You are on page 1of 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Setiap tahun nya di In donesia,


ber jut a-juta
pe rempuan
men g-
al ami keha mi la n yang
tidak
di re ncan akan,
dan sebagia
n
be sar dari pe remp
uan tersebut
memi
lih untu k men gakhiri
keham
ila n mere ka, wal aupun
da la m keny
ataa ny a aborsi
se cara
umu m adalah
illegal.
Se perti di ne gara -ne gara
be rke mb ang la inn ya dimana
ter da pat stigma
da n pembat
asan
ya ng ket at te rh adap
abors
i, per emp uan In donesia
sering
kali
menca
ri ba ntuan
un tuk aborsi
me lalu i ten ag a-te nag a non-
med is yang menggunakan
cara-ca
ra an tara lain den gan
mem
inu m ram uan-ramuan
yan g ber bahaya
dan mel ak uka n
pe mij ata n pe ng uguran
kandunga
n yan g membahaya
kan.

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun ada yang mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.

Aborsi adalah salah satu isu klasik yang selalu menarik diperdebatkan. Usia
perdebatan mengenai aborsi sudah setua usia kehidupan manusia. Polarisasi dari
perbedaan pandangan ini adalah pembelaan secara ekstrem terhadap hak hidup
janin atau pembelaan terhadap kepentingan perempuan yang mengandung. Aborsi
karena kehamilan yang tak dikehendaki adalah isu yang kembali mengemuka.

Kristen dan aborsi memiliki sejarah panjang dan rumit,


meskipun aborsi tidak pernah disebutkan dalam Alkitab Kristen . Sementara
beberapa penulis mengatakan bahwa orang Kristen awal memegang
keyakinan yang berbeda pada waktu yang berbeda tentang aborsi, lain
mengatakan bahwa, meskipun keheningan Perjanjian Baru pada masalah
ini, mereka mengutuk aborsi pada setiap titik kehamilan sebagai dosa
besar, kutukan bahwa mereka mempertahankan bahkan ketika beberapa
dari mereka tidak memenuhi syarat sebagai kasus pembunuhan
penghapusan janin belum "terbentuk" dan animasi oleh jiwa manusia.

Secara umum, beberapa denominasi Kristen dapat dianggap pro-kehidupan sementara


yang lain dapat dianggap pro-choice Selain itu, ada minoritas yang cukup besar dalam
semua denominasi yang tidak setuju dengan sikap denominasi mereka pada aborsi. Para
denominasi terbesar, gereja-gereja yang mewakili lebih dari setengah dunia kekristenan
(termasuk Gereja Katolik Roma , yang Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental )
menentang langsung aborsi dalam segala situasi.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
 Menambah wawasan penulis
 Memberi informasi pada pembaca
 Melengkapi syarat kuliah pendidikan agama Kristen

BAB II
PANDANGAN KRISTEN TENTANG ABORSI
2.1 Definisi Aborsi
Aborsi berasal dari bahasa Latin yaitu abortus yang berarti
keguguran atau
pengguguran kandungan. Kata aborsi merupakan terjemahan
dari kata abortion
dalam baha inggris. Menurut ilmu medis aborsi diartikan
sebagai keluarnya hasil
konsepsi (pembuahan) sebelum usia kehamilan 20 minggu
(lima bulan) dengan
berat kuran
g dari 500 gram

Istilah Aborsi disebut juga dengan istilah


Abortus Provocatus
.
Abortus provocatus
adalah
pengguguran kandungan yang disengaja, terjadi
karena adanya perbuatan manusia yang berusaha
menggugurkan
kandungan
yang
tidak
diinginkan,
meliputi
abortus
provocatus
medicinalis
dan
abortus provocatus criminalis
.
Abortus
provocatus
medicinalis
yaitu
pengguguran
kandungan
yang
dilakukan
berdasarkan
alasan/pertimbangan
medis.
Sedangkan abortus provocatus criminalis yait
u
penguguran kandungan yang dilakukan dengan
sengaja dengan melanggar ketentuan hukum
yang berlaku.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran
janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan
sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu
secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum
bulan ke empat masa kehamilan).

2.2 Jenis-jenis Aborsi

Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi
provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa
dijelaskan. Krismaryanto, menguraikan berbagai macam aborsi, yang terdiri
dari:

1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/


Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum
janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di
luar kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutuc/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan
indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak
bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup
di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang
oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis.
Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan
hanya yang unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang
tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim
sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu tindakan (intervensi
medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak
dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang
dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak
dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis” yakni diagnosis
janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
8. Embryo reduction (pengurangan embryo), pengguguran janin dengan
menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami
hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat perkembanganya.
9. Partial Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah
medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama
adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan
agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan selanjutnya adalah
menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang keluar
lebih dahulu adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak
seluruhnya, agar kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya.
Ketika di dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam.
Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru disedot
keluar

2.3 Alasan Melakukan Aborsi

1. Alasan Medis
Adakalanya kelainan yang dapat membahayakan jiwa si ibu jika ia hamil, misalnya
penyakit jantung. Meskipun sudah diperingatkan oleh dokter, adakalanya kehamilan terjadi
tanpa direncanakan. Jika hal itu terjadi dokter dihadapkan kepada pilihan menolong jiwa si
ibu dengan menggugurkan kandungan ataukah membiarkan janin tumbuh menjadi bayi, ibu
meninggal. Ny Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut:
a. untuk menyelamatkan jiwa si ibu/wanita
b. untuk menjaga kesehatan ibu/wanita
c. untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan wanita
d. untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita atau salah satu anak
dalam keluarga
e. untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan wanita
f. untuk mencegah kelahiran dengan fisik atau mental yang berat

dari alasan-alasan tersebut di atas, alasan 1 dan 2 banyak Negara-negara yang


melegalisasinnya, antara lain Negara Prancis, Swiss, Kanada, Pakistan, dan Thailand,
sebagai alasan untuk memperbolehkan aborsi .
2. Hamil Karena Perkosaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi, modernisasi disertai sekularisme
dan globalisasi, telah menyebabkan dampak negatip dalam kehidupan manusia. Ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri sebenarnya bebas nilai (tidak bernilai buruk atau
baik). Yang membuat menjadi berakibat buruk adalah manusianya itu sendiri seperti media
cetak dan elektronik. Kedua media itu dapat bernilai baik bila digunakan untuk maksud-
maksud yang baik pula. Namun akan menjadi buruk jika digunakan untuk meyebarluaskan
pornografi. Majunya teknologi dan ilmu pengetahuan baik dibidang
komunikasi,transformasi dan telematika ada membawa dampak negatip bagi kehidupan
masyarakat, seperti televisi, internet dan lain sebagainya. Kemajuan di bidang komunikasi
dan transformasi kadagkala banyak disalahgunakan oleh masyarakat terutama dikalangan
anak muda sehingga banyak memberikan dampak yang sangat buruk di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Akibat dampak negatip dari semuanya itu adalah meningkatnya kejahatan
dikalangan masyarakat terutama para remaja, terutama kejahatan seks. Bila hal ini
berlangsung terus dikwatirkan rusaknya moral pemuda kita yang nantinya diharapakan
sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Kita tidak heran lagi mendengar berita-berita
tentang perkosaan akhir-akhir ini terhadap seorang wanita. Diantara kasus-kasus perkosaan
yang sering terjadi seringkali yang menjadi korban adalah gadis dibawah umur. Ada lagi
juga dilakukan oleh ayah terhadap anak kandungnya sendiri. Semua itu mengajak kita
untuk senantiasa waspada dan mawas diri. Apabila perbuatan-perbuatan tersebut diatas
menyebabkan hamilnya wanita yang bersangkutan bagaimana bayi dalam kandungan
tersebut? Akankah diminta pertanggung jawaban dari orang yang melakukan perbuatan itu?
mungkin, maka jalan yang ditempuh adalah melakukan aborsi. Yang menjadi pertanyaan
lain adalah haruskah seorang yang menjadi korban perkosaan yang hamil melakukan aborsi
terhadap janin yang dikandungnya. Hal tersebut kembali kepada korban tersebut, untuk itu
sebelum mengambil sikap untuk menggugurkan kandungan korban perlu mendapatkan
perhatian yang lebih, terutama dari konsultan ataupun dukungan moril dari keluarga.
Karena aborsi diharapakan dapat menjadi jalan terakhir dari permasalahan tersebut. Karena
bagaimanapun bayi yang dikandung akibat perkosaan tidak bersalah.
3. Bayi yang dikandung cacat
Kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan manusia mengetahui janin
sejak masih dalam kandungan. Bukan saja tentang jenis kelaminnya saja, tetapi juga
tentang apakah janin tersebut menderita cacat atau tidak. Salah satu cacat berat yang dapat
dideteksi sejak dini adalah kelainan fisik atau mental yang disebut sebagi sindroma down.
Pada kelainan ini, selain terdapat kelainan fisik yang berat, juga terdapat kelainan
perkembangan mental yang sangat terlambat (idiot). Dimana anak tersebut jika lahir
kedunia akan selalu tergantung pada orang lain. Selain sindroma Down, adanya kepala
tidak berkembang (anensefali ) atau cairan otak tersumbat (hidrosefalus) juga dapat
dideteksi sejak janin masih di dalam kandungan. Dalam keadaan seperti ini, dokter tidak
dapat mengelakkan diri dari keharusan memberitahukan hal itu kepada orangtuanya, agar
mereka siap mental menghadapi serta dapat menentukan rencana kedepan. Ada
kemungkinan pasangan orangtua itu lebih memilih untuk mengugurkan kandungannya
4. Sosial ekonomi
Tidak dapat kita pungkiri kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat.
Sedangkan untuk memuaskan kebutuhan tersebut kadangkala terdapat banyak keterbatasan.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan maka salah satu penyebab aborsi adalah karena
kemiskinan, dimana seseorang melakukan aborsi karena tidak sanggup untuk membiayai
kehidupan anak tersebut kelak, sehingga jalan yang diambil adalah dengan melakukan
aborsi
5. Hamil diluar nikah
Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan diantara
masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol. Perlakuan dan tingkah negatip
yang dilarang dalam norma-norma dalam masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak
muda saat ini. Salah satunya adalah seks bebas diantara anak muda yang nantinya akan
menyebabkan kehamilan diluar nikah. Salah satu jalan yang ditempuh ketika seseorang
wanita hamil diluar nikah adalah aborsi. Aborsi dilakukan karena tidak adanya kesiapan
untuk mempunyai anak dan rasa malu kepada masyarakat karena hamil diluar nikah.

2.4 Teknik Aborsi


Untuk melakukan aborsi banyak cara yang ditempuh, diantaranya dengan
menggunakan jasa ahli medis di rumah sakit. Cara seperti ini pada umumnya
dilakukan oleh para dokter yang hidup dinegara yang mengijinkan pengguguran.Ada juga yang
menggunakan jasa dukun bayi, terutama didaerah pedesaan dan
menggunakan obat-obatan tradisional seperti jamu.Pemanfaatan obat-obatan itu
adakalanya dengan ditelan melalui mulut, atau diletakkan ke dalam vagina (alat
kelamin perempuan).

Pengguguran yang dilakukan secara medis dirumah sakit, biasanya


menggunakan metode sebagai berikut: (1) Curttage dan Dilatage (C & D), (2) dengan
alat khusus mulut rahim dilebarkan, kemudian janin dikiret dengan alat seperti
sendok kecil, (3) aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil, (4)
hysterotomi (melalui operasi).

Adapun cara yang ditempuh oleh para dukun-dukun, tidak memperhitungkan


keselamatan si perempuan itu, seperti memijat perut atau pinggul dengan cara paksa
untuk mengeluarkanjanin, sehingga terjadilah pendarahan yang bisa berakibat kepada
kematian. Malahan ada perempuan karena merasa putus asa, menggugurkan
kandungannya tanpa memikirkan resikonya

Pesari prostaglandin, ini merupakan metode aborsi dini yang lain yang masih
dalam pengawasan di beberapa tempat di Inggris. Meliputi dimasukkannya
prostaglandin ke vagina, yang merangsang kontraksi rahim dan membesarkan serviks
sehingga isi rahim keluar. Kadang-kadang prostaglandin menimbulkan kejang yang
hebat atau diare dan muntah. Semua teknik di atas ini tidak selalu berhasil. Jdi
beberapa perempuan pada akhirnya tetap saja harus menjalani prosedur D dan K.

2.5 Akibat Aborsi


Berikut ini resiko yang terjadi jika melakukan aborsi khususnya remaja:
1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Sobeknya rahim (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak
steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah.
15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan
neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak
atau keduanya.
16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding
rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko
shock sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya.
17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan
saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.

2.6 Pandangan Masyarakat Tentang Aborsi


Mengenai legalisasi terhadap korban perkosaan
dan legalisasi aborsi di Indonesia masih menuai berbagai pro dan kontra
dikalangan masyarakat. Masyarakat yang pro menilai aborsi yang dilakukan
oleh korban perkosaan merupakan hal yang bisa dilakukan jika memang
nantinya anak yang dilahirkan akan membawa tekanan psikis terhadap wanita
tersebut dan aborsi sah saja dilakukan karena memang tidak merugikan orang
lain karena yang merasakan sakit adalah wanita tersebut. Sedangkan janin
yang timbul karena perkosaan tidaklah bersalah dan tetap mempunyai hak
untuk hidup dan dilindungi. Anak tersebut harus tetap dilahirkan, dan kalau
memang anak tersebut akan mengingatkan ibu pada perkosaan anak tersebut
bisa dijauhkan dari ibu. Mengenai legalisasi aborsi, menurut pandangan
masyarakat tidak boleh dilakukan kecuali karena indikasi kedauratan medis,
karena janin di dalam kandungan punya hak untuk hidup dan jika aborsi
dilegalkan maka akan menggeser nilai-nilai norma dalam masyarakat.

2.7 Pandangan Hukum Tentang Aborsi

Di dalam kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adapun ketentuan


yang berkaitan dengan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada KUHP Bab
XIX Pasal 229, 346, 347, 348, 349 Yang memuat jelas larangan dilakukannya
aborsi9. Sedangkan dalam ketentuan Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan mengatur ketentuan aborsi dalam Pasal 76, 77, 78 terdapat perbedaan
antara KUHP dengan Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dalam mengatur masalah aborsi. KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun,
sedangkan undang-undang kesehatan memperbolehkan aborsi
atau indikasi kedaruratan medis maupun karena adanya perkosaan

Dalam KUHP ini tidak diberikan penjelasan mengenai pengertian


kandungan itu sendiri dan memberikan arti yang jelas mengenai aborsi dan
membunuh (mematikan) kandungan. Dengan demikian kita mengetahui bahwa
KUHP hanya mengatur mengenai aborsi provocatus kriminalis, dimana semua
jenis aborsi dilarang dan tidak diperbolehkan oleh undang-undang apapun
alasannya,

Aborsi sebagaimana dimaksud Pa


sal 75 hanya dapat dilakukan:
1.
Sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
2.
Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh merited;
3.
Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
4.
Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
5.
Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh
Menteri.
,

2.8. Mencegah Aborsi

Untuk menurunkan perkembangan aborsi pada kaula muda maka perlu


adanya tanggung jawab dari berbagai pihak. Secara implisit, semua elemen masyarakat harus
ikut bekerja sama untuk mencapai hal tersebut. Jika ada salah satu saja elemen dalam
masyarakat yang tidak bekerja sama, dapat dipastikan bahwa usaha-usaha yang dilakukan
tidak akan efektif.

Secara eksplisit, setidaknya ada beberapa pihak yang sangat penting untk
menurunkan perkembangan aborsi pada pemudi antara lain :

1. Orang tua
Orang tua seharusnya dapat memberikan pengawasan,
penjagaan, dan pendidikan yang tepat kaitannya dengan seks pada
anaknya yang beranjak dewasa.

2. Pemerintah
Pemeintah seharusna menggunakan otoritasnya untuk
mengekang peredaran tayangan-taangan porno di internet. Pemerintah
dapat memblokir sits-situs “berbahaya” dan membuat peraturan-
peraturan dengan hukuman yang tegas bagi para pelaku yang
mengedarkan tayangan-taangan porno secara illegal.

3. Lembaga pendidikan
Pendidikan seksual sampai saat ini masih menjadi sesuatu yang
sangat kontroversional. Namun tersedianya informasi dan pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas untuk para kaula muda dapat
membantu memberikan pengertian pada mereka tentang risiko
hubungan seksual yang tidak aman, serta tersedianya pengetahuan
tentang cara-cara untuk mencegah tejadinya kehamilan yang tidak
diinginkan

4. Kaula muda
Kaula muda sepantasnya dapat menempatkan dirinya sebagai
individu yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma
yang berlaku di dalam masyarakat.

Selain solusi-solusi diatas, kita juga perlu memperhatikan penanganan yang tepat jika
ada pemudi yang sudah hamil di luar nikah namun belum aborsi. Hal yang dapat kita lakukan
adalah member pengertian padanya mengenai dampak-dampak negative dari aborsi,
disamping itu kita juga memotivasi dia untuk tidak melakukan aborsi. Salah satu hal yang
pemudi tersebut butuhkan adalah motivasi dari orang-orang yang ada di sekitarnya agar dia
mempertahankan kandungannya dan merawat anaknya dikemudian hari. Namun untuk
pemudi yang telah melakukan aborsi, kita juga tetap perlu menegur agar dia mengerti bahwa
yang dia lakukan itu adalah suatu kesalahan yang tidak boleh diulang kembali. Selain itu,
dukungan dan penerimaan dari keluaga dan masyarakat terhadap pemudi “korban” aborsi
dan kehamilan yang terjadi di luar nikah menjadi kunci utama bagi seorang pemudi untuk
bangkit dari keterpurukan dan siap kembali untuk melanjutkan hidupnya.

2.9. Pandangan Kristen Tentang Aborsi

Apakah hukum aborsi menurut agama Kristen? Perjumpaan agama Kristen dan aborsi

memiliki sejarah panjang dan rumit. Karena itu, aborsi menurut agama Kristen bukanlah persoalan

sederhana. Pandangan aborsi menurut agama Kristen, terutama umat Kristen mengenai aborsi

berbeda-beda. Namun, umumnya beberapa denominasi (kelompok keagamaan yang dapat

diidentifikasikan di bawah satu nama, struktur, dan/atau doktrin) dapat dikelompokkan ke dalam pro-

life, sedangkan beberapa denominasi lain mengambil posisi pro-choice. Akan tetapi, dalam setiap

denominasi terdapat kelompok minoritas yang tidak setuju dengan pendirian denominasi mereka

mengenai aborsi menurut agama Kristen.

Secara umum, aborsi menurut agama Kristen, pendukung pro-choice meyakini bahwa

kehidupan manusia harus dihargai sejak fertilisasi (pembuahan) atau implantasi (melekatnya embrio

pada dinding uterus) hingga kematiannya secara alami. Sementara pendukung pro-choice

berpendapat seorang perempuan memiliki kontrol penuh terhadap fertilitasnya dan berhak memilih,

akan meneruskan atau menghentikan

Gereja Kristen protestan saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi
yang masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana
Negara tersebut masih memperbolehkan diadakannya aborsi.
Dalam perintah Allah yang ke-6 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih
bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih
berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk
manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah tentang status
fetus/janin itu sendiri;
 Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?
 Syarat apakah yang harus dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap
seorang manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?
 Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi
hanya benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang
manusia atau pribadi?

Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka


Abortus tidak dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat
diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang sedang mengalami proses
pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan.
Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah
secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak
ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi.
Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia
membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran
aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-
25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian
seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal
ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam
kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi
bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan
dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-
27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi
orang Kristen dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan
dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil sebagai
akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang
bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak
yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja
diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak –
atau anak tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya
dihukum karena perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi
orang Kristen dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu
terancam?” Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam
soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang
dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh
lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena merka tidak mau
“merusak tubuh mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk
menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita
adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun
secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil
antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang
sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa
yang Tuhan mau mereka buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah
“pengaturan kelahiran secara retroaktif.” Perempuan dan/atau pasangannya
memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka
mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus
bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1%
yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari
manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk
memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah
lebih sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam
Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose
1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong
aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni
melalui iman di dalam Yesus Kristus.

2.11. Keterlibatan Kristen Tentang Aborsi

Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan
kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati,
kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh
banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita
juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah menjadi
pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan liberalis.
Substansi permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-
pemberitaan di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai
pembunuh berdarah dingin, atau membunuh secara sederhana.
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak
pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap
perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua kutub.

2.12. Keterlibatan Kristen Dalam Menolong Pelaku Aborsi

Seperti dosa lain meskipun ada faktor adiksi atau ikatan yang kuat, tetapi
semua dosa sudah dilepaskan oleh “Yesus”. Arti kata “Yesus” itu berarti Pelepas
dosa.
Mat 1:21 Maka ia* akan melahirkan seorang putra dan hendaklah engkau
menamakan Dia Yesus**, karena Dialah yang akan melepaskan umatNya dari
dosa-dosanya. (KJI)
* = perempuan
** = no strong 2424, berarti: saviour, deliverer (=Yosua).

Semua macam dosa sudah dilepaskan, termasuk juga dosa aborsi sudah
dibereskan (diampuni dan dimerdekakan) oleh Tuhan Yesus di atas salib

Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan
kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati,
kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh
banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita
juga tidak tahu apa yang harus dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Guttmacher, I. 2008. Aborsi Di Indonesia. Gutthmacher Institute. New York

Sasmita, F. 2016. Kajian Terhadap Tindakan Aboesi Berdasarkan Kehamilan


Akibat Pemerkosaan. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Tarigan,S. 2013. Tindakan Aborsi Dengan Alasan Indikasi Medis Karena


Terjadinya Kehamilan Akibat Pemerkosaan. FH USU. Medan.

Setiyorini, Akmalia dan Desi. 2007. Abosi Pad Siswa SMA. Fakultas Psikologi
Universitas Sultan Agung. Surabaya.

Umma, S. C. 2008. Tindakan Aborsi Di Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta.


Yogyakarta

Wijayati, M. 2015. Aborsi Akibat Hamil Yang Tidak Diinginkan. Jurnal Studi
Keislaman Vol. 15 No.1

You might also like