Professional Documents
Culture Documents
Nein
Nein
Bernafas adalah suatu mekanisme mengambil dan mengeluarkan udara pernafasan melalui paru-
paru. Proses pernapasan sangat penting untuk dapat mensuplai oksigen ke semua jaringan tubuh
dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru. Udara
masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang
bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-
gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli
di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai
rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Batuk biasa juga disertai dengan
pengeluaran mukus, Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam
saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari
epitel yang melapisi saluran pernapasan.
Abstract
Breathing is a mechanism of taking and releasing respiratory air through the lungs. The process
of breathing is essential to being able to supply oxygen to all body tissues and to release the
carbon dioxide produced by blood through the lungs. Air enters the lungs through a narrowed
tubular system (bronchi and bronchiolus) that branches in both lungs (trachea). The pipe ends
up in the lung bubbles (alveoli) which are the last airbags in which oxygen and carbon dioxide
are removed from where the blood flows. There are more than 300 million alveoli in the human
lungs are elastic. Cough is a lung defense effort against various stimuli that exist. Cough is a
normal reflex that protects our body. Common cough is also accompanied by mucus, Normal
adult can produce a mucus of 100 ml in the respiratory tract daily. This mucus is herded into the
pharynx by a ciliated cleansing mechanism of the epithelium lining the respiratory tract.
Keywords: Breathing, mucus
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme) dengan
lingkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen dari
udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen
merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan
sekitar. Proses pernapasan ini meliputi ventilasi yaitu pertukaran gas antara paru dan udara luar
yang terjadi melalui inspirasi (menghirup udara luar) dan ekspirasi (menghembuskan udara
keluar), difusi yaitu oksigen (O2) berdifusi dari alveolus ke kapiler paru dan karbondioksida
(CO2) dari kapiler paru ke alveous serta perfusi atau transport yaitu O2 dibawa dari paru
keseluruh sel/jaringan dan CO2 dari sel/jaringan ke paru.
Sistem pernapasan terdiri dari otot-otot pernapasan, zona pernapasan/zona respiratory, dan zona
konduksi. Zona pernapasan yaitu tempat terjadinya pertukaran udara pernapasan yaitu terdiri dari
bronchiolus, ductus alveolaris, saccus alveolaris dan alveoli. Zona konduksi adalah saluran
tempat pertukarann udara pernapasan yang terdiri dari hidung, rongga hidung, faring, trachea.
Secara anatomi, sistem pernapasan dibagi menajdi dua yaitu saluran pernapasan atas dan saluran
pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas tersebut terdiri dari hidung, sinus paranasal dan
nasofaring, sedangkan saluran pernapasan bawah terdiri dari laring, trachea, bronchus dan
alveolus.
Hidung 1,2
Ketika kita bernafas secara otomatis kita akan melakukan inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi akan
menyebabkan kontraksi diafragma dan interkostalis eksterna sehingga udara bisa masuk kedalam
paru-paru melalui hidung. Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah dan memiliki
fungsi untuk menghirup udara pernapasan, menyaring udara, menghangatkan dan melembabkan
udara pernapasan, juga berperan dalam resonansi suara. Hidung merupakan alat indera manusia
yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung
terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau
mempunyai rambut-rambut halus yaitu silia olfaktori diujungnya dan diliputi oleh selaput lendir
Gambar 1.Hidung12
Hidung terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam dan luar. Hidung bagian luar itu terdapat
tonjolan garis tengah diantara pipi dan bibir atas, dimana strukturnya dibedakan menjadi 3
bagian yaitu kubah tulang (paling atas dan tidak dapat digerakkan), kubah kartilago (terletak
dibawah kubah tulang, sedikit dapat digerakkan), lobulus hidung (letaknya berada paling bawah
dan bagian ini mudah digerakkan), pada dinding inferior hidung terdiri dari dasar rongga hidung,
os maksilla dan os palatum, dan dinding superior hidung yang terdiri dari atap rongga hidung,
lamina kribiformis (rongga tengkorak dan hidung). Bentuk dari hidung luar ini berbentuk
Septum nasi merupakan sekat yang membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga
nasal, dimana terbentuk dari tulang dan tulang rawan. Dimana tulang pembentuk septum nasi
adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila, dan krista nasalis os
palatia dan tulang rawan pembentuk sekat ini adalah kartilago septum dan kolumeia.
Nares adalah orifisium eksterna rongga hidung, dikelilingi oleh cartilago alaris major dan
cartilagi alaris minor. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang
masuk kavum nasi bagian belakang disebut nares posterior.
Gambar 4.Hidung. 12
Kemudian Concha adalah struktur seperti kulit kerang yang menonjol pada sisi medial dinding
lateral ronga nasal. Concha dibagi menjadi 4 bagian yaitu concha nasalis superior, concha nasalis
Faring 1,2
Faring adalah sebuah pipa musculo membranosa dengan panjang sekitar 12-14 cm. Membentang
dari basis cranii sampai vertebra cervical 6 atau bisa dibilang tepi bawah cartilago cricoidea.
Faring terbagi menjadi 2 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.
Laring 8
Laring adalah bagian dari saluran pernapasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian
tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI, dimana
pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka,
hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Kartilago tiroid yang pada
pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s
apple atau jakun.
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan
Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas
dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah
kartilago, ligamentum dan otot-otot.
1. Supraglotis (vestibulum superior), yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan
inlet laring.
2. Glotis (pars media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara
sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago
krikoidea.
Plika Ventrikularis (pita suara palsu) yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan
kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal
dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.
Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus) yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati.
Dekat ujung anterior dari ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita
suara palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan
beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut
appendiks atau sakulus ventrikel laring.
Plika Vokalis (pita suara sejati) Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk
oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima
belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut intercartilagenous
portion.
Otot laring
8 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1
Otot-Otot Intrinsik Laring
Otot yang perlekatan di bagian laring. Otot ini memiliki peranan untuk mengubah panjang dan
ketegangan plica vocalis dalam produksi suara dan mengubah ukuran rima glottidis untuk
masuknya udara ke paru. Otot-otot yang termasuk dan innervasinya yakni adalah :
Adapun fungsinya :
a. Menegangkan : m.cricothyroidea
b. Mengendorkan : m. thyroarytenoidea
a. Membuka : m. thyroepiglotticus
a. Otot-otot Depressor :
m. omohyoideus
m. sternohyoideus
m. sternothyroideus
b. Otot-otot Elevator :
m. mylohyoideus
m. stylohyoideus
m. thyrohyoideus
m. stylopharyngeus
m. palatopharyngeus
m. constrictor pharyngeus medius
m. constrictor pharyngeus inferior
Trakea 1,2
Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalatormuko-siliaris karena silia
pada trakea dapat mendorong benda asing yang terikat zat mucus kearah faring yang kemudian
dapat ditelan atau dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang terkandung
dalam asap rokok. Saluran udara yang terdiri atas cincin-cincin (yang terbuka disebelah belakang
berbentuk tapal duka) jaringan tulang rawan hialine dan masing-masing dihubungkan oleh
jaringan ikat elastin. Trakea terletak sebagian dalam leher dan sebagian dalam thorax, panjang
trakea 15 cm dan diameter sekitar 12mm pada orang dewasa. Trakea ke atas melanjutkan sebagai
laring dan kebawah membagi menjadi bronchi principalis dextra et sinistra. In vivo trachea
setinggi C.VI sampai dengan Th.VI. Bifurcatio trachea adalah tempat percabangan menjadi
broncus principalis dextra dan sinistra. Broncus sinistra lebih tegak, lebih pendek dan lebih lebar
daripada broncus dextra.
Broncus principalis dextra panjangnya 2,5 cm, sebelum masuk ke hillus paru-paru kanan
mempercabangkan bronchus lobaris superior. Sewaktu masuk ke hillus, membelah menjadi
brochus lobaris medius dan bronchus lobaris inferior. Bronchus principalis sinistra memiliki
panjang 5 cm, berjalan ke kiri di bawah arcus aorta dan didepan oesophagus. Sewaktu masuk
hillus paru-paru kiri bercabang menjadi bronchus lobaris superior dan inferior. Setiap bronchus
lobaris (sekunder), berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan bronchus segmentalis
(tersier). Setiap broncus segmentalis masuk ke unit lobus paru-paru yang secara struktural dan
fungsional adalah independen, yaitu bronchopulmonis. Segmen ini berbentuk piramid,
mempunyai apexyang mengarah ke radiks pulmonis dan basisnya mengarah ke permukaan paru-
paru. Setiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, arteri, vena dan saraf otonom.
Bronchus 1,2
Bronkus kiri dan bronkus kanan memiliki bentuk yang tidak simetris. Bronkus yang disebelah
kanan memiliki struktur yang lebih pendek dan lebih lebar daripada bronchus disebelah kiri,
kemudian kelanjutan trachea yang lebih vertikal sedangkan bronchus yang disebelah kiri
memiliki struktur yang lebih panjang dan sempit, kemudian kelanjutan trakea yang sudutnys
tajam. Bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris atau yang biasa disebut
Paru-paru 1,2
Paru-paru adalah organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau
toraks. Mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah, memisahkan
paru-paru. Apex pulmonis berbentuk bulat, terletak dalam cupula pleura. Basisn pulmonis
berbentuk semilunar, cekung dan terletak pada cembungan diafragma. Basis pulmonis dextra
lebih pendek, cekung dan menutupi hepar, sedang basis pulmonis sinistra menutupi hepar, gaster
dan lien. Margo pulmonis terdiri atas margo anterior dan inferior. Paru kanan memiliki 3 lobus
dan paru kanan memiliki 2 lobus, sehingga paru kanan memiliki bentuk yang lebih besar
daripada paru-paru kiri.
Siklus respirasi (satu kali pernapasan) terdiri dari 2 fase, yaitu inspirasi (saat menghirup oksigen
masuk kedalam tubuh) dan ekspirasi (saat karbon dioksida dipompa keluar dari tubuh). Pada saat
inspirasi, udara secara normal masuk ke tubuh melalui hidung tempat udara dihangatkan,
disaring, dan dilembabkan. Permukaan yang lembab dan rambut di hidung menyaring partikel
debu, serangga, dan sebagainya. Udara kemudian berjalan melalui trakea. Trakea bercabang
menjadi dua untuk menyalurkan udara ke masing-masing paru melalui bronkus. Setiap bronkus
mempunyai cabang-cabang yang disebut bronkiolus. Bronkiolus terminal yang terbentuk
menyalurkan udara ke jutaan kantung kecil yang disebut alveolus. Alveolus adalah tempat utama
terjadinya pertukaran O2 dan CO2. Pada saat ekspirasi, disinilah terjadinya udara yang keluar
dapat menimbulkan suara. Ekspirasi membebaskan tubuh dari karbon dioksida berlebihan.
Sewaktu udara yang dikeluarkan melewati laring, ia juga dapat digunakan untuk menimbulkan
suara, terletak memanjang dan melintang dibagian dalam laring, perubahan panjang kedua
lipatan ini dan pembukaan glotis diantara keduanya, saat udara lewat keluar, menghasilkan suara
yang kita gunakan untuk bicara. Suara ini selanjutnya diubah dengan cara dipantulkan melawan
Fungsi laring selain berperan sebagai proteksi saluran napas serta terlibat pada fungsi
pernapasan, laring juga ikut berperan dalam proses bersuara. Sumber bunyi untuk produksi suara
adalah laring dan pita suara yang bergetar. Proses pembentukan suara melibatkan sistem respirasi
yang menghasilkan udara sebagai sumber energi. Pada saat ekspirasi, pita suara mulai bergetar.
Mekanisme gerakan pita suara tergantung pada tekanan udara didalam glottis. Selama proses ini,
terdapat perbedaan tekanan udara di atas dan dibawah glottis. Perbedaan tekanan ini membuat
pita suara bergetar. Jika tekanan intraglotal negatif, pita suara akan menutup, dan jika tekanan
intraglotal positif maka udara akan mendorong pita suara hingga terbuka. Peningkatan tahanan
glotis dapat meningkatkan volume udara, sehingga terjadi penutupan paksa pita suara.
Penggunaan tekanan yang berlebihan seperti ini dikenal dengan hiperfungsi laring yang dapat
mengakibatkan trauma pada pita suara. Oleh karena itu keseimbangan antara tekanan aliran
udara dan tahanan glotis sangat penting. Penutupan pita suara yang tidak sempurna
membutuhkan energi yang cukup besar untuk menghasilkan aliran udara yang lebih banyak agar
dapat terus menghasilkan suara. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kelelahan bersuara.
Reflek Batuk
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal
yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk itu berlebihan, ia akan menjadi amat mengganggu. Refleks
batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen,pusat batuk, susunan saraf eferen
dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin
halus yang terletak baik di dalam maupun diluar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain
terdapat di laring, trakea,bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang
bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.
Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis,perikardial dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus,
pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnolddari n. Vagus. Nervus trigeminus
menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus
frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat
batuk yang terletak di medula oblongata, didekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh
Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat
dibagi menjadi empat fase yaitu :
1. fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat
aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul
bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago
aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan
keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta
memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan
yang potensial.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meningkat
hingga 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga
terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme
Tujuan utama bernapas adalah secara kontinyu memasok O2 segar untuk diserap oleh darah dan
mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem transpor untuk O2 dan CO2 antara
paru dan jaringan, dengan sel jaringan mengekstraksi O2 dari darah dan mengeliminasi CO2
kedalamnya. Pertukaran gas di kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif
sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial. Tidak terdapat mekanisme transpor
aktif untuk gas-gas ini.10
Gradien PO2 dan PCO2 menembus kapiler paru diawali ketika darah mengambil O2 dan
menyerahkan CO2 hanya dengan difusi menuruni gradien tekanan parsial yang terdapat antara
darah dan alveolus. Darah yang masuk ke kapiler paru adalah darah vena sistemik yang dipompa
ke dalam paru melalui arteri-arteri paru. Darah ini, yang baru kembali dari jaringan tubuh, relatif
kekurangan O2 dengan PCO2 46 mmHg.14 Karena PO2 alveolus pada 100 mmHg lebih tinggi
daripada PO2 40 mmHg di darah yang masuk ke paru, maka O2 berdifusi menuruni gradien
tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah sampai tidak lagi terdapat gradien. Sewaktu
meninggalkan kapiler paru, darah memiliki PO2 sama dengan PO2 alveolus yaitu 100 mmHg.
Berbeda dengan O2, gradien tekanan parsial untuk CO2 memiliki arah berlawanan. Darah yang
masuk kapiler paru memiliki PCO2 46 mmHg, sementara PCO2 alveolus hanya 40 mmHg.15
Karena itulah CO2 berdifusi dari darah ke dalam alveolus sampai PCO2 darah seimbang dengan
PCO2 alveolus. Karena itu darah yang meninggalkan kapiler paru memiliki PCO2 40 mmHg.
Setelah meninggalkan paru, darah yang kini memiliki PO2 100 mmHg dan 40 mmHg kembali ke
jantung kemudian dipompa ke jaringan tubuh sebagai darah arteri sistemik.16
Seperti di kapiler paru, O2 dan CO2 berpindah antara darah kapiler sistemik dan sel jaringan
dengan difusi pasif. PO2 arteri adalah 100 mmHg dan PCO2 arteri adalah 40 mmHg, sama seperti
PO2 dan PCO2 alveolus. Sel secara terus menerus mengonsumsi O2 dan menghasilkan CO2
melalui metabolisme oksidatif. Banyaknya CO2 yang dihasilkan bergantung pada tingkat
aktivitas metabolik sel. Oksigen berpindah melalui difusi dari darah kapiler sistemik (PO2 = 100
mmHg) ke dalam sel sekitar (PO2 = 40 mmHg) sampai tercapai keseimbangan. Sedangkan CO2,
berdifusi keluar sel (PCO2 = 46 mmHg) kedalam darah kapiler (PCO2 = 40 mmHg) menuruni
gradien tekanan parsial yang tercipta oleh produksi terus menerus CO2. Semakin aktif suatu
Penutup
Pasien menderita laringitis karena terjadinya radang pada pita suara dan terganggunya struktur
pada laring yang menyebabkan pasien batuk dan suara serak. Pada umumnya, penyakit
laringitis timbul akibat adanya infeksi pada tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri, jamur
atau parasis tertentu
Daftar pustaka
1. Drake, R.L., Vogl, A.W., Mitchell, A.W.M.. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Singapore: Elsevier
Churchill Livingstone; 2012. P.560-7
2. Paulsen, F. Waschke, J. Sobotta atlas of human anatomi. Germany: Elsevier Urban &
Fischer; 2013.
3. Gabriel. Fisika kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. P.82-83
14. Tewfik TL. Trachea anatomy. Medscape [online series] 17 Aug 2017 [cited 20 May
2017]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1949391-overview#a3
15. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-14. Jakarta: EGC; 2008. h.515-9.
16. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2008. h.621-623.
17. Guyton, Hall. Buku Saku: Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2009. h. 461-3.