You are on page 1of 15

Apa itu Demokrasi?

Secara etimologis, kata demokrasi (dari bahasa Yunani) adalah bentukan dari dua
kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos dan
cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai
sebuah bentuk pemerintahan rakyat di mana kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat dan
dilakukan oleh rakyat melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung oleh rakyat atau melalui
mekanisme pemilihan yang berangsung secara bebas. Secara substansial, demokrasi adalah seperti
yang pernah dikatakan oleh Abraham Lincoln

sesuatu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan sebuah kumpulan ide dan
prinsip tentang kebebasan, bahkan juga mengandung sejumlah praktik dan prosedur menggapai
kebebasan yang terbentuk melalui perjalanan sejarah yang panjang dan berliku. Secara singkat,
demokrasi merupakan bentuk institusionalisasi dari kebebasan. Untuk melihat apakah suatu
pemerintahan dapat dikatakan demokratis atau tidak terletak pada sejauh mana pemerintahan tersebut
berjalan pada: prisnip konstitusi, hak asasi manusia, dan persamaan warga negara di hadapan umum.
Menurut Joseph A. Schmiter, demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik di mana setiap individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuagan
kompetitif atas suara rakyat. Sidney Hook menyimpulkan bahwa demokrasi adalah bentuk
pemerintahan di mana keputusan-keputusan yang terpenting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari warga negara dewasa. Philipp
C. Schmitter mendefinisikan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah
dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakannya di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetensi dan kerja sama dengan wakil-wakil mereka. Henry B. Mayo
menyimpulkan bahwa demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menujukkan
bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip-prinsip politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. Dapat disimpulkan bahwa hakikat
demokrasi adalah sebuah proses bernegara yang tertumpu pada peran utama rakyat sebagai pemegang
tertinggi kedaulatan. Pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan yang meliputi tiga hal, yaitu
sebagai berikut. 1.

Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa suatu pmerintahan yang sah adalah suatu
pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme
demokrasi, pemilihan umum. 2.

Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya
atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit negara negara atau elit

birokrasi. Selain pengertian ini, unsur ini megandung pengertian bahwa dalam menjalankan
kekuasaannya, pemerintah berada dalam pengawasan rakyat. 3.
Pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.

1. Menurut Internasional Commision of Jurits

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyar dimana kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
dan di jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah sistem pemilihan
yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan demokrasi adalah rakyat.

2. Menurut Lincoln

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people,
by the people, and for the people).

3. Menurut C,F Strong

Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas
dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.

1. Hakikat Demokrasi

Demokrasi: Teori dan Praktek2 Hakikat Demokrasi. Tinjauan Bahasa (Etimologis) Demos Cratos /
Cratein. Tinjauan Istilah (Terminologis) Joseph A. Schmeter, Sidney Hook, Philippe C. Schmitter dan
Terry Lynn Karl, Henry B. Mayo, Affan Gaffa. Kesimpulannya adalah Kekuasaan pemerintahan berada di
tangan rakyat mengandung pengertian tiga suatu sistem hal : bermasyarakat dan bernegara serta :

1. pemerintah dari rakyat pemerintahan.

2. pemerintahan oleh kekuasaan di tangan rakyat ( government by the folk )

3. pemerintahan untuk maupun pemerintahan rakyat ( government for people ).

2. Demokrasi Norma-norma Hidup BersamaDemokrasi: Norma-norma Hidup Bersama, Menjadi


negara yang demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis serta teoritis dari masyarakat
yang telah maju dalam berdemokrasi. Ada 6 norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh
tatanan masyarakat yang demokratis :

1. Kesadaran akan pluralisme

2. Musyawarah

3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan

4. Norma kejujuran dalam pemufakatan

5. Kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban


6. Trial and error (percobaan dan salah) dalam berdemokrasi.

3. Sekilas Sejarah Demokrasi

Sekilas Sejarah Demokrasi. Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran Yunani tentang hubungan
negara dan hukum yang berbentuk ungdemokrasi langsung. Berakhir pada abad pertengahan. Muncul
kembali di Eropa dengn ditandai :

1. Lahirnya Magna Charta ( Piagam Besar )

2. Gerakan pencerahan ( renaissance ) dan reformasi

4. Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Sejarah demokrasi di Indonesia terbentuk dalam 4 periode. 1 Dikenal dengan
sebutan Demokrasi Parlementer. 2 Mulai berlaku sebulan setelah kemerdekan di proklamasikan.1.
Dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy ) 2.

Ciri-ciri demokrasi terpimpin adalah:

1. dominasi politik presiden.

2. Berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI ) dalam panggumg polotik
Nasional.

Merupakan masa pemerintahan presiden Soeharto dengan masa orde barunya. Sebutan orde baru yakni
yakni kritis terhadaap periode sebelumnya. 2. Terdapat 3 komponen penawaran Demokrasi Pancasila :

1. Dalam bidang politik : menegakkan kembali asas-asas hukum dan kepastiannya.

2. Dalam bidang ekonomi : mewujudkan kehidupan yang layak bagi semua warga negara.

3. Dalam bidang hukum : perlakuan dan perlindungan HAM. Periode ini sangat erat kaitannya
dengangerakan reformasi rakyat yang menuntutpelaksanaan demokrasi dan HAM
secarakonsekuen/

5. Unsur-unsur Tegaknya Demokrasi

Unsur-unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi. Negara Hukum ( Rechtsstaat atau The Rule of Law)1.
Adanya perlindungan terhadap HAM. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga
negara untuk menjamin perlindungan HAM. Pemerintahan berdasarkan peraturan. Adanya peradilan
administrasi. Masyarakat Madani ( Civil Society ). Aliansi kelompok Strategis

6. Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi

Masyarakat Madani ( Civil Society ) Masyarakat dengan ciri-ciri, terbuka, egalite, bebas dari dominasi
dan tekanan negara. Aliansi kelompok StrategisAliansi kelompok strategis terdiri dari:

1. Partai politik

2. Kelompok gerakan
3. Kelompok penekan/kelompok kepentingan. prinsip yang harus ada ada dalam Prinsip dasar
sistem Demokrasi :Demokrasi : Kontrol atas keputusan pemerintah Persamaan . Pemilihan
umum yang jujur . Hak memillih dan dipilih Kebebasan . Kebebasan menyatakan tanpa ancaman
. Kebebasan mengakses informasi Pluralisme . Kebebasan berserikat.

7. Pemilu dan Partai politik Dalam Sistem Demokrasi

Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintahan Susunan kekuasaan negara. Kontrol
rakyat. Menurut Inu Kencana : Adanya pembagian kekuasaan. Adanya pemilihan umum yang bebas.
Adanya manajemen yang terbuka. persetujuan parlemen. Adanya kebebasan individu. Adanya
pemerintahan yang. Adanya peradilan yang bebas. konstitusional. Adanya pengakuan hak. Adanya
ketentuan tentang minoritas. pendemokrasian. Adanya pemerintahan yang Adanya pengawasan
terhadap berdasarkan hukum. administrasi publik. Adanya pers yang bebas. Adanya perlindungan hak
asasi. Adanya beberapa partai politik. Adanya pemerintahan yang Adanya musyawarah. bersih.
Adanya Adanya persaingan keahlian. Adanya mekanisme politik. Adanya kebijaksanaan negara. Pemilu
dan Partai Politik dalam Sistem Demokrasi Pemilihan Umum ( Pemilu ) Nilai-nilai demokratis dalam
Pemilu: Pemilihan secara langsungMelalui pemilu secara langsung sebenarnya rakyat sebagai pemegang
kendala akan :

1. Memperbarui kontrak sosial

2. Memilih pemerintahan baru

3. Menaruh harapan baru dengan adanya pemerintahan baru.

Sisi positif pilpres secara langsung:

1. Untuk melahirkan Presiden yang benar-benar dikehendaki rakyat.

2. Untuk menghindari money politic dan politic jabatan

3. Untuk menjamin lebih stabilitas pemerintahSisi negatif pilpres secara langsung:1. Tampilnya
tokoh populer tetapi tidak berkualitas. Tidak netralnya aparat dan sistem birokrasi dalam
pelayanan masyarakat. Sikap disintegratif daerah bukan pemilih yang menang. Potensi lahirnya
pres otoritarian dan sewenang-wenang. Pilpres langsung akan cenderung sewenang wenang.
Partai politik di Indonesia Miskin ideologiHal ini disebabkan karena mereka memiliki aliran:
Pragmatisme (mementingkan ekonomi dan kekuasaan) Oportunisme Fungsi Parpol yang
sesunggahnya adalah:1. Alat agregasi. Pendidikan politik. Pengkaderan politik.

8. Islam dan Demokrasi

Islam dan DemokrasiAda 3 pandangan tentang Islam dan demokrasi

1. Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang berbeda.

2. Islam berbeda dengan demokrasi jika demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti
dinegara- negara barat
3. Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi.
Argumen kritis yang menjelaskan lambannya pertumbuhan dunia Islam adalah: pemahaman
doktrinal yang menghambat praktik demokrasi Persoalan culture Keterkaitan dengan sifat
alamiah demokrasi.

E. UNSUR-UNSUR PENDUKUNG TEGAKNYA DEMOKRASI

Tegaknya demokrasi sebagai sebuah tatanan kehidupan kenegaraan, pemerintah, ekonomi, sosial dan
politik sangat bergantung kepada keberadaan dan peranan yang dijalankan oleh unsur-unsur penting
penopang tegaknya demokrasi antara lain :

1. Negara hukum (rechtsstaat atau the rule of law)

Negara hukum adalah Negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan, peradilan yang bebas dan tidak memikat serta penjaminan hak asasi manusia.

Secara garis besar Negara hukum adalah sebuah Negara dengan gabungan kedua konsep rechtsstaat
dan the rule of law

v Cirri-ciri konsep rechtsstaat yaitu:

1. Adanya perlindungan terhadap HAM

2. Adanya pemisah dan pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk menjamin perlindungan
HAM

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan

4. Adanya peradilan administrasi

v Cirri-ciri the rulr of law taitu:

1. Adanya supremasi aturan-aturan hukum

2. Kesamaan kedudukan di depan hukum (equality before the law)

3. Jaminan perlindungan HAM

Menurut Moh. Yamin Negara hukum Indonesia adalah kekuasaan yang dilakukan pemerintah Indonesia
harus berdasar dan berasal dari ketentuan undang-undang karena itu harus terhindar dari kesewenang-
wenangan.

Menurut Moh. Mahtud M.D cirri-ciri Negara hukum adalah sbb:

1. Adanya perlindungan konstitusional

2. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

3. Adanya pemilu yang besar

4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat


5. Adanya kebebasan berserikat dan beroposisi

6. Adanya pendidikan kewarganegaraan

Indonesia adalah Negara hukum, istilah Negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan
UUD 1945 yang berbunyi “ Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).

Menurut Padmo Wahyono Negara hukum Indonesia memberi arti bahwa Negara hukum Indonesia
mengambil pola secara tidak menyimpang dari pengertian Negara hukum pada umumnya (genas begrip)
yang kemudian di sesuaikan dengan keadaan Indonesia.

2. Masyarakat madani (civil society)

Masyarakat madani yaitu sebuah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,egaliter,bebas dari
dominasi dan tekanan Negara. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan dalam
membangun demokrasi. Posisi penting masyarakat madani dalam pembangunan demokrasi adalah
adanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Negara
atau pemerintah.

Masyarakat madani masyarakat adanya keterlibatan warga Negara (civic engagemen) melalui asosiasi-
asosiasi social. Masyarakat madani (civil society) bukan meruoakan syarat penting atau prakondisi bagi
demokrasi semata, tatanan nilai yang ada pada masyarakat madani. Hal ini baik secara internal dalam
hubungan horizontal antara sesama warga maupun secara eksternal hubungan vertical antara Negara
dengan warga Negara.

3. Aliansi kelompok srategis

Aliansi kelompok strategis terdiri dari:

a. Partai politik (political party)

Merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai tujuan yang sama yaitu
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan kebijakan-
kebijakannya.

b. Kelompok gerakan (movement group)

Diperankan oleh organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang berhimpun dalam
satu wadah organisasi pada pemberdayaan warganya.

c. Kelompok penekan atau kelompok kepentingan (pressure atau interst group) termasuk
didalamnya presiden yang bebas dan bertanggung jawab.

Dalam konsultasi dengan anggota-anggota Forum untuk Reformasi Demokratis, tema-tema berikut telah
dinyatakan sebagai unsur-unsur penting dari kemajuan demokrasi:
1. Demokrasi dan Reformasi Negara dan Pranata-pranatanya:
- Kekuasaan sipil dan angkatan bersenjata.
- Struktur ekonomi dan pengelolaan perusahaan.
- Demokratisasi dan desentralisasi.
2. Demokrasi dan Kekuasaan Hukum:
- Tinjauan konstitusional dan reformasi pemilihan umum.
3. Demokrasi dan sebuah Budaya Demokratis:
- Pluralisme agama dan kehidupan bersama yang damai.
- Peran advokasi dan pengawasan organisasi-organisasi masyarakat sipil.
- Partisipasi perempuan dalam politik.1[11]

B. TEORI-TEORI DEMOKRASI

Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu :

1. Teori Demokrasi Klasik

Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di
Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara langsung, dalam artian rakyat berkumpul
pada suatu tempat tertentu dalam rangka membahas pelbagai permasalahan kenegaraan.

Bentuk negara demokrasi klasik lahir dari pemikiran aliran yang dikenal berpandangan a tree
partite classification of state yang membedakan bentuk negara atas tiga bentuk ideal yang dikenal
sebagai bentuk negara kalsik-tradisional. Para penganut aliran ini adalah Plato, Aristoteles, Polybius dan
Thomas Aquino.

Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk demokrasi, kekuasaan berada di tangan
rakyat sehingga kepentingan umum (kepentingan rakyat) lebih diutamakan. Secara prinsipil, rakyat
diberi kebebasan dan kemerdekaan. Akan tetapi kemudian rakyat kehilangan kendali, rakyat hanya ingin
memerintah dirinya sendiri dan tidak mau lagi diatur sehingga mengakibatkan keadaan menjadi kacau,
yang disebut Anarki. Aristoteles sendiri mendefiniskan demokrasi sebagai penyimpangan kepentingan
orang-orang sebagai wakil rakyat terhadap kepentingan umum. Menurut Polybius, demokrasi dibentuk
oleh perwalian kekuasaan dari rakyat. Pada prinsipnya konsep demokrasi yang dikemukakan oleh
Polybius mirip dengan konsep ajaran Plato. Sedangkan Thomas Aquino memahami demokrasi sebagai
bentuk pemerintahan oleh seluruh rakyat dimana kepentingannya ditujukan untuk diri sendiri.

Prinsip dasar demokrasi klasik adalah penduduk harus menikmati persamaan politik agar mereka
bebas mengatur atau memimpin dan dipimpin secara bergiliran.

2. Teori Civic Virtue

Pericles adalah negarawan Athena yang berjasa mengembangkan demokrasi. Prinsip-prinsip


pokok demokrasi yang dikembangkannya adalah:

a. Kesetaraan warga negara

b. Kemerdekaan

c. Penghormatan terhadap hukum dan keadilan

d. Kebajikan bersama

Prinsip kebajikan bersama menuntut setiap warga negara untuk mengabdikan diri
sepenuhnya untuk negara, menempatkan kepentingan republik dan kepentingan bersama diatas
kepentingan diri dan keluarga.

Di masa Pericles dimulai penerapan demokrasi langsung (direct democrazy). Model


demokrasi ini bisa diterapkan karena jumlah penduduk negara kota masih terbatas, kurang dari 300.000
jiwa, wilayah nya kecil, struktur sosialnya masih sederhana dan mereka terlibat langsung dalam proses
kenegaraan.

3. Teori Social Contract

Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Zaman Pencerahan
(Enlightenment) yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang menempatkan
manusia sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran bahwa manusia adalah sumber kewenangan secara jelas
menunjukkan kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola dan mengatasi kehidupan politik dan
bernegara. Dalam perspektif kesejarahan, Zaman Pencerahan ini adalah koreksi atau reaksi atas zaman
sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman
Pencerahan tidaklah semuanya baru. Seperti telah disinggung di atas, teori kontrak sosial yang
berkembang pada Zaman Pencerahan ternyata secara samar-samar telah diisyaratkan oleh pemikir-
pemikir zaman-zaman sebelumnya seperti Kongfucu dan Aquinas. Yang jelas adalah bahwa pada Zaman
Pencerahan ini unsur-unsur pemikiran liberal kemanusiaan dijadikan dasar utama alur pemikiran.

Hobbes, Locke dan Rousseau sama-sama berangkat dari, dan membahas tentang kontrak sosial
dalam analisis-analisis politik mereka. Mereka sama-sama mendasarkan analisis-analisis mereka pada
anggapan dasar bahwa manusialah sumber kewenangan. Akan tetapi tentang bagaimana, siapa
mengambil kewenangan itu dari sumbernya, dan pengoperasian kewenangan selanjutnya, mereka
berbeda satu dari yang lain. Perbedaan-perbedaan itu mendasar satu dengan yang lain, baik di dalam
konsep maupun di dalam praksinya.
Dalam membangun teori kontrak sosial, hobbes, Locke dan Rousseau memulai dengan konsep
kodrat manusia, kemudian konsep-konsep kondisi alamiah, hak alamiah dan hukum alamiah.

Hobbes menyatakan bahwa secara kodrati manusia itu sama satu dengan lainnya. Masing-masing
mempunyai hasrat atau nafsu (appetite) dan keengganan (aversions), yang menggerakkan tindakan
mereka. Appetites manusia adalah hasrat atau nafsu akan kekuasaan, akan kekayaan, akan
pengetahuan, dan akan kehormatan. Sedangkan aversions manusia adalah keengganan untuk hidup
sengsara dan mati. Hobbes menegaskan pula bahwa hasrat manusia itu tidaklah terbatas. Untuk
memenuhi hasrat atau nafsu yang tidak terbatas itu, manusia mempunyai power. Oleh karena setiap
manusia berusaha untuk memenuhi hasrat dan keengganannya, dengan menggunakan power-nya
masing-masing, maka yang terjadi adalah benturan power antarsesama manusia, yang meningkatkan
keengganan untuk mati.
Dengan demikian Hobbes menyatakan bahwa dalam kondisi alamiah, terdapat perjuangan untuk
power dari manusia atas manusia yang lain. Dalam kondisi alamiah seperti itu manusia menjadi tidak
aman dan ancaman kematian menjadi semakin mencekam. Karena kondisi alamiah tidak aman, maka
dengan akalnya manusia berusaha menghindari kondisi perang satu dengan lainnya itu dengan
menciptakan kondisi artifisial (buatan). Dengan penciptaan ini manusia tidak lagi dalam kondisi alamiah,
tetapi sudah memasuki kondisi sipil.

Locke memulai dengan menyatakan kodrat manusia adalah sama antara satu dengan lainnya.
Akan tetapi berbeda dari Hobbes, Locke menyatakan bahwa ciri-ciri manusia tidaklah ingin memenuhi
hasrat dengan power tanpa mengindahkan manusia lainnya. Menurut Locke, manusia di dalam dirinya
mempunyai akal yang mengajar prinsip bahwa karena menjadi sama dan independen manusia tidak
perlu melanggar dan merusak kehidupan manusia lainnya. Oleh karena itu, kondisi alamiah menurut
Locke sangat berbeda dari kondisi alamiah menurut Hobbes. Menurut Locke, dalam kondisi alamiah
sudah terdapat pola-pola pengaturan dan hukum alamiah yang teratur karena manusia mempunyai akal
yang dapat menentukan apa yang benar apa yang salah dalam pergaulan antara sesama.

Masalah ketidaktentraman dan ketidakamanan kemudian muncul, menurut Locke, karena


beberapa hal. Pertama, apabila semua orang dipandu oleh akal murninya, maka tidak akan terjadi
masalah. Akan tetapi, yang terjadi, beberapa orang dipandu oleh akal yang telah dibiarkan (terbias) oleh
dorongan-dorongan kepentingan pribadi, sehingga pola-pola pengaturan dan hukum alamiah menjadi
kacau. Kedua, pihak yang dirugikan tidak selalu dapat memberi sanksi kepada pelanggar aturan dan
hukum yang ada, karena pihak yang dirugikan itu tidak mempunyai kekuatan cukup untuk memaksakan
sanksi.

Oleh karena kondisi alamiah, karena ulah beberapa orang yang biasanya punya power, tidaklah
menjamin keamanan penuh, maka seperti halnya Hobbes, Locke juga menjelaskan tentang upaya untuk
lepas dari kondisi yang tidak aman penuh menuju kondisi aman secara penuh. Manusia menciptakan
kondisi artifisial (buatan) dengan cara mengadakan kontrak sosial. Masing-masing anggota masyarakat
tidak menyerahkan sepenuhnya semua hak-haknya, akan tetapi hanya sebagian saja. Antara pihak
(calon) pemegang pemerintahan dan masyarakat tidak hanya hubungan kontraktual, akan tetapi juga
hubungan saling kepercayaan (fiduciary trust).

Seperti halnya Hobbes dan Locke, Rousseau memulai analisisnya dengan kodrat manusia. Pada
dasarnya manusia itu sama. Pada kondisi alamiah antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
tidaklah terjadi perkelahian. Justru pada kondisi alamiah ini manusia saling bersatu dan bekerjasama.
Kenyataan itu disebabkan oleh situasi manusia yang lemah dalam menghadapi alam yang buas. Masing-
masing menjaga diri dan berusaha menghadapi tantangan alam. Untuk itu mereka perlu saling
menolong, maka terbentuklah organisasi sosial yang memungkinkan manusia bisa mengimbangi alam.

Walaupun pada prinsipnya manusia itu sama, tetapi alam, fisik dan moral menciptakan
ketidaksamaan. Muncul hak-hak istimewa yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu karena mereka ini
lebih kaya, lebih dihormati, lebih berkuasa, dan sebagainya. Organisasi sosial dipakai oleh yang punya
hak-hak istimewa tersebut untuk menambah power dan menekan yang lain. Pada gilirannya,
kecenderungan itu menjurus ke kekuasaan tunggal.

Untuk menghindar dari kondisi yang punya hak-hak istimewa menekan orang lain yang
menyebabkan ketidaktoleranan (intolerable) dan tidak stabil, maka masyarakat mengadakan kontrak
sosial, yang dibentuk oleh kehendak bebas dari semua (the free will of all), untuk memantapkan keadilan
dan pemenuhan moralitas tertinggi. Akan tetapi kemudian Rousseau mengedepankan konsep tentang
kehendak umum (volonte generale) untuk dibedakan dari hanya kehendak semua (omnes ut singuli).
Kehendak bebas dari semua tidak harus tercipta oleh jumlah orang yang berkehendak (the quantity of
the ‘subjects’), akan tetapi harus tercipta oleh kualitas kehendaknya (the quality of the ‘object’ sought).

4. Teori trias politica

Trias politica atau teori mengenai pemisahan kekuasaan, di latar belakangi pemikiran bahwa
kekuasaan-kekuasaan pada sebuah pemerintahan yang berdaulat tidak dapat diserahkan kepada orang
yang sama dan harus dipisahkan menjadi dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-hak asasi warga
negara dapat lebih terjamin.

Dalam bukunya yang berjudul L’esprit des Louis Montesquieu membagi kekuatan negara menjadi
tiga kekuasaan agar kekuasaan dalam negara tidak terpusat pada tangan seorang raja penguasa tunggal,
yaitu sebagai berikut.

a. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang.

b. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang.

c. Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang (mengadili).

Ide pemisahan kekuasaan tersebut, menurut Montesquieu dimaksudkan untuk memelihara


kebebasan politik, yang tidak akan terwujud kecuali bila terdapat keamanan masyarakat dalam negeri.
Montesquieu menekankan bahwa satu orang atau lembaga akan cenderung untuk mendominasi
kekuasaan dan merusak keamanan masyarakat tersebut bila kekuasaan terpusat padanya. Oleh
karenanya, dia berpendapat bahwa agar pemusatan kekuasaan tidak terjadi, haruslah ada pemisahan
kekuasaan yang akan mencegah adanya dominasi satu kekuasaan terhadap kekuasaan lainnya.

Teori inilah yang sekarang dianut oleh Negara Indonesia namun, dengan landasan yang berbeda
dari negara lainnya. Landasan demokrasi di Indonesia, yaitu :

a. Pembukaan UUD 1945


1) Alinea pertama

Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

2) Alinea kedua

Mengantarkan rakyat Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

3) Alinea ketiga

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan dan
kebangsaaan yang bebas.

4) Alinea keempat

Melindungi segenap bangsa.

b. Batang Tubuh UUD 1945

1) Pasal 1 ayat 2

Kedaulatan adalah ditangan rakyat.

2) Pasal 2

Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3) Pasal 6

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

4) Pasal 24 dan Pasal 25

Peradilan yang merdeka.

5) Pasal 27 ayat 1

Persamaan kedudukan di dalam hukum.

6) Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

c. Lain-lain

a. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi

b. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM


C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI

Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan
hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di
banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari
rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta
sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk
membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari
lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa
mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu negara agar dikatakan sebagai negara demokratis, yaitu
:

- Perlindungan secara konstitusional atas hak- hak warga Negara


- Peradilan yang bebas dan tidak memihak
- Pemilu yang bebas
- Kebebasan mengajukan pendapat
- Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisisi

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme
formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara
operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

DEMOKRASI DALAM PRAKTEK POLITIK


Praktek demokrasi dalam kehidupan kepartaian, dan mengedentifikasi arah dan kecenderungan
perkembangan sistem kepartaian adalah merupakan kajian dalam tema di atas. Maka untuk itu dalam
konteks indonesia kehidupan kepartaian partai politik, baru dapat di lacak kembali secara samar-samar
sampai dengan tahun 1908, di katakan demikian karena organisasi – organisasi yang memberi kesan
adanya partai politik dalam kenyataannya,bukan lah partai politik dalam pengertian modern sebagai
organisasi yang bertujuan untuk merebut kedudukan atau kekuasaan dalam negara dalam persaingan
dengan melaui pemilihan umum (pemilu).

Namun demikian, ketika tanggal 3 November 1945 dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X Tahun
1945 berdasarkan atas desakan dan keputusan Badan Pekerja (BP) Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) kepada Pemerintah agar mendirikan partai-partai politik sebanyak-banyak nya untuk menyambut
pemilihan umum Anggota-Anggota Badan-Badan Perwakilan Rakyat yang akan dilaksanakan pada
Januari 1946.

Dalam kaitannya dengan sistem kepartaian yang dianut dengan berdasarkan pada pasca Maklumat
Pemerintah 3 November 1945 itu, diubah menjadi sistem kepartaian banyak (multy party system).
Dalam maklumat ini Pemerintah 3 November 1945 disebutkan bahwa atas usul Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BKNIP) kepada Pemerintah maka Pemerintah, dalam hal ini memeberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.

D. PENERAPAN DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1. Di Lingkungan Keluarga

Penerapan demokrasi di lingkungan keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:

a. Kesediaan untuk menerima kehadiran sanak saudara;

b. Menghargai pendapat anggota keluarga lainya;

c. Senantiasa musyawarah untuk pembagian kerja;

d. Terbuka terhadap suatu masalah yang dihadapi bersama;

e. Pembagian tugas rumah.

f. Pemilihan ketua rekreasi.

g. Pemilihan ketua panitia arisan keluarga.

h. Pemilihan Ketua hajatan, dan lain-lain.

2. Di Lingkungan Masyarakat

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:

a. Bersedia mengakui kesalahan yang telah dibuatnya;

b. Kesediaan hidup bersama dengan warga masyarakat tanpa diskriminasi;

c. Menghormati pendapat orang lain yang berbeda dengannya;


d. Menyelesaikan masalah dengan mengutamakan kompromi;

e. Tidak terasa benar atau menang sendiri dalam berbicara dengan warga lain.

f. Pemilihan ketua RW.

g. Pemilihan ketua RT.

h. Pemilihan ketua karang taruna.

i. Pemilihan kepala desa.

3. Di Lingkungan Sekolah

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:

a. Bersedia bergaul dengan teman sekolah tanpa membeda-bedakan;

b. Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang budaya, ras dan agama;

c. Menghargai pendapat teman meskipun pendapat itu berbeda dengan kita;

d. Mengutamakan musyawarah, membuat kesepakatan untuk menyelesaikan masalah;

e. Sikap anti kekerasan.

f. Pemilihan ketua kelas.

g. Pembentukan regu piket.

h. Pemilihan kelompok diskusi, dan lain-lain.

i. Pemilihan ketua OSIS

4. Di Lingkungan Kehidupan Bernegara

Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan kehidupan bernegara dapat diwujudkan dalam bentuk
sebagai berikut:

a. Besedia menerima kesalahan atau kekalahan secara dewasa dan ikhlas;

b. Kesediaan para pemimpin untuk senantiasa mendengar dan menghargai pendapat warganya;

c. Memiliki kejujuran dan integritas;

d. Memiliki rasa malu dan bertanggung jawab kepada publik;

e. Menghargai hak-hak kaum minoritas;

f. Menghargai perbedaan yang ada pada rakyat;

g. Mengutamakan musyawarah untuk kesepakatan berrsama untuk menyelesaikan masalah-masalah


kenegaraan.

h. Pemilihan Umum (Pemilu).


i. Pemilihan Walikota atau Bupati.

j. Pemilihan Gubernur.

k. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

You might also like