You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ROBEKAN JALAN LAHIR

1. Robekan Perineum

Tempat yang paling sering mengalami robekan akibat persalinan adalah perineum.
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa, kepala janin melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar.

Menurut Sarwono, 2006, Robekan perineum dibedakan menjadi beberapa tingkat


(grade)yaitu

 Robekan perineum tingkat 1


Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan biasanya tidak
memerlukan penjahitan.
 Robekan perineum tingkat 2
Pada robekan tingkat 2 ada robekan yang lebih mendalam dan luas ke vagina dan
perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenitalis. Pada
robekan ini, setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma urogenitalis
dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan
kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan di bawahnya.
 Robekan perineum tingkat 3
Pada robekan tingkat 3 atau robekan total muskulus sfingter ani eksternum ikut
terputus dan kadang-kadang dinding depan rectum ikut robek pula. Menjahit
robekan tingkat 3 harus dilakukan dengan teliti, mula-mula dinding depan rectum
yang robek dijahit , kemudian fasia-prasektal ditutup dan muskulus sfingter ani
eksternum yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan dengan
mengikutsertakan jaringan-jaringan di bawahnya.

Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral.


Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada waktu
persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit
perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat
melemahkan dasar panggul sehingga mudah terjadi prolapsus genitalia.
Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka janin
menghadap. Robekan perineum dapat mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal
sehingga rectum terlepas dari jaringan sekitarnya. Diagnose rupture perineum ditegakkan
dengan pemeriksaan langsung. Pada tempat terjadinya robekan akan timbul perdarahan
yang bersiafat arterial.(Sarwono, 2007)

2. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehinggga serviks seorang
multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap
dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khusunya robekan
serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Apabila ada
robekan, serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum supaya batas antara
robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka baru
kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. (Sarwono, 2006)
Menurut Sarwono, 2007, bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis uteri pada
seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang. Robekan serviks bisa
menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila jauh ke lateral sebab ditempat itu
terdapat ramus desendens dari arteri uterine. Robekan ini dapat terjadi pada persalinan
normal tetapi yang paling sering ialah akibat tindakan- tindakan pada persalinan buatan
dengan pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, penyebab lain robekan serviks adalah
partus preipitatus. Pada partus ini kontraksi uterus kuat dan sering sehingga janin
didorong keluar kadang-kadang sebelum pembukaan lengkap.
Diagnose perlukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan speculum. Bibir
serviks dijepit dengan cunam atraumatik, kemudian diperiksa secara cermat. Bila
ditemukan robekan serviks yang memanjang maka luka dijahit dari ujung yang paling
atas terus ke bawah. Pada robekan serviks yang berbentuk melingkar diperiksa dahulu
apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas bagian yang
belum lepas itu dipotong dari serviks, jika yang lepas hanya sebagian kecil saja maka itu
dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.

3. Robekan Vulva dan Vagina


Robekan pada dinding depan vagina sering kali terjadi di sekitar orifisium uretra
eksternum dan klitoris. Robekan pada klitoris dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Kadang-kadang perdarahan tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan penjahitan, tetapi
diperlukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari. Robekan pada vagina dapat
bersifat luka tersendiri, atau merupakan lanjutan robekan perineum. Robekan vagina
sepertiga bagian atas umumnya merupakan lanjutan robekan serviks uteri. Pada umunya
robekan vagina terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba ketika
janin dilahirkan. Bila terjadi robekan pada dinding vagina akan timbul perdarahan segera
setelah janin lahir. Diagnose ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan langsung
dengan menggunakan speculum. (Sarwono, 2007)

4. Rupture Uteri
Dalam Unpad, 2003, Kejadian ini merupakan salah satu malapetaka terbesar
dalam ilmu kebidanan. Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%.
Secara teori robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut:
a. Spontan
 Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka enukleasi
mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta
secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus
 Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak
maju,misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.
 campuran
b. Violent (rudapaksa): karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan
ekstrasi (ekspresi Kristeller)

Secara praktis pembagian robekan rahim adalah sebagai berikut:


 Robekan spontan pada rahim yang utuh
Terjadi lebih sering pada multipara terutama pada grandemultipara daripada
primipara. Hal ini disebabkan oleh dinding rahim pada multipara sudah lemah.
Ruptur juga lebih sering terjadi pada orang yang berumur. Penyebab yang penting
adalah panggul sempit, letak lintang hidrosefalus, tumor yang menghalangi jalan
lahir dan presentasi atau dahi. Rupture yang spontan biasanya terjadi pada kala
pengeluaran tetapi ada kalanya sudah terjadi pada kehamilan. Jika rupture terjadi
pada kehamilan biasanya terjadi pada korpus uteri sedangkan jika dalam
persalinan terjadi pada segmen bawah rahim.
Ruptur uteri ada 2 macam yaitu rupture uteri complete (jika semua lapisan
dinding rahim sobek) dan rupture uteri incomplete (jika perimetrium masih utuh)
Sebelum terjadinya rupture biasanya ada tanda-tanda pendahuluan yang terkenal
dengan istilah gejala-gejala ancaman robekan rahim yaitu:
 Lingkaran retraksi patologis/ lingkaran Bndle yang tinggi mendekati pusat
dan naik terus
 Kontraksi rahim kuat dan terus menerus
 Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah juga diluar HIS
 Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simfisis)
 Ligamentum rotundum tegang juga diluar HIS
 Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak
mengalami asfiksia yang disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang
berlebihan.
 Air kencing mengandung darah karena kandung kencing teregang atau
tertekan

Jika keadaan ini berlanjut terjadilah rupture uteri. Gejala-gejala rupture uteri
adalah:
 Sewaktu kontraksi yang kuat pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat
dibagian bawah
 Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi
 HIS berhenti/ hilang
 Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak
 Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut
 Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim yang telah
mengecil
 Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas
bahkan terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut
 Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar
 Biasanya pasien jatuh dalam syok
 Jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung
 Adanya kencing berdarah
Adapun diagnose banding dari rupture uteri adalah solusio plasenta dan
kehamilan abdominal

 Robekan violent
Dapat terjadi karena kecelakaan akan tetapi lebih sering disebabkan versi dan
ekstrasi. Kadang-kadang disebabkan oleh dekapitasi versi secara baxton hicks,
ektrasi bokong atau forcep yang sulit. Oleh karena itu sebaiknya setiap versi dan
ekstrasi dan operasi kebidanan lainnya yang sulit dilakukan eksplorasi kavum
uteri.

 Robekan bekas luka seksio


Rupture uteri karena bekas seksio makin sering terjadi dengan meningkatnya
tindakan SC. Rupture uteri semacam ini lebih sering terjadi pada luka bekas SC
yang klasik dibandingkan dengan luka SC profunda.
Rupture uteri ini sering sukar didiagnosis. Tidak ada gejala-gejala yang khas ,
mungkin hanya perdarahan yang lebih dari perdarahan pembukaan atau ada
perasaan nyeri pada daerah bekas luka. (unpad.2003)
LANDASAN ASKEB VARNEY

I. Pengumpulan Data

a. Data Subyektif

 Biodata: -

 Alasan berkunjung dan keluhan utama: klien biasanya mengeluh ada


perdarahan yang banyak dan terus menerus, khusus untuk rupture uteri
biasanya klien mengeluh nyeri yang menyayat dibagian bawah dan ada
perdarahan walupun tidak banyak

 Riwayat Persalinan ini: biasanya terjadi pada persalinan yang terlalu cepat
dan bayi lahir dengan presentasi bukan belakang kepala, selain itu pada
robekan serviks terjadi akibat tindakan- tindakan pada persalinan buatan
dengan pembukaan yang belum lengkap, pada robekan vagina terjadi
karena persalinan dengan regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba
ketika janin dilahirkan. Pada rupture uteri biasanya persalinannya dalam
keadaan dinding rahim lemah dan inding rahim baik tetapi robekan terjadi
karena bagian depan tidak maju, misalnya pada panggul sempit atau
kelainan letak.
 Riwayat kebidanan yang lalu: bisanya robekan jalan lahir lebih sering
terjadi pada ibu primipara, tetapi tidak jarang yang terjadi pada multipara,
pada rupture uteri biasanya terjadi pada riwayat SC luka enukleasi mioma,
dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta
secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus

 Riwayat kehamilan sekarang: -

 Riwayat kesehatan:-

 Riwayat menstruasi dan KB: -

 Data Bio, Psiko, Sosial, Spiritual:-

 Pengetahuan Ibu dan Pendamping:-

B. Data Obyektif

 Pemeriksaan umum: biasanya kedaan umum ibu sudah lemas karena


perdarahan banyak, tanda-tanda vital ibu biasanya tekanan darah turun,
nadi cepat, respirasi cepat

 Pemeriksaan fisik :

Wajah: biasanya tampak pucat

Mata:-

Mulut:-

Leher:-

Payudara:-

 Abdomen: biasanya kontraksinya uterus baik. Pada rupture uteri Segmen


bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi, HIS berhenti/
hilang, Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam
rongga perut, Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim
yang telah mengecil, Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar, Jika
sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung
 Tangan dan kaki:-
 Genetalia dan anus: akan tampak ada perdarahan yang aktif. Jika robekan
pada perineum akan tambak luka pada perineum dengan perdarahan aktif
baik robekan grade 1, 2 atau 3, begitu juga pada vulva Jika robekan pada
serviks, dilihat dengan melakukan pemeriksaan speculum dengan menarik
porsio keluar. Pada rupture uteri Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian
depan mudah ditolak ke atas bahkan terkadang tidak teraba lagi karena
masuk ke rongga perut

II. Interpretasi Data Dasar

Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji
kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori
patologis. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan
diagnosis dari keadaan pasien.

Contoh:

 diangnosis: G………/P…….. partus kala……….. dengan robekan


jalan lahir (perineum, servik, vulva atau rupture uteri)

Rasionalisasi: ibu mengatakan ini persalinannya yang ke,,,,pernah/tdk


keguguran, pernah/ tidak melahirkan premature,
jumlah anak hidup

Ibu sekarang memasuki kala……….

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa ada


robekan jalan lahir pada perineum, vulva, servik
uterus
 Masalah: apa yang dirasakan ibu terhadap keadaannya saat ini, seperti
cemas, takut, gelisah, dan lainnya.

Rasionalisasi: contohibu mengatakan cemas dengan keadaannya


saat ini.

 Kebutuhan: contoh  dukungan spiritual

III. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Pada bagian ini ditentukan apa diagnose potensial yang bisa terjadi dari
robekan jalan lahir seperti syok jika perdarahannya banyak

IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan


Rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,
sehingga nyawa ibu dapat diselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan
intervensi langsung oleh bidan bisa juga merupakan hasil kolaborasi dengan
profesi lain.
Biasanya kebutuhan tindakan segera yang diperlukan untuk kasus ini adalah
rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk kasus-kasus
diluar kewenangan bidan

V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh


Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kepada
diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi
klien saat di beri asuhan. Adapun rencana asuhan yang biasa pada kasus
robekan jalan lahir adalah:
 Jelaskan hasil pemeriksaan
 Berikan konseling pada ibu agar ibu tidak terlalu cemas dengan
keadaanya
 Berikan KIE pada keluarga tentang kemungkinan tindakan yang akan
dilakukan dan minta persetujuan keluarga
 Pasang infuse
 Lakukan rujukan ke tempat pelayanan yang lebih tinggi

VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien


Disesuaikan dengan rencana asuhan

VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien
dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa
yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.

You might also like