Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
MAKALAH
‘GANGGUAN JANTUNG’
Disusun oleh :
Eni Indriawati
1630701033
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanallahu wata’ala, Karena rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang Gangguan Jantung.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik membangun yang ditunjukan demi kesempurnan makalah ini.
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian…………………………………………………………………….2
A. Kesimpulan………………………………………………………………….7
B. Saran…………………………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gagal jantung?
2. Apa saja tanda dan gejala gagal jantung?
3. Apa saja penatalaksanaan dari gagal jantung?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 pengertian
Gangguan jantung pada pembahasan ini adalah gagal jantung. Gagal jantung adalah
sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional jantung yang menyebabkan
terganggunya fungsi pengisian dan pengosongan ventrikel.
Penyakit jantung adalah penyebab tersering ketiga kematian pada wanita berusia
antara 25 dan 44 tahun (Martin dkk., 1999). Karena relative sering terjadi pada wanita
usia subur, penyakit jantung (dengan beragam tingkat keparahan) menjadi penyulit pada
sekitar 1% kehamilan.
Penatalaksanaa medis yang lebih baik, disertai teknik-teknik bedah yang lebih
mutakhir, menyebabkan semakin banyak gadis dengan penyakit jantung kongenital
mencapai usia subur (Brickner dkk., 2000). Penyakit jantung kongenital saat ini paling
sedikit merupakan separuh dari semua kasus penyakit jantung yang dijumpai pada
kehamilan (Bitsch dkk., 1989; McFaul dkk., 1988).
Penyakit jantung hipertensif, yang sering dijumapi pada orang kegemukan, telah
menjadi penyebab gagal jantung peripartum yang relative sering ditemukan di Parkland
Hospitas (Cunningham dkk., 1986).
1) Diagnosis
Banyak perubahan fisiologis pada kehamilan normal menyebabkan diagnosis
penyakit jantung menjadi lebih sulit. Sebagai contoh, pada kehamilan normal, sering
dijumpai murmur jantung sistolik fungsional. Upaya bernafas pada kehamilan normal
mengalami peningkatan, kadang-kadang mengalami dispnea. Edema umumnya
terdapat di ekstremitas bawah pada separuh terakhir kehamilan. Kita jangan
mendiagnosis penyakit jantung pada kehamilan apabila memang tidak ada, tetapi pada
saat yang sama jangan sampai gagal untuk mendteksi dan menangani dengan benar
penyakit jantung apabila memang ada.
2
2) Tanda dan gejala
(1) Dispneu atau ortopneu yang memberat
(2) Batuk dimalam hari
(3) Hemoptitis
(4) Pingsan
(5) Nyeri dada
(6) Sianosis
(7) Jari tabuh
(8) Distensi vena leher yang menetap
(9) Murmur sistolik grade 3/6 atau lebih
(10) Murmur diastolic
(11) Kardiomegali
(12) Aritmia yang menetap
(13) Split bunyi jantung kedua yang menetap
3) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya gagal jantung bergantung pada kelainan
structural maupun fungsional yang mendasari. Gagal jantung juga dapat terjadi secara
idiopatik.
4) Tatalaksana
(1) Konseling prakonsepsi
Wanita dengan penyakit jantung yang bermakna mungkin akan memperoleh
manfaat dari konseling sebelum memutuskan unruk hamil. Angka kematian ibu
hamil umumnya bervariasi, bergantung langsung pada klasifikasi fungsional saat
permulaan kehamilan; namun, hubungan ini berubah seiring dengan kemajuan
kehamilan. Siu dkk (1997) mengamati 10% gagal jantung pada 250 wanita dengan
penyakit kelas I atau II. Pengalaman mereka serta pengalaman McFaul
dkk.(1998), adalah bahwa tidak ada kematian ibu pada lebih dari 700 wanita
dengan penyakit jantung kelas I atau II. Pada sebagian wanita kelainan jantung
yang mengancam nyawa dapat diperbaiki dengan pembedahan dan kehamilan
berikutnya menjadi kurang berbahaya. Pada kasus yang lain, pertimbangan janin
lebih menonjol. Sebagai contoh, wanita dengan katup prostetik mekanis umumnya
3
mendapat senyawa warfarin yang diketahui merupakan teratogen. Dengan
demikian, selama kehamilan warfarin biasanya diganti dengan heparin.
4
(4) Penanganan gawat jantung selama seksio sesarea
Lakukan anastesi local (infiltrasi) dan sedasi. Jangan lakukan anstesi spinal
a) Gagal jantung akibat anemia
(a) Transfuse packed red cell dengan tetesan perlahan. Jika darah tidak dapat
disentrifus, biarkan kantong darah tergantung sehingga sel darah terpisah
di bagian bawah. Infus sel tersebut perlahan-lahan, buang serumnya.
(b) Berikan furosemide 40 mg IV untuk tiap 100 ml packed red cell.
b) Gagal jantung akibat penyakit jantung
(a) Tangani gagal jantungnya. Berikan obat sebagai berikut:
- Morfin 10 mg IM dosis tunggal
- Atau furosemide 40 mg IV diulang jika perlu
- Atau digoksin 0,5 mg IV dosis tunggal
- Atau nitrogliserin 0,3 mg sublingual, diulang setiap 15 menit jika perlu
(b) Rujuk kerumah sakit yang memiliki dokter spesialis jantung dan unit
perawatan intensif yang memadai
c) Masa nifas
(a) Ibu dengan kelainan jantung yang melalui masa kehamilan dan persalinan
tanpa masalah dapat bermasalah pada masa nifas. Oleh karena itu,
lanjutkan pemantauan pada masa nifas. Hal-hal yang dapat menimbulkan
gagal jantung pada masa nifas:
- Perdarahan
- Anemia
- Infeksi
- Tromboembolin
(b) Pada masa nifas kontrasepsi harus diberikan. Pada kondisi yang stabil,
tubektomi dapat dilakukan.
Jika seorang ibu hamil adalah penderita kelainan jantung kelas III dan IV,ada
dua kemungkinan penanganan yaitu:
5
a) Terminasi kehamilan
b) Meneruskan kehamilan dengan tirah baring total dan pengawasan ketat. Ibu dalam
posisi setengah duduk
(a) Persalinan dilakukan dengan seksio sesarea
(b) Berikan vurosemid agar volume darah berkurang dan beban jantung menurun.
Disamping itu, berikan juga oksigen. Jika terdapat gagal nafas lakukan
intubasi dan ventilasi mekanik.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA