Professional Documents
Culture Documents
Lapsus 5 Pediatri ISIP
Lapsus 5 Pediatri ISIP
BRONKOPNEUMONIA
Oleh :
dr. Fera Novianti, S.Ked
Pembimbing :
Dr.I Gede Doddy Kurnia Indrawan , Sp.A (K)
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya
maka laporan kasus yang berjudul “Bronkopeumonia” ini dapat terselesaikan. Pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu
syarat mengikuti Program Internship di wahana RSUD Wangaya Denpasar. Ucapan
terimakasih kami tujukan kepada:
1. Dr.I Gede Doddy Kurnia Indrawan , Sp.A (K) sebagai pembimbing dan evaluator laporan
ini
2. Rekan – rekan sejawat yang bertugas di RSUD Wangaya
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyusunan selanjutnya dan
semoga bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, yang sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil oleh karena hal lain
(aspirasi). Pneuomonia oleh karena bakteri biasanya awitannya cepat, batuk produktif,
pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis.
Bakteri yang paling sering sebagai penyebab pneumonia di negara berkembang adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru; peradangan pada
paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat
yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. 1
Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia adalah suatu keadaan
inflamasi, namun sangat sulit untuk merumuskan satu definisi tunggal yang universal.
Pneumonia adalah sindrom klinis, sehingga didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda
klinis, dan perjalanan penyakitnya. Salah satu definisi klinis klasik menyatakan
pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak napas,
demam, ronki basah, dengan gambaran infiltrat pada foto rontgen toraks. 2 Dikenal
istilah lain yang mirip yaitu pneumonitis yang maksudnya lebih kurang sama. Banyak
yang menganut pengertian bahwa pneumonia adalah inflamasi paru karena proses
infeksi sedangkan pneumonitis adalah inflamasi paru non-infeksi. Namun hal inipun
tidak sepenuhnya ditaati oleh para ahli.2
2.2 FISIOLOGI
2.2.1 Anatomi
Struktur dasar jalan nafas telah ada sejak lahir dan berkembang selama neonatus
dan dewasa menjadi sistem bronkhopulmonal. Jalan nafas pada setiap usia tidak
simetris. Apabila dibagi menjadi dua bagian, ada perbedaan bentuk dan jumlah cabang
yang tergantung dari lokasinya. Variasi tersebut menyebabkan implikasi fisiologi yang
berbeda. Alur yang berbeda menyebabkan perbedaan resistensi terhadap aliran udara,
sehingga menyebabkan distribusi udara atau partikel yang terhisap tidak merata. Cabang
dari bronkus mengalami pengecilan ukuran dan kehilangan kartilago, yang kemudian
disebut bronkhiolus. Bronkhiolus terminalis membuka saat pertukaran udara dalam
paru-paru.
Jalan nafas dilapisi oleh membran epitel yang berganti secara bertahap dari epitel
kolumner bertingkat bersilia di bronkus menjadi epitel kubus bersilia pada area tempat
pertukaran udara. Sillia berfungsi untuk menghantarkan mukus dari pinggir jalan nafas
ke faring. Sistem transport mukosilier ini berperan penting dalam mekanisme
pertahanan paru. Sel goblet pada trakhea dan bronkhus memproduksi musin dalam
retikulum endoplasma kasar dan apparatus golgi. Sel goblet meningkat jumlahnya pada
beberapa gangguan seperti bronkhitis kronis yang hasilnya terjadi hipersekresi mukus
dan peningkatan produksi sputum.
Unit pertukaran udara (terminal respiratory) terdiri dari bronkhiolus distal sampai
terminal : bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli.
Pada pemeriksaan luar pulmo dekstra lebih pendek dan lebih berat dibanding pulmo
sinistra. Pulmo dekstra dan sinistra dibagi oleh alur yang disebut incissura interlobaris
dalam beberapa Lobus Pulmonis. Pulmo dekstra dibagi menjadi 3 lobi, yaitu:
1. Lobus Superior
2. Lobus Medius
3. Lobus Inferior
1. Lobus Superior
2. Lobus Inferior
1. PEMBERSIHAN UDARA
Temperatur dan kelembapan udara bervariasi, dan alveolus harus terlindung dari
udara dingin dan kering. Mukosa hidung, turbinasi hidung, orofaring dan nasofaring,
mempunyai suplai darah yang besar dan memiliki area permukaan yang luas. Udara
yang terhirup melewati area-area tersebut dan diteruskan ke cabang trakeobonkial,
dipanaskan pada temperatur tubuh dan dilembapkan. 3
2. PEMBAU
Udara yang melewati saluran traktus respiratorius awalnya difiltrasi oleh bulu
hidung. Gerakannya menyebabkan partikel berukuran besar dapat dikeluarkan.
Sedimentasi partikel berukuran lebih kecil terjadi akibat gravitasi di jalan nafas yang
lebih kecil. Partikel-partikel tersebut terperangkap dalam mukus yang ada di saluran
pernafasan atas, trakhea, bronkus dan bronkhiolus. Partikel kecil dan udara iritan
mencapai duktus alveolaris dan alveoli. Partikel kecil lainnya disuspensikan sebagai
aerosol dan 80% nya dikeluarkan. 3
- Refleks jalan nafas : refleks batuk, refleks bersin dan refleks glottis
Stimulasi reseptor kimia dan mekanik di hidung, trakhea, laring, dan tempat lain
di traktus respiratorius menyebabkan bronkokonstriksi untuk mencegah penetrasi
lebih lanjut dari iritan ke jalan nafas dan juga menghasilkan batuk atau bersin.
Bersin terjadi akibat stimulasi reseptor di hidung atau nasofaring, dan batuk
terjadi sebagai akibat stimulasi reseptor di trakhea. Inspirasi yang dalam demi
mencapai kapasitas paru total, diikuti oleh ekspirasi melawan glotis yang terutup.
Tekanan intrapleura dapat meningkat lebih dari 100mmHg. Selama fase refleks
tersebut glotis tiba-tiba membuka dan tekanan di jalan nafas menurun cepat,
menghasilkan penekanan jalan nafas dan ekspirasi yang besar, dengan aliran udara
yang cdepat melewati jalan nafas yang sempit, sehingga iritan ikut terbawa
bersama-sama mukus keluar dari traktus respiratorius. Saat bersin, ekspirasi
melewati hidung; saat batuk ekspirasi melewati mulut. Kedua refleks tersebut juga
membantu mengeluarkan mukus dari jalan nafas. 3
Sepanjang traktus respiratorius dilapisi oleh epitel bersilia dimana terdapat mukus
yang dihasilkan oleh sel goblet. “Eskalator mukosilier” adalah mekanisme yang
penting dalam menghilangkan dalam menghilangkan partikel yang terinhalasi.
Partikel terperangkap dalam mukus kemudian dibawa ke atas kefaring.
Pergerakan tersebut dapat meningkat cepat selama batuk. Mukus yang mencapai
faring dikentalkan atau dikeluarkan melalui mulut atau hidung. Karenanya, pasien
yang tidak bisa mengeluarkan sekret trakheobronkial (misal tidak dapat batuk)
terus menghasilkaan sekret yang apabila tidak dikeluarkan dapat menyebabkan
sumbatan jalan nafas. 3
- makrofag alveolar
- pertahanan imun
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit-unit yang
dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Kurang lebih 80% sel yang
membatasi jalan napas di bagian tengah merupakan epitel bersilia, bertingkat,
kolumner dengan jumlah yang semakin berkurang pada jalan napas bagian perifer.
Masing-masing sel bersilia memiliki kira-kira 200 silia yang bergerak dalam
gelombang yang terkoordinasi kira-kira 1000 kali per menit, dengan gerakan ke
depan yang cepat dan kembali dalam gerakan yang lebih lambat. Gerakan silia
juga terkoordinasi antara sel yang bersebelahan sehingga setiap gelombang
disebarkan ke arah orofaring. 3
2.3 EPIDEMIOLOGI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan. 5
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis
Pneumonia intersitialis
b. Berdasarkan asal infeksi
Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community acquired pneumonia)
Pneumonia yang didapat dari Rumah Sakit (hospital based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
Pneumonia bakteri
Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit pneumonia
Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
Pneumonia Komunitas Sporadis atau endemis; orang tua atau orang muda
Usia pasien mrupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak,
terutama dalam sprectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan.
Berikut daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari
data di negara maju : 5,6
2.6 PATOGENESIS
Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru dimana beberapa atau
seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Jenis pneumonia yang umum
adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus.
Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami
peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel
darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang
terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. 3
Dalam keadaan normal, saluran respiratorik mulai dari area sublaring sampai parenkim
paru adalah steril. Saluran napas bawah ini dijaga tetap steril oleh mekanisme
pertahanan bersihan mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme
pertahanan imunologik yang membatasi invasi mikroorganisme patogen adalah
makrofag yang terdapat di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobunlin
lain. 5
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran
respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Berikutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, dimana sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium
resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. 5
Pneumonia viral biasanya berasal dari penyebaran infeksi di sepanjang jalan napas atas
yang diikuti oleh kerusakan epitel respiratorius, menyebabkan obstruksi jalan napas
akibat bengkak, sekresi abnormal, dan debris seluler. Diameter jalan napas yang kecil
pada bayi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi berat. Atelektasis, edema
intersitial, dan ventilation-perfusition mismatch menyebabkan hipoksemia yang sering
disertai obstruksi jalan napas. Infeksi viral pada traktus respiratorius juga dapat
meningkatkan risiko terhadap infeksi bekteri sekunder dengan mengganggu mekanisme
pertahanan normal pejamu, mengubah sekresi normal, dan memodifikasi flora bakterial.
5
Ketika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik bervariasi
tergantung organisme yang menginvasi. M. penumoniae menempel pada epitel
respiratorius, menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi seluler dan memicu
respons inflamasi di submukosa. Ketika infeksi berlanjut, debris seluler yang terlepas,
sel-sel inflamasi, dan mukus menyebabkan onstruksi jalan napas, dengan penyebaran
infeksi terjadi di sepanjang cabang-cabang bronkial, seperti pada pneumonia viral. S.
pneumoniae menyebabkan edema lokal yang membantu proliferasi mikroorganisme dan
penyebarannya ke bagian paru lain, biasanya menghasilkan karakteristik sebagai
bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru. 7,8
Infeksi streptokokus grup A pada saluran napas bawah menyebabkan infeksi yang lebih
difus dengan pneumonia intersitial. Pneumonia lobar tidak lazim. Lesi terdiri atas
nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang compang-camping
dan sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan terlokalisasi. Proses ini dapat
meluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika. Pneumonia yang
disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi dengan cepat menjadi jelek yang disertai
dengan morbiditas yang lama dan mortalitas yang tinggi, kecuali bila diobati lebih awal.
Stafilokokus menyebabkan penggabungan bronkopneumoni yang sering unilateral atau
lebih mencolok pada sati sisi ditandai adanya daerah nekrosis perdarahan yang luas dan
kaverna tidak teratur. 1
Gejala klinis yang timbul pada pneumonia yang terjadi pada balita dan anak
yang lebih besar meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan
kadang-kadang keluhan gastrointestinal (muntah dan diare). Secara klinis gejala
respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping
hidung, ronki, dan sianosis. Penyakit ini sering ditemukan bersama konjungtivitis,
otitis media, faringitis, dan laringitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Ronki hanya
ditemukan bila ada infiltrat alveoler. Bila terjadi efusi pleura atau empiema,
gerakan ekskursi dada tertinggal di daerah efusi. Gerakan dada juga terganggu bila
terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi bertambah, sesak napas akan
semakin bertambah, tetapi nyeri pleura akan semakin berkurang dan berubah
menjadi nyeri tumpul. 6
Kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan bawah yang
menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri ini dapat menyebar ke kuadran kanan bawah
dan menyerupai appendisitis. Abdomen mengalami distensi akibat dilatasi lambung
yang disebabkan oleh aerografi atau ileus paralitik. Hati akan teraba bila tertekan
oleh diafragma, atau memang membesar karena terjadi gagal jantung kongestif
sebagai akibat komplikasi pneumonia. 6
Infeksi diperoleh melalui droplet dari kontak dekat (di asrama, keluarga
dengan jumlah anggota keluarga yang sangat banyak). Masa inkubasi lebih
kurang 3 minggu. Gambaran klinis pneumonia atipik didahului dengan gejala
menyerupai influenza (influenza like flu syndrome) seperti demam (jarang
lebih dari 380C), malaise, sakit kepala, mialgia, tenggorokan gatal dan batuk.
Kadang-kadang dapat sembuh sendiri, tetapi kasus berat seperti severe
necrotizing pneumonitis dengan konsolidasi luas pada jaringan paru dan efusi
pleura pernah dilaporkan. Kadang dapat berlanjut menjadi bronkitis,
bronkiolitis, dan pneumonia. 6
Batuk terjadi 3-5 hari setelah awitan penyakit, awalnya tidak produktif tetapi
kemudian menjadi produktif. Sputum mungkin berbercak darah dan batuk
dapat menetap hingga berminggu-minggu. Mengi dapat ditemukan pada 30-
40% kasus pneumonia mikoplasma dan lebih sering ditemukan pada anak
yang lebih besar. Kultur bakteri memerlukan waktu 2 minggu dan uji serolig
hanya bermanfaat bila telah terjadi pembentukan antibodi (ketika penyakit
telah sangat berkembang). Gambaran foto rontgennya sangat bervariasi,
meliputi gambaran infiltrat intersisial, retikuler, retikulonoduler, bercak
konsolidasi, pembesaran kelenjar hilus, dan kadang-kadang disertai efusi
pleura. 6
Gejala klinis awalnya berupa gejala seperti flu, yaitu batuk kering, mialgia,
sakit kepala, malaise, pilek, dan demam yang tidak tinggi. Pada pemeriksaan
auskultasi dada tidak ditemukan kelainan. Gejala respiratori umunya tidak
mencolok. Leukosit darah tepi biasanya normal. Gambaran foto rontgen
toraks menunjukan infiltrat difus atau gambaran peribronkial nonfokal yang
jauh lebih berat daripada gejala klinis. Pneumonia Klamidia lebih sering
ditemukan di daerah tropis, bersifat endemik, dan epidemik dengan interval
3-4 tahun. Infeksi Klamidia juga dapat berperan dalam patogenesis asma. 6
c) Uji Serologis
Uji serologik untuk mendateksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Secara umum, uji serologis tidak
terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik, namun bakteri atipik
seperti Mycoplasma dan chlamydia tampak peningkatan anibodi IgM dan IgG. 6
d) Pemeriksaan mikrobiologis
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat diambil dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, punksi pleura atau aspirasi paru.
Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau
aspirasi paru.6
Kultur darah jarang positif pada infeksi Mycoplasma dan Chlamydia. 6
Gambaran radiologis pneumonia meliputi infiltrat ringan pada satu paru hingga
konsolidasi luas pada kedua paru. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa lesi
pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila
ditemukan di paru kiri dan terbanyak di lobus bawah, hal itu merupakan prediktor
perjalanan penyakit yang lebih berat dengan resiko terjadinya pleuritis lebih besar. 6
2.9 DIAGNOSIS
Akibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia pada balita, maka dalam
upaya peanggulangannya WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana
pneumonia yang sederhana. 6
Kejang
Letargis
Malnutrisi
o Pneumonia berat
o Pneumonia ringan
Kejang
Letargis
Demam atau hipotermi
o Pneumonia berat
Retraksi berat
2.10 KOMPLIKASI
2.11 PENATALAKSANAAN
Sebagian pneumoni pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis,distres pernafasan, tidak
mau makan atau minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap. 6
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian
cairan intravena, oksigen, koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, dan gula
darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik /antipiretik. Suplementasi
vitamin A tidak terbukti efektif. 6
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi
antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh
bakteri. 6
Kriteria pulang:
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
2.13. PROGNOSIS
Dengan pemberian antiboitik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan
yang datang terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi. 1
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak napas
Anamnesa
Menurut ibunya, px sesak sejak kemarin, nafas berbunyi grok-grok. Saat tidur kadang
px mengorok dengan mulut terbuka lebar
Batuk (+) sejak 5 hari yang lalu, batuk berdahak (+) kental warna kuning
dengan lendir
Panas (+) sejak 5 hari yang lalu
Makan berkurang sejak sakit, minum (+) banyak terutama susu
BAB cair 1 kali Jumat sore
Muntah (+) 1 kali Jumat malam
BAK (+) lancar biasa
Leher
Pembesaran KGB : Negatif
Dada
Bentuk : Simetris +/+
Retraksi dinding dada: +/+ minimal
Jantung
S1 S2 Tunggal
Murmur: Negatif
Paru-paru: ves/ves
Rhonki +/+ di seluruh lapang paru
Wheezing-/-
Abdomen
Supel (+)
Meteriorismus (-)
Turgor kulit baik
Bising usus positif normal
Genitalia
Laki-laki dengan genitalia normal
Ekstremitas
Akral hangat: +/+ //+/+
Oedem: -/-//-/-
Status neurologis : Kaku kuduk negatif
1.10 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 23 Mei 2017
Darah Lengkap
Hematokrit 38 % 37-49
Hitung Jenis
Eosinofil 0 % 0 ̴ 8
Basofil 0 % 0 ̴ 3
Neutrofil 86 % 25 ̴ 80
Limfosit 20 % 16 ̴ 46
Monosit 8 % 4 ̴ 11
3.11 Assessment
Diagnose : Bronkopneumonia
Diagnose banding : Bronkiolitis
3.12 Planning
Diagnosis : Laboratorium darah lengkap, dan foto thoraks
Konsultasi : dr Sp.A
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru; peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi
di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. Etiologi pneumonia sulit
dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan yang sangat invasif sehingga
tidak dilakukan. Bakteri yang diduga menjadi penyebab pneumonia adalah Clamydia
pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae. Pneumonia juga dapat
disebabkan oleh Adenovirus, Influenza, Parainfluenza 1, 2, 3.
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung dari kuman penyebab, usia
pasien, status imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda pneumonia dapat
dibedakan menjadi gejala umum infeksi (nonspesifik), gejala pulmonal, pleural, atau
ekstrapulmonal. Gejala nonspesifik meliputi demam, menggigil, sefalgia, resah dan gelisah.
Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah, kembung,
diare, atau sakit perut.
DAFTAR PUSTAKA
3. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
: 1997. Hal 633.
4. Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: 1999. hal: 695-705.
5. Pedoman Diganosis dan Terapi Kesehatan Anak, UNPAD, Bandung: 2005
6. Said M. Pneumonia. Buku Ajar Respiratori Anak. Edisi II. Ikatan Dokter
Anaka Indonesia. Jakarta: 2008.h.350-64.
7. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia. Bandung: 2005.
8. Pedoman Pelayan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
9. Definisi Pneumoni. Diunduh dari : Chapter II.pdf