Professional Documents
Culture Documents
TUGAS Glaucoma Facomorfik
TUGAS Glaucoma Facomorfik
Glaukoma fakomorfik ( phaco = lensa; morph = bentuk) adalah istilah yang digunakan
untuk glaukoma sudut tertutup sekunder yang disebabkan oleh lensa intumesens. Kejadian ini
dapat disebabkan oleh penebalan lensa pada katarak lanjut, pembengkakan lensa yang prosesnya
cepat, ataupun katarak traumatika. Ketiga penyebab ini dapat menyebabkan blokade pada pupil
sehingga sudut mata tertutup.1,2
Glaukoma fakomorfik lebih sering terjadi di negara yang sedang berkembang dibanding
di negara maju. Penyebabnya adalah keterlambatan penanganan karena keterbatasan akses ke
fasilitas operasi, atau kebiasaan pasien yang menunggu katarak sampai matur untuk dilakukan
operasi.1,2
Pembentukan katarak lanjut menyebabkan pembengkakan lensa atau intumesens,
sehingga terjadi penyempitan progresif sudut iridokorneal. Pada mata tersebut, terbentuk
glaukoma dengan hambatan pupil karena adanya perubahan ukuran dan posisi permukaan
anterior lensa. Terhalangnya pupil ataupun luksasio diafragma lensa-iris dapat menyebabkan
sudut mata tertutup.3
Glaukoma dapat terjadi pada ras apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering
ditemukan pada pasien berusia lanjut dengan katarak senilis. Walaupun demikian, glaukoma juga
dapat terjadi pada pasien dengan usia muda yang menderita katarak traumatika atau katarak
intumesens yang berkembang secara cepat.2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, tembus
pandang, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari kapsul, epitel,
korteks dan nukleus. Ke arah mata anterior, lensa berhubungan dengan cairan bilik mata, dan ke
arah mata posterior, lensa berhubungan dengan badan kaca.
Di belakang iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula zinii (ligamentum
suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan korpus
siliare. Zonula zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliare. Zonula zini
melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian
posterior.4
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor aquous dan di sebelah posteriornya terdapat korpus vitreus.
Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang
melalukan air dan elektrolit untuk makanannya. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler
sampai ekuator.3
Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini berperan dalam
proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel, termasuk biosintesa dari DNA,
RNA, protein dan lipid.4
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel panjang
yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih
besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang
berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini akan berbentuk
seperti huruf Y dilihat dengan slitlamp. Bentuk Y ini tegak di anterior dan terbalik di posterior
huruf Y yang terbalik. 4
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan
tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water soluble dan water insoluble. Water soluble
merupakan protein intraseluler yang terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang
yang termasuk dalam water insoluble adalah urea soluble dan urea insoluble. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Seperti telah disinggung sebelumnya,
tidak ada reseptor nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.4
2. Fungsi Lensa
Lensa memiliki fungsi utama untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina dengan
mengubah-ubah daya refraksi agar sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau divergen.
Perubahan daya refraksi lensa ini disebut sebagai akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengubah kelengkungan lensa terutama kurvatura anterior.3
Otot-otot siliaris relaksasi, serat zonula menegang, dan diameter anteroposterior lensa
mengecil untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh. Dalam posisi tersebut, lensa
diperkecil hingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Sementara itu, untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi hingga tegangan zonula zinii
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologis antara korpus siliaris, sonula zinii, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina disebut sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.5
Pada fetus, lensa berbentuk hampir sferis dan lemah, sementara pada orang dewasa lensa
lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai
pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan hingga dewasa, dan proses
bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua
lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, berwarna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak
sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak. Proses sklerosis ini
menyebabkan lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini
disebut presbiopia, dan biasanya dimulai pada umur 40 tahun.3
Definisi1
Patofisiologi 3,5,6
Glaukoma fakomorfik dapat terjadi karena pupil terhalang oleh perubahan ukuran dan
posisi permukaan anterior lensa yang mendorong lensa ke anterior sehingga menekan iris.
Terhalangnya pupil atau luksasi diafragma lensa-iris dapat menyebabkan sudut bilik mata
tertutup. Selain itu, glaukoma fakomorfik juga dapat disebabkan oleh mata hiperopia dengan
lensa yang telah lebih besar dibandingkan dengan panjang aksial. Mata seperti ini memiliki bilik
mata depan yang lebih sempit sehingga dapat mencetuskan glaukoma.
Pada mata dengan glaukoma fakomorfik terdapat peningkatan tekanan intra okular yang
patologis. Penyebabnya adalah bentuk lensa yang menebal atau intumesen. Penebalan ini dapat
disebabkan oleh pembentukan katarak matur karena hidrasi korteks. Saat maturasi katarak
berlangsung dan protein lensa denaturasi, terjadi hiperosmolaritas pada lensa yang
mengakibatkan proses hidrasi lensa berlanjut, sehingga lensa menjadi tebal atau intumesen.
Penebalan pada lensa tersebut menyebabkan kapsul lensa meregang, sehingga pada sebagian sisi
lensa terjadi kalsifikasi, sementara di sisi lain menjadi flasid. Penyebab menebalnya atau
intumesensi lensa yang lain adalah trauma tusuk pada kapsul lensa yang menyebabkan terjadinya
hidrasi lensa.
Penebalan lensa yang berlanjut dapat terjadi pada beberapa kondisi. Penderita dengan
diabetes memiliki resiko terjadi penebalan lensa. Intumesensi lensa dapat terjadi akibat reaksi
idiosyncratic terhadap obat sistemik seperti diuretik. Penderita dengan Persistent Hyperplasmic
Primary Vitreus (PHPV) dapat terjadi glaukoma karena adanya ruptur pada kapsul lensa
posterior sehingga membentuk katarak dengan cepat. Sementara itu, kontraksi membran
fibrovaskular dapat mendorong diafragma lensa-iris ke depan dan membuat bilik anterior
menjadi dangkal. Selain itu, trauma dan pseudo eksfoliation mengganggu sokongan dari zonula
zinii sehingga terjadi pergeseran lensa ke anterior, dan membuat bilik mata depan menjadi
dangkal.
Lensa yang tebal dapat menyebabkan penyempitan sudut iridotrabekular secara progresif.
Hal ini meningkatkan tekanan intra okular, sehingga timbul tanda-tanda dan gejala serangan
glaukoma akut sudut tertutup, atau disebut juga glaukoma fakomorfik sudut tertutup akut.
Selama glaukoma fakomorfik belum menimbulkan neuropati optik, maka glaukoma tersebut
adalah akut.
Epidemiologi1
Glaukoma sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur lebih sering terjadi pada
negara dengan tingkat prevalensi katarak yang lebih tinggi namun dengan penanganan yang tidak
memadai. Glaukoma dapat terjadi pada ras apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering
ditemukan pada pasien usia lanjut dengan katarak senilis, namun juga dapat terjadi pada pasien
usia muda yang menderita katarak traumatika atau katarak intumesen yang berkembang secara
cepat.
Faktor Resiko7
Faktor resiko terjadinya glaukoma fakomorfik yang tersering diketahui adalah usia (> 60
tahun). Semakin bertambahnya usia seseorang, kecenderungan untuk terjadinya katarak matur
menjadi lebih sering, sehingga orang tersebut dapat memiliki sudut bilik mata yang lebih sempit.
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa panjang aksial yang lebih pendek merupakan salah
satu faktor resiko terbentuknya glaukoma fakomorfik, yaitu dengan panjang aksial ≤23,7 mm.
Kedalaman bilik mata depan yang sempit dapat menjadi faktor resiko untuk terjadinya
glaukoma sekunder. Selain itu, jenis kelamin mungkin dapat menjadi faktor resiko terjadinya
glaukoma ini. Wanita menjadi faktor predominan dengan rasio wanita berbanding laki-laki
adalah 3:1.
Penyebab3
Beberapa faktor predisposisi glaukoma fakomorfik adalah:
Katarak intumesen
Katarak traumatika
Perkembangan katarak senilis yang cepat
Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik dengan lensa yang
besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan akut sudut tertutup dapat dicetuskan
oleh dilatasi pupil pada penerangan suram. Dilatasi sampai midposisi meregangkan iris perifer
sehingga iris terdorong ke depan, dan terjadi kontak dengan jaringan trabekular, sehingga
terbentuk blokade pupil. Sudut tertutup juga dapat dicetuskan oleh tekanan dari posterior lensa
dan pembengkakan lensa. Kelemahan zonular akibat dari ekfoliasi, trauma atau faktor usia juga
berperan dalam menyebabkan glaukoma fakomorfik.
Gejala3
Diagnosis Banding5
Glaukoma sudut tertutup akut
Glaukoma fakolitik
Glaukoma iris plateau
Glaukoma akibat tumor intraokuler
Glaukoma akibat uveitis
Prognosis7
Prognosis tajam penglihatan ditentukan oleh tajam penglihatan terakhir yang ditemukan setelah
ekstraksi katarak. Faktor resiko untuk prognosis penglihatan yang buruk adalah tingginya
tekanan intraokuler kronik. Tekanan intraokuler dan durasi serangan dapat memprediksikan hasil
tajam penglihatan terakhir. Serangan yang berlangsung >5 hari merupakan faktor resiko yang
signifikan untuk prognosis akhir tajam penglihatan dan glaukoma yang buruk.
BAB IV
PENATALAKSANAAN
Pembedahan7
Pembedahan pada kasus glaukoma fakomorfik adalah ekstraksi katarak. Metode ekstraksi
ekstrakapsular sering digunakan terutama Small Incision Cataract Surgery (SICS). Selain itu,
metode yang sering digunakan adalah fakoemulsifikasi. Pada metode ini, bilik mata yang
dangkal dapat mempersulit beberapa langkah pengerjaan. Ekstraksi katarak sering
dikombinasikan dengan trabekulektomi.
Pembedahan bukanlah prosedur pilihan pada mata nanoptalmik. Laser iridotomi perifer
dan iridoplasti dengan terapi medis yang dianjurkan pada kasus ini. Pada pasien dengan mata
nanoptalmik, ekstraksi katarak sering mengakibatkan robekan pada koroid dan badan siliar, serta
robekan retina rematogen.
Medikamentosa5
Tujuan dari farmakoterapi bagi glaukoma fakomorfik adalah untuk mengurangi
morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.
Carbonic Anhydrase Inhibitor (Azetazolamide, Dorzolamide)
Carbonic anhydrase merupakan enzim yang banyak ditemukan pada jaringan tubuh,
termasuk mata. Mengkatalisis reaksi reversibel sehingga karbon dioksida menjadi
terhidrasi dan asam karbonar menjadi terdehidrasi. Dengan memperlambat pembentukan
ion bikarbonat dengan mengurangi secara berurutan transport sodium dan cairan, maka
dapat menghambat anhidrase karbonat pada badan silier di mata. Efek tersebut
mengurangi sekresi akuos humor, kemudian menurunkan tekanan intraokular.
Alpha-adrenergic agonists (Apraclonidine)
Menurunkan tekanan intraokular dengan mengurangi produksi akuos humor.
Agen Hiperosmotik (Isosorbide, Mannitol)
Menurunkan tekanan intraokular dengan membentuk gradien osmotic antara cairan
okuler dan plasma. Tidak untuk penggunaan jangka panjang.
Prostaglandin (Bimatoprost, Travoprost, Unoproston, Latanoprost)
Menurunkan tekanan intraokular dengan memperbesar aliran akuos humor.
Beta-blockers (Levobunolol, Timolol)
Mengurangi produksi akuos humor.
BAB V
KESIMPULAN