Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan: 1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Pengaruh % Suspensi Terhadap Reaksi Hidrolisa Pati
Bab I Pendahuluan: 1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Pengaruh % Suspensi Terhadap Reaksi Hidrolisa Pati
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 2.2 Struktur Amilopektin
2.3 HidrolisaPati
Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu
senyawa.Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air.Hidrolisis dapat digolongkan
menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, hidrolisis
gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan
berdaasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan
hidrolisis faseuap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini
adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan
dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan menggunakan katalisator H+
yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai
berikut :
(C6H10O5)x + H2O → x C6H12O6
Berdasarkan teori kecepatan reaksi :
-rA = k. C pati.C air ...(1)
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama perubahan
reaksi sama dengan k’, dengan besarnya k’ :
k’ = k . Cair ...(2)
sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut -rA = k’. C pati dari persamaan
kecepatan reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu. Jika harga –rA =
-dCA/dt maka persamaan 2 menjadi
−𝑑𝐶𝐴
= 𝑘 ′ CA ...(3)
𝑑𝑡
−𝑑𝐶𝐴
= 𝑘 ′ dt ...(4)
𝐶𝐴
Apabila CA = CA0 (1-XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA0
dan t2 : CA akan diperoleh persamaan :
CA 𝑑𝐶𝐴 𝑡
-∫CAO = 𝑘′ ∫𝑡 1 𝑑𝑡 ...(5)
𝐶𝐴 2
3
𝐶𝐴𝑂
ln = 𝑘 (𝑡2 − 𝑡1 ) ...(6)
𝐶𝐴
1
ln (1−𝑋 = 𝑘 ′ 𝑡2 − 𝑡1 ) ...(7)
𝐴)
4
Meskipun demikian, didalam industri umumnya dipakai asam klorida (HCl).Pemilihan
ini didasarkan atas sifat garam yang terbentuk pada penetralan tidak menimbulkan
gangguan apa-apa selain rasa asin jika konsentrasinya tinggi.Oleh karena itu,
konsentrasi asam dalam air penghidrolisa ditekan sekecil mungkin.Umumnya
dipergunakan larutan asam yang mempunyai konsentrasi asam yang lebih tinggi
daripada pembuatan sirup. Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang jauh
lebih pekat.
2. Suhu danTekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius, dimana
semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya. Untuk mencapai konversi
tertentu, diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk menghidrolisa pati ketela rambat pada
suhu 100 °C. Tetapi jika suhunya dinaikkan hingga 135 °C, konversi yang sama dapat
dicapai dalam waktu 40 menit (Agra dkk, 1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung
dengan katalisator H2SO4 memerlukan suhu 160 °C.Karena panas reaksi mendekati nol
dan reaksi berjalan dalam fase cair maka suhu dan tekanan tidak banyak mempengaruhi
keseimbangan.
3. Pencampuran(pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya perlu adanya
pencampuran. Untuk proses Batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk atau
alat pengocok (Agra dkk, 1973). Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka
pecampuran dilakukan dengan cara mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk
olakan.
4. Perbandingan zat pereaksi
Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka keseimbanga n
dapat bergeser kearah kanan dengan baik.Oleh karena itu, suspensi pati yang kadarnya
rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila
kadar suspensi pati diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1% maka konversi akan
bertambah dari 80% menjadi 87 atau 99 % (Groggins, 1958). Pada permukaan, kadar
suspensi pati yang tinggi sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak.
Untuk menghasilkan glukosa biasanya dipergunakan suspense pati sekitar 20 %.
5
dalam bahan pangan dipertahankan keberadaannya, kecuali air sehingga tepung bisa
jadi tidak murni hanya mengandung pati, karena tercampur dengan protein, serat dan
sebagainya sedangkan pada pembuatan pati pada prinsipnya hanya mengekstrak
kandungan patinya saja. Inulin dan oligosakarida yang larut air kemungkinan ikut
terbuang bersama air pada proses pembuatan pati (Rosa, 2010).
Oleh karena seluruh komponen yang terkandung di dalam bahan pangan
dipertahankan keberadaannya, kandungan inulin dalam serat dan oligosakarida yang
berfungsi sebagai prebiotik tepung garut lebih banyak bila dibandingkan dengan pati
garut. Pati garut setelah diekstraksi dari tepung, kandungan inulin dalam serat dan
oligosakaridanya tentu akan berkurang, oleh karena inulin dan oligosakarida bersifat
larut air (Rosa, 2010).
6
BAB III
METODE PRATIKUM
Standarisasi larutan
fehling
Hidrolisa Pati
Pengumpulan data
percobaan
7
3.2.2 Alat
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Buret
6. Labu leher tiga
7. Labu takar
dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu 70oC, anggap sebagai t0
diambil sampel sebanyak 20 ml. Kemudian sampel dinetralkan dengan
NaOH (pH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil
5 ml. Kedalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +5 ml Fehling A + 5
ml fehling B + 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator MB.Kemudian larutan
dititrasi dengan glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna
merah bata.Catat V titran yang dibutuhkan (M).Yang perlu diperhatikan,
proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas
kompor.Pengambilan sampel dilakukan setiap selang waktu 5 menit
sebanyak 5 kali yaitu 20 menit. (t0=menit ke-0 ,t1=menit ke-5, t2=menit
ke-10, t3=menit ke-15, t4=menit ke-20). Lakukan hal yang sama untuk
variabel 2
9
500 100
(𝐹−𝑀 )𝑋 𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑥 𝑥 0,9
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
xpo = 𝑊
Dimana :
kadar HCl = 0,25 untuk 25%
0,37 untuk 37%
grek HCl = 1
b.Menghitung kebutuhan pati
𝑋𝑝 𝑥 𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖
% suspensi = 𝑊
𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑥 𝑊𝐻𝐶𝑙 𝑋 𝑊𝑎𝑖𝑟
Dimana :
Wpati = 𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑥 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖
WHCl = 𝜌𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑉𝐻𝐶𝑙
Wair = 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 (𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 − 𝑉𝐻𝐶𝑙 )
100
(𝐹−𝑀 )𝑋 𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑥 0,9
5
Xp = 𝑊
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.5
0.4
Konversi 0.3
5,5% suspensi
0.2
7% suspensi
0.1
0
0 2 4 6
Waktu ke-
11
7% suspensi lebih kecil dan berpengaruh pada nilai konversi yang dihasilkan akan
lebih kecil.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin lama waktu reaksi maka konversi glukosa dari hidrolisis pati akan semakin
banyak.
2. Semakin besar % suspensi maka nilai konversi yang dihasilkan akan semakin kecil.
5.2 Saran
1. Lakukan pembagian tugas yang terstruktur dan terarah.
2. Siapkan segala hal yang bisa disiapkan diluar praktikum.
3. Aturlah pengadukan antar variabel agar konstan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Yusniwati, M., dkk. 2011. Kinetik Reaksi Hidrolisis Pati Pisang Tanduk dengan
Katalisator Asam Klorida. Yogyakarta : Institut Sains & Teknologi AKPRIND
15
LEMBAR PERHITUNGAN
Basis : 415 mL
1. Persiapan awal
a. Densitas pati
m = 1 gram
∆V = 0,9 mL
ρ = 1/0,9 = 1,1 g/mL
b. Densitas H2SO4
a. Kalibrasi picno
W picno kosong = 25,116 g
W picno+aquadest = 52,121 g
W aquadest = 27,005 g
ρ aquadest = 0,98 g/mL
V picno = 27,005/0,98 = 27,556 mL
b.Densitas H2SO4
W picno+H2SO4 = 75,081 g
W H2SO4 = 49,965 g
ρ = 49,965/27,556 = 1,813 g/mL
c. V H2SO4 dibutuhkan
N .BM .Vbasis
VoM =
%. .1000.grek
0,17.98.415
=
0,97.1,813.1000.2
= 1,96 mL
d. Cari mpati dan Vaq
Wp
% suspensi =
WP W aqWkat
p .V p
=
p .VP aq .Vaq kat .Vkat
Vbasis = Vp + Vkat +Vaq
Vp = 415 – 1,96 - Vaq
p (415 - 1,96 - Vaq )
% suspensi =
p .(415 - 1,96 - Vaq ) aq .Vaq kat .Vkat
a. Suspensi 5,5 %
B-1
1,1(415 - 1,96 - Vaq )
0,055 =
1,1.(415 - 1,96 - Vaq ) 0,98.Vaq 1,813.1,96
Vaq = 392,5 mL
Vp = 415 – 392,5 – 1,96
= 20,54 mL
Wp = p .V p
= 1,1 x 20,54
= 22,594 g
b.Suspensi 7%
1,1(415 - 1,96 - Vaq )
0,07 =
1,1.(415 - 1,96 - Vaq ) 0,98.Vaq 1,813.1,96
Vaq = 386,86 mL
Vp = 415 – 386,86 – 1,96
= 26,18 mL
Wp = p .V p
= 1,1 x 26,18
= 28,798 g
B-2
b. Hidrolisa pati
100
( F M ).Nglukosa.. .0,9
Xp = 5
W
XP
XA =
X P0
Variabel 1 (5,5% Suspensi)
t = 0 menit
100
(22 18).0,002. .0,9
Xp = 5
22,594
Xp = 6,4 x 10-3
XA = 0,27
t = 5 menit
100
(22 17,5).0,002. .0,9
Xp = 5
22,594
Xp = 7,2 x 10-3
XA = 0,31
t = 10 menit
100
(22 17,4).0,002. .0,9
Xp = 5
22,594
Xp = 7,4 x 10-3
XA = 0,32
t = 15 menit
100
(22 16).0,002. .0,9
Xp = 5
22,594
Xp = 9,6 x 10-3
XA = 0,42
t = 20 menit
100
(22 14).0,002. .0,9
Xp = 5
22,594
Xp = 12,7 x 10-3
XA = 0,55
B-4
5 7,2 x 10-3 0,31 0,37
10 7,4 x 10-3 0,32 0,38
15 9,6 x 10-3 0,42 0,54
20 12,7 x 10-3 0,55 0,80
5.29,75 50.2,4
=
5.750 50 2
= 0,023
b. Variabel 2 (7% suspensi)
c. Variabel 1 (5,5% suspensi)
X y x2 xy
0 0,17 0 0
5 0,31 25 1,55
B-5
10 0,33 100 3,3
15 0,50 225 7,5
20 0,76 400 15,2
50 2,07 750 27,55
5.27,55 50.2,07
=
5.750 50 2
= 0,0274
B-6