You are on page 1of 35

SEMINAR STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. H DENGAN DIAGNOSA


MALFORMASI ANOREKTAL (MAR) DAN DIAGNOSA PRIORITAS
KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI DI RUANG NEONATUS RSUD Dr.
SOETOMO SURABAYA

OLEH :

Asiadi, S. Kep NIM. 131723143005


Anggar Dwi Untari, S. Kep NIM. 131723143010
Selvi Ratu Djawa, S. Kep NIM. 131723143011
Rian Kusuma Dewi, S.Kep NIM. 131723143012
Awalludin Suprihadi Putra, S.Kep NIM. 131723143013

Kelompok B1 D
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. H Dengan Diagnosa


Malformasi Anorektal (MAR) Dan Diagnosa Prioritas Keperawatan Resiko Infeksi
Di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya” yang telah dilaksanakan tanggal
19-21 April 2018 dalam rangka pelaksanaan Program Profesi Pendidikan Ners
Stase Keperawatan Aank di Di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Telah disetujui untuk dilaksanakan Seminar Kasus di RSUD Dr. Soetomo
pada hari Kamis 3 Mei 2018.

Disahkan tanggal 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ni Ketut Alit, SKp., Mkes Peni Indrarini, S.Kep., Ns


NIP. 197410292003122002 NIP. 196711081993032006

Mengetahui,
Kepala Ruangan Neonatus
RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Peni Indrarini, S.Kep., Ns


NIP. 196711081993032006
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala berkat dan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Seminar Keperawatan pada stase Keperawatan Anak
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. H Dengan Diagnosa
Malformasi Anorektal (MAR) Dan Diagnosa Prioritas Keperawatan Resiko
Infeksi Di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya”
Dalam penyusunan makalah ini penulis berpedoman pada materi
perkuliahan, pengalaman, dan bimbingan praktek, bantuan serta dorongan moril
dan materil dari berbagai pihak, sehingga penulis mampu menyelesaikannya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dalam perlindungan-Nya dan kekuasaan-Nya telah membuat
penulis berada saat ini dan memperlancar segalanya.
2. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menjalankan pendidikan
Program Studi Pendidikan Ners.
3. Ibu Peni Indrarini, S.Kep., Ns selaku kepala ruangan dan pembimbing klinik
yang senantiasa membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam
penyelesaian makalah ini.
4. Ibu Ni Ketut Alit, SKp., Mkes selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang
dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi
lebih baik. Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara
pribadi dan bagi pembaca.
Surabaya, 22 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II Tinjauan Teori
Konsep Dasar Penyakit
Definisi
Etiologi
Patofisiolgi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalakasanaan
WOC
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien MAR
BAB III Laporan Kasus
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau
dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus
imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus ada.
Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini lebih
ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi. ( Wong, 2009 )
Insiden terjadinya malformasi anorektal berkisar dari 1500-5000
kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 %
bayi yang menderita malformasi anorektal juga menderita anomali lain.
Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata
dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina
pada perempuan. (Alpers, 2006). Berdasarkan data diruang Neonatus RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada Maret 2018 terdapat 1 bayi laki-laki yang
mengalami malformasi anorektal sedangkan pada bulan April 2018 hingga
tanggal 24 April 2018 terdapat 6 bayi mengalami malformasi anorektal dan
keenamnya berjenis kelamin laki-laki.
Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum
anorektal pada kehidupan embrional. Menifestasi klinis di akibatkan adanya
obtruksi dan adanya fistula. Obtruksi ini mengakibatkan distensi abdomen,
sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir
melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorsi sehingga terjadi
asidosis hipperchloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah truktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula
antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90 % dengan fistula ke
vagina(revtovagina) atau perineum (rektovestibular).(Brehman, 2000).
Menyikapi kasus yang banyak terjadi pada bayi dengan malformasi
anorektal, maka penulis mengangkat kasus malformasi anorektal untuk lebih
memahami perawatan pada pasien dengan malformasi anorektal. Sehingga
diharapkan dengan pemahaman yang lebih baik tentang anatominya, diagnosis
yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan defek yang berkaitan dan
bertambahnya pengalaman dalam memanajemen, akan didapatkan dengan
hasil yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori malformasi anorektal?
2. Bagaimana pendekatan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
malformasi anorektal ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
neonatus dengan malmormasi anorektal.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan kembali konsep teori malformasi anorektal
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus dengan malformasi
anorektal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Fisiologi Anus dan Rektum
Rectum dan anus merupakan susunan saluran pencernaan yang paling
akhir. Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sakrum dan os. Koksigis. Sedangkan anus adalah bagian dari saluran
pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar).
Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter, yaitu: Sfingter
ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak. Sfingter levator
ani, bekerja juga tidak menurut kehendak. Sfingter ani eksternus (sebelah
bawah), bekerja menurut kehendak (Syaifuddin, 2009)
Defekasi (buang air besar). Bila rectum bagian atas diregangkan oleh
isinya, reseptor tekanan merangsang sensasi defekasi yang mendesak. Aksi
defekasi dimulai secara voluntar: otot longitudinal rectum berkontraksi,
kedua otot sfingter anal bagian dalam dan luar dan otot puborektal relaksasi;
rectum memendek; dan isi tersebut ditekan oleh kontraksi anular dibantu oleh
peningkatan tekanan abdomen. Frekuensi defekasi sangat bervariasi, dari tiga
kali sehari, sampai tiga kali seminggu, dan tergantung pada bagian terbesar
kandungan makanan (“serat”, terutama selulosa). Selulosa dimetabolisis oleh
bakteri usus menjadi metada dan gas lainnya yamg menimbulkan flatus
menyertai, misalnya kacang-kacangan. Diare (> 200 gr feses / hari), bila bila
berlebihan dapat mengakibatkan bahaya kehilangan air dan K, dan
gangguan asam basa (Silbernagl, 2000).
Gambar Anatomi Rektum Anus
2. Definisi

Malformasi anorektal (anus imperforata) adalah malformasi


kongenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada,
abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan
perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan tinggi
diantara usus,muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina (Donna L. Wong,
2003).
Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan
oleh ganggan pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
(Manjoer Arif, dkk. 2007). Pada malformasi anorektal Anus tampat tidak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang terbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum (Purwanto, 2010).
Gambar Malformasi Anorektal

3. Epidemiologi
Malformasi anorektal terjadi pada 1 dari 4000-5000 kelahiran baru.
Frekuensi pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (Pena and
Levitt, 2012). Darussalam (2013) juga menyebutkan angka kejadian
malformasi anorektal pada laki laki lebih tinggi dibandingkan dengan
kejadian pada perempuan.
4. Klasifikasi
Klasifikasi internasional yang paling umum untuk malformasi
anorektal adalah klasifikasi Wingspread pada tahun 1984.
Tabel Klasifikasi Malformasi Anorektal Wingspread
Letak Malformasi Anorektal Laki - laki Perempuan
Tinggi 1.Agenesis anorektal 1. Agenesis anorektal
a. Fistula rektovesika a. Fistula rektovagina
b. Tanpa fistula b. Tanpa fistula
2.Atresia rektalis 2. Atresia rektalis
Intermediate 1. Fistula rektourethra 1. Fistula rektovestibuler
2. Agenesis anus tanpa 2. Fistula rektovagina
fistula 3. Agenesis anus tanpa
fistula
Rendah 1. Fistula perineal 1. Fistula anovestibuler
2. Stenosis anus 2. Fistula anokutan
3. Stenosis anus
Lain-lain Malformasi Jarang Kloaka
Malformasi jarang
Gambar Malformasi Anorektal Tampa Fistula dan Dengan Fistula
Namun malformasi anorektal memunyai dampak yang luas dan
klasifikasi Wingspread dianggap tidak memunyai nilai prognosis dan terapis,
sehingga Pena pada tahun 1995 membuat klasifikasi yang lebih sederhana
Tabel Klasifikasi Malformasi Anorektal Menurut Pena
Males Females
Perineal fistula Perineal fistula
Rectourethral fistula Vestibular fistula
a. Bulbar
b. Prostatic
Rectovesical fistula Persistent cloaca
<3 cm common channel
>3 cm common channel
Imperforate anus without fistula Imperforate anus without fistula
Rectal atresia Rectal atresia

Gambar Anatomi Anorektal


5. Etiologi
Secara pasti penyebab dari Malformasi Anorektal (MAR) belum
diketahui. Namun para ahli memperkirakan malformasi anorektal (MAR) ini
merupakan anomaly gastrointestinal dan genitourinaria yang bersifat
congenital (Mansjoer, 2007).
a. Secara pasti belum diketahui
b. Merupakan anomali gastro intestinal genitourinari
c. Malformasi Anus
d. Gangguan pertumbuhan dan fusi serta pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
e. Malformasi Rektum
f. Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital serta
gangguanperkembangan septum anorektal yang memisahkannya (terjadi
fistel).
6. Patofisiologi

Malformasi anorektal dapat terjadi karena kelainan congenital dimana


saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses
perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung
ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi
genitor urinary dan struktur anorektal. Malformasi anorektal terjadi karena
tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10
mingggu selama perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut juga
karena gagalnya agenesis sacral dan abnormalitas pada daerah uretra dan
vagina atau juga pada proses obstruksi. Malformasi anorektal dapat terjadi
karena tida adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga
menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
7. Manifestasi Klinis
Diagnosis malformasi anorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis
yaitu tidak adanya mekonium yang keluar, perut kembung, serta ada
mekonium yang keluar dari vagina atau ureter. Pada pemeriksaan fisik tidak
tampak lubang anus, dijumpai ada atau tidaknya fistel, serta distensi
abdomen. Pemeriksaan penunjang dengan foto cross table lateral abdomen
didapatkan udara diujung distal rektum (Darussalam, 2013)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Invertogram
Wangensteen dan Rice pertama kali menjelaskan mengenai kegunaan
radiography invertion pada tahun 1930 untuk menunjukkan jarak antara
gas bubble dalam usus terminal dengan perineum. Invertogram pada posisi
lateral dengan pinggul sedikit difleksikan dapat memberikan informasi
yang akurat mengenai adanya anomali. Marker yang dijadikan tanda untuk
menentukan adanya anomali yaitu Pubis Coccyx Line (PC Line) dan I
point (Puncak ischium) yang ada hubungannya dengan gambaran dark air
shadow pada usus terminal. Apabila dark air shadow melewati I point,
menunjukkan anomali letak rendah, sedangkan jika dark air shadow
melewati PC line tetapi belum mencapai I point maka menunjukkan
anomali intermediate. Namun bila gambaran dark air shadow belum
mencapai PC Line maka menunjukkan anomali letak tinggi. (4,5) 2.
b. Prone Cross-Table Lateral View
Bayi dalam posisi genupectoral yaitu badan telungkup dengan pinggul
tertekuk kearah atas selama 3 menit. Radiografi prone lateral yang
berpusat di trochanters mayor yang memiliki beberapa keuntungan yaitu
posisi yang nyaman untuk bayi dibandingkan dengan invertogram.

Gambar Prone Cross-Table Lateral View


c. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan USG telah digunakan untuk mengetahui jarak dari pouch
hingga perineum (pouch perineal distance). Hal ini dapat dilakukan
melalui transperineal atau infracoccygeal. Apabila melalui Infracoccygeal
dapat langsung menunjukkan puborectalis dengan gambaran hypoechoic
berbentuk U (U-shaped band).
d. Computer Tomography Scan (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) Computer Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) pelvis digunakan untuk mengevaluasi keadaan struktur otot dasar
panggul dan pouch sebelum dan sesudah operasi. Pemeriksaan ini juga
dapat menentukan lokasi fistula dengan tepat serta hubungannya dengan
otot dasar panggul. MRI dan CT juga digunakan untuk menilai
perkembangan struktur otot dasar panggul dari berbagai jenis prosedur
operasi. MRI dianggap unggul dari CT karena menggambarkan jaringan
lunak dengan lebih baik dan kurangnya radiasi.
9. Penatalaksanaan

Alberto Pena, seorang ahli bedah anak di Amerika Serikat


memperkenalkan penatalaksanaan untuk malformasi anorektal berdasarkan
klasifikasi yang telah dibuatnya. Tindakan kolostomi merupakan prosedur
yang ideal untuk penatalaksanaan awal malformasi anorektal. Tindakan
kolostomi merupakan upaya dekompresi, diversi dan sebagai proteksi
terhadap kemungkinan terjadinya obstruksi usus. Pena menganjurkan
dilakukan kolostomi kolon desenden. Postero sagittal anorectoplasty
(PSARP) merupakan operasi pembuatan anus yang memberikan beberapa
keuntungan dalam operasi fistula rektourinaria maupun rektovaginal dengan
cara membelah otot dasar pelvis, sling dan sfingter. PSARP dibagi menjadi
tiga yaitu: minimal, limited dan full PSARP
Gambar Diagnosis serta Manajemen Malformasi Anorektal pada Laki-laki
(Klasifikasi Pena)

Neonatus perempuan dengan melformasi anorektal


Inspeksi perineum

Fistula (+) Fistula (-)

Invertogram
Kloaka Vagina Perineal
atau
vestibuler
<1 cm jarak >1 cm jarak
rektum-kulit rektum-kulit

Kolostomi Kolostomi
Kolostomi

PSARUV PSARP Minimal PSARP


P PSARP
Gambar Diagnosis serta Manajemen Malformasi Anorektal pada Perempuan
(Klasifikasi Pena)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama, Tempat tgl lahir, umur , Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku Bangsa,
Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis
2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
d.Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/
penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e.Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani
2.1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang
dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengar
hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin
dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).
Pemeriksaan Fisik Head to toe
1. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor,
tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
2. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus,
tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
4. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak
cheilochisis.
5. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna
6. Leher
Tidak ada webbed neck.
7. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest, pernafasan
normal
8. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
10. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak terdapat
perdarahan pada umbilicus
10. Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispadia pada penis tidak ada hipospadia pada
penis, tidak ada hernia sorotalis.
11. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang tampak
ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan.
Pada auskultasi terdengar peristaltic.
12. Ekstrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan
kukunya tampak agak pucat
13. Punggung
Tidak ada penonjolan spina bifid
15. Pemeriksaan Reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Dx pre operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
2. Dx Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
c. Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa Pre Operasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Konstipasi b/d aganglionik
NOC :
Penurunan distensi abdomen.

NIC :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
3. Ukur lingkar abdomen
2. Resiko kekurangan volume cairan b/d menurunnya intake, muntah
NOC:
1. Output urin 1-2 ml/kg/jam,
2. capillary refill kurang dari 2 detik,
3. turgor kulit baik,
4. membrane mukosa lembab.
NIC :
1. Monitor intake – output cairan
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
3. Observasi TTV
4.Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,

2. Diagnosa post oprasi


1. Gangguan integritas kulit / jaringan b/d kolostomi.
NOC :
Tidak terdapat pus, kemerahan pada daerah luka operasi
NIC :
1. Hindari kerutan pada tempat tidur
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3. Monitor kulit akan adanya pus, kemerahan
4. Monitor status nutrisi klien

2. Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan


NOC:
Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
NIC :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Pertahankan teknik cairan asepsis pada klien yang beresiko
4. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
5. Ajarkan keluarga klien tentang tanda dan gejala infeksi
6. Laporkan kecurigaan infeksi
WOC
BAB III
LAPORAN KASUS

Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 19 April 2018


1. Data Bayi
Nama Bayi : By. H.A Alamat :Banjar Melati Sedati
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis: MAR tanpa fistel
Tanggal Lahir : 17 April 2018 letak tinggi + Post Sigmoidostomy H 0
Usia : 2 hari

2. Data Orang Tua


Nama Ibu : Ny. D ( 30 tahun ) Nama Ayah : Tn. A.P
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Alamat : Banjar Melati Sedati Alamat : Banjar Melati Sedati

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi H.A rujukan dari RSUD Sidoarjo pada tanggal 18 April 2018 dengan
keluhan tidak memiliki anus sejak lahir. Pasien didiagnosa MAR (Malformasi
Anorektal) tanpa fistel letak tinggi. Pasien lahir pada tanggal 17 April 2018 dari
Ibu dengan G4P3003, persalinan spontan UK 38 minggu, BBL 2475 gr, PB
43cm, Apsgar Score 8-9.
Pada saat pengkajian tanggal 19 April 2018 pasien post sigmoidostomy H0,
terpasang stoma bag pada abdomen kuadran kiri bawah, pasien dirawat dalam
inkubator.

4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
BB : 2450 gr LP : 30 cm Suhu : 36,9 0C
PB : 48 cm RR : 50 x/menit
LK : 34 cm HR : 120 x/menit
a. Reflek
Moro (√) Menggenggam (√) Menghisap (√/Lemah) Startle
(√)
Tonik leher (√) Neck righting (√) Gallant (Tidak terkaji)
b. Tonus Aktivitas
Aktif (√) Tenang (√) Letargi (-) Kejang (-)

Menangis : Keras (√) Melengking (-) Sulit Menangis (-)


Lemah (-)
c. Kepala/Leher
Fontanel Anterior : Lunak (√) Tegas (-) Datar (√)
Menonjol (-) Cekung (-)
Sutura Sagitalis : Molding (-) Tepat (√) Terpisah (-)
Gambaran Wajah : Simetris (√) Asimetris (-)
Benjolan : Caput Sucedum (-) Cephalhematoma (-)

d. Mata : Bersih (√) Sekresi (-)


e. THT
Telinga : Normal (√) Abnormal (-)
Hidung : Normal (√) Abnormal (-)
f. Thorax
Pergerakan : Simetris (√) Asimetris (-)
Retraksi : Ada (-) Tidak ada (√)
Klavikula : Normal (√) Abnormal (-)
g. Paru-paru
Suara Nafas : Sama (√) Tidak sama (-)
Bunyi Nafas : Terdengar (√) Tidak terdengar (√) Menurun (-)
h. Jantung
Bunyi : S1/S2 Tunggal(√), Murmur (-), Gallop (-)
Normal Sinus Rhytme : (√) Frekuensi: 120x/menit
Waktu pengisian Kapiler : 2 detik
i. Abdomen
Lunak (-) Tegas (√) Datar (-) Kembung (-)
Liver : Kurang 2 cm (√) Lebih 2 cm (-)
Terpasang stoma bag di abdomen kuadran kiri bawah, lingkar perut :30 cm.
j. Umbilicus
Normal (√) Abnormal (-)
Inflamasi (-) Drainase (-)
Jumlah pembuluh :-
k. Genital
Laki-laki : Normal (√) Abnormal (-)
Perempuan : Normal (-) Abnormal (-)
Anus : Paten (-) Imperforata (√)
l. Spinal : Normal (√) Abnormal (-)
m. Kulit
Warna : Pink (√) Pucat (-) Joundice (-)
Sianosis : Seluruh tubuh (-) Periorbital (-) Kuku (-)
Sirkumorbital (-)
Rash (-)
Tanda lahir (-)
n. Ekstrimitas
Gerakan bebas (√) ROM terbatas (-) Tidak terkaji (-)
Ekstermitas atas : Normal (√) Abnormal (-) , terpasang IV line pada
tangan kiri
Ekstermitas bawah : Normal (√) Abnormal (-) , terpasang IV line pada
kaki kanan.
Panggul : Normal (√) Abnormal (-)
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan √
Brakial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √
o. Suhu
Lingkungan penghangat radian: (-) Pengaturan suhu (-)
Inkubator (√) Box terbuka (-)
Suhu ruang (-) Suhu Kulit ( 36,9 0 C)
5. Riwayat Antenatal
a. Kehamilan ke :4
b. Tempat ANC : Bidan/Dokter Sp.OG
c. Jumlah Kunjungan : 5-6 kali
d. USG : ± 6 kali
e. Pendkes yang didapat : Tidak Terkaji
f. HPHT : Tidak Tahu
g. Kenaikan BB selama hamil : Tidak terkaji
h. Komplikasi kehamilan : Ibu dengan Hepatitis B
i. Komplikasi Obat : Tidak Ada
j. Obat-obatan yang di dapat : Vitamin
k. Riwayat hospitalisasi : Ada
l. Golongan Darah Bumil : Tidak terkaji
m. Kehamilan direncanakan/tidak : Iya
n. Perencanaan makan bayi : ASI
6. Riwayat Intranatal
Kehamilan : Tunggal
Ketuban pecah sebelum lahir : tidak terkaji
Warna Ketuban : jernih
Perdarahan : tidak ada
Persalinan : Normal pervagina
Ditolong oleh : Bidan
7. Riwayat Post Natal
Setelah lahir bayi tidak IMD, tidak ASI, tidak ada riwayat resusitasi, terdapat
kelainan bawaan yaitu tidak memiliki lubang anus.
8. Riwayat Penyakit Ibu : Hepatitis B
9. Sosial
a. Problem sosial yang penting : Tidak ada
b. Kurang sistem pendukung sosial : Tidak ada
c. Perbedaan bahasa : Tidak ada
d. Riwayat penyalahgunaan zat adiktif : Tidak ada
e. Lingkungan rumah kurang memadai : Tidak
f. Hubungan orang tua dan bayi :
Ibu Tingkah Laku Ayah
√ Menyentuh √
- Memeluk -
- Berbicara -
√ Berkunjung √
√ Memanggil nama √
√ Kontak mata √
g. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Orangtua Pasien
h. Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya
i. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya
j. Anak lain :
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat Imunisasi
Perempuan Spontan Lengkap
Laki-laki Spontan Lengkap
Perempuan Spontan Lengkap

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Urine Lengkap (19/04/2018)
Komponen Hasil
Glu Negatif
Bil 1+
Ket 1+
SG 1,015
BLD Negatif
PH 6,5
PRO 1+
URO 1+
NIT Positive
LEU 1+
Colour Brown
Clarity Clear
Aerytrosit
0-2
(Mikroskopik)
Leukosit
2-5
(Mikroskopik)
Epitel Sedikit
b. Pemeriksaan Elektrolit (18/04/2018)
Komponen Hasil
Natrium 139
Kalium 4,8
Clorida 105

c. Pemeriksaan Hematologi (18/04/2018)


Komponen Hasil
WBC 14,68 x 103/µL
RBC 4,46 x 106/µL
HGB 15,6 g/dL
HCT 47,3 %
PLT 185 x 103 g/dL
PPT 18,1 detik
Control PPT 11,3 detik
APTT 31,5 detik
Control APTT 25,5 detik

d. Pemeriksaan Kimia Klinik (18/04/2018)


CRP Kuantitatif : 0,37 mg/dL
e. Pemeriksaan X-Ray (18/04/2018)
Baby gram : Distribusi gas usus tidak sampai cavum pelvis
Crosstable : distribusi gas usus pada pouch distal diatas os Coccygeus >1cm
11. Terapi Medis
- Cairan nutrisi 294 cc/24 jam
- Infus D12,5% 120 ml/24 jam
AS 6% (1,5gr) 60 ml
Smoflipid 20% (1gr) 12 ml
NaCl 15% 4ml Soluvit 2 ml
KCl 7,4% 2 ml Vitalipid 8 ml
Ca Gluc 10% 6 ml MgSO4 1 ml
- Injeksi Metamizole 25 mg/8 jam
- Rawat Stoma
- Puasa sementara
ANALISA DATA
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
19/04/ DS : - MAR Risiko gangguan
2018 DO: ↓ integritas kulit:
− Post operasi Post operasi sekitar stoma
sigmoidostomy H0 sigmoidostomy
− Terpasang stomabag ↓
pada abdomen kuadran Feses keluar tanpa
kiri bawah kontrol spinkter
− Stoma berwarna ↓
kemerahan Bersentuhan
− Kulit sekitar stoma dengan kulit sekitar
bersih, tidak ada lesi, stoma
tidak ada kemerahan, ↓
tidak ada hematoma. Risiko gangguan
integritas kulit

19/04/ DS : - MAR Risiko infeksi


2018 DO: ↓
− Tanggal 18/04/18 kadar Retensi mekonium
WBC: 14.680 /µL, ↓
CRP: 0,37 mg/dL Bakterimia
− Suhu 36,9 0C ↓
− Post Operasi Risiko infeksi
sigmoidostomy H0
− Terpasang stomabag
pada abdomen kuadran
kiri bawah, stoma
berwarna merah
− Bayi dalam inkubator
− Bayi berusia 2 hari
20/04/ DS : Ibu mengatakan MAR Defisit
2018 belum tahu cara perawatan ↓ pengetahuan:
anus buatan dan Sigmoidostomy Perawatan ostomi
penggantian kantong BAB ↓
DO: Kurang terpapar
− Post Operasi informasi
sigmoidostomy H1 ↓
− Terpasang stomabag Defisit pengetahuan
pada abdomen kuadran
kiri bawah
− Ibu tidak dapat
menyebutkan cara
perawatan stoma
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko infeksi
2. Risiko gangguan integritas kulit : Sekitar stoma
3. Defisit pengetahuan: perawatan ostomi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi, ditandai dengan:
DS : -
DO :
− Tanggal 18/04/18 kadar WBC: 14.680/µL, CRP: 0,37 mg/dL
− Suhu 36,9 0C
− Post Operasi sigmoidostomy H0
− Terpasang stomabag pada abdomen kuadran kiri bawah, stoma berwarna
merah
− Bayi dalam inkubator
− Bayi berusia 2 hari
2. Risiko gangguan integritas kulit : sekitar stoma ditandai dengan:
DS : -
DO :
- Post operasi sigmoidostomy H0
- Terpasang stomabag pada abdomen kuadran kiri bawah
- Stoma berwarna kemerahan
- Kulit sekitar stoma bersih, tidak ada lesi, tidak ada kemerahan, tidak ada
hematoma
3. Defisit pengetahuan: perawatan ostomi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan :
DS: Ibu mengatakan belum tahu cara perawatan anus buatan dan penggantian
kantong BAB
DO:
− Post Operasi sigmoidostomy H1
− Terpasang stomabag pada abdomen kuadran kiri bawah
− Ibu tidak dapat menyebutkan cara perawatan stoma
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

HARI/ NO.
TTD
TGL DX TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
19/04/2 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, risiko 1. Observasi tanda dan gejala infeksi disekitar
018 infeksi dapat terkontrol dengan kriteria hasil : stoma
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit sekitar stoma 2. Pertahankan lingkungan tetap bersih
seperti tumor, calor, dolor, rubor, functiolaesa 3. Ajarkan keluarga untuk mencegah timbulnya
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu: 36,5 oC - infeksi pada luka: menjaga luka tetap kering,
37,5oC,) tidak terkena air.
- Leukosit dalam batas normal (4500-22.000/µL) 4. Lakukan perawatan luka dengan teknik
- CRP dalam batas normal ( ≤ 0,50 mg/dL) aseptik
5. Bersihkan Stoma bag jika sudah terisi 2/3
kantong
6. Ganti stoma bag jika skin barrier berubah
berwarna putih dan stoma bag terlepas.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
8. Monitor hasil leukosit

19/04/2 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
018 diharapkan gangguan integritas kulit tidak terjadi, dengan kering
kriteri hasil: 2. Observasi kulit sekitar stoma akan adanya
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, kemerahan
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 3. Oleskan lotion atau cream bayi pada kulit
- Perfusi jaringan baik sekitar stoma
- Tidak ada peningkatan suhu kulit sekitar stoma 4. Monitor status nutrisi pasien
- Suhu : 36,5-37,5ºC 5. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Kadar albumin dalam batas normal : 3,4-5,6 6. Cegah kontaminasi feses dan urin
7. Lakukan perawatan stoma setiap hari
20/4/20 3 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1. Ajarkan ibu cara cuci tangan yang benar
18 x 30 menit ibu mengetahui tentang cara perawatan dan 2. Jelaskan dan ajarkan ibu tentang perawatan
penggantian stomabag ostomi meliputi:
NOC: pengetahuan: perawatan ostomi, dengan kriteria ibu − Tujuan dan fungsi ostomi
mengetahui: − Alat-alat yang dibutuhkan untuk
- Tujuan dan fungsi ostomi perawatan ostomi
- Cuci tangan yang benar − Prosedur perawatan stoma dan
- Alat-alat yang dibutuhkan untuk perawatan ostomi penggantian kantong stoma
- Prosedur perawatan stoma dan penggantian kantong − Jadwal untuk mengganti kantong stoma
stoma − Perawatan kulit area sekitar stoma
- Jadwal untuk mengganti kantong stoma − Komplikasi stoma
- Perawatan kulit area sekitar stoma 3. Perintahkan Ibu untuk mendemonstrasikan
- Komplikasi stoma perawatan stoma seperti yang telah diajarkan
oleh perawat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL MASALAH WAKTU IIMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


19/4/2018 Risiko Infeksi 21.00 1. Mengobservasi tanda dan gejala 20/4/2018 S: -
infeksi disekitar stoma 06.00 O:
22.00 2. Mengelola pemberian antibiotik  Tidak ada tanda-tanda infeksi
Metamizole 25 mg seperti tumor, calor, dolor,
04.30 3. Membersihkan stomabag yang telah rubor, functiolaesa.
04.35 terisi feses  Suhu 37,20 C
05.00 4. Mengganti popok dan  Stomabag tampak bersih
mempertahankan lingkungan tetap  Menunggu hasil leukosit
bersih A: Masalah teratasi sebagian
5. Memonitor hasil leukosit P:Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
19/4/18 Risiko gangguan 04.30 1. Mengukur suhu pasien 20/4/2018 S: -
Integritas Kulit 04.30 2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap 06.00 O:
bersih dan kering  Perfusi jaringan baik
04.35 3. Memandikan pasien dengan air hangat  Kelembaban kulit terjaga
04.40 4. Memonitor kulit sekitar stoma akan  Badan teraba hangat
adanya kemerahan  Suhu: 37,2ºC
04.45 5. Mencegah kontaminasi feses dan urin  Menggu hasil kadar albumin
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5,6
21/4/2018 Risiko Infeksi 14.30 1. Mengobservasi tanda dan gejala 21.00 S: -
infeksi disekitar stoma O:
14.36 2. Membersihkan stomabag yang telah
terisi feses
14.40 3. Mengganti popok dan  Tidak ada tanda-tanda infeksi
mempertahankan lingkungan tetap seperti tumor, calor, dolor,
bersih rubor, functiolaesa.
14.40 4. Memonitor hasil leukosit  Suhu 37 0 C
16.00 5. Mengelola pemberian antibiotik  Stomabag tampak bersih
Metamizole 25 mg  Hasil leukosit 14.000
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan Intervensi
1,2,3,4,5
21/4/2018 Risiko Gangguan 14.30 1. Mandikan pasien dengan air hangat 21.00 S: -
Integritas Kulit 14.36 2. Mengobservasi kulit sekitar stoma O:
akan adanya kemerahan  Perfusi jaringan baik
14.40 3. Melakukan perawatan stoma  Tidak ada kemerahan, tidak
14.40 4. Mengoleskan lotion atau cream bayi ada lesi pada kulit sekitar
pada kulit sekitar stoma stoma,
15.00 5. Memberikan susu pepti 20 ml  Badan teraba hangat
17.00 6. Mencegah kontaminasi feses  Suhu: 37ºC
19.00 7. Memonitor kadar Albumin  Kadar albumin 4,1mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
21/4/2018 Defisit 15.00 1. Mengajarkan ibu cara cuci tangan S: Ibu mengatakan paham
pengetahuan: yang benar penjelasan yang diberikan
perawatan ostomi 15.10 2. Menjelaskan pada ibu : O:
 Tujuan dan fungsi ostomi  Ibu dapat melakukan cuci
 Alat-alat yang dibutuhkan untuk tangan dengan benar
perawatan ostomi  Ibu dapat menjelaskan
kembali tentang: tujuan dan
 Prosedur perawatan stoma dan fungsi ostomi, alat-alat yang
penggantian kantong stoma dibutuhkan untuk perawatan
 Jadwal untuk mengganti kantong ostomi, prosedur perawatan
stoma stoma dan penggantian
 Perawatan kulit area sekitar stoma kantong stoma, jadwal untuk
 Komplikasi stoma mengganti kantong stoma,
 Memberi kesempatan ibu untuk perawatan kulit area sekitar
bertanya stoma dan komplikasi stoma
 Meminta ibu menjelaskan kembali A: masalah teratasi
terkait edukasi yang telah P: Intervensi No 1 , 2, 3
diberikan pada ibu dipertahankan
3. Memerintahkan ibu untuk
mendemonstrasikan kembali
perawatan stoma seperti yang telah
diajarkan leh perawat
22/4/2018 Risiko Infeksi 14.30 1. Mengobservasi tanda dan gejala 21.00 S: -
infeksi pada kulit sekitar stoma O:
14.36 2. Melakukan perawatan stoma dengan  Tidak ada tanda-tanda infeksi
teknik aseptik pada kulit sekitar stoma
14.40 3. Membersihkan Stoma bag seperti tumor, calor, dolor,
14.40 4. Mengganti popok rubor, functiolaesa.
16.00 5. Mengelola pemberian antibiotik  Suhu 36,8 C
metamizole 25 mg  Stomabag tampak bersih
19.30 6. Memonitor hasil leukosit  Hasil leukosit 14.000
A: Masalah teratasi sebagian
P:Pertahankan Intervensi
1,2,3,4,5
22/4/2018 Risiko gangguan 14.40 1. Mandikan pasien dengan air 21.00 S: -
Integritas Kulit hangat O:
14.45 2. Mengobservasi kulit sekitar stoma  Perfusi jaringan baik
akan adanya kemerahan  Tidak ada kemerahan, tidak
14.45 3. Melakukan perawatan stoma dan ada lesi pada kulit sekitar
mengganti popok stoma,
14.46 4. Mengoleskan lotion atau cream  Badan teraba hangat
bayi pada kulit sekitar stoma  Suhu: 37ºC
14.55 5. Memberikan susu pepti 20 ml  Kadar albumin 4,1mg/dl
17.30 6. Memonitor kadar Albumin A: Masalah teratasi sebagian
18.00 7. Memberikan susu pepti 20 ml P: Lanjutkan intervensi
21.00 8. Memberikan susu pepti 20 ml
DAFTAR PUSTAKA

Darussalam, D. 2013. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Luaran Klinis Malformasi Anorektal pada
Neonatus di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
Holschneider A., Hutson J., Pena A., Beket E., Chatterjee S., Coran A., et al. 2005. Preliminary report
on the International Conference for the Development of Standards for the Treatment of
Anorectal Malformations. J Pediatr Surg 40:1521-6.
Levitt M., Pena A. 2010. Imperforate anus and cloacal malformations. In: G.W. Holcomb III, J.P.
Murphy, D.J. Ostlie (Ed.): Aschraft’s Pediatric Surgery 5th ed. Elsevier-Inc, Philadelphia pp:
468-90.
Lokananta, I dan Rochhadi. 2017. Malformasi Anorektal.
ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Ked/article/view/1265
Pena A., Levitt M. 2006. Anorectal malformations. In: J.L. Grossfeld, J.A. O’Neil Jr., E.W.
Fonkalsrud, A.G. Coran (Ed.):. Pediatric Surgery 6th ed - Vol 1. Mosby, Inc, Philadelphia pp:
1566-88.
Pena A., Levitt M. 2012. Anorectal malformations. In: A.G. Coran (Ed.): Pediatric Surgery 7th ed -
Vol 1. Elseviersurgery: Mosby, Inc, New York pp: 1289310.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik.Jakarta: DPP PPNI

You might also like