You are on page 1of 13

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI

JAGUNG (Zea mays L)

Mahdiah, Sri Sulastri, Hani Sri Handayawati


Dosen Fak.Pertanian IPM

ABSTARK

Tujuan penelitian ialah 1) mengetahui besarnya produksi, penerimaan, biaya dan


pendapatan usahatani jagung, 2) mengetahui faktor produksi benih, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja terhadap produktivitas jagung. Penelitian dilakukan di desa Munjung
wilayah Kecamatan Batu Mandi Kalimantan Selatan.
Penentuan petani sebagai sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling
berdasarkan strata luas lahan. Langkah awal dilakukan pendataan populasi petani
tanaman jagung yang berjumlah 174 petani dengan luas kepemilikan lahan yang berbeda.
Berdasarkan data primer diketahui rata-rata luas lahan petani berkisar 0,524 hektar.
Kemudian luasan kepemilikan lahan dikelompokan menjadi dua strata yaitu: strata I
‹ 0,524 ha, starta II ≥ 0,524 ha. Pengambilan sampel pada masing-masing strata diambil
seacara proporsional, untuk strata I 19 petani dan strata II 8 petani.
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata produksi jagung di daerah penelitian
sebesar 3.899 kg/ha biji jagung kering, dengan tingkat harga Rp. 1.050,oo/kg. Sehingga
diperoleh penerimaan sebesar Rp. 4.093.950,-/ha; dengan rata-rata besar biaya produksi
Rp. 1.989.000,-/ha. Dengan demikian diperoleh rata-rata pendapatan usahatani jagung di
desa Nujung sebesar Rp. 2.104.950,-/ha. Faktor produksi benih SP36 berpengaruh nyata
terhadap produksi jagung dengan nilai koefisien regresi 2,7440, sedangkan faktor
produksipupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
jagung.

Kata kunci: Faktor Produksi, Usahatani

PENDAHULUAN

Dalam rangka swasembada karbohidrat sebanyak 2.100 kalori/kapita/hari jagung


memegang peranan kedua setelah padi. Sebagai bahan makanan nilai gizi jagung tidak
kalah dibanding dengan beras. Masalah pemenuhan kebutuhan pangan adalah masalah
yang tidak akan ada habisnya dibicarakan khalayak ramai baik di Indonesia maupun
kawasan dunia. Faktor penyebab mpermasalahan pemenuhan kebutuhan pangan adalah
pertumbuhan penduduk yang jauh lebih cepat di bandingkan pertumbuhan produksi
pangan tiap tahunnya.
Salah satu sasaran pembangunan sektor pertanian adalah peningkatan produksi
pangan yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi. Jagung merupakan
tanaman palawija yang berumur pendek dan cepat mendatangkan hasil. Penggunaan
jagung sebagai konsumsi pangan sudah dikenal secara luas, jagung dibudidayakan untuk
diambil bijinya yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan, disamping juga tongkol
mudanya sering dibuat sebagai lalapan/sayur, dan tongkol tuanya direbus atau di bakar
(Anonymous, 1990)
Saat ini bagian yang dikonsumsi tidak terbatas pada tongkol saja, namun juga
tongkol muda. Selain untuk bahan makanan manusia, jagung juga dapat digunakan untuk
makanan ternak, bahan dasar industri, minuman, sirup, minyak dan lain-lain. Dengan
terus meningkatnya pertambahan penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan
industri yang menggunakan bahan baku jagung maka kebutuhan akan jagung semakin
meningkat.
Hasil jagung di Indonesia masih rendah di bandingkan dengan negara lain,
rendahnya hasil ini terutama disebabkan belum menyebarnya pemakaian varietas unggul,
pemakaian pupuk yang masih sedikit serta cara-cara bercocok tanam yang belum
diperbaiki, Tanaman jagung di Indonesia hampir 45% berada di Jawa Timur.
Varietas jagung unggul dan beberapa varietas jagung hibrida telah banyak di lepas
di pasar. Penggunaan jagung hibrida merupakan komponen penting dari teknologi
produksi, jenis ini merupakan penemuan baru dari para ahli pemulia tanaman yang
diperoleh dari hasil silangan tunggal maupun ganda dari galur-galur murni.
Usaha peningkatan produksi jagung dengan penggunaan varietas unggul yang
telah ada diikuti dengan dosis pemupukan yang optimum dan cara bercocok tanam yang
baik diharapkan produksi jagung meningkat, sehingga pemenuhan kebutuhan akan
pangan dapat tercapai.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Budidaya Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh subur
hampir merata di seluruh wilayah Indonesia karena dapat tumbuh di dataran rendah
sampai tinggi dengan intensitas penyinaran penuh dan merupakan makanan pokok kedua
setelah padi bagi masyarakat Indonesia (Rukmana R, 1997).
Menurut Anonymous (1999) dalam budidaya jagung yang perlu diperhatikan
adalah :
a. Pemilihan Benih
Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan populasi optimal, diperlukan benih
bermutu tinggi untuk jagung yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: berdaya
kecambah tinggi yaitu diatas 80%, bulir biji mengkilat, murni dan tidak bercampur
dengan varietas lain, bersih, sehat, bernas dan tidak keriput, benih baru yang dipanen
kurang dari enam bulan sejak saat benih dipanen dan telah kering benar. Benih yang
dikenal ada dua jenis yaitu komposit (bersari bebas) dan Hibrida.

b. Pengolahan Tanah
Bercocok tanam jagung setelah padi sawah pada umumnya tidak perlu mengolah
tanah, cukup dibersihkan dari gulma, Jerami padi perlu dibersihkan untuk mempermudah
penanaman benih jagung. Jika tanah bekas padi masih banyak mengandung air, perlu
dibuat saluran drainase sehingga tanah tidak terlalu becek.

c. Penanaman
Cara bercocok tanam jagung berbeda tergantung alat yang digunakan, akan tetap yang
perlu diperhatikan : jarak tanam diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam
dan pemeliharaan tanaman mudah, benih jagung ditanam sedalam 2-3 cm agar cepat
berkecambah dan tanaman tumbuh kokoh. Cara penanaman jagung dengan tugal dan
mesin penanam.

d. Pemupukan
Pada tanah yang cukup subur pupuk urea, SP36 dan ZK umumnya tidak menaikan
hasil jagung. Namun pada tanah-tanah yang miskin hara fosfat dan pH rendah
pemupukan dengan SP36 desertai pengapuran dapat meningkatkan produksi jagung.
Pada tanah bekas sawah yang telah dipupuk N dan P dengan dosis tinggi pemupukan N
dan P bagi jagung pada umumnya tidak meningkatkan hasil, tetapi pada tanah-tanah
dengan kandungan N dan P rendah pemupukan 159 kg urea/ha dan 150 kg SP36/ha dapat
dianjurkan ntuk tanaman jagung.

e. Pengairan dan Drainase


Jagung termasuk jenis tanaman yang tahan akan kekeringan. Kondisi lahan yang baik
untuk tanaman jagung adalah air tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tapi
tidak becek) sejak tanaman tumbuh hingga berbunga dan membentuk tongkol. Kemudian
tanah kering menjelang panen, oleh karenanya tanah yang becek saluran drainase dengan
jarak 3 – 4 meter perlu dibuat sepanjang petakan.

f. Penyiangan
Tanpa penyiangan, penurunan hasil dapat mencapai 10 – 50 persen. Penyiangan
dilakukan 2 kali: 1) ketika berumur 2 – 4 minggu dimana gulma perlu dihilangkan sampai
bersih, 2) setelah tanaman selesai berbunga yaitu umur sekitar 45 hari.

g. Pemberantasan Haman penyakit


Pengendalian hama jagung secara terpadu menunjukkan bahwa perlaskuan perawatan
benih dengan redomil diikuti dengan aplikasi insektisida secara lengkap memberikan
hasil panen tinggi (10 – 12 ton/ha). Namun kombinasi perlakuan yang dianjurkan adalah
aplikasi insektisida berdasarkan pemantauan hama karena cara ini dapat menghemat
penggunaan insektisida.

h. Panen dan Perawatan


Panen dilakukan bila tongkol telah masak, kelobot terlihat kuning kecoklatan, daun mulai
kering, batang telah kering dan kadar air antara 18 – 20 persen. Apabila panen terlambat
biji dapat berkecambah terutama jagung komposit. Saat panen yang tepat apabila kelobot
dibuka kulit biji atao tongkol kelihatan mengkilat.

2. Kegunaan Jagung
Di beberapa daerah jagung merupakan makanan pokok, jagung sebagai makan
pokok dapat memenuhi beberapa faktor yang diperlukan, antara lain:
a. Mempunyai rasa dan bau yang netral
b. Rasa tidak membosankan
c. Cukup nilai gizinya
d. Harganya lebih murah dibanding beras
e. Dapat disimpan jangka waktu lama
f. Mudah dibuddidayakan.
Dilihat dari nilai gizinya jagung hampir sama dengan beras. Jagung bukan saja
merupakan makanan pokok di Indonesia tetapi juga di beberapa negara seperti, Rumania,
Yugoslavia. Mesir, peru, Afrika Selatan, dan lain-lain.
Di Indonesi jagung biasa dimakan dalam bentuk beras jagung, baik jenis mutiara
maupun jenis gigi kuda dapat digunakan untuk pembuatan beras jagung. Keduanya
memberikan rendemen yang baik asalkan jagungnya cukup tua dipanen dan cukup
kering. Apabila akan dicampur dengan beras maka yang putih lebih baik, tetapi untuk
daerah yang telah terbiasa konsumsi yang kuning sangat baik karena jagung kuning
mengandung pro-vitamin A. Pola pemakaian jagung untuk konsumsi penduduk sangat
dipengaruhi oleh tersedia atau tidak tersedianya beras serta tingkat harga dan pemakaian
jagung untuk sektor industri seperti, makan ternak dan minyak jagung. Perkembangan
industri minyak jagung dan pakan ternak telah mendorong meningkatnya permintaan
jagung di dalam negeri.

3. Perkembangan Jagung di Indonesia


Tanaman jagung sudah sejak lama dibudidayakan, jagung berasal dari Amerika.
XVI menyebar ke India dan Cina (Suprapto, 1987). Di Indonesia jagung sudah dikenal
sejak empat ratus tahun yang lalu, yang pertama kali dibawa oleh orang Portugis dan
Spanyol. Setelah itu jagung merupakan tanaman penting kedua setelah padi dan sebagian
besar di tanam di pulau Jawa terutama di Jawa Timur.

4. Usahatani Jagung

A. Biaya dan Penerimaan

Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel seluruhnya merupakan biaya
total produksi dalam notasi matematika dituliskan

TC = TFC + TC

Dimana:

TC = Biaya total produksi

TFC = Biaya tetap total

TVC = Biaya variabel total

Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai tingkat output
yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap dalam usahatani jagung
adalah biaya pajak lahan tanah, peralatan dan biaya Penyusutan.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi rendahnya tingkat
output yang termasuk dalam penelitian ini adalah : biaya tenaga kerja, pembelian pupuk
SP36, pembelian pupuk Urea dan biaya pestisida.
Penerimaan petani pada dasamya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi
usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil produksi
dengan harga jualnya. Dalam notasi dapat ditulis sebagai berikut :

TR= P.Q
dimana :
TR = Penerimaan kotor
P = Harga produksi
Q = Jumlah produksi
b. Penerimaan bersih yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi
usahatani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan. Dalam bentuk notasi dapat
dituliskan sebagai berikut :
π = TR-TC
dimana:
π = Besamya tingkat pendapatan
TR = Penerimaan kotor
TC = Biaya total yang dikeluarkan

B. Fungsi Produksi
Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas
dari peranan faktor-faktor produksi atau input. Untuk menaikkan jumlah output yang
diproduksi dalam perekonomian dengan faktor-faktor produksi, para ahli teori
pertumbuhan neoklasik menggunakan konsep produksi (Dernberg, 1992; Dornbusch
danFischer, 1997). Menurut Soedarsono (1998), fungsi produksi adalah hubungan teknis
yang menghubungkan antara faktor produksi (input)dan hasil produksi (output). Disebut
faktor produksi karena bersifat mutlak, supaya produksi dapat dijalankan untuk
menghasilkan produk. Suatu fungsi produksi yang efisien secara teknis dalam arti
menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja minimal, dan barang-
barang modal lain yang minimal. Secara matematika, bentuk persamaan fungsi produksi
adalah sebagai berikut :

Y = Af ( K . L ).................... (2.1)
Dimana:
A = teknologi atau indeks perubahan teknik,
K = input kapasitas atau modal, dan L adalah input tenaga kerja

(Dernberg, 1992; Dornbusch dan Fischer, 1997). Karakteristik dari fungsi produksi
tersebut menurut Dernberg (1992) adalah sebagai berikut :

a. Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant Return to Scale),
artinya apabila input digandakan maka output akan berlipat dua kali.
b. Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi bersifat positif tetapi
menurun dengan ditambahkannya satu faktor produksi pada faktor lainnya yang tetap
atau dengan kata lain tunduk pada hukum hasil yang menurun (The Law of
DeminishingReturn). Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang dapat ditunjukan
melalui hubungan antar kurva TPP (Total Physical Product) atau kurva TP (Total
Produk), kurva MPP (Marginal Physical Product) atau Marjinal Produk (MP), dan kurva
APP (Average Physical Product) atau produk rata-rata dalam grafik fungsi produksi
(Miller dan Meiners, 2000).

Gambar 10. Grafik hubungan antara Produk Fisik Total, Marginal dan
Rata- rata.

Grafik pada fungsi produksi terbagi pada tiga tahapan produksi yang lazim disebut Three
Stages of Production.

Tahap pertama, kurva APP dan kurva MPP terus meningkat. Makin banyak penggunaan
faktor produksi, maka semakin tinggi produksi rata-ratanya. Tahap ini disebut tahap
tidak rasional, karena jika penggunaan faktor produksi ditambah, maka penambahan
output total yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan faktor produksi itu sendiri.
Tahap kedua adalah tahap rasional atau fase ekonomis, dimana berlaku hukum kenaikan
hasil yang berkurang. Dalam tahap ini terjadi perpotongan antara kurva MPP dengan
kurva APP pada saat APP mencapai titik optimal. Pada tahap ini masih dapat
meningkatkan output, walaupun dengan presentase kenaikan yang sama atau lebih kecil
dari kenaikan jumlah faktor produksi yang digunakan.

Tahap ketiga disebut daerah tidak rasional, karena apabila penambahan faktor produksi
diteruskan, maka produktivitas faktor produksi akan menjadi nol (0) bahkan negatif.
Dengan demikian, penambahan faktor produksi justru akan menurunkan hasil produksi.

Mubyarto (1989), di dalam ekonomi dikenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu
fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan factor-
faktor produksi (input0. Dalam suatu proses produksi berubahnya jumlah suatu input
(factor produksi) misalnya perubahan tenaga kerja, sedangkan input-input lain tidak
mengalami perubahan atau tetap akan berpengaruh terhadap produksi yang mungkin
dapat menimbulkan peningkatan produk, akan tetapi peningkatan produk tidak akan
terjamin dengan adanya perubahan jumlah salah satu input tersebut karena berlakuknya
hokum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law of Deminishing Return) yang
artinya setelah mencapai tingkat tertentu peningkatan itu akan semakin berkurang,
akhirnya mencapai titik negative.

METODE PENELITIAN

a. Metode
Metode yang digunakan ialah metode survai, yaitu dengan teknik wawancara
dengan petani dan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan (terstruktur). Data
yang dikumpulkan meliputi data primer dan skunder. Dimana data primer data yang
diperoleh langsung dari petani sampel, dan data skunder data yang diperoleh dari instansi
terkait, buku teks.
Populasi petani yang berusahatni jagung di Desa Munjung sejumlah 174 orang,
menurut Surachman (1990) jika polulasi lebih dari 100 maka sampel yang diambil
sebesar 15% sudah dianggap bisa mewakili. Sehinnga sampel yang diambil sejumlah 27
petani jagung. Penentuan petani sampel melalui pengambilan secara acak. Berdasarkan
hasil penelitian rata-rata luas lahan petani jagung di Desa Munjung 0,524 ha

b. Analisis Data

1. Biaya Usahatani
Semua biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani jagung meliputi biaya
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan fakor produksi lainnya. Biaya produksi dapat
dirumuskan:
TC = TFC + TVC

Dimana: TC = Total Cost (Biaya)


TFC = Total biaya tetap
TVC = Total biaya variable

2. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumlah produksi kedelai yang
dihasilkan dengan harga jualnya.

TR = P x Q
Dimana:
TR = penerimaan total dari usahatani
P = harga kedelai per kg
Q = jumlah produksi

3. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara total penerimaan dengan total
biaya selama proses produksi. Rumusnya:

π = TR – TC
Dimana:
π = pendapatan atau keuntungan usahatani
TR = penerimaan total
TC = biaya total

4. Pengaruh Penggunaan factor Produksi


. Fungsi Cobb-Douglas.

Analisis pengaruh faktor produksi yang diguinakan adalah fungsi produksi Cobb-
Douglas. Dengan bentuk fungsi Cobb-Douglas yang digunakan adalah:

Y = a . X1b1 . X2b2 . X3b3 ......... Xnbn . eu

Agar fungsi produksi di atas dapat ditaksir, maka persamaan tersebut perlu
ditransformasiakan ke dalam bentuk linier sehingga menjadi:

Ln Y = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 +........ bn Ln Xn+ U

Dimana :
Y = Produksi kedelai (kg)
X1 = Luas lahan (ha)
X2 = bibit (kg)
X3 = Penggunaan pupuk An-organik (kg)
X4 = Penggunaan pupuk organik (kg0
X5 = Penggunaan obat-obatan (lt)
X6 = Penggunaan tenaga kerja pria (HOK)
X7 = Penggunaan tenaga kerja wanita (HOK)
bo = intersep
b1, b2,b3,b4,b5 = Elastisitas faktor produksi
e = bilangan natural ( 2,178)
U = error
Teknik pembuktian Hipotesis:
Untuk menguji pengaruh semua variabel bebas (independent variable) secara
bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (dependent variable) pada tingkat derajat
kepercayaan tertentu digunakan uji-F (Ftest) dengan pernyataan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Semua koefisien regresi sama dengan nol
H a : Paling sedikit ada salah satu koefisien regresi yang tidak sama dengan
nol.
Dengan menentukan derajat keyakinan 95% ( α = 0,05), degree of freedom (DF) = k/
(n – k – 1 ). Kriteria keputusan adalah sebagai berikut :

1. Bila F hitung < F tabel, maka H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan saecara bersama-sama dari semua variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas.
2. Bila F hitung > F tabel, maka Ha diterima, berarti ada pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama dari semua variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Biaya dan pendapatan Usahatani jagung

1. Biaya Sarana produksi


Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih, pupuk, pesticida,. Biaya sarana
produksi jagung di desa penelitian tersaji pada Tabel 1 di bawah:

Tabel 1. rata-rata Penggunaan Faktor Produksi Per hektar pada Usahatani


Jagung di Desa Munjung, tahun 2009.

Faktor Produksi Kuantitas Harga (Rp) Nilai (RP/ha)


Benih (Kg) 14 9.000 126.000
Pupuk:
a. Urea (kg) 390 500 195.000
b. SP36 (kg) 40 700 28.000
Pestisida (Unit) 8 2.000 16.000
Tenaga kerja (HKSP) 51,2 12.500 640.000
Jumlah 1.005.000
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa biaya terbesar dalam penggunaan sarana
produksi adalah faktor produksi tenaga kerja. Besarnua biaya tenaga kerja yang
digunakan dalam berusahatani jagung diukur dengan satuan hari kerja setara pria
(HKSP), dimana upah tenaga kerja di desa Munjung tahun 2008 untuk pria Rp.
12.500,-/hari dan wanita Rp. 10.000,-/hari. Besarnya biaya sarana produksi tenaga kerja
disebabkan penggunaan tenaga kerja dimulai dari pengolahan lahan, penanaman,
pemupukan, penyiangan sampai panen.

2. Total Biaya Produksi Usahatani Jagung


Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Rata-rata biaya produksi usahatani jagung per hektar tersaji pada tabel 2:

Tabel 2. Rata-rata Total Biaya Produksi per hektar Usahatani Jagung


Di Desa Munjung, tahun 2009.

No. Keterangan Biaya (Rp/ha) Persentase (%)


1 Sewa Lahan 875.000 3,99
2 Pajak 84.000 4,22
3 Benih, pupuk, pestisida 365.000 18,35
4 Tenaga kerja 640.000 32,18
5 Lain-lain 25.000 1,26
Jumlah 1.989.000 100

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa biaya terbesar ada pada sewa lahan, biaya
laian-lain yang dimaksud adalah biaya transportasi atau biaya angkut hasil panen jagung
dari lahan ke rumah, alat angkut berupa mobil pick up atau gerobak yang disewa dengan
biaya sewa harian.

3. Penerimaan Usahatani Jagung


Penerimaan usahatani jagung adalah merupakan nilai hasil produksi yang
diperoleh . Besarnya penerimaan diperoleh dari hasil kali produksi fisik dengan harga
satuan produksi yang berlaku pada saat penelitian, dimana harga produksi jagung per
kilogram sebesar Rp. 1.050,- dan produksi yang diperoleh sebesar 3.899 kg. Sehingga
penerimaan usahatani jagung diperoleh sebesar Rp. 4.093.950,-

4. Pendapatan Usahatani Jagung


Pendapatan usahatani jagung yang diterima oleh petani di desa Munjung adalah
selisih antara penerimaan dengan biaya total produksi yang telah dikorbankan selama
berlangsungnya proses produksi dari usahatani. Untuk mengetahui besarnya pendapatan
usahatani jagung di desa Munjung tersaji pada tabel 3 di bawah:
Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung per Hektar
di Desa Munjung, Tahun 2009.

Penerimaan Total Biaya Pendapatan


(Rp) (Rp) (Rp)
4.093.950 1.989.000 2.104.950

Dari hasil pada tabel 3, ternyata usahatani jagung dapat memberikan pendapatan
bersih sebesar Rp. 2.104.950,- per satu kali musim tanam.

5. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas jagung


Untuk mengetahui faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas jagung dilakukan
analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis regresi fungsi Cobb-Douglas
dengan menggunakan transformasi ke dalam bentuk logaritma normal tersaji pada tabel 4
di bawah:
Tabel 4. Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani jagung
di Desa Munjung, tahun 2009.

No. Variabel Koefisien Standar T hitung


Regresi (bi) Deviasi
1 Benih (log X1) 1,1501 0,0954 12,061
2 Urea (log X2) -0,0028 0,0277 0,102
3 SP36 (log X3) 2,7440 1,2971 2,115
4 Pestisida (log X4) -2,0339 3,0171 0,674
Tenagakerja (log X5) -0,0032 0,0029 1,128
Konstanta 5684,3665

Fhitung 209,61
R² 0,9947
Jumlah bi 1,75

Sumber : Olahan Data orimer

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) = 0,9947 yang


berarti bahwa variabel bebas yang digunakan ke dalam model fungsi produksi sangat
berpengaruh terhadap produktivitas jagung. Fhitung 209,61 berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 90%, pemberian faktor produksi dengan nilai koefisien regresi positif akan
menambah produksi jagung, sedangkan dengan penambahan faktor produksi dengan nilai
koefisien negatif akan mengurangi produksi jagung.Untuk menduga fungsi produksi
jagung maka koefisien regresi dan variabel bebas yang menusun dapat diartikan :

1. Nilai t hitung variabel benih (X1) sebesar 12,061 labih besar dari t tabel (1%) sebesar
2,075 berarti bahwa benih berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90%. Nilai
koefisien regresi 1,1501 berarti bahwa penambahan 100 persen benih akan diikuti
dengan kenaikkan produksi 9,54%. Kondisi ini disebabkan karena benih yang
digunakan adalah jenis unggul.
2. Nilai t hitung variabel pupuk urea (X2) sebesar 0,102 lebih kecil dari nilai t tabel (1%)
2,075 berarti bahwa pupuk urea tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90%.
Dan nilai koefisien regresi pupuk urea sebesar -0,0028 yang berarti penambahan
pupuk urea 1% akan mengurangi produksi jagunbg sebesar 0,03%. Penggunaan
pupuk urea yang berlebihan akan menyebabkan struktur tanah rusak sehingga
pertumbuhan jagung tidak maksimal.
3. Nilai t hitung variabel pupuk SP36 (X3) sebesar 2,115 lebih besar dari nilai t tabel (1%)
2,075 berarti bahwa pupuk SP36 berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90%.
Dan nilai koefisien regresi pupuk SP36 sebesar 2,7440 yang berarti bahwa
penambahan pupuk SP36 1% akan meningkatkan produksi jagung sebesar 1,29%.
Hal ini dikarenakan pupuk SP36 banyak mengandung unsur phospor sehingga
berpengaruh pada bobot jagung.
4. Nilai t hitung variabel pestisida (X4) sebesar 0,674 lebih kecil dari nilai t tabel (1%) 2,075
berarti bahwa penggunaan pestisida tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan
90%. Dan nilai koefisien regresi pestiseda sebesar 2,0339 yang berarti penambahan
pestisida 1% akan mengurangi produksi jagung sebesar 3,02%. Penggunaan pestisida
yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan tanaman jagung.
5. Nilai t hitung variabel tenagakerja (X5) sebesar 1,120 lebih kecil dari nilai t tabel (1%)
2,075 berarti bahwa penggunaan tenagakerja tidak berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 90%. Dan nilai koefisien regresi pestiseda sebesar -0,0032 yang berarti
penambahan tenagakerja 1% akan mengurangi produksi jagung sebesar 0,001%. Hal
ini dikarenakan dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang digunakan maka
berakibat produktivitas tenaga kerja menurun.

KESIMPULAN

Rata-rata produksi jagung di daerah penelitian sebesar 3,899 kg/ha biji kering,
dengan tingkat harga Rp 1.050,-/kg. Sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp.
4.093.950,-/ha dengan total biaya produksi sebesar Rp. 1.989.000,-/ha. Diperoleh
pendapatan usahatani jagung sebesar Rp. 2.104.950,-/ha.
Faktor produksi benih dan pupuk SP36 berpengaruh nyata terhadap produksi
jagung, sedangkan faktor produksi pupuk urea, pestisida dan tenagakerja tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung.

DAFTAR PUSTAKA

Hernanto F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta


Mubyarto, 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Yasa Guna. Jakarta
Muhadjir. F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.
Rukmana R, 1997. Usahatani Jagung. Kanisius. Yogyakarta
_________, 2004. Budidaya dan Pasca Panen Jagung Manis. CV Aneka Ilmu. Semarang
Singarimbun.M. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta
Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press, Jakarta.
_________, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian – Teori dan Aplikasi, PT.
Raja Grafindo, Jakarta.
Suprapto HS, 2001. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta
Surachman, 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta

You might also like