You are on page 1of 3

Toleransi Tenggelamkan Konflik

Oleh : Latifah Kesi Nur Pratiwi (15304241039)

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang sangat beranekaragam. Bukan hanya suku, ras,
bahasa, dan budayanya saja yang beranekaragam tetapi agamanya pun beragam.
Keberagaman tersebut jika disatukan serta dikelola dengan baik dan bijaksana sebenarnya
akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sangat indah. Tetapi apabila
keberagaman tersebut tidak dikelola dengan baik dan bijaksana maka justru dapat
berpotensi menimbulkan masalah.
Salah satunya yaitu, agama seringkali ikut andil dalam memicu konflik. Bahkan
agama justru menjadi sumber konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga
yang sering terjadi hanyalah pertikaian dan perselisihan yang tidak ada ujungnya. Padahal
kita tahu bahwa agama merupakan pedoman utama umat manusia.
Pedoman tersebut digunakan oleh umat manusia dalam bersikap dan bertingkah
laku di kehidupan sehari-hari. Jika yang menjadi pedoman utama saja masih terus
diperdebatkan, maka bagaimana perdamaian dapat terwujud. Oleh karena itu, yang paling
penting bagi bangsa kita saat ini yaitu bagaimana menentukan sikap dan perilaku. Tentunya
sikap dan perilaku yang paling tepat dalam menyikapi keberagaman tersebut. Sehingga,
keberagaman pun menjadi lebih indah dan perdamaian dapat terwujud.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana toleransi dapat menenggelamkan konflik yang terjadi antar umat
beragama?

TEORI
Pengakuan terhadap kemajemukan agama adalah menerima dan meyakini bahwa
agama yang kita peluk merupakan jalan keselamatan yang paling benar. Tetapi bagi
penganut agama lain keyakinan mereka pulalah yang paling benar. Dari kesadaran inilah
sikap toleran dapat lahir. Kemudian dari sikap toleran pun akan muncul sikap saling
menghormati, terutama ketika orang lain sedang beribadah sesuai dengan keyakinannya.
Hal tersebut juga sesuai dengan sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa”
dan UUD 1945 pasal 29 ayat (2) yang menjamin kebebasan beragama dan beribadah sesuai
menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Pasal 29 ayat (2) UUD 1945, di samping
jaminan kebebasan beragama juga merupakaan jaminan tidak ada diskriminasi agama di
Indonesia. Mukti Ali, secara filosofis mengistilahkan dengan agree in disagreement (setuju
dalam perbedaan). (Indah Arif Fiandi, 2011: 26)
PEMBAHASAN
Sebenarnya tidak sulit bagi antar umat beragama untuk menghilangkan konflik. Salah
satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan sikap toleransi (tasamuh).
Toleransi dapat diartikan dengan suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang
lain yang berbeda dengan dirinya. (Suroyo, dkk, 2002: 119)
Bertoleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan keyakinan atau
kepercayaan dan prinsip yang dianutnya. Namun tidak berarti juga mengakui kebenaran
semua agama. Tidak pula diartikan sebagai kesediaan untuk mengikuti ritual-ritual serta
ibadah-ibadah keagamaan yang lain. Karena Allah SWT telah menentukan bahwa agama
yang diridhai di sisi-Nya adalah agama Islam.
Keistimewaan ajaran Islam tentang toleransi ialah toleransi Islam merupakan
toleransi yang aktif dan positif. Toleransi bukan sekedar untuk hidup berdampingan secara
damai. Melainkan lebih dari itu, yakni berbuat baik dan berlaku adil sekali pun terhadap
keyakinan orang lain. Di samping itu, Islam juga memberi perlindungan kepada mereka dari
ancaman penindasan.
Tetapi, sikap toleransi ini pun bukannya tanpa batas. Sebab toleransi yang tanpa
batas bukanlah toleransi namanya, melainkan luntur iman. Batas toleransi itu ialah apabila
toleransi kita tidak lagi disambut dengan baik. Di mana pihak lain itu tetap memusuhi
apalagi memerangi Islam. Kalau sudah sampai batas ini, kita dilarang menjadikan mereka
sebagai teman kepercayaan. Seperti firman Allah SWT dalam QS Al-Mumtahanah 60: 9 yang
artinya :

"Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian


orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian dari negeri kalian,
dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Dan barangsiapa menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang zalim." (QS Al-Mumtahanah 60 : 9)

Akan tetapi hal ini tidak lantas berarti bahwa kita boleh langsung membalas
perbuatan mereka. Alangkah lebih baik jika kita menghadapinya dengan pendekatan untuk
memanggil atau menyadarkan. Bukankah Islam mengajarkan umatnya agar menolak
kejahatan dengan cara yang baik. (Indah Arif Fiandi, 2011: 49-50) Allah SWT pun telah
menetapkan dasar-dasar toleransi yang mengatur hubungan seorang Muslim dengan umat
beragama yang lain. Salah satu dasarnya ialah seperti yang dijelaskan dalam surat Al-
Maidah ayat 105 sebagai berikut :

“Wahai orang-orang yang beriman, diri kalian adalah tanggung jawab kalian. Orang
yang tersesat tidak akan membahayakan kalian ketik kalian mendapatkan petunjuk.” (QS
Al-Maidah 5 : 105) (Mukni’ah, 2011: 239)

Selain dari diri manusia itu sendiri, pemerintah dan tokoh agama pun memiliki
peranan penting dalam mewujudkan perdamaian dan menenggelamkan konflik.
Salah satunya dengan menjamin HAM dalam memberi kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama masing-masing. Karena Islam pun mengajarkan untuk menghormati dan
menghargai HAM. Bahkan menurut pandangan ulama dari Mesir, Yusuf Qardhawi, konsep
HAM dalam Islam jauh lebih meyakinkan dan lebih bisa dipercaya.
Sebagai pembawa kabar gembira dan pebawa ajaran Islam, sejatinya Nabi
Muhammad SAW pun adalah seorang pejuang pembela HAM teragung. Seperti dalam pesan
terakhir Nabi Muhammad SAW ketika Haji Wada (haji perpisahan) pada hari ke delapan
Dzulhijjah. Sebuah pesan yang begitu menghargai HAM.

''Wahai manusia! Sesungguhnya kamu semua berasal dari Adam dan Adam berasal
dari tanah. Keturunan, warna kulit serta bangsa tidak menyebabkan seseorang lebih baik
dari yang lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
yang paling bertakwa'' sabda Rasulullah. (Indah Arif Fiandi, 2011: 72)

Sudah sangat jelas bahwa toleransi dapat menjadi modal utama dalam mewujudkan
perdamaian walaupun keberagaman itu tetap ada. Karena perbedaan adalah sebuah
kenyataan, janganlah kita ragu ketika kita hendak berhubungan dengan umat agama lain.
Tetapi tentunya tetap dalam hubungan yang diridhai oleh Allah SWT.

KESIMPULAN
Membangun kerukunan antar umat beragama memang tidak mudah. Hal itu
dikarenakan setiap agama memiliki pedoman dan keyakinannya masing-masing. Lalu, setiap
agama juga memiliki tujuan, visi, misi, dan cara tersendiri untuk mengatur kehidupan
umatnya. Meskipun sebenarnya sudah jelas semua agama itu pasti nantinya akan kembali
kepada Allah SWT. Namun, perbedaan tersebut tidak seharusnya menjadi penghalang bagi
bangsa ini untuk menjadi bangsa yang lebih damai dan rukun.
Pada dasarnya tidak ada agama yang menyerukan umatnya untuk berbuat
keburukan. Semua agama pasti menyerukan umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan
termasuk dalam hal membina hubungan antar umat beragama. Dalam membina hubungan
antar umat agama tersebut, umat manusia harus senantiasa saling bertoleransi agar tidak
terjadi gesekan dengan umat agama yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Suroyo, dkk, Din Al-Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta:UNY Press, 2002

Fiandi, Indah Arif, Pendidikan Pluralisme Perspekif Dr. Yusuf QardhawiI; Tinjauan Terhadap
Konsep Pendidikan Agama Islam Tentang Ajaran Toleransi Atas Hak-Hak Golongan
Minoritas, Surabaya:IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011

Mukni’ah, Materi Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta:Ar
Ruzz Media, 2011

You might also like