You are on page 1of 19

Abstrak

Bernafas adalah suatu mekanisme mengambil dan mengeluarkan udara pernafasan melalui paru-
paru. Proses pernapasan sangat penting untuk dapat mensuplai oksigen ke semua jaringan tubuh
dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru. Udara
masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang
bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-
gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli
di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai
rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Batuk biasa juga disertai dengan
pengeluaran mukus, Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam
saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari
epitel yang melapisi saluran pernapasan.

Kata Kunci: pernafasan, mukus

Abstract

Breathing is a mechanism of taking and releasing respiratory air through the lungs. The process
of breathing is essential to being able to supply oxygen to all body tissues and to release the
carbon dioxide produced by blood through the lungs. Air enters the lungs through a narrowed
tubular system (bronchi and bronchiolus) that branches in both lungs (trachea). The pipe ends
up in the lung bubbles (alveoli) which are the last airbags in which oxygen and carbon dioxide
are removed from where the blood flows. There are more than 300 million alveoli in the human
lungs are elastic. Cough is a lung defense effort against various stimuli that exist. Cough is a
normal reflex that protects our body. Common cough is also accompanied by mucus, Normal
adult can produce a mucus of 100 ml in the respiratory tract daily. This mucus is herded into the
pharynx by a ciliated cleansing mechanism of the epithelium lining the respiratory tract.
Keywords: Breathing, mucus

1 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


Pendahuluan

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme) dengan
lingkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen dari
udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen
merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan
sekitar. Proses pernapasan ini meliputi ventilasi yaitu pertukaran gas antara paru dan udara luar
yang terjadi melalui inspirasi (menghirup udara luar) dan ekspirasi (menghembuskan udara
keluar), difusi yaitu oksigen (O2) berdifusi dari alveolus ke kapiler paru dan karbondioksida
(CO2) dari kapiler paru ke alveous serta perfusi atau transport yaitu O2 dibawa dari paru
keseluruh sel/jaringan dan CO2 dari sel/jaringan ke paru.

Anatomi Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan terdiri dari otot-otot pernapasan, zona pernapasan/zona respiratory, dan zona
konduksi. Zona pernapasan yaitu tempat terjadinya pertukaran udara pernapasan yaitu terdiri dari
bronchiolus, ductus alveolaris, saccus alveolaris dan alveoli. Zona konduksi adalah saluran
tempat pertukarann udara pernapasan yang terdiri dari hidung, rongga hidung, faring, trachea.
Secara anatomi, sistem pernapasan dibagi menajdi dua yaitu saluran pernapasan atas dan saluran
pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas tersebut terdiri dari hidung, sinus paranasal dan
nasofaring, sedangkan saluran pernapasan bawah terdiri dari laring, trachea, bronchus dan
alveolus.

Hidung 1,2

Ketika kita bernafas secara otomatis kita akan melakukan inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi akan
menyebabkan kontraksi diafragma dan interkostalis eksterna sehingga udara bisa masuk kedalam
paru-paru melalui hidung. Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah dan memiliki
fungsi untuk menghirup udara pernapasan, menyaring udara, menghangatkan dan melembabkan
udara pernapasan, juga berperan dalam resonansi suara. Hidung merupakan alat indera manusia
yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung
terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau
mempunyai rambut-rambut halus yaitu silia olfaktori diujungnya dan diliputi oleh selaput lendir

2 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


yang berfungsi sebagai pelembab dan untuk menyaring udara. Tulang pembentuk hidung adalah
Tulang nasal (tulang yang membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung), vomer
(bagian posterior septum nasi), lantai rongga nasal yang terbentuk dari tulang maksila dan
palatinum, konka nasalis superior; media; inferior , meatus superior; inferior dan media yang
merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak dibawah konka. Tulang rawan pembentuk
hidung yaitu cartilago nasi lateralis, sepasang cartilago alaris major, beberapa pasang cartilagines
alares minor, tepi anterior cartilago septi nasi.

Gambar 1.Hidung12
Hidung terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam dan luar. Hidung bagian luar itu terdapat
tonjolan garis tengah diantara pipi dan bibir atas, dimana strukturnya dibedakan menjadi 3
bagian yaitu kubah tulang (paling atas dan tidak dapat digerakkan), kubah kartilago (terletak
dibawah kubah tulang, sedikit dapat digerakkan), lobulus hidung (letaknya berada paling bawah
dan bagian ini mudah digerakkan), pada dinding inferior hidung terdiri dari dasar rongga hidung,
os maksilla dan os palatum, dan dinding superior hidung yang terdiri dari atap rongga hidung,
lamina kribiformis (rongga tengkorak dan hidung). Bentuk dari hidung luar ini berbentuk

3 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


piramid dan nama bagiannya dari atas sampai bawah itu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak
hidung, ala nasi dan kolumela. Hidung bagian dalam membentang dari os internus, disebelah
anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dan nasofaring. Hidung
bagian dalam terdiri dari septum nasi (pemisah), nares anterior, vestibulum nasi (kelenjar
sebasea, vibrisae) dan nares posterior (koana).

Gambar 2.Bagian hidung. 12

Septum nasi merupakan sekat yang membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga
nasal, dimana terbentuk dari tulang dan tulang rawan. Dimana tulang pembentuk septum nasi
adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila, dan krista nasalis os
palatia dan tulang rawan pembentuk sekat ini adalah kartilago septum dan kolumeia.

4 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


Gambar 3.Regio hidung. 12

Nares adalah orifisium eksterna rongga hidung, dikelilingi oleh cartilago alaris major dan
cartilagi alaris minor. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang
masuk kavum nasi bagian belakang disebut nares posterior.

Gambar 4.Hidung. 12

Kemudian Concha adalah struktur seperti kulit kerang yang menonjol pada sisi medial dinding
lateral ronga nasal. Concha dibagi menjadi 4 bagian yaitu concha nasalis superior, concha nasalis

5 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


medial, concha nasalis inferior dan concha supreme. Rongga sempit di antara konka-konka dan
dinding lateral hidung yaitu meatus. Meatus dibagi menjadi 3 bagian yaitu meatus superior
(diantara konka superior dan konka media), meatus medius (diantara konka media dan dinding
lateral rongga hidung), meatus inferior (di antara konka inferior dengan dasar hidung).

Gambar 5.Regio hidung. 12

Faring 1,2

Faring adalah sebuah pipa musculo membranosa dengan panjang sekitar 12-14 cm. Membentang
dari basis cranii sampai vertebra cervical 6 atau bisa dibilang tepi bawah cartilago cricoidea.
Faring terbagi menjadi 2 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.

Laring 8

Laring adalah bagian dari saluran pernapasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian
tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI, dimana
pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka,
hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Kartilago tiroid yang pada
pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s
apple atau jakun.

Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan
Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan

6 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral,
dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan
kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan
lobus kelenjar tiroid.

Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas
dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah
kartilago, ligamentum dan otot-otot.

Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :

1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :


 Kartilago Tiroidea merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding anterior
dan lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap
(ala tiroidea) berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di bagian
depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adam’s apple. Di
sebelah dalam perisai kartilago tiroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita suara,
ventrikel, otot-otot.
 Kartilago Krikoidea merupakan bagian terbawah dari dinding laring.
Merupakan kartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan
bagian alsanya terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit dari
pada bagian posterior. Di sebelah bawah melekat dengan cincin trakea I melalui
ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan tindakan trakeostomi.
Kartilago krikoidea pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI – VII dan pada
anak-anak setinggi vertebra servikalis III – IV.
 Kartilago Aritenoidea merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang kartilago
berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago krikoidea, sehingga
memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari piramid ini
membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis yang merupakan tempat melekatnya m.
krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus
vokalis tempat melekatnya ujung posterior pita suara.
2. Kartilago minor, terdiri dari :

7 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


 Kartilago Epiglotis , bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk
dinding anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan
bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen faring sehingga
membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis mempunyai fungsi sebagai
pembatas yang mendorong makanan ke sebelah menyebelah laring.
 Kartilago Kuneiforme merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan
kartilago kecil yang terletak di dalam plika ariepiglotika.

Laring bagian dalam

Cavum laring terdiri dari :

1. Supraglotis (vestibulum superior), yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan
inlet laring.
2. Glotis (pars media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara
sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago
krikoidea.

Plika Ventrikularis (pita suara palsu) yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan
kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal
dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.
Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus) yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati.
Dekat ujung anterior dari ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita
suara palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan
beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut
appendiks atau sakulus ventrikel laring.

Plika Vokalis (pita suara sejati) Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk
oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima
belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut intercartilagenous
portion.

Otot laring
8 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1
Otot-Otot Intrinsik Laring

Otot yang perlekatan di bagian laring. Otot ini memiliki peranan untuk mengubah panjang dan
ketegangan plica vocalis dalam produksi suara dan mengubah ukuran rima glottidis untuk
masuknya udara ke paru. Otot-otot yang termasuk dan innervasinya yakni adalah :

1. M. Cricothyroideus (R.externus n. laryngeus superior)

2. M. Cricoarytenoidea posterior (Safety Muscle) (R.Posterior n. laryngeus inferior)

3. M. Cricoarytenoidea lateral (R. anterior n. laryngeus inferior)

4. M. Arytenoidea transversus (R. Posterior n. Laryngeus inferior)

5. M. arytenoidea obliquus (R. anterior n. laryngeus inferior)

6. M. Thyroarytenoidea (R. anterior n. laryngeus inferior)

Adapun fungsinya :

1. Mengatur Rima Glottidis

a. Membuka : m.cricoarytenoidea posterior

b. Menutup : m. cricoarytenoidea lateral, m. arytenoidea transversa, m. cricothyroidea, dan m.


thyroarytenoidea

2. Mengatur ketegangan lig.vocale

a. Menegangkan : m.cricothyroidea

b. Mengendorkan : m. thyroarytenoidea

3. Mengatur aditus laryngeus

a. Membuka : m. thyroepiglotticus

b. Menutup : m. aryepiglotticus dan m. arytenoideus obliquus

Otot-Otot Ekstrinsik Laring

9 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


Merupakan otot-otot di sekitar laring yang mempunyai salah satu perlekatan pada laring atau
os.hyoideus. Berfungsi untuk menggerakkan laring secara keseluruhan. Otot ekstrinsik laring
terbagi atas :

a. Otot-otot Depressor :

 m. omohyoideus
 m. sternohyoideus
 m. sternothyroideus

b. Otot-otot Elevator :

 m. mylohyoideus
 m. stylohyoideus
 m. thyrohyoideus
 m. stylopharyngeus
 m. palatopharyngeus
 m. constrictor pharyngeus medius
 m. constrictor pharyngeus inferior

Trakea 1,2

10 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


Gambar 6.Pulmo. 12

Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalatormuko-siliaris karena silia
pada trakea dapat mendorong benda asing yang terikat zat mucus kearah faring yang kemudian
dapat ditelan atau dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang terkandung
dalam asap rokok. Saluran udara yang terdiri atas cincin-cincin (yang terbuka disebelah belakang
berbentuk tapal duka) jaringan tulang rawan hialine dan masing-masing dihubungkan oleh
jaringan ikat elastin. Trakea terletak sebagian dalam leher dan sebagian dalam thorax, panjang
trakea 15 cm dan diameter sekitar 12mm pada orang dewasa. Trakea ke atas melanjutkan sebagai
laring dan kebawah membagi menjadi bronchi principalis dextra et sinistra. In vivo trachea
setinggi C.VI sampai dengan Th.VI. Bifurcatio trachea adalah tempat percabangan menjadi
broncus principalis dextra dan sinistra. Broncus sinistra lebih tegak, lebih pendek dan lebih lebar
daripada broncus dextra.

Broncus principalis dextra panjangnya 2,5 cm, sebelum masuk ke hillus paru-paru kanan
mempercabangkan bronchus lobaris superior. Sewaktu masuk ke hillus, membelah menjadi
brochus lobaris medius dan bronchus lobaris inferior. Bronchus principalis sinistra memiliki
panjang 5 cm, berjalan ke kiri di bawah arcus aorta dan didepan oesophagus. Sewaktu masuk
hillus paru-paru kiri bercabang menjadi bronchus lobaris superior dan inferior. Setiap bronchus
lobaris (sekunder), berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan bronchus segmentalis
(tersier). Setiap broncus segmentalis masuk ke unit lobus paru-paru yang secara struktural dan
fungsional adalah independen, yaitu bronchopulmonis. Segmen ini berbentuk piramid,
mempunyai apexyang mengarah ke radiks pulmonis dan basisnya mengarah ke permukaan paru-
paru. Setiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, arteri, vena dan saraf otonom.

Bronchus 1,2

Bronkus kiri dan bronkus kanan memiliki bentuk yang tidak simetris. Bronkus yang disebelah
kanan memiliki struktur yang lebih pendek dan lebih lebar daripada bronchus disebelah kiri,
kemudian kelanjutan trachea yang lebih vertikal sedangkan bronchus yang disebelah kiri
memiliki struktur yang lebih panjang dan sempit, kemudian kelanjutan trakea yang sudutnys
tajam. Bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris atau yang biasa disebut

11 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


bronkus sekunder, kemudian berlanjut ke bronkus segmentalis dan bronkus terminalis. Bronkus
terminalis adalah zona dimana tempat paling akhir dari zona konduksi. Bronkus terminalis ini
adalah saluran udara yang terkecil yang tidak mengandung alveoli. Setelah bronkus terminalis,
terdapat zona respiratori yang terdiri dari bronkiolus respiratori, duktus alveolaris, sakus
alveolaris dan alveolus.

Paru-paru 1,2

Paru-paru adalah organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau
toraks. Mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah, memisahkan
paru-paru. Apex pulmonis berbentuk bulat, terletak dalam cupula pleura. Basisn pulmonis
berbentuk semilunar, cekung dan terletak pada cembungan diafragma. Basis pulmonis dextra
lebih pendek, cekung dan menutupi hepar, sedang basis pulmonis sinistra menutupi hepar, gaster
dan lien. Margo pulmonis terdiri atas margo anterior dan inferior. Paru kanan memiliki 3 lobus
dan paru kanan memiliki 2 lobus, sehingga paru kanan memiliki bentuk yang lebih besar
daripada paru-paru kiri.

Mekanisme pembentukan Suara 3

Siklus respirasi (satu kali pernapasan) terdiri dari 2 fase, yaitu inspirasi (saat menghirup oksigen
masuk kedalam tubuh) dan ekspirasi (saat karbon dioksida dipompa keluar dari tubuh). Pada saat
inspirasi, udara secara normal masuk ke tubuh melalui hidung tempat udara dihangatkan,
disaring, dan dilembabkan. Permukaan yang lembab dan rambut di hidung menyaring partikel
debu, serangga, dan sebagainya. Udara kemudian berjalan melalui trakea. Trakea bercabang
menjadi dua untuk menyalurkan udara ke masing-masing paru melalui bronkus. Setiap bronkus
mempunyai cabang-cabang yang disebut bronkiolus. Bronkiolus terminal yang terbentuk
menyalurkan udara ke jutaan kantung kecil yang disebut alveolus. Alveolus adalah tempat utama
terjadinya pertukaran O2 dan CO2. Pada saat ekspirasi, disinilah terjadinya udara yang keluar
dapat menimbulkan suara. Ekspirasi membebaskan tubuh dari karbon dioksida berlebihan.
Sewaktu udara yang dikeluarkan melewati laring, ia juga dapat digunakan untuk menimbulkan
suara, terletak memanjang dan melintang dibagian dalam laring, perubahan panjang kedua
lipatan ini dan pembukaan glotis diantara keduanya, saat udara lewat keluar, menghasilkan suara
yang kita gunakan untuk bicara. Suara ini selanjutnya diubah dengan cara dipantulkan melawan

12 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


dinding-dinding sinus-sinus (rongga-rongga dalam kepala) dan dipertajam dengan lidah dan
bibir.

Fungsi laring selain berperan sebagai proteksi saluran napas serta terlibat pada fungsi
pernapasan, laring juga ikut berperan dalam proses bersuara. Sumber bunyi untuk produksi suara
adalah laring dan pita suara yang bergetar. Proses pembentukan suara melibatkan sistem respirasi
yang menghasilkan udara sebagai sumber energi. Pada saat ekspirasi, pita suara mulai bergetar.
Mekanisme gerakan pita suara tergantung pada tekanan udara didalam glottis. Selama proses ini,
terdapat perbedaan tekanan udara di atas dan dibawah glottis. Perbedaan tekanan ini membuat
pita suara bergetar. Jika tekanan intraglotal negatif, pita suara akan menutup, dan jika tekanan
intraglotal positif maka udara akan mendorong pita suara hingga terbuka. Peningkatan tahanan
glotis dapat meningkatkan volume udara, sehingga terjadi penutupan paksa pita suara.
Penggunaan tekanan yang berlebihan seperti ini dikenal dengan hiperfungsi laring yang dapat
mengakibatkan trauma pada pita suara. Oleh karena itu keseimbangan antara tekanan aliran
udara dan tahanan glotis sangat penting. Penutupan pita suara yang tidak sempurna
membutuhkan energi yang cukup besar untuk menghasilkan aliran udara yang lebih banyak agar
dapat terus menghasilkan suara. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kelelahan bersuara.

Reflek Batuk

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal
yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk itu berlebihan, ia akan menjadi amat mengganggu. Refleks
batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen,pusat batuk, susunan saraf eferen
dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin
halus yang terletak baik di dalam maupun diluar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain
terdapat di laring, trakea,bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang
bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.
Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis,perikardial dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus,
pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnolddari n. Vagus. Nervus trigeminus
menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus
frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat
batuk yang terletak di medula oblongata, didekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh

13 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


serabut-serabut eferen n.Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus
dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot
interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.3

Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat
dibagi menjadi empat fase yaitu :

1. fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat
aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul
bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago
aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan
keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta
memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan
yang potensial.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meningkat
hingga 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga
terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme

14 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
Dalam terjadinya mekanisme batuk, reseptor rangsangan batuk sangat berperan dalam
menginisiasi timbulnya refleks batuk. Rangsangan atau stimulus yang dapat menimbulkan batuk
secara garis besar terbagi menjadi 3, yaitu: Serabut Aδ atau rapidly adapting receptors (RARs),
serabut C, dan slowly adapting stretch receptor (SARs). Mereka dibedakan berdasarkan
neurochemistry, letaknya, kecepatan konduksi, sensitivitas fisika-kimia, dan kemampuan
adaptasi terhadap lung inflation.4,5

Mekanisme terbentuknya Mukus Sputum


Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap
hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi
saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,
kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan
tidak berjalan secara normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran
mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan
intraabdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta
membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.5

Mekanisme pertukaran gas di paru-paru

Tujuan utama bernapas adalah secara kontinyu memasok O2 segar untuk diserap oleh darah dan
mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem transpor untuk O2 dan CO2 antara
paru dan jaringan, dengan sel jaringan mengekstraksi O2 dari darah dan mengeliminasi CO2
kedalamnya. Pertukaran gas di kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif
sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial. Tidak terdapat mekanisme transpor
aktif untuk gas-gas ini.10

15 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


Tekanan parsial merupakan tekanan yang ditimbulkan secara independen oleh masing-masing
gas dalam suatu campuran gas. Perbedaan tekanan parsial antara darah kapiler dan struktur
sekitar dikenal sebagai gradien tekanan parsial. Terdapat gradien tekanan parsial antara udara
alveolus dan darah kapiler paru.10 Demikian juga terdapat gradien tekanan parsial antara kapiler
sistemik dan jaringan sekitar. Suatu gas selalu berdifusi menuruni gradien tekanan parsialnya
dari daerah dengan tekanan parsial tinggi ke daerah dengan tekanan parsial yang lebih rendah,
serupa dengan difusi menuruni gradien konsentrasi.10

Gradien PO2 dan PCO2 menembus kapiler paru diawali ketika darah mengambil O2 dan
menyerahkan CO2 hanya dengan difusi menuruni gradien tekanan parsial yang terdapat antara
darah dan alveolus. Darah yang masuk ke kapiler paru adalah darah vena sistemik yang dipompa
ke dalam paru melalui arteri-arteri paru. Darah ini, yang baru kembali dari jaringan tubuh, relatif
kekurangan O2 dengan PCO2 46 mmHg.14 Karena PO2 alveolus pada 100 mmHg lebih tinggi
daripada PO2 40 mmHg di darah yang masuk ke paru, maka O2 berdifusi menuruni gradien
tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah sampai tidak lagi terdapat gradien. Sewaktu
meninggalkan kapiler paru, darah memiliki PO2 sama dengan PO2 alveolus yaitu 100 mmHg.
Berbeda dengan O2, gradien tekanan parsial untuk CO2 memiliki arah berlawanan. Darah yang
masuk kapiler paru memiliki PCO2 46 mmHg, sementara PCO2 alveolus hanya 40 mmHg.15
Karena itulah CO2 berdifusi dari darah ke dalam alveolus sampai PCO2 darah seimbang dengan
PCO2 alveolus. Karena itu darah yang meninggalkan kapiler paru memiliki PCO2 40 mmHg.
Setelah meninggalkan paru, darah yang kini memiliki PO2 100 mmHg dan 40 mmHg kembali ke
jantung kemudian dipompa ke jaringan tubuh sebagai darah arteri sistemik.16

Seperti di kapiler paru, O2 dan CO2 berpindah antara darah kapiler sistemik dan sel jaringan
dengan difusi pasif. PO2 arteri adalah 100 mmHg dan PCO2 arteri adalah 40 mmHg, sama seperti
PO2 dan PCO2 alveolus. Sel secara terus menerus mengonsumsi O2 dan menghasilkan CO2
melalui metabolisme oksidatif. Banyaknya CO2 yang dihasilkan bergantung pada tingkat
aktivitas metabolik sel. Oksigen berpindah melalui difusi dari darah kapiler sistemik (PO2 = 100
mmHg) ke dalam sel sekitar (PO2 = 40 mmHg) sampai tercapai keseimbangan. Sedangkan CO2,
berdifusi keluar sel (PCO2 = 46 mmHg) kedalam darah kapiler (PCO2 = 40 mmHg) menuruni
gradien tekanan parsial yang tercipta oleh produksi terus menerus CO2. Semakin aktif suatu

16 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


jaringan melakukan metabolisme, semakin rendah PO2 sel turun dan semakin tinggi PCO2
naik.(4,10,17)

Gambar 7.Pertukaran gas pada paru dan jaringan.12

Penutup
Pasien menderita laringitis karena terjadinya radang pada pita suara dan terganggunya struktur
pada laring yang menyebabkan pasien batuk dan suara serak. Pada umumnya, penyakit
laringitis timbul akibat adanya infeksi pada tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri, jamur
atau parasis tertentu

Daftar pustaka
1. Drake, R.L., Vogl, A.W., Mitchell, A.W.M.. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Singapore: Elsevier
Churchill Livingstone; 2012. P.560-7
2. Paulsen, F. Waschke, J. Sobotta atlas of human anatomi. Germany: Elsevier Urban &
Fischer; 2013.
3. Gabriel. Fisika kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. P.82-83

17 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


4. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2009. P.530-7
5. Nursidik, Yahya. 2007. Media Pembelajaran. Tersedia di : http//www. mediagrafika.com.
diunduh 21-05-2017
6. Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernafasan. Yogyakarta: PT bentang
pustaka; 2010. p.20-21
7. Zulkifli A, Asril B. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI;
2007. P.123-9
8. Ballenger,JJ. Anatomy of the larynx. In: Diseases of the nose, throat, ear, head and neck.
13th ed. Piladelphia, Lea & Febiger. 2006.
9. Gambar2
https://www.google.co.id/search?q=kubah+kartilago,+kubah+tulang&source=lnms&tbm
=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjNtpiWyoDUAhWMQ48KHSHeDgkQ_AUICigB&biw=1
366&bih=662#tbm=isch&q=hidung+bagian+luar+dan+dalam&imgrc=cW0Y2hc4PEZD
yM: diunduh 21-05-2017
10. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005. h. 381-2.
11. Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005. h. 94-6
12. Gibson J.Fisiologi dan anatomi modern. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
h.81
13. Eroschenko VP. diFiore’s atlas of histology with functional correlation. 11th ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2008

14. Tewfik TL. Trachea anatomy. Medscape [online series] 17 Aug 2017 [cited 20 May
2017]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1949391-overview#a3
15. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-14. Jakarta: EGC; 2008. h.515-9.

16. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2008. h.621-623.
17. Guyton, Hall. Buku Saku: Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2009. h. 461-3.

18 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1


19 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1

You might also like