Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Kelompok B1 D
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Ruangan Neonatus
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala berkat dan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Seminar Keperawatan pada stase Keperawatan Anak
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. H Dengan Diagnosa
Malformasi Anorektal (MAR) Dan Diagnosa Prioritas Keperawatan Resiko
Infeksi Di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya”
Dalam penyusunan makalah ini penulis berpedoman pada materi
perkuliahan, pengalaman, dan bimbingan praktek, bantuan serta dorongan moril
dan materil dari berbagai pihak, sehingga penulis mampu menyelesaikannya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dalam perlindungan-Nya dan kekuasaan-Nya telah membuat
penulis berada saat ini dan memperlancar segalanya.
2. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menjalankan pendidikan
Program Studi Pendidikan Ners.
3. Ibu Peni Indrarini, S.Kep., Ns selaku kepala ruangan dan pembimbing klinik
yang senantiasa membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam
penyelesaian makalah ini.
4. Ibu Ni Ketut Alit, SKp., Mkes selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang
dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi
lebih baik. Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara
pribadi dan bagi pembaca.
Surabaya, 22 April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II Tinjauan Teori
Konsep Dasar Penyakit
Definisi
Etiologi
Patofisiolgi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalakasanaan
WOC
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien MAR
BAB III Laporan Kasus
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau
dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus
imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus ada.
Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini lebih
ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi. ( Wong, 2009 )
Insiden terjadinya malformasi anorektal berkisar dari 1500-5000
kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 %
bayi yang menderita malformasi anorektal juga menderita anomali lain.
Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata
dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina
pada perempuan. (Alpers, 2006). Berdasarkan data diruang Neonatus RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada Maret 2018 terdapat 1 bayi laki-laki yang
mengalami malformasi anorektal sedangkan pada bulan April 2018 hingga
tanggal 24 April 2018 terdapat 6 bayi mengalami malformasi anorektal dan
keenamnya berjenis kelamin laki-laki.
Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum
anorektal pada kehidupan embrional. Menifestasi klinis di akibatkan adanya
obtruksi dan adanya fistula. Obtruksi ini mengakibatkan distensi abdomen,
sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir
melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorsi sehingga terjadi
asidosis hipperchloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah truktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula
antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90 % dengan fistula ke
vagina(revtovagina) atau perineum (rektovestibular).(Brehman, 2000).
Menyikapi kasus yang banyak terjadi pada bayi dengan malformasi
anorektal, maka penulis mengangkat kasus malformasi anorektal untuk lebih
memahami perawatan pada pasien dengan malformasi anorektal. Sehingga
diharapkan dengan pemahaman yang lebih baik tentang anatominya, diagnosis
yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan defek yang berkaitan dan
bertambahnya pengalaman dalam memanajemen, akan didapatkan dengan
hasil yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori malformasi anorektal?
2. Bagaimana pendekatan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
malformasi anorektal ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
neonatus dengan malmormasi anorektal.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan kembali konsep teori malformasi anorektal
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus dengan malformasi
anorektal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Fisiologi Anus dan Rektum
Rectum dan anus merupakan susunan saluran pencernaan yang paling
akhir. Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sakrum dan os. Koksigis. Sedangkan anus adalah bagian dari saluran
pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar).
Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter, yaitu: Sfingter
ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak. Sfingter levator
ani, bekerja juga tidak menurut kehendak. Sfingter ani eksternus (sebelah
bawah), bekerja menurut kehendak (Syaifuddin, 2009)
Defekasi (buang air besar). Bila rectum bagian atas diregangkan oleh
isinya, reseptor tekanan merangsang sensasi defekasi yang mendesak. Aksi
defekasi dimulai secara voluntar: otot longitudinal rectum berkontraksi,
kedua otot sfingter anal bagian dalam dan luar dan otot puborektal relaksasi;
rectum memendek; dan isi tersebut ditekan oleh kontraksi anular dibantu oleh
peningkatan tekanan abdomen. Frekuensi defekasi sangat bervariasi, dari tiga
kali sehari, sampai tiga kali seminggu, dan tergantung pada bagian terbesar
kandungan makanan (“serat”, terutama selulosa). Selulosa dimetabolisis oleh
bakteri usus menjadi metada dan gas lainnya yamg menimbulkan flatus
menyertai, misalnya kacang-kacangan. Diare (> 200 gr feses / hari), bila bila
berlebihan dapat mengakibatkan bahaya kehilangan air dan K, dan
gangguan asam basa (Silbernagl, 2000).
Gambar Anatomi Rektum Anus
2. Definisi
3. Epidemiologi
Malformasi anorektal terjadi pada 1 dari 4000-5000 kelahiran baru.
Frekuensi pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (Pena and
Levitt, 2012). Darussalam (2013) juga menyebutkan angka kejadian
malformasi anorektal pada laki laki lebih tinggi dibandingkan dengan
kejadian pada perempuan.
4. Klasifikasi
Klasifikasi internasional yang paling umum untuk malformasi
anorektal adalah klasifikasi Wingspread pada tahun 1984.
Tabel Klasifikasi Malformasi Anorektal Wingspread
Letak Malformasi Anorektal Laki - laki Perempuan
Tinggi 1.Agenesis anorektal 1. Agenesis anorektal
a. Fistula rektovesika a. Fistula rektovagina
b. Tanpa fistula b. Tanpa fistula
2.Atresia rektalis 2. Atresia rektalis
Intermediate 1. Fistula rektourethra 1. Fistula rektovestibuler
2. Agenesis anus tanpa 2. Fistula rektovagina
fistula 3. Agenesis anus tanpa
fistula
Rendah 1. Fistula perineal 1. Fistula anovestibuler
2. Stenosis anus 2. Fistula anokutan
3. Stenosis anus
Lain-lain Malformasi Jarang Kloaka
Malformasi jarang
Gambar Malformasi Anorektal Tampa Fistula dan Dengan Fistula
Namun malformasi anorektal memunyai dampak yang luas dan
klasifikasi Wingspread dianggap tidak memunyai nilai prognosis dan terapis,
sehingga Pena pada tahun 1995 membuat klasifikasi yang lebih sederhana
Tabel Klasifikasi Malformasi Anorektal Menurut Pena
Males Females
Perineal fistula Perineal fistula
Rectourethral fistula Vestibular fistula
a. Bulbar
b. Prostatic
Rectovesical fistula Persistent cloaca
<3 cm common channel
>3 cm common channel
Imperforate anus without fistula Imperforate anus without fistula
Rectal atresia Rectal atresia
Invertogram
Kloaka Vagina Perineal
atau
vestibuler
<1 cm jarak >1 cm jarak
rektum-kulit rektum-kulit
Kolostomi Kolostomi
Kolostomi
NIC :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
3. Ukur lingkar abdomen
2. Resiko kekurangan volume cairan b/d menurunnya intake, muntah
NOC:
1. Output urin 1-2 ml/kg/jam,
2. capillary refill kurang dari 2 detik,
3. turgor kulit baik,
4. membrane mukosa lembab.
NIC :
1. Monitor intake – output cairan
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
3. Observasi TTV
4.Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
BB : 2450 gr LP : 30 cm Suhu : 36,9 0C
PB : 48 cm RR : 50 x/menit
LK : 34 cm HR : 120 x/menit
a. Reflek
Moro (√) Menggenggam (√) Menghisap (√/Lemah) Startle
(√)
Tonik leher (√) Neck righting (√) Gallant (Tidak terkaji)
b. Tonus Aktivitas
Aktif (√) Tenang (√) Letargi (-) Kejang (-)
HARI/ NO.
TTD
TGL DX TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
19/04/2 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, risiko 1. Observasi tanda dan gejala infeksi disekitar
018 infeksi dapat terkontrol dengan kriteria hasil : stoma
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit sekitar stoma 2. Pertahankan lingkungan tetap bersih
seperti tumor, calor, dolor, rubor, functiolaesa 3. Ajarkan keluarga untuk mencegah timbulnya
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu: 36,5 oC - infeksi pada luka: menjaga luka tetap kering,
37,5oC,) tidak terkena air.
- Leukosit dalam batas normal (4500-22.000/µL) 4. Lakukan perawatan luka dengan teknik
- CRP dalam batas normal ( ≤ 0,50 mg/dL) aseptik
5. Bersihkan Stoma bag jika sudah terisi 2/3
kantong
6. Ganti stoma bag jika skin barrier berubah
berwarna putih dan stoma bag terlepas.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
8. Monitor hasil leukosit
19/04/2 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
018 diharapkan gangguan integritas kulit tidak terjadi, dengan kering
kriteri hasil: 2. Observasi kulit sekitar stoma akan adanya
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, kemerahan
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 3. Oleskan lotion atau cream bayi pada kulit
- Perfusi jaringan baik sekitar stoma
- Tidak ada peningkatan suhu kulit sekitar stoma 4. Monitor status nutrisi pasien
- Suhu : 36,5-37,5ºC 5. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Kadar albumin dalam batas normal : 3,4-5,6 6. Cegah kontaminasi feses dan urin
7. Lakukan perawatan stoma setiap hari
20/4/20 3 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1. Ajarkan ibu cara cuci tangan yang benar
18 x 30 menit ibu mengetahui tentang cara perawatan dan 2. Jelaskan dan ajarkan ibu tentang perawatan
penggantian stomabag ostomi meliputi:
NOC: pengetahuan: perawatan ostomi, dengan kriteria ibu − Tujuan dan fungsi ostomi
mengetahui: − Alat-alat yang dibutuhkan untuk
- Tujuan dan fungsi ostomi perawatan ostomi
- Cuci tangan yang benar − Prosedur perawatan stoma dan
- Alat-alat yang dibutuhkan untuk perawatan ostomi penggantian kantong stoma
- Prosedur perawatan stoma dan penggantian kantong − Jadwal untuk mengganti kantong stoma
stoma − Perawatan kulit area sekitar stoma
- Jadwal untuk mengganti kantong stoma − Komplikasi stoma
- Perawatan kulit area sekitar stoma 3. Perintahkan Ibu untuk mendemonstrasikan
- Komplikasi stoma perawatan stoma seperti yang telah diajarkan
oleh perawat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Darussalam, D. 2013. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Luaran Klinis Malformasi Anorektal pada
Neonatus di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
Holschneider A., Hutson J., Pena A., Beket E., Chatterjee S., Coran A., et al. 2005. Preliminary report
on the International Conference for the Development of Standards for the Treatment of
Anorectal Malformations. J Pediatr Surg 40:1521-6.
Levitt M., Pena A. 2010. Imperforate anus and cloacal malformations. In: G.W. Holcomb III, J.P.
Murphy, D.J. Ostlie (Ed.): Aschraft’s Pediatric Surgery 5th ed. Elsevier-Inc, Philadelphia pp:
468-90.
Lokananta, I dan Rochhadi. 2017. Malformasi Anorektal.
ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Ked/article/view/1265
Pena A., Levitt M. 2006. Anorectal malformations. In: J.L. Grossfeld, J.A. O’Neil Jr., E.W.
Fonkalsrud, A.G. Coran (Ed.):. Pediatric Surgery 6th ed - Vol 1. Mosby, Inc, Philadelphia pp:
1566-88.
Pena A., Levitt M. 2012. Anorectal malformations. In: A.G. Coran (Ed.): Pediatric Surgery 7th ed -
Vol 1. Elseviersurgery: Mosby, Inc, New York pp: 1289310.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik.Jakarta: DPP PPNI