You are on page 1of 11

ANALISIS KADAR GAS AMMONIA (NH3) DAN HIDROGEN SULFIDA (H2S) SERTA

KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA PENGELOLA LIMBAH DI IPAL


DEPARTEMEN UTILITY PT X KOTA BATAM
TAHUN 2017
Risya Sepria Alfarah1, Irnawati Marsaulina2, Nurmaini2
1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dapertemen
Kesehatan Lingkungan
2
Dapertemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, Medan, 20155, Indonesia
email : risyasepria@yahoo.com

ABSTRACT
The oleochemical industry is an intermediate industry based on palm oil and palm
kernel oil. PT. X Batam is one of the largest oleochemical industries in Riau islands. In the waste
water treatment process, oleochemical industry can cause problems to the environment such as
air pollution from ammonia gases (NH3) and hydrogen sulphide (H2S).
The research is aimed to analyze that levels of Ammonia gases (NH3) and Hydrogen
Sulfide (H2S) and health complaints to waste water treatment workers in the Department of
Utilities PT. X Batam City 2017.
This type of research is descriptive survey. The population of this research was all
waste management workers in IPAL Utility Department of PT. X Batam which amounted to 45
people. The sample is total population. Data analysis is done descriptively.
The results showed that the ammonia (NH3) and hydrogen sulfide (H2S) gas levels in
PT.X Batam haven’t exceeded the standard levels of quality listed in KepMenLH No.50 of 1996.
The highest point on the measurements was in the Collecting Pit pond, 0.44 ppm for NH3 and
0.012 ppm for H2S. A number of 17 waste water treatment workers (37,8%)who have complaints
of the respiratory tract disorders and as much as 14 waste water treatment workers who have
complaints of eye irritation.
The conclusion from this study is ammonia gases (NH3) and hydrogen sulfide (H2S)
concentration in WWTP of the Department Utility PT. X Batam haven’t exceeded the quality
standard. It is recommended for workers to always use personal protective equipment, especially
masks and glasses as a preventive effort.

Key words: WWTP, levels of NH3 and H2S, Health complaints, Oleochemical Industry.

1
Pendahuluan yang berada pada kandang sapi pedet
yakni sebesar 0,2002 ppm dan 0,01289
Salah satu gas yang berperan ppm. Pada 41 orang pekerja, terdapat 15
dalam menimbulkan pencemaran udara orang yang memiliki keluhan saluran
adalah gas amonia (NH3). Amonia di pernapasan dan 12 orang yang memiliki
atmosfer berasal dari berbagai sumber, keluhan iritasi mata selama bekerja di
antara lain berasal dari dekomposisi peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri.
kotoran, industri pembuatan pupuk, PT. X Kota Batam merupakan
proses pemurnian minyak bumi, perusahaan oleokimia penghasil alkohol
peternakan, dan penggunaan pupuk berbahan dasar minyak nabati. Alkohol
(EPA, 2004). yang dihasilkan digunakan sebagai bahan
Sumber amonia ditemukan di baku pembuatan shampo, deterjen,
udara, tanah, dan air. Amonia ditemukan kosmetik, cat dan bahan pelapis,
berbentu gas di dekat lokasi limbah pelumas, serta tinta cetak.
industri, di larutan air kolam atau badan Dalam proses pengelolaan limbah
air dekat limbah, dan amonia juga cair di departemen utility PT. X Kota
ditemukan melekat pada partikel tanah di Batam, khususnya pada pengelolaan
area pembuangan limbah (EPA, 2004). biologi melalui proses aerob dan anaerob,
Selain paparan gas amonia, mengeluarkan gas-gas yang
pekerja yang bekerja di industri tertentu menimbulkan bau seperti amoniak (NH3)
dapat terkena paparan hidrogen sulfida dan hidrogen sulfida (H2S) yang
pada tingkat yang lebih tinggi daripada dihasilkan dari proses metabolisme
populasi umum. Industri-industri ini bakteri. Berdasarkan hasil survei
termasuk rayon pabrik manufaktur pendahuluan yang dilakukan pada
tekstil, pulp dan kertas, minyak bumi dan tanggal 3 Februari 2017. Pekerja yang
operasi pengeboran gas alam, dan bekerja di bagian pengelolaan limbah cair
pengolahan air limbah pabrik (ATSDR, tersebut sering mengalami keluhan
2016). kesehatan yaitu iritasi mata berupa mata
Amonia (NH3) adalah gas yang perih, mata berair, serta gangguan
tidak berwarna namun berbau menyengat pernapasan berupa sesak napas, dan
dan bersifat korosi. Gas amonia mulai batuk yang diakibatkan oleh paparan gas
tercium/terdeteksi pada kadar 0,003 ppm. amoniak (NH3) dan hidrogen sulfida
Kadar amonia yang tinggi atau diatas 50 (H2S) tersebut.
ppm dapat mengakibatkan iritasi pada Berdasarkan dari uraian diatas
mata dan hidung, iritasi tenggorokan, maka penulis dalam hal ini tertarik untuk
batuk, nyeri dada hingga sesak nafas. melakukan penelitian khusus terhadap
(Arwood R,H.J dan Ward GG,1985 Analisis Kadar Gas Ammonia (NH3) dan
dalam EPA, 2004). Hidrogen Sulfida (H2S) serta Keluhan
Hasil penelitian yang dilakukan Kesehatan Pada Pekerja Pekerja
oleh Sarjani (2013) tentang Analisa Pengelola Limbah di IPAL Departemen
Kualitas Udara dan Keluhan Saluran Utility PT. X Kota Batam.
Pernapasan serta Keluhan Iritasi Mata Adapun yang menjadi rumusan
pada Pekerja di Peternakan Sapi PT. masalah dalam penelitian ini adalah
Prima Indo Mandiri Sejahtera Berastagi, sektor industri oleokimia mengeluarkan
Sumatera Utara Tahun 2013 diperoleh bahan pencemar di udara dari proses
hasil tertinggi untuk kadar NH3 dan H2S pengelolaan limbah cairnya yaitu gas

2
amoniak (NH3) dan hidrogen sulfida Kota Batam dan data dari PT X Kota
(H2S) yang mengakibatkan pekerja yang Batam.
bekerja di area tersebut mengalami
keluhan kesehatan berupa iritasi mata dan Hasil dan Pembahasan
gangguan pernapasan, untuk itu perlu
dilakukan penelitian yang berjudul Hasil Penelitian
Analisis Kadar Gas Ammonia (NH3) dan
Hidrogen Sulfida (H2S) serta Keluhan PT X Kota Batam berlokasi di
Kesehatan Pada Pekerja Pekerja daerah industri kabil Jl. Raya Pelabuhan,
Pengelola Limbah di IPAL Departemen kecamatan Nongsa Batam.
Utility PT. X Kota Batam Tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk Tabel 1 Hasil Pengukuran Kadar Gas NH3
mengetahui kadar gas ammonia (NH3) (Ammonia) dan H2S (Hidrogen
Sulfida) di IPAL Departemen
dan hidrogen sulfida (H2S) serta keluhan Utility PT. X Batam Tahun 2017
kesehatan pada pekerja pengelola limbah
di IPAL Departemen Utility PT. X kota
Kualitas Kadar Kualitas Udara Syarat
Batam tahun 2017
Titik Titik Titik Baku
Titik I
Metode Penelitian Udara II III IV Mutu

NH3 0,44 0,20 0,20 0,19 2


Jenis penelitian yang dilakukan
H2S 0,012 0,008 0,007 0,005 0,02
adalah jenis penelitian survai bersifat
deskriptif, yaitu untuk mengetahui
gambaran kadar NH3 (Amonia) dan H2S Berdasarkan tabel 1 diketahui
(Hidrogen Sulfida) serta keluhan bahwa dari pengukuran yang dilakukan
kesehatan pada pekerja pengelola limbah pada empat titik di IPAL departemen
di IPAL departemen Utility PT. X Kota Utility PT. X Batam yaitu, Collecting Pit,
Batam tahun 2017. Penelitian ini Conditioning Tank,UASB Tank, dan MBR
dilakukan di IPAL Departemen Utility Tank tidak terdapat hasil yang melebihi
PT. X Kota Batam, Kepulauan Riau. baku mutu udara ambien nasional. Kadar
Populasi dalam penelitian ini NH3 dan H2S pada titik I sebesar 0,44
adalah seluruh pekerja yang bekerja di ppm dan 0,012 ppm, pada titik II 0,20
instalasi pengolahan air limbah ppm dan 0,008 ppm, pada titik III 0,20
departemen utility PT. X kota Batam ppm dan 0,007 ppm, pada titik IV 0,19
yang terdiri dari 45 orang. dan sampel ppm dan 0,005 ppm.
adalah seluruh pekerja yang bekerja di
Instalasi Pengolahan air limbah
departemen utility PT.X kota Batam,
yaitu sejumlah 45 orang.
Data primer yang digunakan
diperoleh melalui observasi lapangan,
pengukuran kualitas udara, dan
melakukan wawancara kepada pekerja
dengan bantuan kuesioner.
Data sekunder diperoleh dari
Laboratorium PT. Sucofindo cabang

3
31 orang (68,9%) sedangkan yang
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan merokok yaitu 14 orang responden
Karakteristik Pada Pekerja Pengelola (31,1%).
Limbah di IPAL Departemen Utility
PT. X Kota Batam Tahun 2017.
Sebagian besar responden tidak
menggunakan alat pelindung diri lengkap
Variabel Kelompok Jumlah Persenta saat bekerja yaitu sebanyak 29 orang
(orang) se ( %) (64,4%), sedangkan untuk yang
Umur ≤ 25 tahun 9 20,0 menggunakan alat pelindung diri lengkap
26 – 35 23 51,1 sebanyak 16 orang (35,6%).
36 – 45 8 17,8
>45 5 11,1 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
Jumlah 45 100,0 Jenis Alat Pelindung Diri yang
Masa ≤ 5 tahun 21 46,7 Digunakan di IPAL Departemen
Kerja 6 – 15 tahun 18 40,0 Utility PT. X Kota Batam Tahun 2017
16-25 tahun 6 13,3
Jumlah 45 100,0 Jenis APD yang Jumlah Persentase
Lama ≤ 5 jam 19 42,2 Digunakan (orang) (%)
Paparan > 5 jam 26 57,8 Masker
Jumlah 45 100,0 Kadang-kadang 18 40,0
Jam Kerja < 8 jam 9 20,0 Tidak Pernah 27 60,0
8 jam 36 80,0 Jumlah 45 100,0
Jumlah 45 100,0 Kaca Mata
Merokok Ya 14 31,1 Kadang-kadang 16 35,6
Tidak 31 68,9 Tidak Pernah 29 64,4
Jumlah 45 100,0 \Jumlah 45 100,0
Penggunaan Lengkap 16 Sarung Tangan
APD Tidak 35,6 Kadang-kadang 20 44,4
lengkap 29 64,4 Tidak Pernah 25 55,6
Jumlah 45 100,0 Jumlah 45 100,0

Berdasarkan tabel 2 sebagian


Berdasarkan tabel 3 diketahui
besar pekerja memiliki usia dalam
bahwa petugas yang menggunakan
rentang 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 23
masker yaitu sebanyak 18 orang (40,0
orang (51,1 %). Kemudian, untuk masa
%), untuk petugas yang menggunakan
kerja responden, pada umumnya perkerja
kacamata yaitu sebanyak 16 orang (35,6
memiliki masa kerja ≤ 5 tahun yaitu
%), sedangkan untuk penggunaan sarung
sebanyak 21 orang (46,7%).
tangan oleh petugas lebih banyak yaitu
Untuk lama paparan dengan udara
sebanyak 20 orang (44,4 %).
menunjukkan bahwa sebagian besar
pekerja kontak dengan udara sekitar
IPAL Departemen Utility PT. X selama >
5 jam yaitu sebanyak 26 orang (57,8%).
Adapun jam kerja sebagian besar pekerja
pengelola limbah di IPAL Departemen
Utility PT. X bekerja selama 8 jam sehari
yaitu 36 orang (80,0%)
Untuk riwayat merokok
responden sebagian besar responden
yang bekerja di IPAL Departemen Utility
PT. X kota Batam tidak merokok yaitu
4
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
Keluhan Saluran Pernapasan dan bahwa jumlah keluhan gangguan saluran
Iritasi Mata Departemen Utility PT. X
Kota Batam Tahun 2017
pernapasan terbanyak yang dialami oleh
pekerja pengelola limbah di IPAL
Keluhan Iya Tidak Total Departemen Utility PT. X Kota Batam
Kesehatan
n % N % n % yang mengalami keluhan < 3 yaitu
Keluhan 17 37,8 28 62,2 45 100,0 sebanyak 14 orang (82,4%), sedangkan
Gangguan
Saluran petugas yang mengalami ≥ 3 keluhan
Pernapasan yaitu 3 orang (17,6%). Untuk Keluhan
Tenggorokan 5 29,4 12 70,6 17 100,0
kering iritasi mata, petugas yang mengalami
Pilek 5 29,4 12 70,6 17 100,0 keluhan iritasi mata < 3 keluhan yaitu
Nyeri dada 3 17,6 14 82,4 17 100,0 sebanyak 11 orang (78,6%) dan petugas
Batuk – 15 88,2 2 11,8 17 100,0 yang mengalami keluhan iritasi mata ≥ 3
batuk
Sesak napas 4 23,5 13 76,5 17 100,0 keluhan yaitu sebanyak 3 orang
Keluhan 14 31,1 31 68,9 45 100,0 (21,4%).
Iritasi Mata
Mata gatal 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Tabel 6. Hasil Tabulasi Silang Karakteristik
Mata merah 11 78,6 3 21,4 14 100,0 Responden Terhadap Keluhan
Mata kotor 3 21,4 11 78,6 14 100,0 Iritasi Mata Pada Pekerja
Mata Berair 5 35,7 9 64,3 14 100,0 Pengelola Limbah di IPAL
Departemen Utility PT. X Kota
Batam
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
bahwa dari 17 orang responden (37,8%) Karakteristik Keluhan iritasi mata Total
Responden
yang mengalami keluhan gangguan Iya Tidak
saluran pernapasan sebagian besar n % n % n %
Umur
responden juga mengalami keluhan
≤ 25 tahun 4 44,4 5 55,6 9 100,0
batuk-batuk 15 orang (88,2 %),
sedangkan dari 14 orang responden 26 – 35 tahun 6 26,1 17 73,9 23 100,0

(31,1 %) yang mengalami keluhan iritasi 36 – 45 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100,0

mata sebagian besar responden juga > 45 tahun 2 40,0 3 60,0 5 100,0
mengalami keluhan mata merah 11 Masa Kerja
orang (78,6%). ≤ 5 tahun 10 47,6 11 52,4 21 100,0

6 – 15 tahun 5 27,8 13 72,2 18 100,0


Tabel 5 Distribusi Pekerja Pengelola Limbah
di IPAL Departemen Utility PT. X 16 – 25 tahun 2 33,3 4 66,7 6 100,0
Kota Batam Berdasarkan Jumlah Lama
Keluhan Gangguan Saluran paparan
Pernafasan ≤ 5 jam 6 31,6 13 68,4 19 100,0
>5 jam 11 42,3 15 57,7 26 100,0
No. Keluhan Jumlah Persentase
Kesehatan (orang) (%) Jam Kerja
1. Gangguan < 8 jam 6 31,6 13 68,4 19 100,0
Saluran
8 jam 11 42,8 15 57,7 26 100,0
Pernapasan
< 3 Keluhan 14 82,4 Penggunaan
APD
≥ 3 Keluhan 3 17,6
2. Iritasi Mata Lengkap 2 12,5 14 87,5 16 100,0
< 3 Keluhan 11 78,6
TidakLengkap 12 41,4 17 58,6 29 100,0
≥ 3 Keluhan 3 21,4

5
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa Berdasarkan tabel 7 menunjukkan
responden dengan rentang umur 26 – 35 bahwa responden dengan rentang umur
tahun paling banyak mengalami keluhan 26 – 35 tahun paling banyak mengalami
iritasi mata yaitu sebanyak 6 orang gangguan saluran pernapasan yaitu
(26,1%). Selain itu, petugas dengan masa sebanyak 6 orang (26,1%). Selain itu,
kerja ≤ 5 tahun paling banyak mengalami petugas dengan masa kerja ≤ 5 tahun
keluhan iritasi mata yaitu sebanyak 10 paling banyak mengalami gangguan
orang (47,6%). Sedangkan sebanyak 11 saluran pernapasan yaitu sebanyak 7
orang (42,3%) mengalami keluhan iritasi orang (33,3%). Sedangkan sebanyak 10
mata dengan lama paparan >5 jam. Untuk orang (38,5%) mengalami gangguan
petugas dengan jam kerja 8 jam sehari saluran pernapasan dengan lama paparan
mengalami keluhan iritasi mata yaitu >5 jam. Untuk petugas dengan jam kerja
sebanyak 11 orang (42,8%) dibandingkan 8 jam sehari mengalami gangguan
dengan petugas dengan jam kerja < 8 jam saluran pernapasan yaitu sebanyak 12
sehari yaitu sebanyak 6 orang (31,6%). orang (33,3%). Untuk penggunaaan
Untuk penggunaaan APD, hanya 2 orang APD, hanya 3 orang (18,8%) yang
(12,5%) yang menggunakan APD menggunakan APD lengkap.
lengkap.
Tabel 8 Distribusi Responden yang Terganggu
Tabel 7. Hasil Tabulasi Silang Karakteristik dengan Bau yang Dirasakan pada
Responden Terhadap Keluhan Pekerja Pengelola Limbah di IPAL
Gangguan Saluran Pernapasan Departemen Utility PT. X Kota Batam
pada Pekerja Pengelola Limbah di tahun 2017
IPAL Departemen Utility PT. X
Kota Batam No Frekuensi Jumlah Persentase
Merasakan (Orang) %
Karakteristik Keluhan saluran Total Kebauan
Responden pernapasan 1 Sering 24 53,3
Iya Tidak 2 Kadang– 15 33,3
(n) % (n) % (n) %
Umur
Kadang
3 Tidak Pernah 6 13,4
≤ 25 tahun 4 5 55,6 9 100,0
44,4 Jumlah 45 100
26 – 35 tahun 6 26,1 17 73,9 23 100,0
36 – 45 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100,0 Tabel 8 menunjukkan bahwa
> 45 tahun 2 40,0 3 60,0 5 100,0 responden yang merasa terganggu
Masa Kerja dengan bau sebanyak 24 orang (53,3%),
≤ 5 tahun 7 33,3 14 66,7 21 100,0 sedangkan yang merasakan bau kadang –
6 – 15 tahun 6 33,3 12 66,7 18 100,0 kadang yaitu sebanyak 15 orang (33,3%),
16 – 25 tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0 dan tidak terganggu dengan bau sebanyak
Lama 6 orang (13,4%). Hal ini menunjukkan
paparan bahwa sebagian besar responden yang
≤ 5 jam 4 21,1 15 78,9 19 100,0
bekerja di IPAL Departemen Utility PT.
>5 jam 10 38,5 16 61,5 26 100,0
X kota Batam terganggu dengan adanya
Jam Kerja
bau dari masing-masing kolam pengelola
< 8 jam 5 55,6 4 44,4 9 100,0
limbah cair tersebut
8 jam 12 33,3 24 66,7 36 100,0
Penggunaan
APD

Lengkap 3 18,8 13 81,2 16 100,0


TidakLengkap 14 48,3 15 51,7 29 100,0
6
Pembahasan hampir setengahnya yang mengalami
keluhan kesehatan yaitu sebanyak 20
Berdasarkan hasil pengukuran orang atau 44,4 % dari total responden,
kadar NH3 dan H2S yang dilakukan pada sedangkan yang tidak mengalami
empat titik di kolam pengelolaan limbah keluhan kesehatan yaitu 25 orang atau
cair tidak terdapat hasil yang melebihi 55,6 % dari total responden. Dari 2 jenis
baku mutu. Kadar NH3 dan H2S pada keluhan kesehatan responden yaitu
titik I sebesar 0,44 ppm dan 0,012 ppm, keluhan iritasi mata dan keluhan
pada titik II sebesar 0,20 ppm dan 0,008 gangguan saluran pernapasan, selama
ppm , pada titik III sebesar 0,20 ppm dan bekerja responden paling banyak
0,007 ppm, dan pada titik IV sebesar 0,19 mengalami keluhan gangguan saluran
ppm dan 0,005 ppm. Kadar ammonia dan pernapasan yaitu sebanyak 17 responden
hidrogen sulfida menurut KepMenLH atau sebesar 44,4%, dengan jenis keluhan
No. 50 Tahun 1996 memiliki baku mutu yang paling banyak adalah batuk-batuk
masing – masing sebesar 2 ppm dan 0,02 yaitu sebanyak 14 responden dari 17
ppm. responden yang memiliki keluhan
Kadar ammonia dan hidrogen gangguan pernapasan.
sulfida yang tidak melebihi baku mutu Sedangkan untuk jenis keluhan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, kesehatan iritasi mata dari 45 responden,
salah satunya adalah waktu pengambilan hanya 14 orang atau 31,1% dari total
sampel udara. Sampel udara yang responden yang mengalaminya. Dengan
diambil dilakukan saat pengelolaan jenis keluhan iritasi mata terbanyak
limbah cair di IPAL PT. X berjalan adalah mata perih sebanyak 11 responden
normal dan debit limbah yang diolah atau 78,6 % dari 14 responden yang
tidak terlalu banyak sehingga bau yang mengalami keluhan iritasi mata.
dikeluarkan tidak terlalu menyengat. Berdasarkan penelitian yang
Selain itu, suhu juga dilakukan oleh Imelda (2007) tentang
mempengaruhi kadar udara di IPAL PT. Analisa Dampak Gas Amonia dan Klorin
X tersebut. Pada saat dilakukan Pada Faal Paru Pekerja Pabrik Sarung
pengukuran kualitas udara, suhu udara Tangan Karet “X” Medan diperoleh
dilapangan tinggi yaitu sebesar 32,6 oC – kesimpulan sebagai berikut: di bagian
36,8 oC. Suhu udara yang tinggi amonia terdapat keluhan berupa
menyebabkan udara makin renggang tenggorokan kering (80%), jalan
sehingga konsentrasi pencemar menjadi pernapasan kering (73,3%), mata perih
makin rendah. Sebaliknya pada suhu (66,67%), iritasi hidung dan batuk
yang dingin keadaan udara makin padat (53,3%), dan pingsan (6,67%). Hasil
sehingga konsentrasi pencemar di udara pemeriksaan udara menunjukkan bahwa
tampaknya makin tinggi (Junaidi, 2002). kadar pada lingkungan kerja masih
Kemudian curah hujan juga turut berada dibawah ambang batas menurut
mempengaruhi kadar NH3 dan H2S yang Permenaker No. 13 Tahun 2011 (25
rendah dimana 1 jam sebelum penelitian ppm), yaitu gas amonia sebesar 1,7 ; 1,9,
dilakukan di lapangan saat itu sedang dan 3,5 ppm.
hujan deras. Seperti penelitian yang dilakukan
Berdasarkan tabel distribusi oleh Pakpahan (2013) hasil Pengukuran
keluhan kesehatan responden dapat kadar H2S pada PT. Allegrindo
dilihat bahwa dari total 45 responden, Nusantara Desa Urung Panei Kecamatan

7
Purba Kabupaten Simalungun tidak ada air sehingga permukaan tubuh yang
yang melebihi batas baku mutu yang basah seperti mata dan kontak dengan
ditetapkan oleh KepMenLH No. 50 gas secara langsung akan mengalami
Tahun 1996. Hasil tertinggi berada pada iritasi. Selai itu gas hidrogen sulfida
jarak 60 meter dari peternakan yakni (H2S) dalam tubuh dapat menghambat
sebesar 0,016 ppm, dan hasil yang enzim cytochorome axidase sebagai
terendah berada pada jarak 500 meter penghasil oksigen. Hal ini yang
dari peternakan yakni sebesar 0,0002 menyebabkan suplai oksigen dalam
ppm. Kemudian dari di jumpai ada 36 dibawa oleh darah ke jaringan tubuh
orang (40,0%) yang memiliki keluhan berkurang yang dapat menyebabkan
kesehatan saluran pernapasan selama 3 pusing. Kekurangan oksigen dapat
bulan terakhir dan 27 orang (30,0%) yang menyebabkan sistem pernapasan terpicu
memiliki keluhan iritasi mata selama 3 untuk bernafas lebih sering untuk
bulan terakhir. mencukupi kebutuhan oksigen yang
Gas amoniak merupakan gas yang dapat menyebabkan terjadinya sesak
mudah larut dalam air sehingga nafas dan juga akibat kurangnya oksigen
permukaan tubuh yang basah seperti maka terjadi penyempitan arteri yang
mata dan kontak dengan gas secara menyuplai darah ke otot jantung yang
langsung akan mengalami iritasi. dapat menyebabkan dada terasa nyeri.
Amoniak yang masuk melalui Berdasarkan karakteristik
pernapasan akan diserap oleh paru-paru responden menurut umur, responden
kemudian amoniak berikatan dengan dengan usia 26-35 tahun paling banyak
darah yang ada di dalam paru - paru. mengalami keluhan kesehatan yaitu
Kemudian darah diedarkan ke suluruh sebanyak 9 orang atau 45,0 % dari total
tubuh dan masuk ke dalam ginjal dan responden. Tingginya persentase
diubah bentuk menjadi ion ammonium responden yang memiliki keluhan
oleh glutamin dengan cara deaminasi kesehatan pada kelompok umur 26-35
yang dikatalis oleh enzim glutaminase. tahun disebabkan oleh beberapa hal,
Amoniak yang tidak dikeluarkan melalui salah satunya dikarenakan kelompok
urin akan menumpuk di dalam ginjal dan umur tersebut merupakan kelompok
akan menyebabkan kerusakan ginjal. umur produktif yang terus beraktivitas
Kerusakan ginjal dapat mengakibatkan sehingga tingkat pemaparan polutan
hemoglobin dalam darah turun (anemia) udara lebih tinggi Menurut Mukono
dan sesak nafas karena menurunnya daya (2008), pada kelompok umur 21-30
perfusi pulmonal (Arisman, 2010 dalam tahun, maupun 31-40 tahun, telah
Sari, 2014). Anemia yang terjadi akan melewati pertumbuhan paru sehingga
menyebabkan pusing dan juga nyeri dada beresiko terhadap terjadinya gangguan
akibat penyempitan pembuluh arteri pada pernapasan.
jantung yang disebabkan oleh jantung Selain itu, lama paparan juga
kekurangan oksigen yang cukup. Batuk menyebabkan tingginya persentase
sendiri merupakan gangguan saluran keluhan kesehatan pada kelompok umur
pernapasan yang disebabkan oleh reaksi tersebut. Responden dengan kelompok
biologis tubuh untuk membersihkan umur 25-36 tahun lebih lama terpapar
saluran pernapasan dari benda asing. dibandingkan kelompok umur lainnya
Gas hidrogen sulfida (H2S) yaitu selama >5 jam. Menurut Suma’mur
merupakan gas yang mudah larut dalam (2009) salah satu variabel potensial yang

8
dapat menimbulkan gangguan fungsi responden yang memiliki lama paparan
paru adalah lamanya seseorang terpapar terbanyak yaitu > 5 jam sebanyak 26
zat toksik seperti gas maupun debu. orang (57,8%) dengan jam kerja
Penggunaan APD juga terbanyak selama 8 jam sebanyak 36
mempengaruhi hal tersebut karena orang (80,0%), untuk responden yang
sebagian besar responden yang berumur merokok sebanyak 14 orang (31,1%), dan
25-36 tahun masih tergolong karyawan penggunaan alat pelindung diri yang
baru sehingga belum terlalu mematuhi lengkap sebanyak 17 orang (48,9%).
aturan di PT.X tersebut. Hal ini sesuai Responden mengalami keluhan
dengan Suma’mur (2009) yang gangguan saluran pernapasan sebanyak
menyatakan salah satu alat pelindung diri 17 orang (37,8%) dan keluhan iritasi
yang digunakan untuk melindungi alat mata sebanyak 14 orang (31,1%)
pernapasan adalah masker yang dapat
mengurangi resiko paparan gas Saran
berbahaya dalam lingkungan kerja.
Noviyanti (2014), dalam penelitiannya 1. Untuk PT. X Batam agar lebih
menjelaskan bahwa terdapat hubungan memperhatikan tingkat kesehatan dan
yang signifikan antara penggunaan keselamatan kerja, seperti
masker dengan gangguan fungsi pemantauan pemakaian APD secara
pernapasan dan juga menjelaskan bahwa lengkap bagi pekerja pada saat berada
responden yang tidak memakai masker di sekitar lokasi IPAL PT. X Batam
12 kali lebih berisiko daripada responden untuk mencegah timbulnya bau dan
yang tidak memakai masker. terhirupnya polutan udara yang dapat
menyebabkan gangguan terhadap
Kesimpulan kesehatan pekerja.
2. Untuk PT. X Batam untuk melakukan
Hasil pengukuran kadar NH3 dan pemantauan secara berkala terhadap
H2S di IPAL Departemen Utility PT. X kualitas udara khususnya di IPAL.
kota Batam yang dilakukan pada keempat 3. Kepada pekerja pengelola limbah di
titik yakni di masing-masing kolam IPAL PT. X Batam sebaiknya selalu
Collecting Pit, Conditioning Tank, UASB menggunakan alat pelindung diri
Tank, dan MBR Tank, tidak ada yang yang lengkap seperti masker dan
melebihi batas baku mutu yang kacamata agar terhidar dari keluhan
ditetapkan oleh KepMenLH No. 50 kesehatan.
Tahun 1996. Hasil tertinggi berada pada 4. Untuk penelitian selanjutnya yang
kolam Collecting Pit yakni sebesar 0,44 mengukur kadar NH3 dan H2S
ppm untuk NH3 dan 0,012 ppm untuk diharapkan agar mengukur pada
H2S. kondisi iklim yang bervariasi, seperti
Berdasarkan karakteristik responden, : pada saat hujan, setelah hujan, atau
kelompok umur terbanyak berasal dari sebelum hujan.
kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 23
orang (51,1%). Responden yang
memiliki masa kerja terbanyak yaitu ≤ 5
tahun sebanyak 21 orang (46,7%), untuk

9
Daftar Pustaka Terhadap Kesehatan Pekerja dan
Masyarakat (Studi Kasus:
ATSDR. 2004. Ammonia (NH3) Peternakan Ayam PT. Indocentral
CAS#7664-41-7; UN 2672; UN Desa Sukatani-Cimanggis Depok).
2073; UN 1005. Atlanta, GA : U.S. Skripsi. Fakutas Teknik Program Studi
Department of Public Health and Teknik Lingkungan Universitas
Human Services, Public Health Indonesia.
Service. Diakses dari Mukono, H.J. 2008. Pencemaran Udara
www.atsdr.cdc.gov/MHMI/mmg12 dan Pengaruhnya terhadap
6.pdf [9 februari 2017] Gangguan Saluran Pernapasan.
______. 2016. Toxicological Profile For Airlangga University Press. Surabaya
Hydrogen Sulfide And Carbonyl Pakpahan, Jun Edy. Analisis Kadar H2S
Sulfide. Atlanta, GA : U.S. (Hidrogen Sulfida) dan Keluhan
Department of Public Health and Kesehatan Saluran Pernapasan
Human Services, Public Health serta Keluhan Iritasi Mata pada
Service. Diakses dari Masyarakat di Kawasan PT.
https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofi Allegrindo Nusantara Desa Urung
les/tp114.pdf [11 Februari 2017] Panei Kecamatan Purba Kabupaten
EPA. 2003. Hydrogen sulfide; 7783-06-4. Simalungun Tahun 2013. Skripsi.
U.S.A: Department Of Health and Departemen Kesehatan Lingkungan
Human Services. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
____. 2004. Toxicological Profiles For Universitas Sumatera Utara.
Ammonia. U.S.A: Department Of Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Health and Human Services. Hidup No. 10 Tahun 2009 Tentang
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha
Yogyakarta: Kanisius dan/atau Kegiatan Industri
Hapsari, N.D. 2003. Bunga Rampai Ramadhona, M. 2014. Analisis Risiko
Hiperkes dan KK. Badan Penerbit Kesehatan Pajanan Amonia (NH3)
Undip Semarang pada Karyawan di Area Produksi
Hutabarat, H. 2007. Analisis Dampak Gas Amonia PT Pupuk Sriwidjaja
NH3 dan Klorin Pada Faal Paru Palembang Tahun 2014. Skripsi.
Pekerja Pabrik Sarung Tangan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Karet “X” Medan. Universitas Universitas Sriwijaya.
Sumatera Utara. Tesis. Program Sarjani. R. (2013). Analisis Kualitas Udara
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Keluhan Saluran Pernapasan
Sekolah Pascasarjana. Universitas serta Keluhan Iritasi Mata pada
Sumatera Utara. Pekerja di Peternakan Sapi PT.
Ilyas, S. (1989). Masalah Kesehatan Mata. Prima Indo Mandiri Sejahtera
Jakarta : FKUI Berastagi Sumatera Utara Tahun
______. (2008). Penuntun Ilmu Penyakit 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Mata. Jakarta: FKUI Universitas Sumatera Utara
IPCS. 1986. Environmental Health Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan
Criteria 54: Ammonia. Geneva: Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
WHO Gunung Agung.
Juniarto. 2011. Evaluasi Pengaruh
Konsentrasi Amoniak di Udara

10
11

You might also like