You are on page 1of 14

2.2.

Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Bidang


Kontruksi
2.2.1. Definisi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) secara umum
merujuk pada 2 (dua) sumber, yaitu Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pada Standar OHSAS 18001:2007 Occupational Health
and Safety Management Systems. Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan


Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah sistem manajemen
organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan Kebijakan
K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan) tersebut. Dengan itu, Sistem Manajemen
K3 pada bidang Konsruksi yaiu kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengembangkan
kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 di dalam pekerjaan kontruksi tersebut.

2.2.2. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Bidang Kontruksi
SMK3 pada bidang konstruksi meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam pengendalian risiko. Sistem K3 Perusahaan mengadopsi standar OHSAS
18001;2007, terdiri dari elemen yang merupakan proses pokok sistem yang disusun secara
sistematis dengan menggunakan pendekatan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action). Elemen
Sistem K3 adalah bagian sistem yang merupakan standar proses dan menjadi landasan
operasional penerapan sistem K3 di lingkungan Perusahaan. Setiap elemen memiliki
ekspektasi penerapan yang diinginkan sesuai dengan sasaran K3, karakteristik bisnis dan
budaya Perusahaan. SMK3 terdiri atas 16 elemen pokok yang saling terkait dan saling
mempengaruhi satu dengan lainnya dalam penerapan SMK3 untuk mencapai sasaran program.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerja sama antara pengusaha dan
karyawan untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Pembentukan organisasi P2K3
merupakan amanat dalam Undang Undang No. 01 tahun 1970 dimana P2K3 bertugas
memberikan pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha pencegahan
kecelakaan kerja dan sakit penyakit akibat kerja dalam Perseroan serta dapat memberikan
penerangan efektif pada para pekerja.

2.2.3. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Proyek


Konstruksi
a. Kebijakan K3
 Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.
 Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap pelaksanaan K3 dalam
proyek.
 Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakansebagai landasan
kebijakan proyek lainnya.

b. Administratif dan Prosedur


 Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.
 Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam proyek.
 Menetapkanprosedur dan sistim kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk tugas
dan wewenang semua unsur terkaitOrganisasi dan SDM.
 Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang besarnya sesuai dengan
kebutuhan dan lingkup kegiatan.
 Organisasi K3 harus memiliki asses kepada penanggung jawab projek.
 Kontraktor harus memiliki personnel yang cukup yang bertanggung jawab mengelola
kegiatan K3 dalam perusahaanyang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
 Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yangcakap dankompeten dalam
menangani setiap jenis pekerjaan sertamengetahui sistim cara kerja aman untuk masing-
masingkegiatan.
 Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan perijinan yang berlaku.
 Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagaidasarkebijakan K3
dalam perusahaan.
 Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan dalam
kontrak yang akan dikerjakannya.

c. Identifikasi Bahaya
 Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi Bahaya guna
mengetahui potensibahaya dalam setiap pekerjaan.
 Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan danSafety Departement.
 Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah bakuseperti Check List, What If,
Hazops, dan sebagainya.
 Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikandengan baik dan dijadikan
sebagai pedoman dalam melakukansetiap kegiatan.

d. Project Safety Review


 Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yangmencakup kehandalan K3
dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
 Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyekdibangun dengan sstandar
keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
 Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safetyreview untuk setiap tahapan
kegiatan kerja yang dilakukan,terutama bagi kontraktor EPC (Engineering-
Procurement-Construction).
 Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap
tahapan project secara sistimatis.

e. Pembinaan dan Pelatihan


 Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari levelterendah sampai level
tertinggi.
 Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala. Pokok Pembinaan
dan Latihan: Kebijakan K3 proyek, cara melakukan pekerjaan dengan aman, cara
penyelamatan dan penanggulangan darurat

f. Safety Committee (Panitia Pembina K3)


 Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyanggakeberhasilan K3 dalam
perusahaan.
 Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk membinaketerlibatan dan kepedulian
semua unsur terhadap K3
 Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atauKomiteK3 (Safety Committee).
 Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsiyang ada dalam kegiatan
kerja.
 Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan sertamemberikan masukan
dan pertimbangan kepada manajemenuntuk peningkatan K3 dalam perusahaan

g. Promosi K3
 Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program- program Promosi K3.
 Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkanawareness para pekerja proyek.
 Kegiatan Promosi berupa poster,spanduk, buletin, lomba K3dan sebagainya.
 Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.8.Safe Working Practices
 Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan berbahaya di lingkungan
proyek misalnya :
-Pekerjaan Pengelasa
-Scaffolding
-Bekerja diketinggian
-Penggunaan Bahan Kimia berbahaya
-Bekerja diruangan tertutup
-Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya

h. Sistem Ijin Kerja


 Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya, perlu dikembangkan
sistim ijin kerja.
 Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telahmemiliki ijin kerja yang
dikeluarkan oleh fungsi berwenang(pengawas proyek atau K3).
 Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precautiondan peralatan
keselamatan yang diperlukan

i. Safety Inspection
 Merupakan program penting dalam phase konstruksi untukmeyakinkan bahwa tidak
ada “unsafe act dan unsafe Condition”dilingkungan proyek.
 Inspeksi dilakukan secara berkala.
 Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspectionsemua unsur dan Sub
Kontraktor.11.Equipment Inspection
 Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harusdiperiksa oleh ahlinya
sebelum diijinkan digunakan dalam proyek.
 Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan
label khusus.
 Pemeriksaan dilakukan secara berkala

j. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)


 Harus disusun pedoman Keselamatan Konstraktor/SubKontraktor.
 Subkontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telahditetapkan.
 Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3.
 Pekerja Subkontraktor harus dilatih mengenai K3 secara berkala.
 Contractor Safety:
- Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaansebagai mitra yang membantu
kegiatan operasi perusahaan.
- Kontraktor rawan terhadap kecelakaan dalammenjalankan kegiatannya.
- Tenaga Kontraktor bersifat sementara.
- Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.
- Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat menimbulkan bahaya bagi operasi
perusahaan dan berakibat kecelakaan perusahaan.
- Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
 Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety Management System (CSMS) CSMS
adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di lingkungan
perusahaan. CSMS merupakan sistim komprehensif dalam pengelolaan kontraktor
sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.
k. Keselamatan Transportasi
 Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.
 Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalamn lokasi Proyek.
 Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
l. Pengelolaan Lingkungan
 Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik
mengacu dokumen Amdal/UKL dan UPL.
 Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan seminimal mungkin untuk
menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan.
m. Pengelolaan Limbah dan B3
 Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk.
 Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya.
 Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
n. Keadaan Darurat
 Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya proyek
misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dan sebagainya.
 SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua pekerja.
o. Accident Investigation and Reporting System
 Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang
terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak
terulang kembali.
 Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta statistik kecelakaan.
 Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.
p. Audit K3
 Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek.
 Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam
proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya.
 Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.

2.2.4. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT WIKA

Gambar 2.1. Sistem Manajemen High Rise Building

Gambar 2.2. Sistem Manajemen Resiko K3L dan Hiradc


Gambar 2.3. Sistem Manajemen Pengendalian Aset

2.2.5. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Proyek


Konstruksi
1. Safety Induction
- Sosialisasi kewajiban APD & tata tertib proyek
- Informasi pekerjaan yang sedang berlangsung
- Sosialisasi apabila terjadi keadaan darurat
- Informasi area-area penting di proyek
2. Q-SHE Morning Talk
- Materi terkait pembelajaran kerja
- SR Area lapangan & kantor
- Penataan APD
3. Toolbox Meeting
- Teknis pek & target
- Resiko & identifikasi
- Metode kerja
4. Q-SHE Meeting
- Target pekerjaan
- Kesiapan SDM, alat & material
- Kontrol pekerjaan
- Aspek SHE
5. Q-SHE Patrol
- Inspeksi 5R kondisi lapangan
- Inspeksi mutu pekerjaan
- Inspeksi kesediaan SDM, alat, material
- Inspeksi penempatan material
6. Kebersihan Serentak
- Dilakukan seminggu sekali setiap hari jumat
- Dilakukan oleh serluruh pekerja & staff keseluruh area proyek
- Setelah acara dilakukan srapan bersama
7. Surat Ijin Kerja

Gambar 2.4. Contoh Surat Ijin Kerja PT WIKA


8. Daily Meeting
- Evaluasi pekerjaan
- Komunikasi dan koordinasi setiap bagian
- Target dan rencana kerja
- Kontrol segala aspek
9. Audit Internatl & Eksternal
- Untuk memastikan penerapan SMK3 dilakukan sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan dengan konsisten
- Audit internal dilakukan 2 kali dalam setahun
- Audit eksternal dilaksanakan oleh SGS (ISO 9001;2000, OHSAS 18001:2007, ISO
14001:2004) yang dilakukan sekali dalam setahun
- Audit eksternal dilaksanakan oleh Sucofindo 1 kali dalam 3 tahun
10. Tinjauan Manajemen
- Meninjau masalah masing-masin gunit kerja
- Mengevaluasi sasaran hasil usaha secara periodik
- Mendeteksi dan mengantisipasi ancaman peluang
- Mengevaluasi implementasi dan tindak lanjut manajemen resiko

Pengendalian Aspek Lapangan Khusus Bangunan Tinggi

1. Pemasangan spanduk, rambu area kantor dan lapangan


2. Penataan APD, pemasangan rambu dan spanduk

Gambar 2.5. Penataan APD (Safety belt dll)

Gambar 2.6. Penataan APD


Gamabr 2.7. Pemasangan rambu

Gambar2.8. Pemasangan spanduk

3. Kontrol & Penggunaan APD


Implementasi penggunaan helm, rompi di lapangan , yang beda warna memudahkan untuk
pengontrolan
Gambar 2.9. Penggunaan Helm dan Rompi
4. Hard Bariccade
Kontrol dan evaluasi pemasangan baricade tepi bangunan dan rambu serta spanduk
merupakan bagian penting untuk mencapai budaya K3

Gambar 2.10. Barrcode tepi bangunan


5. Pemasangan safety Protec Area Tepi Bangunan
Kontrol dan evaluasi pemasangan safety protect tepi bangunan untuk menghindari benda
jatuh dari tiap lantai K3
Gambar 2.11. Safety protect tiap lantai
6. Pekerjaan Erection

Gambar 2.12. Safety Belt pada pekerja

Gambar 2.13. Penyambungan Erection


2.2.6. Evaluasi Sistem Manajamen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT WIKA
Evaluasi dari Sistem Manajemen K3 yang ada pada perusahaan konstruksi yaitu PT
WIKA ini dinilai cukup bagus dikarenakan memenuhi hampir semua point dari sistem
manajemen K3 yaitu:

1. Adanya siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) sebagai dara sistem manajemen K3


2. Adanya identifikasi bahaya pada bagan sistem manajmen K3, yaitu peninjauan
ulang/periodeik olek P2K3 proyek
3. Adanya pembinaan dan pelatihan
4. Adanya Surat Ijin Kerja
5. Adanya Safety Induction yang terdiri dari:
- Sosialisasi kewajiban APD & tata tertib proyek
- Informasi pekerjaan yang sedang berlangsung
- Sosialisasi apabila terjadi keadaan darurat
- Informasi area-area penting di proyek
6. Adanya aspek pengendalian lingkungan dengan kegiatan kebersihan serentak yang
diadakan seminggu sekali
7. Adanya Kontraktor Safety yang masuk pada pengendalian aspek lapangan yang
bertujuan untuk mengurangi bahaya yang terjadi pada proses kerja di lapangan
dengan penggunaan helm dan rompi
8. Adanya Accident Investigation and Reporting System yaitu dengan adanya sistem
manajemen site dan jalur evakuasi.
9. Adanya Audit K3

You might also like