Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir
Laporan Pendahuluan Robekan Jalan Lahir
1. Robekan Perineum
Tempat yang paling sering mengalami robekan akibat persalinan adalah perineum.
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa, kepala janin melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar.
2. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehinggga serviks seorang
multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap
dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khusunya robekan
serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Apabila ada
robekan, serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum supaya batas antara
robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka baru
kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. (Sarwono, 2006)
Menurut Sarwono, 2007, bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis uteri pada
seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang. Robekan serviks bisa
menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila jauh ke lateral sebab ditempat itu
terdapat ramus desendens dari arteri uterine. Robekan ini dapat terjadi pada persalinan
normal tetapi yang paling sering ialah akibat tindakan- tindakan pada persalinan buatan
dengan pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, penyebab lain robekan serviks adalah
partus preipitatus. Pada partus ini kontraksi uterus kuat dan sering sehingga janin
didorong keluar kadang-kadang sebelum pembukaan lengkap.
Diagnose perlukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan speculum. Bibir
serviks dijepit dengan cunam atraumatik, kemudian diperiksa secara cermat. Bila
ditemukan robekan serviks yang memanjang maka luka dijahit dari ujung yang paling
atas terus ke bawah. Pada robekan serviks yang berbentuk melingkar diperiksa dahulu
apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas bagian yang
belum lepas itu dipotong dari serviks, jika yang lepas hanya sebagian kecil saja maka itu
dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.
4. Rupture Uteri
Dalam Unpad, 2003, Kejadian ini merupakan salah satu malapetaka terbesar
dalam ilmu kebidanan. Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%.
Secara teori robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut:
a. Spontan
Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka enukleasi
mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta
secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus
Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak
maju,misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.
campuran
b. Violent (rudapaksa): karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan
ekstrasi (ekspresi Kristeller)
Jika keadaan ini berlanjut terjadilah rupture uteri. Gejala-gejala rupture uteri
adalah:
Sewaktu kontraksi yang kuat pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat
dibagian bawah
Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi
HIS berhenti/ hilang
Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak
Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut
Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim yang telah
mengecil
Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas
bahkan terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut
Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar
Biasanya pasien jatuh dalam syok
Jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung
Adanya kencing berdarah
Adapun diagnose banding dari rupture uteri adalah solusio plasenta dan
kehamilan abdominal
Robekan violent
Dapat terjadi karena kecelakaan akan tetapi lebih sering disebabkan versi dan
ekstrasi. Kadang-kadang disebabkan oleh dekapitasi versi secara baxton hicks,
ektrasi bokong atau forcep yang sulit. Oleh karena itu sebaiknya setiap versi dan
ekstrasi dan operasi kebidanan lainnya yang sulit dilakukan eksplorasi kavum
uteri.
I. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
Biodata: -
Riwayat Persalinan ini: biasanya terjadi pada persalinan yang terlalu cepat
dan bayi lahir dengan presentasi bukan belakang kepala, selain itu pada
robekan serviks terjadi akibat tindakan- tindakan pada persalinan buatan
dengan pembukaan yang belum lengkap, pada robekan vagina terjadi
karena persalinan dengan regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba
ketika janin dilahirkan. Pada rupture uteri biasanya persalinannya dalam
keadaan dinding rahim lemah dan inding rahim baik tetapi robekan terjadi
karena bagian depan tidak maju, misalnya pada panggul sempit atau
kelainan letak.
Riwayat kebidanan yang lalu: bisanya robekan jalan lahir lebih sering
terjadi pada ibu primipara, tetapi tidak jarang yang terjadi pada multipara,
pada rupture uteri biasanya terjadi pada riwayat SC luka enukleasi mioma,
dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta
secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus
Riwayat kesehatan:-
B. Data Obyektif
Pemeriksaan fisik :
Mata:-
Mulut:-
Leher:-
Payudara:-
Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji
kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori
patologis. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan
diagnosis dari keadaan pasien.
Contoh:
Pada bagian ini ditentukan apa diagnose potensial yang bisa terjadi dari
robekan jalan lahir seperti syok jika perdarahannya banyak
VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien
dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa
yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.