AKK Terupdate

You might also like

You are on page 1of 12

PEDOMAN PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT UMUM

GANESHA

Disusun Oleh:

1. Alfian Manda Eko S (201612042)


2. Avinda Febrianti (201612047)
3. Fatqur Rochman A. (201612055)
4. Sanaz Pramutia I (201612075)
5. Tiyan Bala (201612077)
6. Wantiari Wukir R (201612079)

STIKES YAYASAN RUMAH SAKIT


DR. SOETOMO 2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia.


Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai
meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Dengan
kata lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan
karena mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan di masa
mendatang (Depkes RI, 2007). Sumber daya manusia yang sehat dan berkua litas merupakan
modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Ukuran kualitas SDM dapat dilihat
pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara
lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Upaya pengembangan
kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara
merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara
efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes
RI, 2006).Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak
mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu
kelompok masyarakat di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai
mengikuti pola makan orang dewasa (Adisasmito, 2007)

Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan kebijakan tentang pelayanan gizi adalah terciptanya sistem
pelayanan gizi yang bermutu sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum
Ganesha.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien
dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi
pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan
penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2003). Pelayanan Gizi
Rumah Sakit (PGRS) menduduki tempat yang sama penting dengan pelayanan lain seperti
pelayanan pengobatan, perawatan medis dan sebagainya yang diberikan untuk penyembuhan
penyakit. Bentuk pelayanan gizi di rumah sakit akan tergantung pada tipe rumah, macam
pelayanan spesialis yang diberikan di rumah sakit tersebut, pelayanan dalam bentuk yang paling
umum adalah penyelenggaraan makanan bagi penderita yang dirawat (Moehyi, 2000). Kegiatan
pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu kegiatan yang dimulai dari upaya
perencanaan penyusunan diit pasien hingga pelaksanaan evaluasi di ruang perawatan.Tujuan
kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diit yang sesuai dengan perubahan
sikap pasien.Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan dilakukan apabila pasien tersebut masih
ataupun sedang memerlukan terapi diit tertentu.Pelayanan gizi penderita rawat jalan juga
dilakukan melalui penyuluhan gizi di poliklinik gizi (Depkes RI, 1992).

B. Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu:
1. Pengadaan dan penyediaan makanan bagi pasien adalah serangkaian kegiatan yang
dimulai dari perencanaan macam dan jumlah bahan1 makanan, pengadaan bahan
makanan sehingga proses penyediaan makanan matang bagi pasien di ruang
perawatan.
2. Pelayanan gizi di ruang rawat inap adalah serangkaian kegiatan dimulai dari
menentukan kebutuhan gizi pasien sesuai dengan penyakit kelainannya, penyusun
menu, menentukan bentuk makanan, cara memberikan hingga pelaksanaan evaluasi
di ruang rawat inap
3. Penyuluhan konsultasi dan rujukan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian
pemahaman, sikap serta perilaku -sehat bagi seseorang dan masyarakat rumah sakit.
4. Penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah kegiatan gizi dan pengembangan
yang merupakan kegiatan yang berikutnya dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan gizi di rumah sakit (Depkes, 1991). Rumah sakit senantiasa bertujuan
menyediakan makanan yaitu makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tanpa
mengurangi cita rasa yang enak sehingga dapat mempercepat penyembuhan pasien.
Instalasi Gizi Rumah Sakit menyelenggarakan makanan untuk pasien dengan tujuan
memperpendek hari rawat pada pasien rawat inap. Makanan yang baik bukan hanya
mengandung zat gizi seimbang tetapi juga mempunyai rasa dan penampilan yang
baik, sehingga makanan yang disajikan dapat dihabiskan.Makanan yang dihabiskan
tanpa meninggalkan sisa merupakan suatu keberhasilan dalam penyelenggaraan
makanan (Mukrie, 1990).

Bentuk – bentuk Makanan di Rumah Sakit

Bentuk makanan di rumah sakit disesuaikan dengan keadaan pasien. Menurut Almatsier
(2004) makanan orang sakit dibedakan dalam : makanan biasa, makanan lunak, dan makanan
cair.

1. Makanan biasa

Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan
bentuk, tekstur dengan aroma yang normal.Susunan makanan mengacu pada pola makanan
seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat.Makanan
biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus berhubungan dengan
penyakitnya, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah cerna, dan tidak
merangsang saluran cerna.

2. Makanan lunak

Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan dan
dicerna, makanan ini cukup kalori, protein dan zat-zat gizi lainnya.Menurut keadaan penyakitnya
makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan
saring ke makanan biasa.Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu,
pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi
3. Makanan saring

Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus dari makanan
lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna.Makanan saring diberikan kepada pasien
sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, serta pada
pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan.Menurut keadaan penyakit, makanan saring
dapat diberikan langsung kepada pasien atau perpindahan dari makanan cair kental ke makanan
lunak.
4. Makanan cair

Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental. Makanan ini
diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan dan mencernakan
makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah.Pasca
pendarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah makanan dapat diberikan secara oral atau
parenteral (Almatsier, 2007).

Bentuk makanan di Rumah Sakit Kita juga disesuaikan dengan keadaan pasien.Bentuk
makanan tersebut terdiri dari makanan biasa, makanan lunak, makanan saring dan makanan cair.

Penetapan Standar Produksi Makanan

Dalam memproduksi makanan perlu adanya beberapa standar makanan seperti standar porsi,
standar resep dan standar bumbu. Standar ini dapat menghasilkan makanan yang sama siapapun
pengolahnya (Mukrie,1996).

1. Standar porsi

Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih setiap
hidangan.Dalam penyelenggaraan makanan orang banyak, diperlukan adanya standar porsi untuk
setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas.Porsi yang standar harus
ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong,
sendok pembagi harus distandarkan.

2. Standar resep

Resep standar dikembangkan dari resep yang ada dengan melipatgandakan atau memperkecil
jumlah penggunaan bahan makanan yang diperlukan.Untuk mencapai standar yang baik sesuai
yang diharapkan diperlukan resep-resep yang standar. Dalam standar resep tercantum nama
makanan, bumbu yang diperlukan, teknik yang diperlukan dan urutan melakukan pemasakan.
Suhu dan waktu pemasakan, macam dan ukuran alat yang dipakai, jumlah porsi yang dihasilkan,
cara memotong, membagi, cara menyajikan dan taksiran harga dalam porsi.

3. Standar bumbu
Standar bumbu adalah ketetapan pemakaian ukuran bumbu-bumbu sesuai dengan ketentuan
dalam standar resep. Tujuan dari standar bumbu adalah untuk menciptakan mutu atau kualitas
makanan yang relatif sama cita rasanya(Almatsier, 2004).
Proses Asuhan Dari Gizi di Rumah Sakit

Langkah PAGT terdiri dari:

A. Assesmen (Pengkajian gizi)

Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu 1) Anamnesis riwayat gizi;


2) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium); 3) Pengukuran
antropometri; 4) Pemeriksaan fisik klinis; 5) Riwayat personal.

B. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.

C. Intervensi Gizi
Pada intervensi gizi terdapat dua komponen yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi.
1.1 Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang
strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila penyebab
tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi
Gejala/Tanda (Sign & Symptom). Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output
dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan
(implementasi).
2.1 Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan atau tenaga lain yang terkait.

D. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya
BAB III

STAKE HOLDER

Pemangku Informasi Pemangku Kepentingan


Kepentingan
- Menetapkan kebijakan, pedoman, petunjuk
Direktur Rs pelaksanaan dan prosedur dari pelayanan gizi
di Rs

- Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait


Dokter Penanggung Jawab dengan keadaan klinis pasien.
Pelayanan - Memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarganya mengenai peranan terapi gizi.
- Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan
gizi atau konseling gizi.
- Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi
Dietisien berdasarkan hasil asesmen dan menetapkan
prioritas diagnosis gizi.
- Merancang intervensi gizi dengan
menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang
lebih terperinci untuk penetapan diet
definitive serta merencanakan edukasi
/konseling.
- Memberikan penyuluhan, motivasi, dan
konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan
Farmasi keluarga mengenai interaksi obat dan
makanan
- Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait
seperti vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi
parenteral.
- Menentukan kompabilitas zat gizi yang
diberikan kepada pasien..
BAB IV

DRAFT KEBIJAKAN

Menimbang:

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Ganesha, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gizi yang bermutu tinggi;

b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Gizi di Rumah Sakit Umum Ganesha dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Ganesha sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gizi di Rumah Sakit Umum Ganesha;

c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Kebijakan Pelayanan
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Ganesha dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Ganesha.

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
dan Praktik Tenaga Gizi;
5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Perbaikan Gizi;

Memutuskann Kebijakan:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum
Ganesha
2. Kebijakan Pelayanan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Ganesha sebagaimana yang
ditetapkan diatas tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
3. Kebijakan Pelayanan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Ganesha sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Kesatu harus dijadikan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan Gizi
Rumah Sakit Umum Ganesha.
4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

You might also like