You are on page 1of 14

PERILAKU KEORGANISASIAN

PERTEMUAN 7
“PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI”

OLEH: KELOMPOK 6

NI KETUT RATNA KUSUMAYANTI (1206305073/32)

KOMANG DYAH PUTRI GAYATRI (1206305074/33)

LUH AYU SETIADAMAYANTHI (1206305075/34)

DESAK NYOMAN YULIA ASTITI (1206305083/38)

GUSTI AYU YULIANI PURNAMASARI (1206305159/51)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2014
1. Hakekat Keputusan
Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternatif yang
tersedia dihadapinya, tetapi konsekuensinya sangat menentukan di masa selanjutnya. Sebagai
individu, setiap manusia melakukan pembuatan keputusan, baik untuk kepentingan pribadi
maupun untuk orang banyak atau organisasi. Jadi keputusan itu adalah tindakan penentuan suatu
pendapat/pilihan di antara sekian banyak alternatif. Sehingga membuat keputusan itu adalah
mengambil/memilih alternatif.
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan
permasalahan/persoalan, artinya setiap keputusan yang dibuat adalah dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu. Manajer akan selalu dituntut untuk membuat keputusan dalam rangka
pemecahan suatu masalah. Kualitas dan efektifitas seorang manajer dapat dilihat pada saat dia
mengambil keputusan. Bila sering membuat keputusan, ia adalah manajer yang kreatif dan
produktif, bila keputusannya selalu tepat menandakan ia manajer yang pintar dan bila
keputusannya berskala besar baik hasil maupun risiko itu mencerminkan ia manajer yang sejati.

2. Definisi Pengambilan Keputusan dan Urgensinya


a. Sebagai pemilihan tindakan dari sejumlah alternatif yang ada (Curtis R. Finch dan Robert
L. McGough, 1982 dalam Djatmiko, 2002)
b. Merupakan tindakan yang melekat erat dan terpadu secara berkesinambungan dalam
keseluruhan kegiatan administrasi (Gibson dan Hunt, 1965 dalam Djatmiko, 2002)
Doe dan Drake (1980) dalam Djatmiko (2002) lebih tegas mengatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan jantung dan hati totalitas kegiatan administrasi. Bahkan
Ivancevich (1989) dalam Djatmiko (2002) lebih tegas mengatakan bahwa pengambilan
keputusan berpengaruh kuat secara langsung terhadap kinerja individu yang selanjutnya
berpengaruh terhadap efektivitas organisasi. Oleh sebab itulah pengambilan keputusan
merupakan tanggungjawab utama setiap manajer organisasi.
Agar sukses memerankan tanggungjawab itu paling tidak manajer harus memiliki empat
kepakaran atau keterampilan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Keterampilan/kepakaran teknis (technical skill), yakni pemahaman dan kecakapan serta
kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktivitas tertentu, meliputi pengetahuan
dan pemahaman konsep, proses, metode yang diperlukan untuk mengenali, menganalisis
dan memecahkan masalah dalam bidang tertentu.
b. Keterampilan/kepakaran insane (human skill), yakni kesanggupan untuk bekerja dengan
orang lain secara efektif sebagai anggota sebuah kelompok dan dapat membangun kerja
sama yang baik dalam kelompok yang dipimpinnya. Termasuk di dalamnya kemampuan
berkomunikasi, memahami tingkah laku orang lain serta melakukan pendekatan-
pendekatan.
c. Keterampilan/kepakaran konseptual (conceptual skill), yakni kesanggupan untuk melihat
usaha-usaha sebagai suatu totalitas. Kesanggupan analisis.
d. Keterampilan/manajerial (managerial skill), yang merupakan kecakapan dalam
menjalankan fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi pengetahuan dan pemahaman
tentang konsep dan fungsi yang ada dalam manajemen.

3. Proses Pengambilan Keputusan dan Elemen-Elemen Dasarnya

a. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997)


 Menetapkan tujuan.
 Mengidentifikasi masalah.
 Mengembangkan sejumlah alternatif
 Penilaian dan pemilihan alternatif.
b. Menurut Herbert. A Simon (1992) dalam Djatmiko (2002)
 Penemuan masalah (Intelligence), meliputi pengumpulan data, mewaspadai lingkungan
dan mendeteksi permasalahan yang dihadapi.
 Pemahaman masalah (Design), meliputi pengkajian masalah secara sistematis,
menciptakan alternatif berdasarkan hasil evaluasi atas hasil-hasilnya.
 Pemilihan alternatif (Choice), kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif yang
disukai.
 Implementasi (Implementation), adalah pelaksanaan keputusan yang meliputi pemberian
penjelasan kepada pihak-pihak terkait serta membuat konsensus bahwa keputusan
menitikberatkan pada kebaikan dan menanamkann komitmen.
c. Menurut Finch dan McGough (1982) dalam Djatmiko (2002)
 Mengidentifikasi ruang lingkup permasalahan.
 Mendefinisikan masalah.
 Menetapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
 Mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi pemecahan masalah.
 Memilih alternatif terbaik.
 Menguji konsekuensi keputusan.
d. Menurut Dalft (1986) dalam Djatmiko (2002)
 Memantau lingkungan keputusan, yaitu meminta informasi internal maupun eksternal
yang akan memungkinkan terjadinya penyimpangan dari perilaku yang direncanakan.
 Mendefinisikan masalah, berkaitan dengan rincian mendasar tentang masalah yang
meliputi: dimana, bilamana, siapa yang dilibatkan, siapa yang terkena dan bagaimana
kegiatan yang ada akan terpengaruh.
 Menspesifikasikasi sasaran keputusan, yakni menentukan hasil kinerja, yang harus
dicapai dengan suatu keputusan.
 Mendiagnosa masalah, yaitu menganalisa sebab-sebab terjadinya masalah untuk
mendapatkan perlakuan yang tepat.
 Mengembangkan alternatif pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan pengalaman terdahulu serta menampung masukan-masukan.
 Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan melalui cara-cara
statistis atau pengalaman pribadi untuk memprediksi kemungkinan keberhasilan
(meritis).
 Memilih alternatif terbaik, yaitu alternatif yang mengandung peluang berhasil terbaik.
 Mengimplementasikan pilihan terbaik. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan
kemampuan manajerial, administratif dan persuasif serta menyakinkan bahwa keputusan
dilaksanakan.
e. Menurut Lipham (1974) dalam Djatmiko (2002)
 Merumuskan sasaran dan masalah, ruang lingkup, hambatan-hambatan dari faktor
lingkungan.
 Menentukan asumsi-asumsi dan keterbatasan-keterbatasan yang mempengaruhi masalah
dan pemecahannya.
 Mengidentifikasi semua kemungkinan alternatif pemecahan masalah.
 Menentukan kriteria yang cocok dan penting untuk menilai setiap alternatif pemecahan
masalah yang ada.
 Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk membuat perbandingan antara
alternatif-alternatif.
 Menilai kemungkinan hasil yang dicapai setiap alternatif.
 Memilih alternatif terbaik.
 Menerapkan keputusan.
 Menindaklanjuti akibat-akibat penerapan keputusan.
f. Menurut Kuntoro Mangkusubroto dan Listiarini Krisnadi (1989) dalam Djatmiko
(2002)
 Tahapan deterministik, yaitu disaling-hubungkannya variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap keputusan, penetapan nilai-nilai serta mengukur tingkat kepentingan setiap
variabel tanpa memperhatikan dulu adanya unsur ketidakpastian.
 Tahapan probabilistik, yaitu penilaian atas tingkat ketidakpastian setiap variabel dalam
bentuk suatu nilai.
 Tahapan informasional, yaitu peninjauan hasil atas dua tahap terdahulu untuk
menentukan nilai ekonomis setiap variabel dan bila diperlukan mengusahakan informasi
tambahan untuk mengurangi kadar ketidakpastian.
g. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996)
 Menetapkan sasaran dan tujuan dan mengukur hasil.
 Identifikasi masalah.
 Mengembangkan alternatif.
 Evaluasi alternatif.
 Memilih alternatif.
 Implementasi keputusan
 Kontrol dan evaluasi.
h. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2004)
 Mengidentifikasi masalah, di mana masalah itu adalah kesenjangan antara keadaan nyata
dengan keadaan yang dikehendaki.
 Mengidentifikasi kriteria keputusan, yakni menentukan faktor-faktor apa yang relevan
dalam mengambil keputusan
 Memberi bobot pada criteria.
 Menyusun alternatif, yakni membuat daftar sejumlah alternatif yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut.
 Menganalisis alternatif, yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan masing-masing
alternatif.
 Memilih sebuah alternatif, yakni memilih alternatif terbaik dari alternatif yang
dipertimbangkan
 Mengimplementasikan alternatif terpilih. Implementasi mencakup penyampaian
keputusan kepada orang-orang yang terpengaruh dan mendapatkan komitmen mereka
atas keputusan itu.
 Mengevaluasi efektivitas keputusan, yakni menilai hasil keputusan itu untuk melihat
apakah masalahnya telah terpecahkan itu untuk melihat apakah masalahnya telah
terpecahkan dan mencapai hasil seperti yang dikehendak.

4. Tipologi Pengambilan Keputusan


Ada berbagai tipe yang mewarnai pengambilan keputusan yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan atas analisis psikologis personalitasnya Erich From, maka oleh Ernest
Dale (1976) yang dikutip oleh Djatimiko (2002) dikelompokkan lima tipe pengambilan
keputusan, yaitu:
 Tipe resensif atau defensif
Tipe ini memandang semua kebaikan berada diluar dirinya, sehingga cenderung
melakukan pengambilan keputusan berdasarkan ide penasehatnya serta membebankan
tanggung jawab kepada pihak luar dengan delegasi otoritas secara liberal.
 Tipe eksploitatif atau agresif
Tipe ini memandang semua kebaikan berada di luar yang dirinya yang harus dikuasai
dengan kekuatan atau kecerdikan. Ciri tipe ini adalah memanipulasi individu untuk
kepentingan pribadi dengan pengawasan yang ketat dan struktur organisasi yang kaku
(management by veto).
 Tipe hoarding
Tipe ini memiliki kepercayaan yang sangat minim kepada pihak eksternal, menyusun
struktur organisasi sebagai alat untuk membentengi kedudukannya. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan sendiri.
 Tipe marketing
Tipe ini memandang dirinya sebagai komoditi dan memandang nilai dirinya sejalan
dengan imbalan. Bagi tipe ini struktur organisasi dan keputusan harus memberikan
imbalan yang memadai bagi pengambil keputusan.
 Tipe produktif
Tipe ini memiliki kemampuan untuk memakai dan mewujudkan potensi yang
dimilikinya. Dalam pengambilan keputusan, cenderung membantu pihak lain dalam
mengembangkan dirinya mencapai kemampuan maksimal dengan mengintegrasikan
suksesnya dengan acara organisasi.
b. Berdasarkan kriteria sumber keputusan, Chung dan Meginson (1981) yang mengutip
pendapat Barnard (1938) dalam Djatmiko (2002) pengambilan keputusan ada tiga,
yaitu:
 Intermediary decisions adalah pengambilan keputusan yang dilaksanakan atas desakan
atasan dalam hirarki administrasi
 Appellate decisions merupakan pengambilan keputusan atas desakan bawahan.
 Creative decisions merupakan pengambilan keputusan atas inisiatif sendiri.
c. Berdasarkan atas criteria struktur dan hubungan interpersonal (Liphan, 1974) dalam
Djatmiko (2002) maka ada tiga jenis, yaitu:
 Pengambilan keputusan rutin/terprogram adalah pengambilan keputusan yang
pelaksanaanya bersifat hirarkis, terstruktur dan diprogramkan dengan seksama serta
dilaksanakan secara berulang baik karena dorongan atasan maupun bawahan.
 Pengambilan keputusan heuristik, pengambilan keputusan yang lebih memberikan
keleluasan dalam mengembangkan gagasan-gagasan secara terbuka.
 Pengambilan keputusan kompromis/negoisasi adalah pengambilan keputusan yang dapat
dipakai untuk mengatasi konflik karena perbedaan seperti budaya, peran yang diharapkan
dan minat pribadi individu-individu, antara kelompok kepentingan. Disini pimpinan
berperan sebagai mediator.
d. Berdasarkan dimensi kompleksitas variabel dan ketidakpastian hasil, Chung dan
Meginson (1981) yang dikutip oleh Djatmiko (2002) membagi pengambilan keputusan
menjadi empat yaitu:
 Pengambilan keputusan berprogram dimana sifatnya berulang, rutin, dengan jumlah
variabel terbatas dan hasil setiap alternative dapat diketahui.
 Pengambilan keputusan analitis, dimana variabelnya kompleks, dengan melibatkan
analisis statistik.
 Pengambilan keputusan judgemental disini terlibat variabel dalam jumlah kecil tetapi
jumlah setiap variabel tidak diketahui dengan pasti.
 Pengambilan keputusan adaptif adalah pengambilan keputusan dengan melibatkan
sejumlah besar variabel dan hasil setiap variabel tidak dapat diprediksi.
e. Berdasarkan gaya dalam pengambilan keputusan, Hersey dan Blanchard (1992) yang
dikutip oleh Djatmiko (2002) membedakan pengambilan keputusan ke dalam empat
gaya yaitu:
 Pengambilan keputusan otoritatif, ini dipakai dalam situasi dimana di dalamnya terdapat
manajer yang mempunyai pengalaman dan informasi serta itikad yang kuat yang
dihadapkan dengan anak buah yang kurang memiliki kemampuan, itikad atau
kepercayaan diri untuk membantu pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi sehingga
pimpinan melakukan pengambilan keputusan secara mandiri.
 Pengambilan keputusan konsultatif, adalah pengambilan yang keputusan oleh manajer
yang dihadapkan dengan bawahan yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan serta
itikad untuk membantu pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi sehingga pimpinan
mempertimbangkan masukan mereka.
 Pengambilan keputusan fasilitatif, yaitu pengambilan keputusan yang dilakukan secara
bersama antara pimpinan dan bawahan.
 Pengambilan keputusan delegatif adalah pengambilan keputusan yang di dalamnya
terdapat bawahan yang didalamnya terdapat bawahan yang memiliki kesiapan yang tinggi
baik pengalaman, informasi maupun itikad untuk membuat keputusan atau rekomendasi
yang baik.
f. Sementara itu Arnold dan Feldman (1986) yang dikutip oleh Djatmiko (2002)
berpendapat bahwa gaya pengambilan keputusan ada lima yaitu:
 Gaya otokratik (autocratic) yang meliputi gaya otokratik I yakni pimpinan melakukan
pengambilan keputusan tanpa ada masukan apapun dari bawahan dan gaya otokratik II
disini pimpinan dalam mengambil keputusan meminta informasi untuk hal-hal tertentu.
Disini tetap pimpinan yang mengambil keputusan.
 Gaya konsultatif, yang dibedakan menjadi konsultatif di mana pimpinan
mengkonsultasikan permasalahan dengan bawahan dan minta masukan secara individu,
dan konsultatif II, disini pimpinan mengkonsultasikan permasalahan dengan bawahan
dalam kelompok, tetapi keputusan tetap diambilnya sendiri.
 Gaya konsensus kelompok yang didalamnya pimpinan berbagi tanggung jawab dan
kekuasaan dengan kelompok bawahannya dalam pengambilan keputusan.
g. Berdasarkan cara/pendekatan dalam mengambil keputusan Robbins dan Coulter
(2004) membagi pengambilan keputusan menjadi sebagai berikut:
 Pengambilan keputusan rasional, yaitu pengambilan keputusan dimana masalah yang
dihadapi adalah jelas, tidak ada konflik sasaran, mengetahui segala pilihan, memiliki
urutan pilihan yang jelas, menjaga pilihan supaya tetap konstan tidak ada kendala waktu
atau biaya, dan memilih pilihan terakhir yang memaksimalkan hasil.
 Pengambilan keputusan rasional terbatas, yaitu pengambilan keputusan yang
disederhanakan karena keterbatasan kemampuan dalam memproses informasi,
keterbatasan dalam menganalisis informasi sehingga keputusan yang diambil sekedar
memenuhi syarat bukan yang maksimal.
 Pengmbilan keputusan intuisi, adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
atau perasaan di bawah sadar atau “perasaan hati yang paling dalam” bisa karena didasari
oleh pengalaman (masa lampau), nilai etika/budaya, mental bawah sadar, perasaan/emosi,
kognisi/pikiran (karena keahlian, pengetahuan dan pelatihan).

5. Jenis Keputusan Terkait dengan Masalah yang Dihadapi


Menurut Herbert Simon (1992) ada dua jenis keputusan, yaitu:
a. Keputusan yang terprogram, keputusan rutin dan berulang-ulang dan dapat diprediksi
sebelumnya. Biasanya karena masalah yang dihadapi terstruktur dengan baik.
b. Keputusan tidak diprogramkan, keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak terprediksi
sebelumnya yang membutuhkan solusi yang dirancang secara khusus supaya sesuai
dengan masalahnya. Biasanya masalah yang dihadapi strukturnya buruk, atau unik.

6. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan

a. Menurut Gibson dan kawan- kawan (1997) faktor- faktor yang berpengaruh secara
individual adalah sebagai berikut:
 Nilai/ tata nilai, pedoman dasar dan kepercayaan yang dianut pengambil keputusan jika
berhadapan dengan situasi harus menentukan pilihan. Dalam pengambilan keputusan tata
nilai yang terlibat tidak hanya meliputi tanggung jawab hukum, ekonomi juga etika.
 Kepribadian, diwujudkan dalam pilihan yang diambil. Variabel kepribadian itu antara
lain: sikap, kepercayaan dan kebutuhan. Jika di Jepang lebih berorientasi ke kelompok,
sementara di Barat orientasi individual.
 Kecendrungan mengambil resiko, pengambil keputusan akan selalu berhadapan dengan
risiko. Dan akan ada yang berani mengambil risiko sebaliknya ada yang kurang berani,
semuanya akan berpengaruh terhadap kualitas keputusan.
 Potensi ketidaksesuaian, sering terjadi setelah keputusan dibuat yang muncul adalah
kebimbangan dan berpikir ulang atas pilihan ynag telah dibuat.
b. Menurut Onong Uchjana Effendy (1996), ada 4 kekuatan yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan, yaitu:
 Dinamika individu, organisasi adalah wadah individu- individu yang masing- masing
membawa sikap, perangai dan watak sendiri. Setiap individu itu tidak statis, melainkan
dinamis, sesuai dengan sifat alami manusia. Dalam proses dinamika itu, individu dan
organisasi saling mempengaruhi, demikian juga dalam pengambilan keputusan.
 Dinamika kelompok, organisasi adalah kelompok sosial, karena mereka terdiri dari
sejumlah individu yang saling berinteraksi secara intensif dan teratur, sehingga diantara
mereka terdapar pembagian tugas, struktur, dan norma- norma tertentu.
 Pengaruh norma ini besar sekali terhadap cara berpikir dan bertingkah laku termasuk
dalam proses pengambilan keputusan.
 Dinamika lingkungan, yang dimaksud dinamika lingkungan adalah situasi, kondisi, dan
faktor- faktor yang berkaitan dengan suatu keputusan. Suatu keputusan diambil adalah
jawaban terhadap tantangan yang timbul sebagi akibat perubahan situasi dan kondisi
berbagai faktor yang berkaitan. Pengambilan keputusan dengan lingkungan saling
pengaruh- memengaruhi.

7. Pengambilan Keputusan Kelompok


Beberapa keunggulan dan kekurangan dari keputusan kelompok yang dikutip dari
pendapatannya Umar Nirman (1999) sebagai berikut :
a. Keunggulan keputusan kelompok
 Informasi dan pengetahuan lebih lengkap. Dengan menghimpun sumber daya dari
sejumlah individu, berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses pembuatan
keputusan.
 Keragaman pandangan lebih banyak. Selain masukan yang banyak, kelompok dapat pula
membawa serta heterogenitas mereka kedalam proses keputusan. Hal ini membuka
peluang bagi lebih banyak pendekatan dan alternatif yang akan menjadi pertimbangan.
 Penerimaan keputusan lebih besar. Banyak solusi yang ternyata gagal setelah keputusan
diambil karena orang-orang tidak dapat menerima hasil keputusan tersebut.
 Akan tetapi bila orang yang akan dikenai oleh keputusan itu dan orang yang akan
melaksanakannya dapat ambil bagian dalam proses pembuatannya, maka mereka lebih
cenderung menerimanya
b. Legitimasi keputusan lebih kuat. Masyarakat kini menghargai metode-metode yang
demokratis. Proses pengambilan keputusan kelompok yang konsisten dengan sikap
demokratis itu, karenanya dipandang sebagai lebih memiliki keabsahaan dari pada keputusan
yang dibuat oleh seorang individu.
c. Kekurangan keputusan kelompok
 Memakan waktu, untuk membentuk suatu kelompok sudah jelas membutuhkan waktu
tersendiri. Proses interaksi yang terjadi begitu kelompok terbentuk juga sering sekali
tidak efisien akibatnya kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengambil
kesepakatan terhadap sebuah solusi dari pada yang dapat oleh seorang individu.
 Tekanan untuk sependapat, keinginan anggota kelompok untuk diterima dan
dipertimbangkan sebagai aset bagi kelompok akan mengakibatkan adanya penekanan
pada pihak yang berbeda pendapat.
 Dominasi oleh minoritas. Diskusi kelompok boleh jadi didominasi satu atau beberapa
anggota. Jika koalisi domain ini juga terdiri dari anggota yang berkemampuan rendah dan
menengah, maka efektivitas kelompok sacara keseluruhan akan mengalami gangguan.
 Tanggung jawab yang kabur. Anggota kelompok sama berbagi tanggung jawab, tetapi tak
jelas siapa yang betul-betul bertanggung jawab atas hasil akhir? Pada suatu keputusan
individu, sudah jelas siapa yang bertanggug jawab, sedangkan pada keputusan kelompok
tanggung jawab dari setiap anghota diabaikan.
d. Teknik-teknik keputusan kelompok
Umar Nimran (1999) mengatakan bahwa bentuk yang paling lazim/tradisional dalam
proses pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam interaksi tatap muka. Ia lebih lanjut
mengatakan bahwa teknik-teknik brainstorming (sumbang saran), nominal group (kelompok
minimal) dan Delphi telah dianggap sebagai cara yang baik untuk meminimalkan berbagai
masalah yang timbul dalam interaksi kelompok.
 Brainstorming
Pada pokoknya teknik ini berusaha untuk menggali dan mendapatkan gagasan-
gagasan dari anggota. Semakin banyak gagasan semakin besar peluang untuk
mendapatkan solusi kreatif atau sesuatu masalah yang dihadapi.
Kelemahannya:
 Hanya dapat diterapkan pada masalah yang bersifat sederhana.
 Makan banyak biaya dan waktu.
 Hanya menghasilkan ide-ide yang dangka.
 Nominal Group Technique (NGT)
Teknik ini berkenaan dengan penggalian dan evaluasi terhadap gagasan secara
sekaligus. Pada mulanya gagasan-gagasan digali secara nominal (tanpa interaksi) guna
menghindari hambatan dan permufakatan. Selanjutnya pada saat evaluasi gagasan,
interaksi dan diskusi dimungkinkan, namun dalam situasi yang terstruktur agar setiap
gagasan mendapatkan perhatian yang proporsional.
 Delphi Tehnique
Dalam prosesnya adalah semata-mata tegantung pada kelompok nominal (para pakar)
sebagai partisipan yang semuanya tidak melakukan interaksi tatap muka. Jadi, dengan
teknik ini sangat mungkin didapatkan sejumlah pakar tanpa harus mengumpulkan mereka
di suatu tempat pada saat yang sama.

8. Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan adalah intisari dari manajemen organisai dan oleh karenanya
dapat berpengaruh terhadap masa depan organisasi. Setiap anggota organisasi lebih-lebih yang
berada dalam level manajemen wajib hukumannya untuk terampil dalam mengambil keputusan
baik ketika merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan. Proses dalam
mengambil keputusan tersebut akan banyak berkaitan dengan jenis masalah apakah terstruktur
atau tidak terstruktur. Kondisi, pendekatan serta gaya dalam mengambil keputusan. Robbins
(2001) memberi tips bagi manajer untuk memperbaiki kualitas pengambilan keputusan yaitu:
pertama, analisis situasi, kedua: sadarlah akan adanya bias, ketiga: kombinasikan analisis
rasional dengan intuisi, keempatjangan mengasumsikan bahwa gaya pengambilan selalu pas
untuk setiap pekerja atau masalah dan akhirnya selalulah bersikap kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Stepphen P Robbins – Timothy A Judge, 2009, Organizational Behavior 13th edition,
(Terjemahan Diana Angelina) Pearson Eduction Inc Salemba Empat
Ardana (dkk), 2008 , Perilaku Organisasi, Fakultas Ekonomi, UNUD, Bali

You might also like