You are on page 1of 24

REFERAT

PENATALAKSANAAN MASSA COLLI

Disusun Oleh :
Iglesia Rawati
1361050160

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG


TENGGOROK – KEPALA LEHER
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 02 APRIL – 05 MEI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kemudahan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat dalam
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher (THT-KL) di
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong dengan judul “Penatalaksanaan Massa Colli”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr., H. R .
Krisnabudhi Sp.THT-KL, dr. Dadang Chandra Sp. THT-KL, dr. Jenny Sp.THT-KL FICS, dr.
Jodi Setiawan Sp.THT-KL selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT-KL.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan para
pembaca. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan masih perlu
banyak perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran diharapkan dari pembaca.

Jakarta, Mei 2018

Iglesia Rawati
1361050160

ii
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT DENGAN JUDUL

“PENATALAKSANAAN MASSA COLLI”


Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok – Kepala Leher
Periode 02 April – 05 Mei 2018

Jakarta, Mei 2018

dr. Jodi Setiawan, Sp. THT-KL

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………...iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………... 2

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………... 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Massa colli (leher) sering terjadi pada orang dewasa, tetapi seringkali etiologi yang
mendasari tidak mudah diidentifikasi. Sementara pada anak-anak sebagian besar penyebab
adanya massa colli adalah infeksi, penyebab massa colli persisten pada orang dewasa adalah
neoplasma. Massa colli asimtomatik dapat menjadi manifestasi klinis awal atau hanya
manifestasi klinis dari kanker kepala dan leher, seperti karsinoma sel skuamosa, limfoma,
tiroid, atau kanker kelenjar saliva. Massa colli pada pasien dewasa harus dianggap suatu
keganasan sampai terbukti sebaliknya.(1)
Ahli bedah mulut dan maksilofasial sering terlibat dalam penatalaksanaan pasien
dengan massa colli. Oleh karena itu penting bagi ahli bedah untuk memiliki pemahaman yang
jelas mengenai etiologi, evaluasi diagnostik, dan pengobatan massa colli. Salah satu faktor
terpenting yang membantu menentukan diagnosis spesifik adalah usia pasien. Secara umum,
tiga kelompok usia yang perlu dipertimbangkan adalah pediatrik (<15 tahun), dewasa muda
(usia 16 hingga 40 tahun), dan orang dewasa yang lebih tua (> 40 tahun). Masing-masing
kelompok usia ini menunjukkan frekuensi relatif tertentu dari kejadian penyakit, yang dapat
membantu dokter mengembangkan diagnosis banding yang tepat.(2)
Kriteria penting kedua dalam diagnosis massa colli adalah lokasinya. Massa colli
kongenital dan traumatik relatif konsisten pada lokasinya. Neoplasia, di sisi lain, cenderung
bervariasi dalam hal lokasi anatomi tetapi cenderung mengikuti pola sistematis penyebaran
limfatik dari daerah orofaringeal primer. Pada 5% hingga 10% pasien, sumber utama tumor
tidak terlihat dengan jelas, dan setelah pemeriksaan fisik lengkap dan rinci disertai dengan
studi pencitraan dan biopsi langsung dari jaringan tonsila orofaring, dinding faring, dan dasar
lidah, sekitar 1% hingga 2% tetap merupakan karsinoma dengan asal primer yang tidak
diketahui.(2)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Leher


Leher (colli) merupakan bagian tubuh yang memisahkan kepala dari batang tubuh.
Istilah servikalis yang berasal dari bahasa Latin artinya adalah "leher." Leher mendukung
berat kepala dan sangat fleksibel, memungkinkan kepala untuk berputar dan bergerak ke arah
yang berbeda. Garis tengah di depan leher adalah kartilago tiroid yang menonjol dan
diistilahkan dengan penonjolan laring, atau yang disebut juga dengan "Adam’s apple" atau
jakun. Di antara jakun dan dagu, tulang hyoid dapat dirasakan; di bawah kartilago tiroid,
terdapat cincin yang dapat dirasakan di garis tengah yaitu kartilago krikoid. Di antara
kartilago krikoid dan takik suprasternal (suprasternal notch), trakea dan ismus kelenjar tiroid
dapat dirasakan.(3)
Daerah berbentuk segi empat/quadrangular area berada di sisi leher dan dibatasi
secara superior oleh batas bawah tubuh yaitu mandibula dan prosesus mastoideus, inferior
oleh klavikula, anterior oleh garis tengah di depan leher, dan posterior oleh otot trapezius.
Tulang belakang leher terdiri dari 7 vertebra servikalis yaitu C1 hingga C7. Bagian servikalis
dari tulang belakang memiliki kurva yang sedikit mengarah kedepan dan disebut dengan
lordosis servikalis. Vertebra servikalis tertentu memiliki gambaran atipikal dan berbeda dari
bentuk umum vertebra tipikal. Arteri utama di leher adalah arteri karotis komunis, dan vena
utama leher yang mengembalikan darah dari kepala dan wajah adalah vena jugularis eksternal
dan internal.(3)
Daerah berbentuk segi empat pada sisi leher dibagi oleh otot sternokleidomastoideus
yang menonjol secara oblik, daerah segitiga servikalis anterior, dan daerah segitiga servikalis
posterior.(3)

Daerah Segitiga Servikalisis Anterior


Daerah segitiga servikalis anterior dibatasi secara anterior oleh garis tengah leher, superior
oleh mandibula, dan inferolateral oleh otot sternokleidomastoid. Segitiga ini dibagi menjadi 4
segitiga yang lebih kecil dari dua bagian secara superior oleh otot digastrik dan inferior oleh
otot omohyoid.

2
Daerah Segitiga Submandibular
Daerah segitiga submandibular dibatasi oleh mandibula dan dua otot digastrik. Daerah ini
terdiri dari kelenjar saliva submandibular, nervus hipoglosus, otot mylohyoid, dan arteri
fasialis.(3)

Daerah Segitiga Karotis


Daerah segitiga karotis dibatasi oleh otot sternokleidomastoideus, bagian posterior dari otot
digastrik, dan bagian superior dari otot omohyoid. Daerah ini terdiri dari arteri karotis dan
cabang-cabangnya, vena jugularis interna, dan nervus vagus.

Daerah Segitiga Muskular atau Omotrakeal


Daerah segitiga muskular atau omotrakeal dibatasi oleh garis tengah, tulang hyoid, bagian
superior otot omohyoid, dan otot sternokleidomastoideus. Daerah ini juga terdiri dari otot-
otot infrahyoid dan kelenjar tiroid dengan kelenjar paratiroid.

Daerah Segitiga Submental


Daerah segitiga submental terletak di bawah dagu, dibatasi oleh mandibula, hyoid, dan
bagian anterior dari otot digastrik.(3)

Daerah Segitiga Servikalisis Posterior


Daerah segitiga servikalis posterior secara inferior dibatasi oleh klavikula, anterosuperior
oleh otot sternokleidomastoideus, dan posterior oleh otot trapezius. Bagian inferior omohyoid
membagi segitiga ini menjadi segitiga oksipital bagian atas dan segitiga subklavia bagian
bawah.

Daerah Segitiga Oksipital


Daerah segitiga oksipital dibatasi secara anterior oleh otot sternokleidomastoideus, posterior
oleh trapezius, dan inferior oleh otot omohyoid. Daerah ini terdiri dari nervus aksesorius,
nervus supraklavikularis, dan pleksus brakialis bagian atas.

Daerah Segitiga Subklavia


Daerah segitiga subklavia lebih kecil dari segitiga oksipital dan dibatasi secara superior oleh
bagian inferior dari otot omohyoid, inferior oleh klavikula, dan anterior oleh otot
sternokleidomastoideus. Daerah ini terdiri atas nervus supraklavikularis, pembuluh subklavia,
3
pleksus brakialis, pembuluh suprasckapular, pembuluh darah servikalis transversal, vena
jugularis eksternal, dan nervus pada otot subklavius.(3)

Gambar 1. Anatomi daerah segitiga servikalis dengan lokasi nodus limfe dan
drainase yang paling sering (4)

Berbagai jalur drainase limfatik di kepala dan leher dapat membantu dokter untuk
melakukan pemeriksaan dan evaluasi pada daerah mukosa oral spesifik di dalam kepala dan
leher (colli). Jika massa colli unilateral, lesi primer harus dicari pada daerah mukosa
ipsilateral atau kutaneus. Jika massa leher bilateral, kemungkinan terdapat pada struktur garis
tengah seperti dasar lidah, laring supraglotis, atau nasofaring. Adapun limfadenopati
servikalis bilateral dapat terjadi ketika lesi lateral melintasi garis tengah dan menganggu
aliran limfatik di sisi kontralateral leher. Dengan limfadenopati yang melibatkan ruang
supraklavikular dan daerah servikalis lateral yang lebih dalam di bagian bawah daerah
segitiga posterior, lesi primer seringkali tidak berada dalam saluran aerodigestif, dan
pencarian tumor primer harus diperluas ke bagian paru-paru, payudara, dan intra-abdomen.(2)

2.3 Definisi
Massa colli didefinisikan sebagai lesi abnormal (kongenital atau didapat) yang dapat
dilihat, diraba, atau dilihat pada studi pencitraan. The Guideline Development Group (GDG)
selanjutnya menetapkan bahwa yang disebut massa colli adalah massa yang berada di bawah
mandibula, di atas klavikula, dan jauh kedalam kulit, walaupun dapat melibatkan lapisan kulit

4
di atasnya secara sekunder. Massa colli dapat berkembang dari proses infeksius, inflamasi,
kongenital, traumatik, ataupun neoplastik benigna maupun maligna.(1)

2.4 Epidemiologi
Massa colli pada orang dewasa akibat inflamasi seringkali terkait dengan infeksi pada
saluran pernafasan karena virus atau bakteri. Namun, inflamasi pada limfadenopati servikalis
seringkali dapat sembuh sendiri, menghilang dalam beberapa minggu, dan dengan demikian,
pasien dengan limfadenopati servikalis biasanya tidak berobat ke dokter. Untuk alasan
tersebut, maka terdapat kekurangan data mengenai insiden keseluruhan dari masa colli pada
dewasa.(1)
Tidak didapatkan data spesifik mengenai insidensi massa colli persisten — massa
yang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan untuk sembuh sendiri. Namun, sekitar
setengah dari 62.000 kasus kanker kepala dan leher yang didiagnosis pada tahun 2016
didapatkan adanya massa colli, menunjukkan bahwa 30.000 pasien dapat memiliki massa
colli yang mengarah pada keganasan. Selain itu, sekitar setengah dari seluruh massa colli
pada orang dewasa adalah keganasan menunjukkan bahwa 30.000 pasien lainnya dengan
massa colli persisten memiliki etiologi neoplasma benigna. Meskipun massa colli yang ganas
pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh karsinoma sel skuamosa, selain itu dapat
juga disebabkan oleh limfoma, kanker tiroid, keganasan kelenjar saliva, kanker kulit, atau
metastasis dari tempat yang jauh.(1)

2.5 Etiologi
Massa colli sering terjadi pada orang dewasa, tetapi seringkali etiologi yang
mendasari tidak mudah diidentifikasi. Mayoritas massa colli pada populasi pediatrik lebih
sering disebabkan oleh inflamasi dan kongenital daripada neoplastik. Pada dewasa muda,
tingkat neoplasia mulai meningkat seiring dengan penurunan relatif lesi kongenital. Pada
pasien yang lebih tua dari 40 tahun, neoplasia selalu menjadi pertimbangan utama pada
orang-orang dengan massa colli yang tidak diketahui tempat asalnya.(1,2)

5
\

Gambar 2. Lokasi dan penyebab massa colli pada populasi dewasa dan pediatrik (2)

2.6 Diagnosis
Aspek yang paling penting dalam mendiagnosis massa colli adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang akurat dan terperinci. Setiap pasien dengan massa colli harus
menjalani pemeriksaan menyeluruh dari kepala dan leher dengan hasil pemeriksaan yang
rinci mengenai perjalanan massa bersamaan dengan gejala terkait dan riwayat trauma,
iradiasi, dan operasi sebelumnya. Ketika melakukan pemeriksaan fisik, sangat penting untuk
semua permukaan mukosa orofaring diperiksa secara langsung atau tidak langsung dengan
cermin atau visualisasi fiberoptik dan untuk mendapatkan diagnosis jaringan secara tepat
sehingga diagnosis yang akurat dapat dibuat. Hal tersebut sangat penting ketika didapatkan
kecurigaan yang tinggi terhadap keganasan.(2)
Computed tomography (CT) dari leher kini telah menjadi standar perawatan untuk
mengevaluasi massa colli dan menggambarkan anatomi secara rinci, serta untuk identifikasi
tumor primer occult. CT dan magnetic resonance imaging (MRI) memiliki spesifisitas

6
tertinggi, 87% hingga 95%, untuk tumor kepala dan leher primer yang tidak diketahui MRI
memberikan gambaran serupa dengan hasil yang diperoleh dari CT. Namun, MRI dapat
memberikan visualisasi jaringan lunak yang lebih rinci dari leher. T2 weighted images dan
teknik supresi lemak dapat membantu dalam mencari penyakit mukosa akibat metastasis
massa colli dengan penyebab utama yang tidak diketahui, khususnya untuk evaluasi rinci dari
dasar lidah atau traktus sinonasal.
Ultrasonografi digunakan untuk melokalisasi massa colli dan diferensiasi kistik dari
massa padat dan sangat membantu dalam membedakan kista kongenital dari kelenjar getah
bening padat, tumor kelenjar, atau lesi vaskular. Ultrasound juga dapat digunakan sebagai
teknik panduan gambar untuk aspirasi jarum atau prosedur biopsi inti. Radiografi toraks
(posterior, anterior, dan lateral) memungkinkan dokter untuk menskrining neoplasma paru
primer atau metastasis paru dari keganasan kepala dan leher primer atau untuk melihat
adenopati mediastinum. Pan-endoskopi kepala dan leher juga merupakan modalitas
diagnostik penting yang digunakan untuk mendeteksi lesi mukosa primer occult, serta untuk
mengidentifikasi tumor primer yang berhubungan dengan traktus aerodigestif.(2)
Hasil Fine needle aspiration (FNA) dapat meragukan pada 25% massa colli occult.
Meskipun dilakukan FNA berulang, pan-endoskopi, pencitraan, dan biopsi orofaringeal, 1%
hingga 2% massa colli tetap memiliki diagnosis tidak spesifik. Dalam situasi ini, biopsi
kelenjar getah bening terbuka dapat dilakukan.
Evaluasi laboratorium tambahan pada pasien dengan massa colli adalah hal yang
tepat. Tergantung pada gambaran klinis, riwayat yang rinci, dan pemeriksaan fisik, jika lesi
infeksi dicurigai, evaluasi lebih lanjut dapat dilakukan seperti pemeriksaan hitung darah
lengkap dan laju sedimentasi. Tes diagnostik lainnya adalah uji tuberkulin, merupakan
evaluasi untuk koksidioidomikosis, pemeriksaan serologis histoplasmin, monospot, uji
toksoplasmosis, Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) yang mana merupakan
pemeriksaan serologis untuk sifilis, dan pemeriksaan bakteri atau virus lainnya sesuai dengan
kondisi pasien.(2)

2.7 Diagnosis Banding dan Penatalaksanaannya


Pendekatan klinis yang relevan untuk membedakan massa colli tergantung dari
apakah massa tersebut akut, subakut, atau kronis.(4)

7
Tabel 1. Prevalensi Relatif dari Etiologi Massa Colli (4)

Massa Colli Akut


Massa leher yang muncul dalam waktu singkat umumnya bersifat simtomatik.
Trauma tumpul atau tajam dapat merusak jaringan dan pembuluh darah dan menimbulkan
hematoma. Hematoma kecil biasanya dapat sembuh sendiri, tetapi hematoma besar yang
berkembang cepat memerlukan intervensi segera dan kemungkinan eksplorasi bedah.
Mekanisme serupa seperti trauma, ditambah dengan adanya dorongan tertentu yang sangat
kuat, berpotensi terhadap pembentukan pseudoaneurisma atau fistula arteriovenosa yang
ditandai dengan massa lunak, pulsatil dengan thrill atau bruit. Angiografi CT
menggambarkan sejauh mana cedera vaskular yang mungkin terjadi, dan tatalaksananya
biasanya adalah pembedahan dengan ligasi.
Sejauh ini, penyebab paling umum dari limfadenopati servikalis adalah infeksi atau
inflamasi yang disebabkan oleh berbagai etiologi odontogenik, saliva, virus, dan bakteri.
Kelenjar getah bening ini seringkali bengkak, nyeri tekan, dan dapat digerakkan, serta bisa
menjadi eritematosa dan hangat. Gejala pernafasan atas yang disebabkan oleh virus biasanya

8
berlangsung selama satu sampai dua minggu, sedangkan limfadenopati umumnya mereda
dalam tiga sampai enam minggu setelah resolusi gejala. Meskipun virus yang tidak diketahui
menyebabkan 20% hingga 30% infeksi saluran pernafasan atas, yang dapat terjadi pada rata-
rata dua hingga empat kali per tahun pada orang dewasa, patogen virus yang umum
ditemukan adalah rhinovirus, koronavirus, dan influenza. Biopsi merupakan tindakan yang
tepat jika terdapat kelainan nodus yang tidak membaik setelah empat sampai enam minggu,
dan harus dilakukan segera pada pasien dengan temuan lain yang menunjukkan keganasan,
seperti keringat malam, demam, penurunan berat badan, atau massa yang tumbuh dengan
cepat. Etiologi infeksi tertentu (human immunodeficiency virus/HIV, virus Epstein-Barr,
sitomegalovirus, toksoplasmosis) cenderung menyebabkan limfadenopati generalisata,
sehingga diperlukan evaluasi kelenjar getah bening yang komprehensif.(4)
Infeksi bakteri pada kepala dan leher terutama menyebabkan limfadenopati servikalis.
Limfadenopati yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus beta grup A
tidak memiliki daerah prediktor terhadap inflamasi kelenjar getah bening. Virus Epstein-Barr
diseminata atau infeksi HIV sering melibatkan rantai servikalis. Antibiotik yang umum
digunakan untuk limfadenopati adalah sefalosporin generasi pertama, amoksisilin/klavulanat
(Augmentin), atau klindamisin.
Infeksi Bartonella henselae menyebabkan kelainan selular, fluktuatif, eritematosa,
dan nyeri tekan, tetapi dengan ciri khas terisolasi, kelenjar getah bening mirip dengan
limfadenopati yang disebabkan oleh infeksi stafilokokus dan streptokokus. Cat-scratch
disease berkembang ketika anak kucing atau kutu mengirimkan B. henselae, menyebabkan
limfadenopati regional, biasanya dekat dengan lokasi inokulasi.
Bentuk ekstrapulmoner dari infeksi Mycobacterium tuberculosis menyebabkan
limfadenopati servikalis. Nodus limfa bilateral difus merupakan massa yang multipel,
menetap, keras, tidak nyeri, dan terletak di daerah segitiga posterior / rantai servikalis. Uji
tuberkulin harus dilakukan pada pasien tersebut. Hasil negatif pada uji tuberkulin tidak
mengesampingkan infeksi mikobakterial atipikal, yang juga harus dipertimbangkan. Biopsi
aspirasi jarum halus (FNAB) dari kelenjar getah bening atau rujukan ke ahli bedah kepala dan
leher dapat dilakukan jika limfadenopati menetap setelah diagnosis dan pengobatan awal.(4)
Inflamasi kelenjar ludah (sialadenitis akut) umumnya terjadi pada lansia, dehidrasi,
atau memiliki riwayat dilakukan tindakan/pembedahan pada gigi dalam waktu dekat.
Kelenjar ludah yang terkena menyebabkan onset nyeri dan pembengkakan yang cepat atau
bertahap, dapat disertai dengan edema lokal, eritema, dan nyeri tekan atau fluktuasi konsisten
dengan abses. Kompresi bimanual kearah muara duktus dapat mengeluarkan sekret purulen
9
ke dalam rongga mulut. CT leher dengan media kontras intravena mungkin diperlukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis tersebut dan menyingkirkan etiologi lain yang berkontribusi
seperti abses gigi atau kompresi tumor lokal.(4)

Massa Colli Subakut


Massa subakut dapat terlihat dalam beberapa minggu hingga bulan. Walaupun massa
ini dapat tumbuh dengan cepat, namun seringkali tidak terdeteksi karena sifatnya yang
asimtomatik. Massa colli asimptomatik yang persisten pada orang dewasa harus dianggap
suatu keganasan sampai terbukti sebaliknya. Karena diagnosis yang terlambat berkontribusi
terhadap penurunan kelangsungan hidup pada kondisi seperti kanker laring, sangat penting
bagi dokter keluarga untuk mengenali gambaran umum dari kanker kepala dan leher.
Karsinoma sel skuamosa dari traktus aerodigestif bagian atas adalah neoplasma
primer yang paling umum dari kepala dan leher, dan metastasisnya sering menjadi sumber
dari limfadenopati servikalis yang tidak diketahui asalnya. Gejala yang umum ditemukan
adalah ulkus yang tidak sembuh, disartria, disfagia, odinofagia, gigi yang tidak sejajar atau
goyang, globus, suara serak, hemoptisis, dan parestesi orofaringeal. Kelenjar getah bening
yang terkait dengan keganasan biasanya tegas, tidak dapat digerakkan, dan tidak teratur.
Namun, limfadenopati servikalis yang persisten atau gejala terkait faktor risiko, tidak respons
terhadap antibiotik, atau etiologi yang tidak jelas membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
Faktor risiko untuk kanker traktus aerodigestif bagian atas adalah jenis kelamin pria dan
penggunaan alkohol, tembakau, atau pinang (umumnya di Asia Tenggara). Faktor risiko
tambahan untuk kanker orofaring adalah riwayat keluarga dengan karsinoma sel skuamosa
kepala dan leher dan kebersihan mulut yang buruk.(4)
Karsinoma sel skuamosa lanjut dengan peningkatan prevalensi dan terkait dengan
infeksi human papillomavirus (terutama high-risk human papillomavirus 16). Lesi ini muncul
dengan kelenjar getah bening yang membesar dengan cepat, lateral, dan kistik; hipertrofi
nodus servikalis persisten; tonsil palatina atau lingualis yang asimetri; disfagia; perubahan
suara; atau perdarahan faring. Populasi yang paling berisiko adalah pria berkulit putih yang
berusia 35 hingga 55 tahun dengan riwayat merokok, penggunaan alkohol berat, dan
pasangan seks multipel (terutama yang melibatkan kontak orogenital).
Hampir 80% tumor kelenjar saliva adalah jinak dan muncul di kelenjar parotid.
Tumor tersebut bersifat unilateral, asimtomatik, pertumbuhannya lambat, dapat digerakkan,
berbeda dengan tumor ganas dimana memiliki pertumbuhan yang cepat, fiksasi kulit, nyeri,
atau keterlibatan nervus kranialis (terutama nervus kranialis VII/fasialis). Nodus limfe
10
preaurikular intraparotid atau terisolasi merupakan kemungkinan diagnostik yang lain. Biopsi
eksisi adalah pendekatan diagnostik yang lebih disukai untuk tumor ini setelah meninjau hasil
CT atau FNAB yang diperjelas dengan kontras. Pembesaran kelenjar yang terus-menerus
dengan gejala xeroftalmia dan xerostomia dapat menunjukkan adanya sindrom Sjögren,
sedangkan kelenjar yang hipertrofi, fibrotik dapat menunjukkan sialadenitis kronis yang
disebabkan oleh duct stone (sialolith) atau stenosis.(4)
Kanker kulit, terutama melanoma, juga bermetastasis ke kelenjar getah bening lokal.
Ketika kanker kepala dan leher primer tidak terbukti untuk menjelaskan limfadenopati
regional, dokter harus mencari daerah mukosa (hidung, sinus paranasal, rongga mulut, dan
nasofaring) untuk mengidentifikasi melanoma. Metastasis dari sel basal dan karsinoma sel
skuamosa dapat mengarah ke limfadenopati walaupun hal ini jarang terjadi. Gejala
konstitusional seperti demam, menggigil, keringat malam, dan penurunan berat badan dapat
menunjukkan metastasis yang jauh. Ketika metastasis bermanifestasi sebagai limfadenopati
supraklavikular, FNAB menunjukkan keganasan pada lebih dari setengah kasus, dengan usia
lebih dari 40 tahun menjadi prediktor utama keganasan. Lokasi keganasan primer yang paling
umum terdapat limfadenopati servikalis adalah paru-paru, payudara, limfoma, serviks uterina,
daerah gastroesofagus, ovarium, dan pankreas.
Leher merupakan daerah yang umum didapatkan limfoma dengan gambaran tidak
nyeri dan dapat tumbuh dengan cepat, dan selanjutnya menimbulkan nyeri. Gejala
konstitusional awal sering mendahului perkembangan limfadenopati difus dan splenomegali.
Dibandingkan dengan kelenjar getah bening yang terkait dengan penyakit metastasis yang
telah disebutkan, limfoma biasanya kenyal, lunak, dan dapat digerakkan. Limfoma Hodgkin
memiliki distribusi usia bimodal (15 hingga 34 tahun dan lebih tua dari 55 tahun) dan jarang
terjadi secara ekstranodal, sedangkan limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi pada orang
dewasa yang lebih tua dan dapat muncul secara ekstranodal pada cincin tonsil yang terletak di
faring. CT dengan kontras pada leher, dada, perut, dan panggul membantu menentukan
tahapan limfoma dan lokasi biopsi.(4)
Penyakit reumatologi menyumbang sebanyak 3% dari gangguan yang muncul dengan
kelenjar saliva yang membesar dan 4% dari limfadenopati servikalis. Penyakit rematik yang
paling sering menyebabkan pembesaran kelenjar saliva atau kelenjar servikalis adalah
sindrom Sjögren dan sarkoidosis.(4)

11
Massa Colli Kronis
Massa kongenital lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak tetapi dapat tumbuh
perlahan dan menetap hingga dewasa. Kista duktus tiroglosal merupakan kista kongenital
yang paling umum, berada di garis tengah dan berada didekat tulang hyoid, dan dapat
membesar. Kista ini biasanya dikenali saat berusia lima tahun, dengan 60% didiagnosis pada
usia 20 tahun. Namun, dalam satu seri otopsi, kista duktus tiroglosal ditemukan pada 7%
orang dewasa, meskipun sebagian besar tidak terlihat secara klinis. Kista celah brankial
(branchial cleft) dapat ditemukan pada daerah anterior kearah otot sternokleidomastoideus,
dan mewakili 22% dari massa colli kongenital. Terdapat gambaran massa diskrit, nyeri,
eritematosa, yang sering muncul bersamaan dengan gejala pernafasan bagian atas yang
berulang. Kista dermoid, biasanya terletak di daerah segitiga submental, adalah massa lunak,
tidak nyeri, yang membesar dengan epitel yang terjebak di jaringan yang lebih dalam dan
lebih jarang terjadi daripada kista tiroglosus dan branchial cleft.(4)
Mirip dengan penatalaksanaan untuk limfadenopati bakterial, penggunaan antibiotik
empiris untuk stafilokokus, streptokokus, dan patogen anaerob gram negatif dengan
sefalosporin generasi pertama, amoksisilin/klavulanat, atau klindamisin merupakan
pengobatan awal yang tepat dari infeksi kista kongenital yang dicurigai. Eksisi merupakan
penatalaksanaan definitif untuk kista dan dapat dipertimbangkan setelah infeksi berulang.
Patologi tiroid menyumbang untuk sebagian besar massa colli anterior kronis, dan
massa ini sering tersembunyi. Kelenjar tiroid yang membesar dapat disebabkan oleh penyakit
Graves, tiroiditis Hashimoto, atau defisiensi yodium. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
paparan goitrogenik seperti lithium. Nodul tiroid merupakan kondisi yang umum dijumpai,
dengan perkiraan prevalensi 4% hingga 7% pada orang dewasa; hanya 5% dari jumlah
tersebut yang ganas. Pemeriksaan fisik tidak dapat dilakukan untuk mendeteksi nodul yang
lebih kecil dari 1 cm.(4)
Laringokel juga dapat berkembang di daerah segitiga anterior sebagai massa colli
traumatik yang disebabkan oleh batuk kronis atau tiupan berulang (misalnya, bersin atau
meniup alat musik), yang menyebabkan herniasi divertikulum laringeal melalui membran
tirohioid lateral. Meningkatnya tekanan udara menyebabkan pembengkakan leher yang berisi
udara, intermiten, dan resonan terhadap perkusi. Pembengkakan berpotensi menjadi
laringopiokel yang dapat menyumbat jalan nafas. CT kontras atau laringoskopi dapat
mengkonfirmasi laringokel atau laringopiokel yang mana membutuhkan pembedahan dengan
eksisi.(4)

12
Paraganglioma adalah tumor neuroendokrin yang melibatkan kemoreseptor dari
karotis, vena jugularis, atau nervus vagus di leher sisi lateral. Tumor karotis dan jugularis
umumnya terletak di daerah segitiga anterior bagian atas dekat bifurkasio karotis sebagai
massa pulsatil yang dapat teraba dengan bruit atau thrill. Meskipun bergerak dari arah medial
ke lateral, tumor ini tetap berada dalam bidang kranial ke kaudal. Tumor ini biasanya
asimtomatik, tetapi secara fungsional dapat menyebabkan flushing, palpitasi, dan hipertensi
akibat pelepasan katekolamin. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan plasma atau urin 24 jam untuk menemukan katekolamin dan metanefrin.
Lipoma adalah tumor adiposa subkutan yang lunak, dapat digerakkan, dan diskrit.
Lipoma biasanya muncul di bagian batang tubuh dan ekstremitas tetapi dapat ditemukandi
seluruh bagian leher. Lipoma umumnya terjadi pada pasien yang berusia lebih tua dari 35
tahun atau pasca trauma.(4)

Tabel 2. Diagnosis Banding Massa Colli (4)

13
14
Secara klinis, massa colli dapat dibagi menjadi: (5)
i) Massa yang berada di garis tengah
ii) Massa yang berada di sisi lateral leher
Gambaran ini dapat dikelompokkan sesuai dengan daerah segitiga pada leher.(5)

Gambar 3. Pembengkakan leher di garis tengah (5)

Gambar 4. Pembengkakan leher pada sisi lateral dengan daerah segitiga yang berbeda (5)

15
Tabel 3. Penatalaksanaan Massa Colli (4)

Kondisi Tatalaksana
Akut
 Sialadenitis Akut Sialagogues, pemijatan lembut; abses –
kompresi kelenjar
 Hematoma Evaluasi bila kecil; pembedahan dengan
drainase bila besar/meluas
 Fistula Arteriovenosa atau Evaluasi pembedahan untuk ligase
Pseudoaneurisma,
Limfadenopati Reaktif
 Infeksi Bartonella henselae Azitromisin

 Sitomegalovirus Biopsi jika tidak sembuh dalam 8 minggu

 Infeksi virus Epstein-Barr Biopsi jika tidak sembuh dalam 8 minggu


Terapi antiretrovirus
 Infeksi HIV
Antibiotik; rifampisin dan isoniazid;
 Mycobacterium tuberculosis
tambahkan pirazinamid dan etambutol atau
(ekstrapulmoner)
streptomisin pada daerah endemis; rujuk ke
ahli bedah kepala dan leher jika menetap
Antibiotik
 Infeksi stafilokokus atau
streptokokus
Perawatan suportif atau pengobatan dengan
 Toksoplasmosis
pirimetamin dan sulfadiazine

 Infeksi Saluran Pernafasan yang


Biopsi jika tidak sembuh dalam 3-6 minggu
disebabkan virus
Subakut (beberapa minggu atau
bulan)
Kanker
 Limfoma Hodgkin Rujuk ke onkologi
 Karsinoma sel skuamosa yang Percobaan 2 minggu dengan antibiotik; biopsi
berhubungan dengan Human jika tidak membaik
papillomavirus
 Kanker metastasis Rujuk ke onkologi

16
 Limfoma non-Hodgkin Rujuk ke onkologi
 Tumor parotis Rujuk ke THT-KL untuk biopsi eksisional
 Karsinoma sel skuamosa traktus Percobaan 2 minggu dengan antibiotik; biopsi
aerodigestif bagian atas jika tidak membaik

 Sialadenitis Kronis Sialagogues, pemijatan lembut, rujuk ke


THT-KL

Penyakit Idiopatik
 Castleman disease Rujuk ke hematologi

 Penyakit Kikuchi Rujuk ke hemaologi


Rujuk ke hematologi
 Penyakit Kimura
Rujuk ke hematologi
 Penyakit Rosai-Dorfman
Penyakit Sistemik
Rujuk ke hematologi
 Amiloidosis
Rujuk ke spesialis paru/reumatologi bila perlu
 Sarkoidosis
Pengobatan simtomatik dengan sialagogues,
 Sindrom Sjogren
tingkatkan asupan cairan

Kronis
 Tumor Karotis Rujuk ke THT-KL
Kista Kongenital
 Kista branchial cleft Antibiotik; rujuk ke THT-KL untuk eksisi
setelah infeksi berulang
 Kista dermoid Pembedahan eksisi

 Kista duktus tiroglosus Antibiotik; rujuk ke THT-KL untuk eksisi


setelah infeksi berulang

 Tumor jugularis, vagal Rujuk ke THT-KL

 Goiter, Penyakit Graves Radioaktif ablasi yodium, tiroidektomi,


metimazol/propiltiourasil
Levotiroksin
 Tiroiditis Hashimoto
Meningkatkan asupan yodium/menurunkan
 Defisiensi Yodium
asupan yang mengandung tiosianat
Pemantauan fungsi tiroid selama 6-12 bulan,
 Penggunaan Lithium
obati disfungsi, diskontinyu jika diperlukan

17
 Multinodular Toksik Radioaktif ablasi yodium, tiroidektomi,
metimazol/propiltiourasil
Rujuk ke THT-KL
 Laringokel
Pemantauan/latihan fisik
 Lipoma
Eksisi
 Liposarkoma
Rujuk ke endokrinologi, THT-KL
 Kista/Kanker Paratiroid

Nodul Tiroid
Rujuk ke endokrinologi, ulangi ultrasonografi
 Nodul cold thyroid
dalam 6-18 bulan
Eksisi
 Kanker Tiroid
Radioaktif yodium/tiroidektomi
 Adenoma Tiroid Toksik

18
BAB III
KESIMPULAN

Massa colli didefinisikan sebagai lesi abnormal (kongenital atau didapat) yang dapat
dilihat, diraba, atau dilihat pada studi pencitraan. Massa colli dapat berkembang dari proses
infeksius, inflamasi, kongenital, traumatik, ataupun neoplastik benigna maupun maligna.
Pendekatan klinis yang relevan untuk membedakan massa colli tergantung dari apakah massa
tersebut akut, subakut, atau kronis. Penatalaksanaan massa colli tergantung dari etiologi yang
mendasari.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Pynnonen MA, Gillespie MB, Roman B, Rosenfeld RM, Tunkel DE, Bontempo L, et
al. Clinical Practice Guideline: Evaluation of the Neck Mass in Adults.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2017;157(2S):1-4.
2. Kademani D, August M. Neck Mass: Diagnosis and Management. In: Duncan L.
Current Therapy in Oral and Maxillofacial Surgery. Missouri: Elsevier. 2011. p.372-
5.
3. Panchbhavi VK. Neck Anatomy [Internet]. Medscape; 2017 (cited 2018 April 27).
Available at: https://reference.medscape.com/article/1968303-overview#showall.
4. Haynes J, Arnold KR, Aguirre-Oskins C, Chandra S. Evaluation of Neck Masses in
Adults. American Family Physician 2015;91(10):698-704.
5. Dhingra PL, Dhingra S. Neck Masses. In: Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear,
Nose, and Throat & Head and Neck Surgery. 6th ed. New Delhi: Elsevier. 2014.
p.390-2.

20

You might also like