Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Fadillah Istiana 130112160558
Rizki Adi Santosa 130112160639
Yufi Numaf Astuti 130112160587
Preseptor :
Santi Andayani, dr., SpKJ
I. Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood dengan kelainan berupa perubahan
suasana perasaan atau afek, dimana pada waktu didapat kumpulan gejala yang terdiri dari
depresi, dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya (penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas) dan pada waktu lain mengalami elasi (suasana
perasaan yang meningkat disertai penambahan energi dan aktivitas). Gangguan ini
memiliki episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode), yang khas adalah biasanya
terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya dimulai dengan
tiba-tiba antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama rata-rata sekitar 6 bulan, tetapi jarang melebihi 1 tahun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua episode ini seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stres atau trauma mental lain.
II. Epidemiologi
Prevalensi gangguan bipolar I sekitar 0,4-1,6% sedangkan prevalensi gangguan
bipolar II adalah 0,5%. Gangguan bipolar I angka kejadiannya sama antara pria dan
wanita, dimana episode manik lebih sering didapati pada pria sedangkan episode depresi
pada wanita. Onset gangguan bipolar I terjadi pada usia 5-50 tahun, rata-rata pada usia 30
tahun. Gangguan bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang bercerai atau belum
menikah.
III. Etiologi
1. Genetik
Terdapat bukti-bukti yang mendukung peranan faktor genetik sebagai predisposisi
gangguan bipolar. Di antaranya adalah :
1. Tingkat persesuaian gangguan bipolar pada pasangan kembar monozigot
mencapai 80%.
2. Hasil analisis regresi menunjukkan pola transmisi autosomal dominan.
3. Beberapa letak gen pada kromosom keluarga yang mendapat gangguan bipolar
telah diduga berkaitan dengan pewarisan penyakit. Namun sampai kini, dugaan ini
belum terbukti satu pun.
2. Neurobiologis
Mekanisme patofisiologi yang mendasari perubahan mood yang berulang pada
gangguan bipolar masih belum dapat dijelaskan. Beberapa hipotesis tentang gangguan
yang terjadi pada bipolar salah satunya mengenai ketidakseimbangan neurotransmiter di
sistem saraf pusat.
3. Psikodinamika
Dari sudut pandang psikodinamika, terdapat faktor predisposisi dan presipitasi yang
mendukung terjadinya gangguan afektif bipolar, yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor Kepribadian
Jenis kepribadian yang menjadi presisposisi terjadinya gangguan
bipolar adalah kepribadian sikotimik, dimana kepribadian ini mempunyai
ciri pergantian mood yang ekstrim dari elasi ke murung dalam hitungan
hari. Ketidakstabilan mood ini dapat mengganggu pkerjaan dan hubungan
sosial.(5)
Stresor berkepanjangan
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, tanggung jawab
berat untuk mengasuh banyak anak sekaligus, dan hubungan pernikahan
yang tidak kondusif memberikan tekanan yang kronis, sehingga
mengganggu rasa aman dan harga diri.
Tingkat stres dapat bertambah dengan tiadanya orang yang dapat
dipercaya dan diandalkan untuk membantu menyelesaikan masalah.,
ataupun sebagai pendengar.
b. Faktor Presipitasi
Seseorang yang telah memiliki faktor-faktor predisposisi berpeluang besar
untuk mengembangkan gangguan bipolar setelah timbulnya faktor pemicu, yaitu
peristiwa yang dapat menimbulkan stres yang mendadak. Contohnya adalah
kehilangan pekerjaan, kehilangan orang terdekat, perceraian dan lain-lain.
Walaupun demikian, faktor ini harus diiinterpretasi dengan hati-hati,
apakah peristiwa tersebut merupakan sebab dari timbulnya gangguan (mis:
dipecat karena perusahaan bangkrut), atau merupakan akibat dari gangguan
yang sudah timbul (mis: dipecat karena kualitas pekerjaan memburuk akibat
gangguan afektif)
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresi ringan
ataupun sedang
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi berat tanpa gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi berat dengan gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
V. Gambaran Klinis
1. Episode Depresi
Berdasarkan PPDGJ-III terdapat tiga variasi dari episode depresi yaitu depresi
ringan, sedang, dan berat.
Gejala utama dari depresi adalah:
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan tentang masa depan dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis. Kategori diagnosis episode
depresi ringan, sedang, dan berat hanya digunakan untuk episode depresi tunggal yang
pertama, episode berikutnya hanya diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis
gangguan depresi berulang.
Pasien menunjukkan gejala depresi seperti merasa sedih, tidak mempunyai
keinginan untuk melakukan sesuatu, kehilangan harapan, merasa tidak berharga,
beberapa pasien mengeluh sakit dan tidak dapat menangis.
Dua per tiga pasien depresi memiliki ide bunuh diri dan sekitar 10-15% melakukan
bunuh diri. Beberapa pasien depresi tampak tidak peduli dengan depresinya dan tidak
mengeluhkan perubahan suasana perasaannya, meskipun mereka menarik diri dari
keluarga, teman, dan aktivitas yang mereka senangi. Sebagian besar pasien depresi
mengeluhkan berkurangnya energi, kesulitan menyelesaikan pekerjaan, dan kehilangan
motivasi untuk memulai kegiatan. Sekitar 80% pasien mengeluh gangguan tidur.
Ansietas merupakan gejala umum dari depersi yang mengenai hampir 90% pasien
depresi. Selain itu didapatkan juga gejala vegetatif seperti mens yang abnormal, masalah
seksual dan masalah somatik, ketidakmampuan berkonsentrasi dan kegagalan berpikir.
Fobia sekolah dan kelekatan yang berlebihan dengan orang tua merupakan gejala
depresi pada anak Kegagalan nilai akademis, penyalahgunaan zat psikoaktif, perilaku
antisosial, seksual promiskuitas, dan melarikan diri dari rumah merupakan gejala depresi
pada remaja. Pada orang dewasa, depresi sering berhubungan dengan status
socialekonomi, kehilangan pasangan hidup, penyakit ,dan isolasi sosial. Pada orang
dewasa, depresi sering muncul dalam keluhan somatis.
2. Episode Manik
Peningkatan perasaan seperti euforia, perasaan yang meluap-luap, atau mudah
tersinggung adalah tanda dari episode manik. Beberapa pasien manik dapat membuka
pakaiannya di tempat umum, mengenakan pakaian atau perhiasan yang mencolok, pasien
biasanya impulsive. Mereka mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan politik,
agama, keuangan, dan seksual.
Bicara
Biasanya pasien depresi sedikit bicara dan bersuara pelan, mereka berespon lambat
terhadap pertanyaan dan menjawabnya dengan satu kata.
Gangguan persepsi
Delusi dan halusinasi yang konsisten pada pasien depresi disebut mood congruent,
yang mencakup perasaan bersalah, penuh dosa, tidak berharga, miskin, gagal, teraniaya,
dan menderita penyakit somatik terminal.
Pikiran
Pasien depresi memiliki pandangan negatif terhadap dunia dan dirinya sendiri,
pikiran mereka sering berisi tentang kehilangan, perasaan bersalah, ide bunuh diri, dan
kematian. Sekitar 10% pasien depresi memiliki gejala gangguan pikiran yang biasanya
berupa bloking dan miskin ide.
Ingatan
Sekitar 50-75% pasien depresi mengalami gangguan kognisi dan beberapa pasien
mengeluhkan gangguan konsentrasi dan ingatan.
Kontrol impuls
Sekitar 10-15% pasien depresi melakukan tindakan bunuh diri, dan sekitar 2/3
pasien depresi memiliki ide bunuh diri. Pasien depresi dengan gambaran psikotik
memikirkan untuk membunuh orang sebagai hasil dari delusinya, tetapi pasien dengan
depresi berat sering kehilangan motivasi atau energi untuk melakukan tindakan impulsif
atau tindakan kekerasan.
Reliabilitas
Pasien depresi sangat berlebihan terhadap masalah yang buruk dan pesimis
terhadap yang baik
2. Episode Manik
Gambaran Umum
Gejala yang paling sering terjadi adalah elasi, mudah tersinggung, peningkatan
aktivitas, dan ide pribadi yang dianggap sangat penting.
Bicara
Bicara menjadi cepat dan banyak, memperihatkan alur pikiran yang cepat (’pressure
of speech’). Pada tingkat parah, isi pembicaraan tidak dapat diikuti,sehingga disebut ’flight
of ideas’.
Gangguan persepsi
Terdapat halusinasi pada kasus yang parah. Isinya biasanya berupa bisikan tentang
kekuatan, maupun yang berisi muatan agama.
Pikiran
Ide-ide kebesaran sering muncul, di samping itu pasien sering merasa idenya
orisinil, hebat, dan penting, serta hasil kerja mereka mengagumkan. Kadang pasien
menjadi berlebihan, tertama dalam membelanjakan uang, membeli barang mewah dan
menanamkan uang pada bisnis yang beresiko.
Pada kasus yang parah, dapat terjadi waham kebesaran, misalnya pasien
mempercayai bahwa ia adalah seorang nabi ataupun orang yang penting dalam
pemerintahan. Terkadang timbul waham kejar, dan waham lainnya yang dapat berubah-
ubah.
VIII. Penatalaksanaan
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi perawatan pasien depresi di rumah sakit adalah adanya resiko bunuh diri
atau membunuh, dan adanya penurunan kemampuan dasar yang jelas, seperti
ketidakmampuan pasien untuk mendapatkan makanan dan tempat perlindungan, riwayat
gejala yang berkembang dengan pesat dan hancurnya system pendukung pasien.
Terapi Psikososial
Terapi psikososial mencakup terapi kognitif, terapi perilaku, dan terapi
interpersonal. Tujuan dari terapi kognitif adalah untuk mengurangi episode depresi dan
mencegah eksaserbasi dengan cara membantu pasien mengidentifikasi masalah dan
berpikiran positif. Terapi perilaku adalah terapi berdasarkan pada hipotesis bahwa perilaku
maladaptive adalah hasil dari sedikitnya timbale balik positif yang diterima dan penolakan
dari lingkungan sosial. Sedangkan tujuan dari terapi psikoanalitik antara lain merubah
kepribadian atau karakter pasien dan meningkatkan kepercayaan diri pasien.
Farmakoterapi
1. Lithium
Kerja farmakologis dari lithium belum banyak diketahui untuk dapat menjelaskan
efek terapeutiknya, namun fungsinya dalam meningkatkan fungsi serotonin otak
sangat berguna.
Ginjal menjadi tempat ekskresi dari lithium, dengan mekanisme sama seperti
sodium.
Konsentrasi plasma yang diperlukan untuk profilaksis adalah 0,4-0,8 mmol/l dapat
ditingkatkan hingga 1,2 mmol/l. Sedangkan untuk pengobatan mania akut dapat
diberikan dosis 0,9-1,2 mmol/l. Konsentrasi stabil dalam plasma didapat 12 jam
setelah pemberian terakhir.
Efek samping yang dapat terjadi adalah diuresis, tremor, mulut kering, rasa logam
pada lidah, lemah dan lesu. Efek lanjutnya adalah tremor halus, polyuria dan polydipsi,
pembesaran kelenjar tiroid, hipotiroid, gangguan memori, dan erubahan pada
gambaran EKG.
Sebelum pemberian lithium, pasien harus diperiksa dahilu secara menyeluruh, dan
diberikan edukasi mengenaj pengobatan, baik dari efek samping, efek toksik, dosis,
perlunya memeriksa kadar litium dalam serum, pengaturan diet rendah garam, dan
kondisi khusus yang dapat menjadi indikasi henti obat.
2. Carbamazepin
Carbamazepine telah dikenal sebagai antikonvulsi, namun pada
perkembangannya dapat digunakan sebagai pencegahan kambuhnya gangguan
afektif. Obat ini cukup efektif pada pasien yang tak bereaksi terhadap lithium, dan
pada ganguan manik-depresif yang berulang cepat. Dosissama dengan yang
digunakan pada terapi epilepsy. Efek samping terjadi bila kadar dalam plasma tinggi,
yaitu mabuk, pusing, penglihatan ganda, dan ruam kulit. Terjadi interaksi denangan
hormon pada pil kontrasepsi, sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan alat
kontrasepsi lain pada penggunaan carbamazepin.
3. Sodium Valproat
Seperti carbamazepin, sodium valproat awalnya merupakan antikonvulsi. Dapat
digunakan pada manik akut. Efeknya kurang kuat untuk pencegahan, namun sering
dicobakan pada pasien yang tidak dapat menoleransi lithium ataupun dengan
carbamazepin. Efek samping yang umum adalah mengantuk, lelah, tremor, dan
gangguan saluran pencernaan. Karena efeknya yang trombositopenik, pasien harus
diperiksa dahulu sebelum diberikan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA