You are on page 1of 2

1.

2 LATAR BELAKANG

Kebutuhan energi semakin lama semakin meningkat sebagaimana laju pertumbuhan


pembangunan di Indonesia. Begitu juga dengan kebutuhan energi listrik, hampir di setiap
bidang pembangunan membutuhkan energi listrik dalam proses kegiatannya. Hal ini dapat
dipahami karena pertumbuhan pembangunan di negara kita ditandai dengan laju pertumbuhan
industri, baik industri menengah maupun industri besar sekalipun dan semua itu membutuhkan
energi listrik untuk penerangan maupun untuk menggerakan mesin-mesin. Selain untuk
keperluan industri juga masih banyak sektor-sektor lain yang sangat memerlukan enegi listrik.
Salah satunya yaitu untuk keperluan rumah tangga. Dengan demikian jelaslah bahwa
penggunaan energi listrik semakin lama semakin meningkat.

Energi matahari merupakan energi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik untuk
dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan energi yang sangat diperlukan pada
masa-masa sekarang ini. Apalagi kita sadari bahwa negara Indonesia terletak pada daerah
khatulistiwa yang kaya akan pancaran matahari, karena itu rata-rata musim kemarau (panas)
sangat panjang, sehingga kita dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk membangkitkan
energi listrik. Namun selain dari keuntungan tersebut kita juga mempunyai dilema dengan
musim kemarau tersebut, yaitu kekeringan baik irigasi maupun sumur-sumur air minum. Untuk
itulah kita dipacu untuk dapat memikirkan agar kondisi tersebut akan selalu menguntungkan
bagi umat manusia.

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik. Efek
fotovoltaik adalah peristiwa timbulnya tegangan antar elektroda atau mengalirnya arus listrik
akibat radiasi elektromagnetik dari sumber cahaya. Peristiwa tersebut dimulai sekitar tahun
1839 ketika seorang ilmuwan Perancis, Alexander Edmond Becquerel, mengamati efek
fotovoltaik dari sebuah elektroda ketika dikenai cahaya . Selanjutnya, ilmuwan Amerika
bernama Charles Fritts dianggap sebagai orang yang pertama kali bekerja dengan material
semikonduktor yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik yang dikenal
dengan nama sel surya (solar cell) pada tahun 1883. Dia menggunakan bahan semikonduktor
selenium yang dilapisi dengan emas tipis. Saat itu, Fritts hanya menghasilkan tingkat efisiensi
1%. Sejarah perkembangan sel surya mencatat pada tahun 1960, sebuah perusahaan bernama
Hoffman Electronics berhasil memproduksi sel surya dengan tingkat efisiensi 14% .
Perkembangan terakhir dilaporkan bahwa para ahli di National Renewable Energy Laboratory
(NREL) Departemen Energi AS berhasil membuat sel surya dengan tingkat efisiensi 40,8 % .
Dengan nilai efisiensi yang relatif kecil memang tantangan pembangkit listrik tenaga matahari
ini terletak pada bagaimana membuat terobosan teknologi agar diperoleh efisiensi sel surya
setinggi mungkin atau membuat panel surya sebesar mungkin. Sebuah pusat pembangkit listrik
dengan tenaga matahari di Olmedilla de Alarcón, Spanyol berkapasitas 60 MW dan merupakan
yang terbesar di dunia saat ini. Pembangkit tersebut menggunakan 160.000 panel surya
fotovoltaik di lahan seluas 100 hektar dan setara dengan dapat "menghidupi" lebih dari 40.000
rumah. Total biaya yang dikeluarkan adalah sekitar 530 juta dollar U.S dan diharapkan dapat
mengurangi emisi gas CO2 sekitar 42.000 ton per tahun .

You might also like