Professional Documents
Culture Documents
Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini ada beberapa kasus mengenai sekolah atau lembaga pendidikan yang berjalan
tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya
banyak dari komponen-komponen itu itu tidak berjalan secara efektif dan efisien. Padahal
pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Proses
pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Kegiatan yang
disadari dan direncanakan mencakup tiga hal antara lain: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengajaran dilakukan dalam waktu yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah
ataupun jangka panjang. Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu. Apakah suatu
pengajaran berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja,
yaitu program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program Pengajaran
merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam
kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di sekolah dasar dan sekolah
menengah di Indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai
system. Oleh karena itu, pembahasan makalah ini, dimulai dari konsep tentang system,
dan pengajaran sebagai suatu system. Oleh karenanya, perlu adanya perencanaan yang baik,
sehingga semua komponen, baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
1. B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar pendekatan system pembelajaran PAI ?
2. Apa saja manfaat pendekatan system dalam pembelajaran ?
3. Apa saja komponen-komponen dalam sistem pembelajaran ?
4. Apa saja kriteria dan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi sistem
pembelajaran ?
5. Bagaimana cara mengaplikasikan pendekatan sistem dalam pembelajaran PAI?
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
1. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui memahami konsep dasar pendekatan sistem pembelajaran
PAI.
2. Mahasiswa mengetahui manfaat pendekatan sistem dalam pembelajaran.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami komponen-komponen dalam sistem
pembelajaran.
4. Mahasiswa dapat memahami kriteria dan variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi sistem pembelajaran.
5. Mahasiwa dapat mengaplikasikan pendekatan sistem dalam pembelajaran PAI.
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
BAB II
PEMBAHASAN
Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan), aturan (order),
keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana (scheme), jalan, cara (way), kebijakan
(policy), kecerdasan (artifice), susunan aturan (arrangement), rencana (program).[1]
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “systema” yang artinya adalah himpunan
bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang terpadu dan berproses untuk
mencapai tujuan (Gordon, 1990; Puxty, 1990). Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu
fungsi untuk menunjang usaha pencapaian tujuan disebut komponen. Dengan demikian sistem
terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing komponen mempunyai fungsi khusus.
(Sadiman, dkk. 1988: 13).
1. L. James Havery
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai
suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
1. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan secara efektif dan efesien.
1. C.W. Churchman.
1. J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan
dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan
mempengaruhi keseluruhan.
Dari sini dapat diambil sebuah pengertian bahwasanya sistem secara umum diartikan sebagai
satu kesatuan komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperatif dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam usaha mencapai tujuan tertentu.
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu system. Pertama, suatu system memiliki tujuan
tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah system memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga,
untuk menggerakan fungsi, suatu system harus ditunjang oleh berbagai komponen.[8]
Setiap system pasti memiliki tujuan. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat
melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian, setiap
system mesti memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang menggerakkan system.
Untuk mencapai tujuan, setiap system memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar proses
pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanan,
fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan. Fungsi inilah yang terus menerus
berproses hingga tercapainya tujuan.
Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling
ketergantungan.
Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan fungsi sistem.
1. Dilihat dari fungsinya setiap komponen itu ada komponen yang bersifat integral dan non-
integral. Komponen integral adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan system itu sendiri. Misalnya, komponen siswa dan guru dari system lembaga
pendidikan. Keberadaan dan eksistensi sekolah sangat ditentukan oleh keberadaan
komponen siswa dan guru. Komponen non-integral sama dengan komponen
pelengkap. Artinya, walaupun komponen itu tidak ada, maka tidak akan
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kelimanya merupakan bagian yang saling
berintegrasi sebagai satu kesatuan (totalitas) yang satu sama lain tidak bisa berdiri sendiri, saling
mengisi dan menguatkan dalam mencapai tujuan.
Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang teknik mesin (engineering) untuk
merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Kemudian pendekatan sistem
melibatkan sistem manusia mesin, dan selanjutnya dilaksanakan dalam bidang keorganisasian
dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an mulai diterapkan dalam bidang
pendidikan dan pelatihan.[10]
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi
belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik.
pembelajaran dengan memberikan stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat
seperti yang kita inginkan, hubungan ini bila diteruskan akan menjadi kebiasaan. Bila siswa
menemukan kesulitan atau masalah, guru menyuruh mencoba dan mencoba lagi (trial and error)
sehingga diperoleh hasil.
dalam hal ini guru mengarahkan serta melibatkan siswa dalam hal mempelajari diri sendiri
(SWOT) sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi - potensi yang ada dalam dirinya
sendiri. dan siswa harus melakukannya sendiri berdasarkan inisiatif sendiri melibatkan diri
secara utuh ( perasaan maupun intelektual ) dalam proses belajar agar dapat memperoleh hasil.
Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan aspek proses.
Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat
alat konseptual.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni
System pembelajaran adalah sutau kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti masalah pengajaran
sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula apa bagian-bagiannya. Selain itu
diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-masing bagian itu saling
berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di dalam sebuah sistem untuk mencapai
tujuan pembelajaran.[12]
Sebagai suatu system seluruh unsur yang membentuk system itu memiliki ciri saling
ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan system
pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dengan demikian,
tujuan utama system pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.
Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang
saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam rangka
mewujudkan generasi-genarasi yang beriman dan bertakwa.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Tafsir (2002), bagi umat Islam, dan khususnya dalam pendidikan Islam, kompetensi
iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentingannya, dan
sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan Islam. Dalam pandangan Islam,
kompetensi iman dan takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), juga akhlak
mulia diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Jadi, dalam pandangan Islam, peran kekhalifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal,
yaitu: landasan yang kuat berupa iman dan takwa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
akhlak mulia.
Dari uraian di atas, dapat penulis rumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran efektif dan
efisien dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam pendekatan sistem
bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal harus didukung dengan
komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi tujuan, siswa, guru, metode, media, sarana,
lingkungan pembelajaran dan evaluasi.
1. Melalui pendekatan system, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan
jelas. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses
pembelajaran tanpa adanya tujuan yang jelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan
menjadi fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit
menentukan efektifitas proses pembelajaran..
2. Pendekatan system menuntun guru pada kegiatan yang sistematis.
3. Pendekatan system dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala
potensi dan sumber daya yang tersedia.
4. Pendekatam system dapat memberikan umpan baik. Melalui proses umpan balik dalam
pendekatan system dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai apa belum.
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam berfikit
sistemik.
Satuan pendidikan di sekolah secara umum memiliki fungsi sebagai wadah untuk melaksanakan
proses edukasi, sosialisasi dalam transformasi bagi siswa/peserta didik. Bermutu tidaknya
penyelenggaraan sekolah dapat diukur berdasarkan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. Untuk
dapat memahami kedudukan manajemen dalam pembelajaran dapat dilihat kerangka di bawah
ini.[15]
1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Sehingga dalam proses pengembangan desain dan perencanaan,
siswa harus dijadikan pusat pertimbangan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil harus
disesuaikan dengan kondisi siswa, baik kemampuan dasar, minat, bakat, motivasi belajar, gaya
belajar siswa itu sendiri.
1. Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa. Tujuan
sebenarnya merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam pembuatan desain dan
perencanaan serta pembelajaran di kelas. Adapun tujuan khusus yang direncakan oleh guru
adalah: pengetahuan, informasi serta pemahaman sebagai bidang kognitif, sikap dan apresiasi
sebagai tujuan dari bidang afektif.
Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik. Adapun dalam Pembelajaran PAI adalah
mewujudkan generasi-genarasi yang berwawasan luas, beriman dan bertakwa serta memiliki
akhlak yang mulia.
1. 3. Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang diharapkan akan ada pada diri siswa, agar
siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman ini harus
dapat membuat siswa aktif belajar, baik secara fisik maupun non-fisik. Merencakana belajar
salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai kecenderungan
gaya belajarnya. Demikian juga desain pembelajaran, ia harus dapat membuat siswa belajar
dengan penuh motivasi dan gairah.
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik, seperti tempat belajar; alat yang
digunakan, guru petugas perpustakaan, ahli media, dan sebagainnya.
1. 5. Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan
khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru adalah merancang instrument
yang dapat menghasilkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
1. Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses
belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek pendidikan bergeser
sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan
pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa harus dipahami dan dilayani
sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa.
Siswa adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis
berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan
masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan
latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda.
Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru. (Sardiman, 2001: 109).
1. Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional.
Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki
keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya
mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan
kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional.
Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai
metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat
pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005: 144).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut Usman
(1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai demonstrator, lecturer
(pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator dan fasilitator, dan (4) sebagai
motivator.
1. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan
nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran sampai tujuan khusus
pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu,
tujuan pendidikan dan pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan
disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru
yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73)
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
1. Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang
diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-
mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun menggunakan materi jenis
tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi
simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah
dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
1. Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus
dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran,
serta karakteristik anak.
1. Sarana/Alat/Media
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar-
mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang
sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam
media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan. Menggunakan sarana atau
alat pembelajaran harus disesuaian dengan tujuan, anak, materi, dan metode pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang
memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang handal dan mempunyai
kemampuan (capability) yang tinggi.
1. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik, sehingga ada
penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara
komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi dilaksanakan berpedoman pada
tujuan dan materi pembelajaran.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai
contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan
dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidial) kepada siswa yang belum mencapai
ketuntasan. Dengan adanya evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau
individu yang belum mencapai ketuntasan. (Madjid, 2005: 224)
1. Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi suksesnya
belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam,
dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung. Semua komponen pembelajaran harus
dikelola sedemikian rupa, sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang
maksimal pula. Mengelola lingkungan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan
merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle (1986)
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
berpendapat bahwa hal-hal yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa dimensi.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang
terjadi pada waktu awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada
tingkat-tingkat berikutnya.
Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen pembelajaran meliputi tujuh
aspek yaitu:
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990: 216), berpendapat bahwa unsur-unsur atau
komponen-komponen yang dapat mendukung kualitas pembelajaran, maka perlu diperhatikan
unsur-unsur yang secara langsung berkaiatan dengan berlangsungnya proses belajar tersebut
terdiri atas 6 komponen, yaitu: guru, siswa, kurikulum, konteks, metode, dan sarana.
Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan penting dan menentukan. Namun
apabila dicermati lebih mendalam satu persatu unsur-unsur selain guru, yakni konteks, siswa,
kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah
posisinya, namun disisi lain guru yang profesional mampu mengubah, mengupayakan atau
memanipulasi ke-5 (lima) variabel tersebut untuk kepentingan pembelajaran yang ia kehendaki.
Dalam literature lain disebutkan; dari sudut pandang teknologi intruksional, komponen sistem
pengajaran diuraikan dengan lebih luas lagi sebagai berikut:
Unsur minimal yang harus dalam sistem pengajaran adalah suatu tujuan, siswa serta prosedur
kerja untuk mencapai tujuan. Dalam konteks ini, guru tidak termasuk sebagai unsur sistem dan
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
hanya merupakan salah satu sumber belajar. Dalam dalam keadaan lain fungsinya dapat
digantikan dengan sumber balajar lain yang mempunyai fungsi yang sama, seperti; buku, film,
slide show, teks yang telah diprogram, dan sebagainya.
Fungsi guru dalam sistem pengajaran PAI adalah sebagai desainer, sekaligus sebagai pelaksana
pengajaran. Sebagai seorang perancang, guru berfungsi menyusun suatu sistem pengajaran.
Sedangkan sebagai pelaksana sistem pengajaran, guru berfungsi dalam tranformasi ilmu yang
dilakukanya di kelas. Dalam hal ini guru harus memiliki; kompetensi mengajar, sikap
professional, penguasan materi pelajaran, prinsip-prinsip dan teknik pengajaran serta
keterampilan-keterampilan dasar mengajar lainnya. Dan yang terpenting adalah seorang guru
harus memiliki keteladanan yang bisa ditiru oleh murid-muridnya. Dalam hal ini guru harus
menjadi sosok desain hasil pembelajaran yang diharapkan muncul pada diri masing-masing
siswa. Adapun fungsi yang ketiga, adalah guru sebagai evaluator. Kegiatan pengajaran yang
telah dijalankan, kemudian diadakan evaluasi. Hasil evaluasi yang di dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai dengan menggunakan pedoman
perencanaan. Dari sini, akan ditemukan titik-titik mana saja yang kemudian diperbaiki. Beberapa
komponen pendekatan sistem diatas bekerja secara kooperatif. Artinya kesemuanya itu saling
berkerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga satu sama lain saling menguatkan dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnnya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari
dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil
yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat
dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tapi hal ini dapat
mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan
mengerdilkan makna pembelajaran itu sendiri.
Keberhasilan suatu system pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini
disebabkan karena guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa.
Dalam system pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana(planer) atau desainer
(designer) pembelajaran, sebagai implementator, dll. Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
yang dapat mempengaruhi kualitas guru yaitu: teacher formative experience, teacher training
experience, dan teacher properties.
1. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan
irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran. Misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-
lain.
1. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran
yaitu factor organisasi kelas dan factor iklim social-psikologis.
Menurut Gagne dan Atwi Suparman mengatakan bahwa sistem pengajaran adalah suatu set
peristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar. Oemar Hamalik,
mengatakan; “sistem pengajaran merupakan suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. Ada tiga ciri khas yang ada dalam sistem pembelajaran yaitu:
1. Rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan unsur
sistem pengajaran sesuai dengan suatu rencana khusus, sehingga tidak mengambang.
2. Kesalingtergantungan (interdependent), unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang
koheren dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling
memeberikan sumbangan tertentu.
3. Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. The goal is the purpose for
which the system is design.
Pada tahap perencanaan, komponen-komponen pembelajaran PAI yang harus direncanakan oleh
guru PAI melalui pendekatan sistem antara lain:
Sebagai langkah awal dalam desain pembelajaran, guru PAI harus menelaah kurikulum untuk
mengetahui tujuan dan kompetensi mata pelajaran. Kemudian, ia mengembangkannya dalam
bentuk silabus sebagai uraian program yang mencantumkan mata pelajaran, tingkat satuan
pendidikan, semester, pengelompokan standart kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok,
indicator, strategi pembelajaran, alokasi waktu, sumber dan media, serta sistem penilaian.
Secara umum, PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengalaman peserta didik tentang agama Islam,sehingga menjadi muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan baik pribadi, masyarakat dan
berbangsa dan bernegara. Tujuan umum ini akan akan dijabarkan dalam kompetensi dasar pada
setiap topik bahan ajar sesuai tingkat kelas dan semester siswa yang meliputi kompetensi
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Materi/ bahan ajar dalam pembelajaran PAI adalah terdiri dari al-Qur’an dan al-Hadist,
keimanan, syari’ah, ibadah,muamalah, akhlaq dan sejarah yang lebih menekankan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Semua materi ini harus direncanakan
secara sistematik sesuai dengan kelas, semester, alokasi waktu, sumber belajar, media dan
karakteristik siswa yang akan menerima materi pelajaran.
Pendidik dan siswa merupakan subyek utama yang sangat berperan dan saling membutuhkan
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI, sebab tanpa peran aktif keduanya tidak akan
terjadi mobilisasi pembelajaran. Karena itu, guru harus mampu membangun kerjasama yang
sinergis dengan siswa dalam semua aksi transformasi keilmuan dan sikap sehingga siswa dapat
mencapai berbagi kompetensi pembelajaran yang tertuang dalam kurikulum.
Strategi ini merupakan tehnik mengelola kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa
dalam interkasi pembelajaran. Menentukan strategi ini mencakup pendekatan dan metode
pembelajaran PAI yang akan digunakan agar sesuai sumber daya sekolah dan keadaan peserta
didik. Di dalam pembelajaran PAI, banyak pendekatan dan metode yang dapat diterapkan, tetapi
metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah
diberikan oleh guru PAI. Penilaian pembelajaran harus direncanakan dengan tepat agar
instrument penilaiannya reabel dan valid untuk mengukur kemampuan siswa dengan mengacu
pada penilaian yang berbasis kelas, yakni penilaian proses dan hasil ujian siswa.
Perencanaan terhadap fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran PAI yang tepat akan mampu
memberikan pengalaman belajar dan mempermudah peserta didik untuk menerima
pelajaranyang disampaikan guru. Pemilihan fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran PAI
dimaksudkan untuk menghemat dana, waktu, dan tempat atau guru dapat merencanakan kegiatan
pembelajaran PAI sesuai dengan kondisi dan sumber daya sekolah yang tersedia.
Pada tahap pelaksanaannya, guru PAI harus melaksanakan proses pembelajarannya dengan
berpedoman pada rancangan pembelajaran yang sudah disusun dengan pendekatan sistem.
Bentuk rancangan yang dipergunakan saat ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan dalam menapai tujuan pembelajaran.
Model satuan pelajaran ini meruapakan istilah yang diperkenalkan melalui KBK dan KTSP yang
saat ini harus dipahami oleh semua guru.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana atau program yang disusun oleh guru
untuk satu atau dua kali pertemuan untuk mencapai target satu kompetensi dasar. RPP
diturunkan dari silabus yang telah disusun dan bersifat aplikatif di kelas. Secara sistematik,
sebuah RPP memiliki komponen-komponen sebagai berikut: identitas mata pelajaran, standart
kompetensi mata pelajaran, kompetensi dasar setiap topik materi, dan indicator yang hendak
dicapai setiap materi, pokok materi, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar,
dan evaluasi. Semua komponen ini harus dirancang oleh guru PAI dalam bentuk RPP yang akan
dijadikan pedoman selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada setiap semester.
Guru PAI menilai kemampuan siswa dengan mengacu pada konsep penilaian berbasis kelas yang
terfokus pada dua aspek penilaian yakni proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penilaian
proses dimulai sejak awal masa pembelajaran dengan mengukur perkembangan aspek afektif
siswa melalui internalisasi dan penghayatan nilai beragama siswa selama di sekolah dan unjuk
kerja psikomotorik yang sudah dihasilkan berupa aksi ibadah yang bersifat mahdhah, gambar
islami, etika social dalam bergaul di sekolah ataupun di masyarakat.
Penilaian proses ini disebut juga dengan penilaian Authentic Assesment yang mengandung
makna bahwa penilaian yang mengacu pada pembelajaran yang telah terjadi, menyatu dalam
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan serta arahan kepada siswa untuk maju.
Authentic Assesment sekaligus dipergunakan sebagai alat control untuk melihat kemajuan siswa
dan feedback bagi praktek pengarahan selanjutnya. Karena gambaran tentang kemajuan belajar
itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir
periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar,tetapi dilakukan bersama-sama
secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiataan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang
belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan kepada sebanyak mungkin informasi di akhir
periode pembelajaran.
Perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI tentu akan menilai pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Penilai tidak hanya guru,
tetapi dapat juga teman atau orang lain.
Penilaian hasil belajar siswa lebih cenderung mengukur kemajuan belajar kognitif siswa yang
terkadang pencapaian hasil nominalnya sering direkayasa dengan berbagai siasatoleh siswa
ketika mengikuti ujian akhir.kondisi yang perlu dipahami oleh setiap guru PAI dalam menilai
hasil belajar siswa melalui berbagai bentuk item soal ini, yaitu ketepan dan kebenaran soal ujian
yang berkaitan dengan tujuan dan kompetensi pelajaran PAI yang termuat dalam kurikulum/
silabus dan materi ajar yang sudah dipelajari siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas.
Dari semua penjelasan diatas, sebenarnya aplikasi pendekatan sistem pembelajaran PAI terdiri
tiga bagian, memiliki ciri-ciri adanya perencanaan, kesalingtergantungan dan tujuan yang hendak
dicapai. Dalam perencanaan itu terdapat beberapa komponen yang saling mempengaruhi, dan
bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga dalam pendekatan sistem pembelajaran
PAI, semua komponen memiliki makna dalam pencapaian sebuah tujuan. Artinya, pencapaian
tujuan itu akan terhambat manakala ada beberapa komponen yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Jika kita ingin memodifikasi pembelajaran PAI, maka harus memperhatikan semua
variabel, aspek dan unsur-unsur serta faktor-faktor yang terlingkupi dalam sistem pembelajaran,
seperti sistem struktur kurikulum, sistem bahan ajar, media dan sarana, juga aspek rencana,
proses dan evaluasi pembelajaran PAI dan lain-lain.
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
BAB III
KESIMPULAN
1. Sistem adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi, saling
berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.
2. Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen
yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi
dalam rangka mewujudkan generasi-genarasi yang beriman dan bertakwa.
3. Dalam perencanaan itu terdapat beberapa komponen yang saling mempengaruhi, dan
bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga dalam pendekatan sistem
pembelajaran PAI, semua komponen memiliki makna dalam pencapaian sebuah tujuan.
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-
pai/comment-page-1/
Artinya, pencapaian tujuan itu akan terhambat manakala ada beberapa komponen yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
4. Kriteria dan variabel – variabel yang dapat mempengaruhi system pembelajaran itu
terdiri dari hasil belajar, faktor guru, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana dan faktor
lingkungan.
5. Aplikasi pendekatan sistem pembelajaran PAI terdiri tiga bagian, memiliki ciri-ciri
adanya perencanaan, kesalingtergantungan dan tujuan yang hendak dicapai. Sehingga
dalam pandangan Islam, peran kekhalifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal,
yaitu:
6. landasan yang kuat berupa iman dan takwa
7. penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
8. akhlak mulia
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Administrasi Negara RI. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung. 1997.
Roestiyah N,K. Masalah Pengajaran sebagai suatu sistem. Jakarta: Rineka Cipta. 1994.
Roger A, Kaufman. Educational System Planning New. Jersey: Prentice Hall Ink. 1972.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2008.
Supli Efendi Rahim, Atwi Suparman, Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar universitas
untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas intruksional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syah Darwyn, dkk. Perencanaan Sistem Pengajaran PAI. Jakarta: Gaung Persada Press. 2007.
[1] Devlin, Joseph, A Dictionary od Synobyms and Antonyms, (Bandung : Angkasa, 1961)
hal.307.
[2] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), hal.1-2.
[3] Banathy, Bela,H. Instructional System. (California: Fearon Publisher Inc, 1972),hal.1.
[4] Roger A, Kaufman. Educational System Planning New, (Jersey: Prentice Hall Ink,1972),hal.1.
[6] Lembaga Administrasi Negara RI, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, (Jakarta :
Gunung Agung:1997), hal.1.
[7] Tatang M Amirin, Pokok-Pokok Teori Sistem, (Jakarta : Rajawali Press,-), hal.10.
[8] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), hal. 2-6.
[12] Rostiyah NK, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),
hal.1-16)
[13] Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pembelajaran PAI,(Jakarta : Gaun Persada
Press,2007). Hal 61.
[14] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), hal. 7-8.