyebabkan
sebagian besar infeksi. HFMD di AS Ini biasanya terjadi pada anak-anak (usia 10 dan
di bawah), tetapi orang dewasa juga dapat mengembangkan kondisi. Ini penyakit
anak-anak tidak harus bingung dengan "penyakit kaki dan mulut" biasanya ditemukan

2
pada hewan dengan kuku (misalnya, pada sapi, babi, dan rusa). Tipe A juga
menyebabkan konjungtivitis (peradangan pada kelopak mata dan area putihmata).
Tipe B menyebabkan epidemi virus pleurodynia (demam, paru-paru, dan nyeri
perut dengan sakit kepala yang berlangsung sekitar dua sampai 12 hari dan resolve).
Pleurodynia juga disebut penyakit Bornholm. Ada enam serotipe dari Coxsackie B (1-
6, dengan B 4 dianggap oleh beberapa peneliti sebagai kemungkinan penyebab
diabetes di sejumlah individu).
Kedua jenis virus (A dan B) dapat menyebabkan meningitis, miokarditis, dan
perikarditis, tetapi ini jarang terjadi dari infeksi Coxsackie. Beberapa peneliti
menyarankan virus Coxsackie (terutama Coxsackie B4) memiliki peran dalam
pengembangan tipe onset akut I (sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes,
namun hubungan ini masih dalam penyelidikan.
Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan penyakit anak
dari tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian besar anak-anak dengan
infeksi virus Coxsackie sepenuhnya menyelesaikan gejala dan infeksi dalam waktu
sekitar 10-12 hari.

2.4 Mortalitas dan Morbiditas


Secara umum, penyakit ini biasa menyerang anak-anak dan balita, tetapi
dilaporkan terjadi juga pada orang dewasa. Untuk pasien dengan kondisi tubuh yang
baik, penyakit ini akan menghilang dengan sendirinya selama 7-10 hari sejak gejala
timbul. Namun komplikasi yang berbahaya juga dilaporkan meliputi miokarditis,
pneumonia, meningitis, ensefalitis, hingga kematian. Penyakit KTM juga dapat
menjangkit kembali, terutama oleh virus dengan jenis yang berbeda. Infeksi pada
kehamilan trimester pertama dapat menyebabkan keguguran spontan atau
pertumbuhan janin yang tidak normal. Di Taiwan dengan kasus penjangkitan oleh
enterovirus 71 menyebabkan 20 % kematian pada penderitanya. Tidak dilaporkan
adanya perbedaan reaksi pada jenis kelamin dan ras penderita yang berbeda.

2.5 Patofisiologi

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM
adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat
padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa
umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari

3
manusia ke manusia yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau
ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan
makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada vektor
tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena
KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit tangan, kaki dan mulut
adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok anak,
misalnya di sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut
biasanya tersebar melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-
oral pada tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut atau
sistem pernapasan dan kontak langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah
berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di antara 3-5 hari lepuh baru akan
timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa menular dan virus ini juga bisa
berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa epidemik,
virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain atau dari ibu
kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak langsung dengan
sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari udara. Implantasi
dari virus di dalam bukal dan mukosa ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju
nodus-nodus limfatik selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik
merah yang kemudian membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian
mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar antibodi
penetral akan mencapai puncak dan virus tereliminasi

2.6 Manifestasi Klinis


Penyakit tangan, kaki dan mulut yang ringan biasanya disebabkan oleh
Coxsackievirus. Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi virus ini, meskipun
pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi Coxsackievirus mungkin sama sekali
tidak menunjukkan gejala atau hanya ringan.
Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti nyeri
tenggorokan atau faringitis, sulit makan dan minum karena nyeri akibat luka di mulut
dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala seperti flu.
Timbul lepuhan atau vesikel yang kemudian pecah selama 5-10 hari. Lepuhan di
mulut berukuran 2-3 mm yang segera pecah dan membentuk ulkus yang dirasakan

4
sangat perih terutama saat makan/minum, sehingga sukar untuk menelan. Jumlah
ulkus di mulut mencapai 5-10 yang tersebar di daerah bukal, palatal, gusi, dan lidah
seperti ditunjukkan pada gambar 1. Ulkus di lidah paling lama sembuh.
Ulkus juga dapat menyebar hingga saluran cerna yang lebih dalam sampai ke
lambung. Pada kondisi pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, seluruh
gejala dapat membaik selama 5 –7 hari. Bersamaan dengan itu timbul rash atau ruam
atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak
gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash atau ruam (makulopapul) ada
pada daerah bokong.
Pada bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat harus
dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah hiperpireksia (suhu lebih
dari 39OC) atau demam tidak turun-turun, takikardi, sesak, anoreksia, muntah atau
diare dengan dehidrasi, badan sangat lemas, kesadaran menurun dan kejang.

Gambar 1 : Lepuhan pada bibir dan lidah


Lepuhan atau vesikel di kaki dan tangan dijumpai pada 2/3 penderita, yang terutama
tumbuh di bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta telapak tangan seperti ditunjukkan pada
gambar 2. Lepuhan/vesikel yang dikenal dalam istilah kedokteran sebagai erythema
multiforma ini secara khas berbentuk bulat atau elips yang akan mengering sendiri selama
3-7 hari.

5
Gambar 2 : Lepuhan pada telapak tangan

Permasalahan utama pada anak-anak dan balita adalah kesulitan untuk makan
dan minum yang dengan beberapa bentuk komplikasi seperti mual, muntah, dan diare
akibat ulkus di saluran pencernaan, serta demam panas, dapat menyebabkan dehidrasi.
Di samping itu kemungkinan terjadinya superinfeksi oleh mikroba lain dapat
memperparah penyakit dan menyebabkan berbagai komplikasi.
Contoh kasus :
Seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dengan riwayat demam ringan sejak 5
hari, malaise dan riwayat timbul ruam vesikular sejak 3 hari. Terdapat ruam pada
telapak tangan (gambar A), telapak kaki (gambar B), lidah (gambar C), dan bokong.
Gambaran klinis ini sangat karakteristik pada tangan, kaki, dan mulut. Lesi khas pada
kulit berupa vesikel elips dikelilingi oleh halo eritematosa.

6
gambar A.

gambar B.

gambar C.

2.7 Pemeriksaan Laboratorium


Pasien biasanya didiagnosis dengan penampilan klinis mereka. Secara klinis,
ruam yang tampak biasanya pada tangan, kaki, dan mulut pada anak dengan demam
dianggap diagnostik infeksi virus Coxsackie. Biasanya, diagnosis HFM dibuat pada
kombinasi dari sejarah klinis dan temuan fisik karakteristik. Konfirmasi laboratorium
jarang diperlukan kecuali pada komplikasi berat. Namun, dalam kasus yang jarang
terjadi, tes virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi virus, tetapi tes ini sangat
mahal, biasanya perlu dikirim ke laboratorium diagnostik khusus virus yang
menggunakan RT-PCR dan sering memakan waktu sekitar dua minggu untuk
mendapatkan hasilnya. Pengujian ini hampir tidak pernah dilakukan karena sebagian
besar infeksi diri terbatas dan biasanya ringan, tapi situasi ini bisa berubah karena

7
wabah di Alabama (38 anak, 12% dirawat di rumah sakit namun tidak ada kematian
pada tahun 2011-2012) dan Enterovirus 71 epidemi terbaru (sekitar 905 anak-anak
dirawat di rumah sakit telah meninggal) di Kamboja. RT-PCR pengujian dapat
membedakan antara genera virus banyak, spesies, dan subtipe. Strain virus Coxsackie
Membedakan dari adenovirus, jenis enterovirus lainnya, virus gema, dan lain-lain
dapat menjadi diperlukan di masa depan.
Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui media kultur dan immunoassay
dari lesi kulit, lesi mukosa, atau sampel tinja. Spesimen oral memiliki tingkat isolasi
tertinggi. Pada pasien dengan vesikel, penyeka vesikel juga merupakan sumber yang
baik untuk koleksi virus. Pada pasien tanpa vesikel, penyeka dubur dapat
dikumpulkan. Untuk isolasi virus, 2 swab koleksi yang direkomendasikan dari
tenggorokan dan lainnya baik dari vesikel atau rektum.
Uji serologi (misalnya, akut dan tingkat antibodi sembuh) dapat diperoleh.
Membedakan coxsackie-terkait dari EV-71-terkait HFMD mungkin memiliki makna
prognostik. Polymerase chain reaction (PCR) dan teknologi microarray antara
berbagai cara untuk mengidentifikasi virus penyebab. Tes spesifik bervariasi antara
rumah sakit.

2.8 Diagnosis Banding


- Herpangina

- Herpes Simplex

- Herpes Zoster

- Stomatitis
- Varicella

2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
- Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan diinfus dengan
cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak diberikan cairan elektrolit,
misalnya oralit.
- Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
- Kasus komplikasi yang jarang: meningoensefalitis, miokarditis, edema paru, dan
kematian.

8
3.0 Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya
tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan
dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan kualitas
gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati
terjadinya gejala superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan
antibiotika dosis rendah sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut
dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan analgetika dan
antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk diperhatikan dalam pengobatan
penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-
Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah
ulser. Golongan obat tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin,
ibuprofen, penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,
sulfonilurea, sulindac, dan tiazida.
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur atau
bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga digunakan untuk
mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah daftar obat-obatan yang bisa
digunakan untuk mengatasi simptomatik Penyakit Kaki Tangan dan Mulut.

1. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya : asetaminofen. Perlu


diperhatikan bahwa penggunaan golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
dapat menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan
penyakit ini dan dapat memperparah ulser sehingga disarankan untuk digunakan dengan
golongan antasida, atau jika ada dipilih golongan antipiretika/analgetika yang lain.
2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti : betadine, rebusan daun sirih, dan
tablet hisap, seperti SP troches, FG troches, dsb.
3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi karena
mikroba pada ulser di mulut dan kulit, ditentukan oleh dokter, seperti : neosporin (lokal),
klindamisin, eritromisin,dsb.
4. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut ditabelkan sebagai
berikut:

9
Nama Obat Dyclonine(Dyclone®) – dengan resep
dokter : anestetika lokal yang tersedia dalam
bentuk larutan, semprot, lozenge. Mencegah
permeabilitas sel dan memblokir impuls pada
ujung sarap perifer di kulit.
Dosis dewasa Oleskan 0,5 atau 1% larutan pada luka, tak
boleh lebih dari 200 mg atau 40 mL dari
0,5% larutan atau 20 mL larutan 1%
Dosis anak-anak Seperti dosis dewasa, disesuaikan dengan
bobot badan.
Kontra Indikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Tidak dilaporkan
Kehamilan Golongan resiko C – keamanan penggunaan
selama kehamilan belum ditetapkan
Perhatian Overdosis dapat menyebabkan depresi atau
eksitasi, syok miokardiak

Nama Obat Lidokain cair (Dilocaine®; Dermaflex Gel®)


– anestetika lokal. Menurunkan permeabilitas
terhadap ion natrium pada membran saraf dan
menghasilkan inhibisi depolarisasi, blokir
transmisi impuls saraf.
Cara pemakaian (dewasa) Dioleskan dengan kapas pada ulser di mulut.
Dosis anak Disesuaikan dengan bobot badan.
Kontra Indikasi Riwayat hipersensitivitas, sindrom Adam-
Stokes, simdrom Wolfgang-Parkinson-White,
gangguan sinoatrial, AV, atau blok
intraventikular (jika tidak digunakan alat
pacu jantung).
Interaksi Pemberian dengan simetidin dan beta bloker
meningkatkan toksisitas. Pemberian bersama
dengan prokainamida dan tokainida
meningkatkan aksi kardiodepresan,
meningkatkan suksinilkolin.
Kehamilan Resiko B – biasanya aman, perlu
diperhitungkan manfaat dengan resikonya.
Perhatian Anestesia di seluruh wilayah mulut dan

10
faring kemungkinan dapat menyebabkan tak
terasanya makanan, gangguan terhadap
pernafasan, rasa menggigit di lidah dan
mukosa bukal, overdosis data menyebabkan
toksisitas (kepala berat, euforia, tinitus,
nausea, mual, koma, brakikardi, hipotensi,
lemah jantung).

5. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan kontriksi bronkus,


sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan saraf pusat, dan
aritmia jantung.
Nama Obat Difenhidramin (Benadryl®, Benylin®,
Diphen®, AllerMax®) – kelas etanolamina,
bloker reseptor histamin tipe 1. Memiliki
sifat sedatif dan antikolinergik penting dapat
menimbulkan efek anestetika lokal dengan
menahan transmisi dari implus saraf.
Penggunaan pada penderita dewasa Untuk menahan simptom ulser oral :
dikombinasikan dengan alukol dan
magnesium hidroksida (Mylanta®), cairan
lidokain dan/atau gerusan tablet sukralfat
(Carafate®). Kumur dan keluarkan lagi.
Dosis anak Disesuaikan dengan bobot badan,
penggunaan sama dengan penderita dewasa.
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas, MAO Inhibitor.
Interaksi Potensi efek depresi sistem saraf pusat,
jangan diberikan dengan sirup yang dapat
menimbulkan gejala seperti reaksi disulfiram
(yang mengandung alkohol), berinteraksi
dengan antidepresan trisiklik, Inhibitor MAO,
antimuskarinik, amantadin, dan
prokainamida.
Kehamilan Golongan Resiko C – keamanan selama
kehamilan belum ditetapkan.
Perhatian Xerostomia, glaucoma, hipertiroidismus,
ulser usus, gangguan saluran kemih,

11
gangguan saluran pencernaan, penyakit hati,
hipertrofi prostat.

6. Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di mulut dan
saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika didiagnosis ada luka di saluran
gastrointestinal maka antasida ditelan.
Nama Obat Sukralfat (Carafate®) – antasida dengan
kompleks aluminium untuk treatmen ulser
mukosa mulut. Sama efeknya terhadap ulser
pada saluran cerna, sukralfat membentuk
suatu lapisan kental yang menyelimuti
saluran cerna bersama menahan pepsin, asam
lambung, dan garam empedu. Dengan aksi
tersebut, memudahkan pemulihan luka-luka
di saluran cerna.
Penggunaan pada penderita dewasa Kontrol simptomatik ulser di mulut :
dikombinasi dengan antasida koloidal alukol
dan magnesium hidroksida (Mylanta),
lidokain kental dan difenhidramin, dicampur
dalam bentuk cairan untuk dikumur beberapa
kali sehari. Jika didiagnosis ada luka ikutan
di sepanjang saluran cerna, antasida dan
difenhidramin dapat ditelan dengan dosis
yang dianjurkan.
Dosis anak-anak Disesuaikan dengan bobot badan, digunakan
sama dengan cara penggunaan pada penderita
dewasa.
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas.
Interaksi Menurunkan efek ketokonazol,ciprofloxacin,
tetrasiklin, fenitoin, warfarin, kuinidin,
teofilin, norfoxacin; antasida, bloker H2,
digoksin, lansoprazole, levotiroksin, fenitoin,
dan absorpsi teofilin.
Kehamilan B- Biasanya aman, perlu dipertimbangkan
manfaat dibandingkan resiko.
Perhatian Bisa menyebabkan gagal ginjal jika terjadi

12
absorpsi berlebihan dari aluminium

Nama Obat Aluminium hidroksida, magnesium


hidroksida, simetikon (Mylanta®).
Meningkatkan pH asam lambung dan
menutupi ulser lambung. Magnesium
ditambahkan sebagai kombinasi antasida
untuk mencegah kesulitan buang air.
Penggunaan pada penderita dewasa Diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
lidokain kental, difenhidramin dan/atau
sukralfat, digunakan untuk berkumur.
Penggunaan pada anak-anak Sama dengan penggunaan pada penderita
dewasa, dosis disesuaikan dengan bobot
badan.
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas, gangguan ginjal,
osteomalasia.
Interaksi Menurunkan efikasi fluorokuinolon,
kortikosteroid, benzodiazepin, fenotiazin,
efek alumunium dan magnesium terhadap
asam valproat, sulfonil urea,kuinidin dan
Kehamilan C – keamanan selama kehamilan belum
ditetapkan.
Perhatian Dapat menyebabkan gangguan dan gagal
ginjal dan kesulitan b.a.b. sehingga
menyebabkan wasir/hemorrhage.

3.0 Prognosis
Prognosis pada HFMD sangat baik. Dan sebagian besar pasien dengan penyakit ini
dapat sembuh sepenuhnya.

3.1 Edukasi kepada penderita


- Virus masih dapat berada di dalam tinja penderita hingga 1 bulan.
- Isolasi pasien sebenarnya tidak diperlukan, namun perlu istirahat untuk pemulihan dan
pencegahan penularan lebih luas.
- Selalu mencuci tangan dengan benar untuk mengurangi resiko penularan.
- Jangan memecah vesikel.

13
- Mencegah kontak dengan cairan mulut dan pernafasan antara penderita dengan anggota
keluarga yang lain.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan sebisa mungkin makan makanan bergizi, sayur
sayuran berkuah, jus buah, segera setelah rasa nyeri di mulut berkurang.
- Mencegah dehidrasi dengan memasukkan cairan, untuk mengurangi rasa sakit sebisa
mungkin cairan yang isotonis dan isohidris (tidak terasa asam/terlalu manis).

DAFTAR PUSTAKA

1. Goh KT, Ong A, Low J, editors. A Guide on Infectious Diseases of Public Health
Importance in Singapore. 6th ed. Singapore: Ministry of Health and Tan Tock Seng
Hospital; 2004.
2. Tay CH, Gaw CYN, Low T, Ong C, Chia KW, Yeo H, et al. In : Outbreak of hand,
foot and mouth disease in Singapore. Singapore Med J; 1974. p.174-83.
3. Goh KT, Doraisingham S, Tan JL, Lim GN, Chew SE. In : An outbreak of hand, foot
and mouth disease in Singapore. Bull World Health Organ ;1982 p.965-9.
4. Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE. In : Epidemic hand foot and
mouth disease caused by human enterovirus 71, Singapore. Emerg Infect Dis; 2003
p.78-85.

14
5. Centers for Disease Control and Prevention. Deaths among children during an
outbreak of hand, foot, and mouth disease –Taiwan, Republic of China, April-July
1998. MMWR Morb Mortal Wkly Rep ; 1998 p.629-32.
6. Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF, et al. In : An epidemic of
enterovirus 71 infection in Taiwan. Taiwan Enterovirus Epidemic Working Group. N
Engl J Med ;1999. p.929-35.
7. Liu C, Tseng H, Wang S, Wang J, Su I. In : An outbreak of enterovirus 71 infection in
Taiwan, 1998: epidemiologic and clinical manifestations. J Clin Virol ; 2000. p.23-30.
8. Tierney, L.M., Jr., Mc Phee, J.A. In : Current Medical Diagnosis & Treatment. Lange
Medical Book. New York ; 2004. p.1327-28.
9. Centers for Disease Control and Prevention National Center for Infectious Diseases.
Available from URL : http://www.cdc.gov./ncidod/dvrd/revb/enterovirus/hfhf.htm.
Accessed October 10 2012..
10. Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses and
enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed. 2005:2007.
11. Chang LY, Tsao KC, Hsia SH, et al. In : Transmission and clinical features of
enterovirus 71 infections in household contacts in Taiwan. JAMA ; 2004. p.222-7.
12. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa. In:
Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed. New York, NY:
McGraw-Hill; 2005.p.790-92.
13. Chen KT, Chang HL, Wang ST, Cheng YT, Yang JY. In : Epidemiologic features of
hand-foot-mouth disease and herpangina caused by enterovirus 71 in Taiwan, 1998-
2005. Pediatrics ; 2007. p.244-52.
14. Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection. Pediatr Infect
Dis J ;2004.p.275-6.
15. Dyne, P., MD, Pediatrics, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last up
date 5 January 2005, diakses 10 Oktober 2012.
16. Graham, B.S., MD, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last up date 6
January 2005, diakses 10 Oktober 2012.
17. Departemen of Dermatology – Univ. Iowa College of Medicine, Available from
URL : http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.htm. Accessed October 10 2012.
18. Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0910628.Accessed October 10, 2012.

15
19. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. Accessed October
10, 2012.
20. Di Piro, J.T., et.al. Pharmacotherapy, 3th ed. Appleton & Lange. Stamford; 1997.
p.1842-1844.
21. Tjay, T. H., & Kirana, R. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta; 2002.
22. Harfindal, E.T., Gourley, D.R.Textbook of Theurapeutics Drug and Disease
Management. Lippincott Williams & Wilson, 7th ed. Philadelphia ; 2000. P.973-1046.
23. Chavis, L.M., R.Ph. Ask Your Pharmacist.St. Martin’sGriffin. New York ;2002.
24. American Soc. of Health – System Pharmacist. AHFS Drug Information. ;2003.
25. Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-mouth_syndrome/page3.htm. Accessed
October 10, 2012.

16

You might also like