Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Iglesia Rawati
1361050160
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kemudahan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat dalam
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher (THT-KL) di
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong dengan judul “Penatalaksanaan Massa Colli”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr., H. R .
Krisnabudhi Sp.THT-KL, dr. Dadang Chandra Sp. THT-KL, dr. Jenny Sp.THT-KL FICS, dr.
Jodi Setiawan Sp.THT-KL selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT-KL.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan para
pembaca. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan masih perlu
banyak perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran diharapkan dari pembaca.
Iglesia Rawati
1361050160
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………...iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Massa colli (leher) sering terjadi pada orang dewasa, tetapi seringkali etiologi yang
mendasari tidak mudah diidentifikasi. Sementara pada anak-anak sebagian besar penyebab
adanya massa colli adalah infeksi, penyebab massa colli persisten pada orang dewasa adalah
neoplasma. Massa colli asimtomatik dapat menjadi manifestasi klinis awal atau hanya
manifestasi klinis dari kanker kepala dan leher, seperti karsinoma sel skuamosa, limfoma,
tiroid, atau kanker kelenjar saliva. Massa colli pada pasien dewasa harus dianggap suatu
keganasan sampai terbukti sebaliknya.(1)
Ahli bedah mulut dan maksilofasial sering terlibat dalam penatalaksanaan pasien
dengan massa colli. Oleh karena itu penting bagi ahli bedah untuk memiliki pemahaman yang
jelas mengenai etiologi, evaluasi diagnostik, dan pengobatan massa colli. Salah satu faktor
terpenting yang membantu menentukan diagnosis spesifik adalah usia pasien. Secara umum,
tiga kelompok usia yang perlu dipertimbangkan adalah pediatrik (<15 tahun), dewasa muda
(usia 16 hingga 40 tahun), dan orang dewasa yang lebih tua (> 40 tahun). Masing-masing
kelompok usia ini menunjukkan frekuensi relatif tertentu dari kejadian penyakit, yang dapat
membantu dokter mengembangkan diagnosis banding yang tepat.(2)
Kriteria penting kedua dalam diagnosis massa colli adalah lokasinya. Massa colli
kongenital dan traumatik relatif konsisten pada lokasinya. Neoplasia, di sisi lain, cenderung
bervariasi dalam hal lokasi anatomi tetapi cenderung mengikuti pola sistematis penyebaran
limfatik dari daerah orofaringeal primer. Pada 5% hingga 10% pasien, sumber utama tumor
tidak terlihat dengan jelas, dan setelah pemeriksaan fisik lengkap dan rinci disertai dengan
studi pencitraan dan biopsi langsung dari jaringan tonsila orofaring, dinding faring, dan dasar
lidah, sekitar 1% hingga 2% tetap merupakan karsinoma dengan asal primer yang tidak
diketahui.(2)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Daerah Segitiga Submandibular
Daerah segitiga submandibular dibatasi oleh mandibula dan dua otot digastrik. Daerah ini
terdiri dari kelenjar saliva submandibular, nervus hipoglosus, otot mylohyoid, dan arteri
fasialis.(3)
Gambar 1. Anatomi daerah segitiga servikalis dengan lokasi nodus limfe dan
drainase yang paling sering (4)
Berbagai jalur drainase limfatik di kepala dan leher dapat membantu dokter untuk
melakukan pemeriksaan dan evaluasi pada daerah mukosa oral spesifik di dalam kepala dan
leher (colli). Jika massa colli unilateral, lesi primer harus dicari pada daerah mukosa
ipsilateral atau kutaneus. Jika massa leher bilateral, kemungkinan terdapat pada struktur garis
tengah seperti dasar lidah, laring supraglotis, atau nasofaring. Adapun limfadenopati
servikalis bilateral dapat terjadi ketika lesi lateral melintasi garis tengah dan menganggu
aliran limfatik di sisi kontralateral leher. Dengan limfadenopati yang melibatkan ruang
supraklavikular dan daerah servikalis lateral yang lebih dalam di bagian bawah daerah
segitiga posterior, lesi primer seringkali tidak berada dalam saluran aerodigestif, dan
pencarian tumor primer harus diperluas ke bagian paru-paru, payudara, dan intra-abdomen.(2)
2.3 Definisi
Massa colli didefinisikan sebagai lesi abnormal (kongenital atau didapat) yang dapat
dilihat, diraba, atau dilihat pada studi pencitraan. The Guideline Development Group (GDG)
selanjutnya menetapkan bahwa yang disebut massa colli adalah massa yang berada di bawah
mandibula, di atas klavikula, dan jauh kedalam kulit, walaupun dapat melibatkan lapisan kulit
4
di atasnya secara sekunder. Massa colli dapat berkembang dari proses infeksius, inflamasi,
kongenital, traumatik, ataupun neoplastik benigna maupun maligna.(1)
2.4 Epidemiologi
Massa colli pada orang dewasa akibat inflamasi seringkali terkait dengan infeksi pada
saluran pernafasan karena virus atau bakteri. Namun, inflamasi pada limfadenopati servikalis
seringkali dapat sembuh sendiri, menghilang dalam beberapa minggu, dan dengan demikian,
pasien dengan limfadenopati servikalis biasanya tidak berobat ke dokter. Untuk alasan
tersebut, maka terdapat kekurangan data mengenai insiden keseluruhan dari masa colli pada
dewasa.(1)
Tidak didapatkan data spesifik mengenai insidensi massa colli persisten — massa
yang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan untuk sembuh sendiri. Namun, sekitar
setengah dari 62.000 kasus kanker kepala dan leher yang didiagnosis pada tahun 2016
didapatkan adanya massa colli, menunjukkan bahwa 30.000 pasien dapat memiliki massa
colli yang mengarah pada keganasan. Selain itu, sekitar setengah dari seluruh massa colli
pada orang dewasa adalah keganasan menunjukkan bahwa 30.000 pasien lainnya dengan
massa colli persisten memiliki etiologi neoplasma benigna. Meskipun massa colli yang ganas
pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh karsinoma sel skuamosa, selain itu dapat
juga disebabkan oleh limfoma, kanker tiroid, keganasan kelenjar saliva, kanker kulit, atau
metastasis dari tempat yang jauh.(1)
2.5 Etiologi
Massa colli sering terjadi pada orang dewasa, tetapi seringkali etiologi yang
mendasari tidak mudah diidentifikasi. Mayoritas massa colli pada populasi pediatrik lebih
sering disebabkan oleh inflamasi dan kongenital daripada neoplastik. Pada dewasa muda,
tingkat neoplasia mulai meningkat seiring dengan penurunan relatif lesi kongenital. Pada
pasien yang lebih tua dari 40 tahun, neoplasia selalu menjadi pertimbangan utama pada
orang-orang dengan massa colli yang tidak diketahui tempat asalnya.(1,2)
5
\
Gambar 2. Lokasi dan penyebab massa colli pada populasi dewasa dan pediatrik (2)
2.6 Diagnosis
Aspek yang paling penting dalam mendiagnosis massa colli adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang akurat dan terperinci. Setiap pasien dengan massa colli harus
menjalani pemeriksaan menyeluruh dari kepala dan leher dengan hasil pemeriksaan yang
rinci mengenai perjalanan massa bersamaan dengan gejala terkait dan riwayat trauma,
iradiasi, dan operasi sebelumnya. Ketika melakukan pemeriksaan fisik, sangat penting untuk
semua permukaan mukosa orofaring diperiksa secara langsung atau tidak langsung dengan
cermin atau visualisasi fiberoptik dan untuk mendapatkan diagnosis jaringan secara tepat
sehingga diagnosis yang akurat dapat dibuat. Hal tersebut sangat penting ketika didapatkan
kecurigaan yang tinggi terhadap keganasan.(2)
Computed tomography (CT) dari leher kini telah menjadi standar perawatan untuk
mengevaluasi massa colli dan menggambarkan anatomi secara rinci, serta untuk identifikasi
tumor primer occult. CT dan magnetic resonance imaging (MRI) memiliki spesifisitas
6
tertinggi, 87% hingga 95%, untuk tumor kepala dan leher primer yang tidak diketahui MRI
memberikan gambaran serupa dengan hasil yang diperoleh dari CT. Namun, MRI dapat
memberikan visualisasi jaringan lunak yang lebih rinci dari leher. T2 weighted images dan
teknik supresi lemak dapat membantu dalam mencari penyakit mukosa akibat metastasis
massa colli dengan penyebab utama yang tidak diketahui, khususnya untuk evaluasi rinci dari
dasar lidah atau traktus sinonasal.
Ultrasonografi digunakan untuk melokalisasi massa colli dan diferensiasi kistik dari
massa padat dan sangat membantu dalam membedakan kista kongenital dari kelenjar getah
bening padat, tumor kelenjar, atau lesi vaskular. Ultrasound juga dapat digunakan sebagai
teknik panduan gambar untuk aspirasi jarum atau prosedur biopsi inti. Radiografi toraks
(posterior, anterior, dan lateral) memungkinkan dokter untuk menskrining neoplasma paru
primer atau metastasis paru dari keganasan kepala dan leher primer atau untuk melihat
adenopati mediastinum. Pan-endoskopi kepala dan leher juga merupakan modalitas
diagnostik penting yang digunakan untuk mendeteksi lesi mukosa primer occult, serta untuk
mengidentifikasi tumor primer yang berhubungan dengan traktus aerodigestif.(2)
Hasil Fine needle aspiration (FNA) dapat meragukan pada 25% massa colli occult.
Meskipun dilakukan FNA berulang, pan-endoskopi, pencitraan, dan biopsi orofaringeal, 1%
hingga 2% massa colli tetap memiliki diagnosis tidak spesifik. Dalam situasi ini, biopsi
kelenjar getah bening terbuka dapat dilakukan.
Evaluasi laboratorium tambahan pada pasien dengan massa colli adalah hal yang
tepat. Tergantung pada gambaran klinis, riwayat yang rinci, dan pemeriksaan fisik, jika lesi
infeksi dicurigai, evaluasi lebih lanjut dapat dilakukan seperti pemeriksaan hitung darah
lengkap dan laju sedimentasi. Tes diagnostik lainnya adalah uji tuberkulin, merupakan
evaluasi untuk koksidioidomikosis, pemeriksaan serologis histoplasmin, monospot, uji
toksoplasmosis, Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) yang mana merupakan
pemeriksaan serologis untuk sifilis, dan pemeriksaan bakteri atau virus lainnya sesuai dengan
kondisi pasien.(2)
7
Tabel 1. Prevalensi Relatif dari Etiologi Massa Colli (4)
8
berlangsung selama satu sampai dua minggu, sedangkan limfadenopati umumnya mereda
dalam tiga sampai enam minggu setelah resolusi gejala. Meskipun virus yang tidak diketahui
menyebabkan 20% hingga 30% infeksi saluran pernafasan atas, yang dapat terjadi pada rata-
rata dua hingga empat kali per tahun pada orang dewasa, patogen virus yang umum
ditemukan adalah rhinovirus, koronavirus, dan influenza. Biopsi merupakan tindakan yang
tepat jika terdapat kelainan nodus yang tidak membaik setelah empat sampai enam minggu,
dan harus dilakukan segera pada pasien dengan temuan lain yang menunjukkan keganasan,
seperti keringat malam, demam, penurunan berat badan, atau massa yang tumbuh dengan
cepat. Etiologi infeksi tertentu (human immunodeficiency virus/HIV, virus Epstein-Barr,
sitomegalovirus, toksoplasmosis) cenderung menyebabkan limfadenopati generalisata,
sehingga diperlukan evaluasi kelenjar getah bening yang komprehensif.(4)
Infeksi bakteri pada kepala dan leher terutama menyebabkan limfadenopati servikalis.
Limfadenopati yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus beta grup A
tidak memiliki daerah prediktor terhadap inflamasi kelenjar getah bening. Virus Epstein-Barr
diseminata atau infeksi HIV sering melibatkan rantai servikalis. Antibiotik yang umum
digunakan untuk limfadenopati adalah sefalosporin generasi pertama, amoksisilin/klavulanat
(Augmentin), atau klindamisin.
Infeksi Bartonella henselae menyebabkan kelainan selular, fluktuatif, eritematosa,
dan nyeri tekan, tetapi dengan ciri khas terisolasi, kelenjar getah bening mirip dengan
limfadenopati yang disebabkan oleh infeksi stafilokokus dan streptokokus. Cat-scratch
disease berkembang ketika anak kucing atau kutu mengirimkan B. henselae, menyebabkan
limfadenopati regional, biasanya dekat dengan lokasi inokulasi.
Bentuk ekstrapulmoner dari infeksi Mycobacterium tuberculosis menyebabkan
limfadenopati servikalis. Nodus limfa bilateral difus merupakan massa yang multipel,
menetap, keras, tidak nyeri, dan terletak di daerah segitiga posterior / rantai servikalis. Uji
tuberkulin harus dilakukan pada pasien tersebut. Hasil negatif pada uji tuberkulin tidak
mengesampingkan infeksi mikobakterial atipikal, yang juga harus dipertimbangkan. Biopsi
aspirasi jarum halus (FNAB) dari kelenjar getah bening atau rujukan ke ahli bedah kepala dan
leher dapat dilakukan jika limfadenopati menetap setelah diagnosis dan pengobatan awal.(4)
Inflamasi kelenjar ludah (sialadenitis akut) umumnya terjadi pada lansia, dehidrasi,
atau memiliki riwayat dilakukan tindakan/pembedahan pada gigi dalam waktu dekat.
Kelenjar ludah yang terkena menyebabkan onset nyeri dan pembengkakan yang cepat atau
bertahap, dapat disertai dengan edema lokal, eritema, dan nyeri tekan atau fluktuasi konsisten
dengan abses. Kompresi bimanual kearah muara duktus dapat mengeluarkan sekret purulen
9
ke dalam rongga mulut. CT leher dengan media kontras intravena mungkin diperlukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis tersebut dan menyingkirkan etiologi lain yang berkontribusi
seperti abses gigi atau kompresi tumor lokal.(4)
11
Massa Colli Kronis
Massa kongenital lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak tetapi dapat tumbuh
perlahan dan menetap hingga dewasa. Kista duktus tiroglosal merupakan kista kongenital
yang paling umum, berada di garis tengah dan berada didekat tulang hyoid, dan dapat
membesar. Kista ini biasanya dikenali saat berusia lima tahun, dengan 60% didiagnosis pada
usia 20 tahun. Namun, dalam satu seri otopsi, kista duktus tiroglosal ditemukan pada 7%
orang dewasa, meskipun sebagian besar tidak terlihat secara klinis. Kista celah brankial
(branchial cleft) dapat ditemukan pada daerah anterior kearah otot sternokleidomastoideus,
dan mewakili 22% dari massa colli kongenital. Terdapat gambaran massa diskrit, nyeri,
eritematosa, yang sering muncul bersamaan dengan gejala pernafasan bagian atas yang
berulang. Kista dermoid, biasanya terletak di daerah segitiga submental, adalah massa lunak,
tidak nyeri, yang membesar dengan epitel yang terjebak di jaringan yang lebih dalam dan
lebih jarang terjadi daripada kista tiroglosus dan branchial cleft.(4)
Mirip dengan penatalaksanaan untuk limfadenopati bakterial, penggunaan antibiotik
empiris untuk stafilokokus, streptokokus, dan patogen anaerob gram negatif dengan
sefalosporin generasi pertama, amoksisilin/klavulanat, atau klindamisin merupakan
pengobatan awal yang tepat dari infeksi kista kongenital yang dicurigai. Eksisi merupakan
penatalaksanaan definitif untuk kista dan dapat dipertimbangkan setelah infeksi berulang.
Patologi tiroid menyumbang untuk sebagian besar massa colli anterior kronis, dan
massa ini sering tersembunyi. Kelenjar tiroid yang membesar dapat disebabkan oleh penyakit
Graves, tiroiditis Hashimoto, atau defisiensi yodium. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
paparan goitrogenik seperti lithium. Nodul tiroid merupakan kondisi yang umum dijumpai,
dengan perkiraan prevalensi 4% hingga 7% pada orang dewasa; hanya 5% dari jumlah
tersebut yang ganas. Pemeriksaan fisik tidak dapat dilakukan untuk mendeteksi nodul yang
lebih kecil dari 1 cm.(4)
Laringokel juga dapat berkembang di daerah segitiga anterior sebagai massa colli
traumatik yang disebabkan oleh batuk kronis atau tiupan berulang (misalnya, bersin atau
meniup alat musik), yang menyebabkan herniasi divertikulum laringeal melalui membran
tirohioid lateral. Meningkatnya tekanan udara menyebabkan pembengkakan leher yang berisi
udara, intermiten, dan resonan terhadap perkusi. Pembengkakan berpotensi menjadi
laringopiokel yang dapat menyumbat jalan nafas. CT kontras atau laringoskopi dapat
mengkonfirmasi laringokel atau laringopiokel yang mana membutuhkan pembedahan dengan
eksisi.(4)
12
Paraganglioma adalah tumor neuroendokrin yang melibatkan kemoreseptor dari
karotis, vena jugularis, atau nervus vagus di leher sisi lateral. Tumor karotis dan jugularis
umumnya terletak di daerah segitiga anterior bagian atas dekat bifurkasio karotis sebagai
massa pulsatil yang dapat teraba dengan bruit atau thrill. Meskipun bergerak dari arah medial
ke lateral, tumor ini tetap berada dalam bidang kranial ke kaudal. Tumor ini biasanya
asimtomatik, tetapi secara fungsional dapat menyebabkan flushing, palpitasi, dan hipertensi
akibat pelepasan katekolamin. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan plasma atau urin 24 jam untuk menemukan katekolamin dan metanefrin.
Lipoma adalah tumor adiposa subkutan yang lunak, dapat digerakkan, dan diskrit.
Lipoma biasanya muncul di bagian batang tubuh dan ekstremitas tetapi dapat ditemukandi
seluruh bagian leher. Lipoma umumnya terjadi pada pasien yang berusia lebih tua dari 35
tahun atau pasca trauma.(4)
13
14
Secara klinis, massa colli dapat dibagi menjadi: (5)
i) Massa yang berada di garis tengah
ii) Massa yang berada di sisi lateral leher
Gambaran ini dapat dikelompokkan sesuai dengan daerah segitiga pada leher.(5)
Gambar 4. Pembengkakan leher pada sisi lateral dengan daerah segitiga yang berbeda (5)
15
Tabel 3. Penatalaksanaan Massa Colli (4)
Kondisi Tatalaksana
Akut
Sialadenitis Akut Sialagogues, pemijatan lembut; abses –
kompresi kelenjar
Hematoma Evaluasi bila kecil; pembedahan dengan
drainase bila besar/meluas
Fistula Arteriovenosa atau Evaluasi pembedahan untuk ligase
Pseudoaneurisma,
Limfadenopati Reaktif
Infeksi Bartonella henselae Azitromisin
16
Limfoma non-Hodgkin Rujuk ke onkologi
Tumor parotis Rujuk ke THT-KL untuk biopsi eksisional
Karsinoma sel skuamosa traktus Percobaan 2 minggu dengan antibiotik; biopsi
aerodigestif bagian atas jika tidak membaik
Penyakit Idiopatik
Castleman disease Rujuk ke hematologi
Kronis
Tumor Karotis Rujuk ke THT-KL
Kista Kongenital
Kista branchial cleft Antibiotik; rujuk ke THT-KL untuk eksisi
setelah infeksi berulang
Kista dermoid Pembedahan eksisi
17
Multinodular Toksik Radioaktif ablasi yodium, tiroidektomi,
metimazol/propiltiourasil
Rujuk ke THT-KL
Laringokel
Pemantauan/latihan fisik
Lipoma
Eksisi
Liposarkoma
Rujuk ke endokrinologi, THT-KL
Kista/Kanker Paratiroid
Nodul Tiroid
Rujuk ke endokrinologi, ulangi ultrasonografi
Nodul cold thyroid
dalam 6-18 bulan
Eksisi
Kanker Tiroid
Radioaktif yodium/tiroidektomi
Adenoma Tiroid Toksik
18
BAB III
KESIMPULAN
Massa colli didefinisikan sebagai lesi abnormal (kongenital atau didapat) yang dapat
dilihat, diraba, atau dilihat pada studi pencitraan. Massa colli dapat berkembang dari proses
infeksius, inflamasi, kongenital, traumatik, ataupun neoplastik benigna maupun maligna.
Pendekatan klinis yang relevan untuk membedakan massa colli tergantung dari apakah massa
tersebut akut, subakut, atau kronis. Penatalaksanaan massa colli tergantung dari etiologi yang
mendasari.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Pynnonen MA, Gillespie MB, Roman B, Rosenfeld RM, Tunkel DE, Bontempo L, et
al. Clinical Practice Guideline: Evaluation of the Neck Mass in Adults.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2017;157(2S):1-4.
2. Kademani D, August M. Neck Mass: Diagnosis and Management. In: Duncan L.
Current Therapy in Oral and Maxillofacial Surgery. Missouri: Elsevier. 2011. p.372-
5.
3. Panchbhavi VK. Neck Anatomy [Internet]. Medscape; 2017 (cited 2018 April 27).
Available at: https://reference.medscape.com/article/1968303-overview#showall.
4. Haynes J, Arnold KR, Aguirre-Oskins C, Chandra S. Evaluation of Neck Masses in
Adults. American Family Physician 2015;91(10):698-704.
5. Dhingra PL, Dhingra S. Neck Masses. In: Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear,
Nose, and Throat & Head and Neck Surgery. 6th ed. New Delhi: Elsevier. 2014.
p.390-2.
20