You are on page 1of 16

PERILAKU KEORGANISASIAN

PERTEMUAN 8
“KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI”

OLEH: KELOMPOK 6

NI KETUT RATNA KUSUMAYANTI (1206305073/32)

KOMANG DYAH PUTRI GAYATRI (1206305074/33)

LUH AYU SETIADAMAYANTHI (1206305075/34)

DESAK NYOMAN YULIA ASTITI (1206305083/38)

GUSTI AYU YULIANI PURNAMASARI (1206305159/51)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2014
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah salah satu topik perilaku organisasi lain yang sangat banyak
mendapat perhatian. Hampir semua penelitian tentang kepemimpinan diarahkan untuk menjawab
”Apa itu seorang pemimpin yang efektif?” Kepemimpinan merupakan intisari dari manajemen
organisasi, sumber daya pokok dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu
organisasi. Jadi, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menggiring dan
mempengaruhi prestasi organisasi. Ada beberapa definisi tentang keepemimpinan, antara lain:
a. Proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
dalam situasi tertentu (Indriyo Gitosudarmo, 1997).
b. Proses mempengaruhi perilaku orang lain agar orang tersebut berperilaku seperti yang
dikehendakinya (Nimran, 1999).
c. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju tercapainya tujuan-tujuan
(Robbins dan Coulter, 2004).
d. Proses memanfaatkan kekuasaan untuk mendapatkan pengaruh pribadi (Sukanto
Reksohadiprojo dalam Djatmiko, 2002).
e. Kecakapan yang membuat orang lain mengikuti dan melakukan dengan sukarela ”segala
sesuatu” yang dikehendaki (Lester R. Bittel dan John W. Newstrom yang dikutip oleh
LPPM, 2998).
f. Suatu perilaku seseorang yang mengarahkan aktivitas kelompok dalam mencapai sasaran
yang telah ditetapkan (Hemphil dan Coons yang dikutip oleh LPPM, 1998).

2. Teori Munculnya/Lahirnya Pemimpin/Kepemimpinan


Menurut Djanalis Djanaid (2001), ada tiga teori tentang lahirnya pemimpin, yaitu:
a. Teori Keturunan, bahwa pemimpin itu muncul karena sifat yang dibawanya sejak lahir.
Ini berarti, seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan.
b. Teori Pengaruh Lingkungan, menurut teori ini pemimpin dibentuk karena lingkungan
hidupnya, bukan karena keturunan. Ini berarti, setiap orang mampu menjadi pemimpin
apabila diberi kesempatan.
c. Teori Kelompok Campuran, menurut teori ini, pemimpin itu memiliki bakat yang
dibawanya sejak lahir, kemudian berkembang melalui pendidikan dan pengalaman
terutama dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Teori-teori Kepemimpinan

a. Teori Sifat (Traith Theory)


Bahwa pemimpin (yang berhasil) memiliki sifat-sifat tertentu. Ralph Stogdill (dalam
Nimran, 1999) mengidentifikasi 6 klasifikasi sifat kepemimpinan, yaitu:
 Karakteristik fisik (umur, penampilan, tinggi, berat badan dan lain-lain).
 Latar belakang sosial (pendidikan, status sosial, mobilitas).
 Inteligensia.
 Kepribadian (waspada, percaya diri, integritas pribadi).
 Karakteristik hubungan tugas (kebutuhan prestasi tinggi, inisiatif, orientasi tugas).
 Karakteristik sosial (pergaulan luas, aktif).

b. Teori Perilaku
Dari aspek ini, ada dua sisi dimensi yang menonjol pada persepsi seorang pemimpin,
yaitu yang pertama inisiatifnya dalam menentukan dan mengorganisasikan struktur tugas yang
harus dilaksanakan oleh anak buah. Disini, gaya yang ditampilkannya adalah gaya
kepemimpinan beorientasi pada tugas. Kedua, tingkat atensi, apresiasi, dukungannya terhadap
kesejahteraan anak buah. Disini, gaya kepemimpinan berorientasi karyawan.

c. Teori berdasarkan Ciri-ciri


Menurut Djatmiko (2002) teori berdasarkan ciri-ciri adalah teori kepemimpinan yang
sangat klasik yang masih tetap mendapat perhatian baik oleh pakar dan tokoh organisasi yang
seyogyanya dimiliki oleh setiap pemimpin. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
 Pengetahuan yang luas. Ciri ini sangat penting karena dalam menjalankan fungsinya,
seorang pemimpin dituntut memahami secara tepat bukan hanya berbagai segi kegiatan
dari organisasi yang dipimpinnya, tetapi juga apa yang terjadi di sekeliling organisasi,
terutama hal-hal yang diperkirakan membawa dampak kuat terhadap organisasi
bersangkutan, dari seorang pemimpin dituntut cara berpikir dan wawasan yang holistik,
integral dan komprehensif, berarti suatu totalitas digabungkan dengan faktor ekologis
yang turut berpengaruh. Cara berpikir demikian menuntut pengetahuan yang luas.
 Kemampuan bertumbuh dan berkembang. Salah satu faktor penyebab keberhasilan
seorang pemimpin ialah sikap dan tindakannya yang responsif terhadap segala perubahan
yang terjadi sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terjadi.
 Sifat yang inkuisitif. Yang dimaksud dengan sifat ini adalah rasa ingin tahu tentang
segala sesuatu yang terjadi bukan hanya dalam lingkungan organisasi yang dipimpinnya,
akan tetapi di sekelilingnya dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
terjadinya perubahan tersebut.
 Kemampuan analitik. Berpikir dengan menggunakan daya kognitif dan daya nalar secara
teratur dan intensif.
 Daya ingat yang kuat. Apabila seorang pemimpin mempunyai daya ingat yang kuat
melebihi daya ingat bawahannya, maka ketergantungan informasi pada orang lain akan
berkurang.
 Kapasitas integratif. Peranan seorang pemimpin yang melihat kepentingan organisasi
sebagai keseluruhan dan tidak terbatas pada kepentingan satuan-satuan kerja yang
terdapat di dalamnya.
 Ketrampilan berkomunikasi secara efektif. Baik secara vertikal maupun horizontal
diagonal. Tingkat efektivitas kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh hal ini.
 Ketrampilan mendidik. Dalam hal ini, seorang pemimpin diharapkan mampu
memberikan bimbingan dan pengarahan dan bukan selalu bersikap dan bertindak punitif.
 Rasionalitas. Dengan bermodalkan daya kognitif dan daya nalar yang tinggi disertai
dengan pendekatan yang situasional dalam memimpin suatu organisasi, diharapkan
seorang pemimpin mampu berpikir dan bertindak secara rasional, terutama dalam
melakukan dan menghadapi tindakan terhadap bawahamn.
 Obyektivitas, berkaitan erat dengan akibat rasionalitas dalam berpikir, sehingga mampu
bersikap obyektif.
 Pragmatisme. Bahwa seorang pemimpin mempunyai sikap idealistik dan memiliki
idealisme sehingga bersikap pragmatik dalam memimpin organisasi.
 Kemampuan dalam menentukan skala prioritas, berkaitan erat dengan pandangan hidup
yang pragmatik dari setiap pemimpin yang dituntut kemampuannya dalam memberikan
skala prioritas secara tajam.
 Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting.
 Rasa tepat waktu, yaitu kemampuan yang tinggi dan dimiliki secara naluriah untuk
menentukan kapan bertindak dan kapan tidak melakukan sesuatu dalam menghadapi
berbagai situasi.
 Rasa kohesi yang tinggi. Seorang pemimpin yang mampu menjaga dan memlihara
keutuhan kelompok kerja para bawahannya.
 Naluri relvansi. Bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi, seharusnya
mempunyai kaitan langsung atau tidak langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang diterapkan untuk dicapai pada kurun waktu tertentu.
 Keteladanan.
 Kesediaan menjadi pendengar yang baik.
 Adaptibilitas. Sejauh mana seorang pemimpin mampu melakukan penyesuaian tertentu
yang dituntut oleh suatu perubahan dalam lingkungan organissasi.
 Fleksibilitas. Dalam diri seorang pemimpin diharapkan sikap yang luwes, mampu
membaca situasi secara tepat dan menyesuaikan gaya manajerialnya dengan situasi yang
dihadapi.
 Ketegasan.
 Orientasi masa depan.
 Sikap yang antisipatif.

d. Teori Kontingensi Model Fiedler


Menurut teori atau model ini bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada
perpaduan yang memadai antara gaya interaksi pemimpin dengan anak buah dan derajat sejauh
mana situasi memberi kendali dan pengaruh kepada pemimpin itu (Robbins dan Coulter).
Menurut model ini ada tiga unsur dalam situasi kerja yang akan membantu menentukan
gaya kepemimpinan mana yang paling efektif:
 Hubungan pemimpin dengan anak buah. Bila pemimpin punya hubungan baik dengan
anak buah, atau anak buat hormat kepada pimpinan karena alasan tertentu, seperti
kepribadiannya yang menarik, maka pimpinan tak perlu memakai wewenang formal
untuk menggerakkan karyawan. Sebaliknya jika pemimpin itu tidak disenangi, maka ia
perlu memakai perintah resmi atau kekuatan legal.
 Struktur tugas. Bila suatu tugas terstruktur para karyawan dapat mengerjakan tugas itu
dengan baik. Manajer di sini punya wewenang besar. Kalau tugas tidak terstruktur
dengan baik, maka tidak ada pedoman kerja, sehingga hal ini akan mengurangi kekuasaan
manajer dan juga karyawan akan mudah untuk tidak setuju terhadap perintah.
 Kewibawaan posisi pimpinan. Dalam struktur organisasi, makin tinggi posisi, maka
makin besar wewenang dan kekuasaan,bila makin ke bawah terjadi sebaliknya. Dengan
demikian posisi yang tinggi tugas sebagai pimpinan akan kian mudah, sebaliknya akan
menyulitkan ketika posisi di bawah.

e. Teori Alur Tujuan


Menurut Robbins dan Coutler (2004) teori ini dikembangkan oleh Robert House yang
merupakan sebuah model kepemimpinan situasional yang menyaring unsur-unsur kunci dan teori
pengharapan tentang motivasi.
Menurut teori ini bahwa tingkah laku seseorang pemimpin ini dapat diterima bawahan
sejauh mereka menganggapnyasebagai sumber kepuasaan, entah kepuasaan langsung atau
kepuasaan masa depan. Artinya perilaku seorang pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa
kelakuan itu:
 Membuat pencapaian kebutuhan bawahan tergantung pada kinerja yang efektif .
 Memberi pelatihan, bimbingan, dukungan, dan imbalan-imbalan yang perlu bagi kinerja
efektif.
Maka menurut ini perilaku/gaya kepemimpinan ada empat, yaitu:
 Direktif/mengarahkan, memberi bimbingan.
 Suportif/mendukung, bersikap bersahabat, perhatian terhadap kebutuhan anak buah.
 Partsipatif, berunding dan memakai saran-saran bawahan.
 Berorientasi prestasi, mematok tujuan-tujuan yang menantang dan berharap bawahan
untuk bekerja keras.
f. Teori Astribusi Kepemimpinan
Teori ini oleh Robbins dan Coulter (2004) dikatakan bahwa kepemimpinan itu sekedar
sebuah keterangan yang dibuat orang mengenai individu-individu lain.
Dengan memakai kerangka kerja atribusi , para peneliti telah menemukan bahwa orang
cenderung mencirikan kepemimpinan itu memiliki karakteristik seperti kecerdasan, kepribadian
yang mudah bergaul, keterampilan verbal yang kuat, agresif, penuh pengertian, dan rajin.
Pemimpin yang efektif itu menurut teori atribusi adalah orangnya konsisten, tegas dalam
keputusan, tekun, dan teguh hati. Tiga ciri yang mewarnai pemimpin tipe ini adalah: rasa
keyakinan yang sangat tinggi, dominant (mendominasi), dan keyakinan yang kuat akan
pendapat-pendapatnya.

g. Teori Kepemimpinan Karismatik


Teori ini adalah merupakan perluasan dari teori astribusi. Teori ini oleh J.A. Conger dan
R.N. Kanungo yang dikutip oleh Robbins dan Coulter (2004) di mana dikatakan bahwa para
pengikut menemukan penjelasan tentang kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan yang luar
biasa manakala mereka mengamati perilaku tertentu.
Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ada kaitan yang mengesankan
antara pemimpin yang karismatik dengan kinerja dan kepuasan yang tinggi di antara
pengikutnya.
Beberapa karakteristik kunci pemimpin karismatik menurut J.A. Conger dan R.N.
Kanungo yang dikutip oleh Robbins dan Coulter (2004) antara lain: keyakinan diri (akan
kemampuan), visioner, kemampuan dalam mengartikulasikan visi, keyakinan yang kuat akan
visi, perilaku yang lain dari yang biasa, penampilan sebagai agen (agen perubahan), dan
kepekaan terhadap lingkungan.

h. Teori Kepemimpinan Visioner


Meski istilah visi itu sering dikaitkan dengan kepemimpinan karismatik, kepemimpinan
visioner melampaui karisma sepanjang mempunyai kemapuan untuk menciptakan dan
mengartikulasikan suatu visi yang yang realistik, layak dipercaya, dan menarik, tentang masa
depan sebuah organisasi atau unit organisasi yang tumbuh dan memperbaiki situasi sekarang.
Pemimpin-pemimpin yang visioner oleg Sashkin (2004), dikatakan mempunya tiga sifat yang
berkaitan dengan efektivitas dalam peran-peran menjelaskan visi itu kepada orang-orang lain.
Yang kedua adalah kemampuan untuk mengungkapkan visi itu bukan hanya secara verbal
melainkan juga melalui perilaku. Yang ketiga adalah kemampuan memperluas atau menerapkan
visi pada berbagai konteks kepemimpinan.

4. Tipologi Pemimpin
Banyak pendekatan digunakan untuk membedakan kepemimpinan. Salah satunya yang
umum dikenal adalah yang menyatakan bahwa para pemimpin pada dasarnya dapat
dikatagorikan menjadi lima Tipe (Djatmiko, 2002) yaitu sebagai berikut.

a. Tipe Otokratik
Dengan ciri-ciri antara lain: mengambil keputusan sendiri, memusatkan kekuasaan dan
pengambilan keputusan pada dirinya, bawahan melakukan apa yang diperintahkan,
menggunakan wewenang dan tanggung jawab sepenuhnya, dan biasanya berorientasi pada
kekuasaan.

b. Tipe Paternalistik
Ciri-cirinya antara lain: mengambil keputusan cenderung menggunakan cara sendiri
tanpa melibatkan bawahan, hubungan dengan bawahan bersifat bapak-anak, berusaha memenuhi
kebutuhan fisik anak buah untuk mencuri perhatian dan tanggungjawab mereka, orientasinya
adalah menjaga hubungan yang baik dengan anak buah.

c. Tipe Karismatis
Dengan ciri-ciri yang menonjol di antaranya: memelihara hubungan dengan bawahaan
agar pelaksanaan tugas dapat terselenggara dengan baik sekaligus memberi kesan bahwa
hubungan tersebut berbasis pada relasionalitas bukan kekuasaan.

d. Tipe Laisses Faire (Free Reign)


Dengan ciri-ciri: menghindari penumpukan kekuasaan dengan jalan mendelegasikan
kepada bawahan, tergantung pada kelompok dalam menentukan tujuan dan penyelesaian
masalah, efektif bila di lingkungan onsensual yang bermotivasi tinggi.
e. Tipe Demokratis (Partisipatif)
Yang ciri-cirinya antara lain: membagi tanggung jawab pengambilan keputusan dengan
kelompok, mengembangkan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikan tugas, memakai
pujian dan kritik, meski pengambilan keputusan dilimpahkan, namun tanggung jawab tetap pada
pimpinan
Ada juga yang membagi tipe kepemimpinan itu menjadi dua yaitu kepemimpinan yang positif
dan osensu.
 Kepemimpinan yang positif, di sini pemimpin memotivasi bawahannya untuk bekerja
dengan menambah kepuasan mereka, yakni antara lain dengan memberi penjelasan pada
perintah-perintahnya hingga bawahannya secara rasional dan emosional juga juga merasa
tersangkut dengan tugas tersebut.
Di samping itu ia juga memperhatikan kesanggupan workload serta lain-lain hal yang
perlu untuk memperlancar tugas bawahannya. Kepemimpinan seperti ini mempunyai
pendapat bahwa orang pada hakekatnya bersedia untuk melakukan pekerjaan dengan
baik, bila diberi kesempatan dan dorongan yang cukup.
 Kepemimpinan yang onsensu memotivasi orang dengan menciptakan rasa takut. Ia
bersikap dan bertindak osensu mendorong bawahannya dengan ancaman-ancaman.
Ia mempunyai pendapat bahwa orang harus dipaksa untuk mau bekerja dan menjadi
produktif, karena orang pada hakekatnya tidak mau bekerja.

Sementara itu ada pula pendapat lain tentang tipologi kepemimpinan. Kepemimpinan
enam tipe yang lain yaitu sebagai berikut:
 Visinonary atau kepemimpinan dengan visi. Yang mampu membawa orang ke tujuan
impian bersama. Tipe ini dibutuhkan saat terjadi ketidakpastian atau dibutuhkannya
perubahan.
 Coaching atau kepemimpinan dengan gaya pembinaan, yang lebih mengutamakan
hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan organisasi, sangat cocok untuk
melestarikan kemapanan.
 Affiliate atau kepemimpinan kerjasama, yang lebih mengutamakan harmoni, sangat tepat
digunakan pada saat masa-masa susah dan memotivasi tim yang sedang krisis.
 Democratic atau kepemimpinan demokrasi, yang mengedepankan pendapat dan
pandangan semua orang, onsensus dan keinginan adalah pendapat tertinggi.
 Pacesetting atau kepemimpinan memacu kemajuan, sangat dibutuhkan untuk memotivasi
tim mengejar ketertinggalan, atau mencapai target yang luar biasa.
 Commanding atau kepemimpinan otoriter, yang lebih umum dipakai untuk memotivasi
kemelut internal.

7. Pemimpin yang Efektif


Menurut hasil penelitian “in search of the ASEAN leader” yang dilakukan Christopher T.
Selvarajah dan kawan-kawan yang dikutip oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen (LPPM) Jakarta (1998), kategori seorang pemimpin yang efektif dibedakan
berdasarkan:

a. Kualitas Pribadi
Kualitas pribadi meliputi nilai-nilai pribadi, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku-
perilaku pimpinan suatu profesi atau organisasi. Peringkat kualitas pribadi yang dimiliki
seorang manajer/pimpinan adalah sebagai berikut:
 Jujur
 Berbicara jelas dan lugas
 Tenang
 Inisiator bukan pengikut
 Konsisten
 Bertanggung jawab atas kegagalan
 Menghargai orang lain
 Praktis
 Saling bergantung dan percaya
 Menulis jelas dan lugas
 Memiliki rasa humor
 Dapat menerima kesalahan orang lain
 Memperlakukan orang lan secara jujur dan penuh kepercayaan
 Berlaku informal pada karyawan di luar pekerjaan
 Mentaati hal yang benar secara moral
 Bertindak sesuai kepercayaan/religi yang dianutnya
 Memuaskan
 Mengikuti kata hati
 Bekerja sepanjang waktu

b. Perilaku Manajerial
Perilaku manajerial meliputi nilai-nilai, sikap, tindakan dan gaya memimpin yang dituntut
dalam tugas manajemen. Peringkat perilaku manajerial yang dimiliki seorang
manajer/pimpinan yaitu:
 Memotivasi bawahan
 Memberi penghargaan bagi hasil kerja yang baik
 Mendengarkan ketika bawahan ingin mengatakan sesuatu
 Mengembangkan orientasi pada tujuan dan antusiasme dalam lingkungan kerja
 Konsisten dalam penetapan keputusan
 Logis dalam memecahkan masalah
 Obyektif dalam menangani konflik
 Tegas dalam menilai kompetensi karyawan
 Mendengarkan dan memahami kesulitan orang lain
 Berinisiatif dan berani beresiko
 Mendukung keputusan yang ditetapkan bersama pihak lain
 Mendelegasikan
 Mempertimbangkan masukan/saran bawahan
 Mempercayai orang yang diberi delegasi
 Mengambil keputusan lebih awal daripada terlambat
 Mencoba berbagai pendekatan dalam manajemen
 Mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu
 Mengambil keputusan dengan cepat
 Memfokuskan pada tugas yang sedang ditangani
 Menseleksi pekerjaan dengan bijak, mengindari “overload”
 Berbagi kekuasaan (share power)
 Menghargai wewenang dan otonomi bawahan
 Menjaga kemutakhiran sesuai perkembangan manajemen terbaru
 Memikirkan detail spesifik atas setiap permasalahan khusus
 Mengambil keputusan tanpa ketergantungan yang berlebihan pada pihak lain
 Menyatakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya kepada
bawahan

c. Tuntuan Organisasional
Tuntutan organisasional menunjukkan cara manajer berespon terhadap sasaran organisasi,
peran-peran, peraturan-peraturan, struktur, tuntutan, tekanan dan imbalan-imbalan (rewards).
Peringkat kriteria dimensi tuntutan organisasional adalah sebagai berikut:
 Memiliki visi srategik bagi organisasi
 Memfokuskan pada upaya memaksimalkan produktivitas
 Menetapkan prioritas pada sasaran jangka panjang
 Berdaya adaptasi
 Menjual citra professional atau perusahaan kepada publik

d. Pengaruh-pengaruh Lingkungan
Pengaruh-pegaruh lingkungan merupakan faktor-faktor luas organisasi yang berpengaruh
pada operasional dan kesuksesan organisasi. Peringkat kinerja untuk dimensi pengaruh
lingkungan adalah sebagai berikut:
 Memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan
 Mencari dan menerapkan aspek-aspek kultur positif
 Mengidentifikasi kecenderungan sosial yang berdampak pada pekerjaan
 Memiliki orientasi dan pendekatan multi budaya
 Tanggap terhadap realitas politik dan lingkungan
 Mengembangkan perspektif internasional dalam organisasi
Ada juga yang berpendapat bahwa efektivitas atau keberhasilan seorang pemimpin sangat
tergantung pada:
 Kemampuan yang diambil apakah sering, teppat dan berdimensi besar bagi organisasi.
 Kemampuan menjual ide-ide dalam bentuk komunikasi yang persuasive.
 Gaya atau stil kepemimpinannya terutama dalam mempengaruhi orang lain. Gaya yang
ideal adalah demokratif, delegatif dan menyesuaikan dengan situasi anak buah.
 Sifat-sifat positif yang dimilki dan mampu dikembangkan dengan mahir.
 Kemampuan menghimpun kekuatan dalam bentuk wibawa (power), baik yang bersumber
pada position power atau personel power.
 Teknik memotivasi anak buah.
 Teknik dalam memecahkan masalah atau konflik/memanajemeni konflik.

8. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kepemimpinan

a. Karakteristik Pribadi Pemimpin


Karakteristik yang pertama adalah integritas, umumnya pemimpin akan mempunyai taraf
intelegensi yang lebih tinggi daripada yang dipimpin. Ia membutuhkan kesanggupan analitis
untuk dapat melihat problema yang luas dan hubungan-hubungan yang rumit, yang
menghadangnya. Ia juga harus mempunyai keterampilan bahasa yang baik untuk dapat
berkomunikasi secara baik dengan orang lain.
Karakteristik kedua adalah kedewasaan social dan skup yang luas. Pemimpin yang sukses
atau berhasil umumnya mempunyai interes dan aktivitas yang luas. Emosional stabil dan tidak
banyak punya sikap yang negatif, serta mempunyai rasa percaya diri yang cukup. Hal lain yang
menyangkut karakteristik pribadi adalah pengertian dan sikap yang positif tentang orang lain dan
menghargai hubungan antar insan, karena melalui orang-orang lainlah ia dapat menggapai hasil.

b. Kelompok yang Dipimpin


Kumpulan daripada karakteristik pribadi seseorang pemimpin seperti yang dijelaskan
pada karakteristik pribadi pemimpin belum berarti apa-apa sebelum digunakan sebagai alat untuk
menginterpretasi tujuan yang harus dicapainya.
c. Situasi
Sikap pemimpin akan berfungsi pada suatu situasi, yang berupa situasi manusia, fisik dan
waktu. Tiap-tiap perubahan situasi membutuhkan perubahan dalam macam kemampuan
memimpin. Dengan pengertian bahwa tiap situasi adalah unik, maka untuk tiap situasi
dibutuhkan pemimpin yang spesifik. Jadi seorang pemimpin harus fleksibel serta punya
kemampuan yang dahsyat untuk mengadaptasi diri.

9. Isu-isu Kontemporer dalam Persoalan Kepemimpinan

a. Isu Gender dan Kepemimpinan


Perbedaan gaya kepemimpinan antara pria dan wanita adalah dimana wanita lebih senang
dengan gaya demokratis atau partisipatif dqan kurang otokratis, sementara pria lebih cendrung
menggunakan gaya pengarahan, komando dan kendali.

b. Isu Kepemimpinan Tim


Peran yang menonjol pemimpin tim adalah sebagai penghubung dengan pihak luar,
penyelesaian masalah, manajer konflik dan sebagai pembina.

c. Isu Pemberdayaan Karyawan


Inti dari pemberdayaan adalah bahwa karyawan mampu menguasai apa yang harus
mereka lakukan melalui kegiatan pelatihan dan aspek lainnya yang memotivasi.

d. Isu Pengikutan
Bahwa disamping mempunyai pemimpin yang efektif organisasi yang ingin sukses juga
membutuhkan pengikut yang baik seperti mau mengelola diri dengan baik, berkomitmen,
berkompeten, berani, jujur dan terpercaya.

e. Isu Budaya Nasional


Bahwa pemimpin yang berhasil, tidak memakai gaya tunggal tetapi situasional dan
budaya nasional merupakan faktor cukup penting untuk mengefektifkan gaya melalui para
pengikut.
f. Isu Kepemimpinan yang Memiliki agar Biologis
Bahwa kini ada saran,pemimpin yang baik tidak perlu yang tercerdik, terkuat, atau
teragresif dari suatu kelompok, tetapi mereka yang cakap untuk berinteraksi sosial. Dua zat
serotonin dan testosterone dapat meningtkatkan kemampuan sosialisasi.

g. Isu Moral atau Etika


Etika menjadi kian penting didalam kepemimpinan sehingga tidak terjadi
penyalahgunaan kekuasaan. Banyak pemimpin karena saking bersemangatnya dan ambisinya
untuk mempertahankan kekuasaan yang digemgamnya sering menabrak etika sehingga citra dan
reputasinya menjadi hancur.

10. Implikasi Manajerial


Masa sekarang maupun yang akan datang akan banyak terjadi perubahan didalam
maupun diluar organisasi. Persaingan yang ketat, peunyustan dunia menjadi “satu desa besar”
serta transformasi ke pasar bebas akan dapat mengubah cara orang berurusan dengan dunia dan
cara dunia berurusan dengan orang. Dalam rangka memperoleh kemenangan dalam menjawab
tantangan- tantangan itu setiap organisasi membutuhkan pemimpin- pemimpin yang efektif dan
tangguh. Dalam era yang penuh perubahan akan muncul berbagai persoalan. Persoalan yang ada
tidak akan memperoleh solusi yang tepat dan benar tanpa organisasi yang sukses dan organisasi
tidak akan mencapai sukses tanpa pemimpin yang efektif.
Maka sangat besar implikasinya bagi suatu organisasi bila tanpa didukung oleh manajer-
manajer yang memiliki jiwa kepemimpinan yang memadai. Kepemimpinan akan tetap
memainkan peranan yang sentral dalam mengawal dan membawa organisasi mencapai tujuan.
Tadani Santoso member tip berupa 5 langkah agar seseorang dapat maju menjadi pemimpin yang
lebih baik.
Pertama, mempelajarai impian ideal tentang diri sendiri. Kedua, melihat diri sendiri saat
ini secara jujur dan terbuka. Ketiga, membuat agenda kerja tentang apa yang harus dipelajari dan
dilatih untuk mencapai ideal. Keempat, melangkah melalui pelatihan, pemikiran, penajaman
perasaan, dan penyempurnaan diri, kelima, mencari orang yang dapat diajak membantu
memperlancar dan mengawasi perubahan dirinya menuju perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Stepphen P Robbins – Timothy A Judge, 2009, Organizational Behavior 13th edition,
(Terjemahan Diana Angelina) Pearson Eduction Inc Salemba Empat
Ardana (dkk), 2008 , Perilaku Organisasi, Fakultas Ekonomi, UNUD, Bali

You might also like