You are on page 1of 34

35

PL II
PENGUJIAN KARAKTERISTIK PASIR CETAK

2.1 Tujuan Pengujian Karakteristik Pasir Cetak


1. Praktikan mengetahui macam-macam karakteristik pasir cetak
2. Praktikan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pasir cetak.
3. Praktikan mengetahui cara menguji karakteristik pasir cetak.
4. Praktikan mampu menganalisis karakteristik pasir cetak.

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Definisi Karakteristik Pasir Cetak
Pasir cetak merupakan bahan cetakan utama pada industri pengecoran dimana pasir
digunakan untuk semua jenis coran, terlepas dari apakah logam ferro atau non-ferro, besi
atau baja. Karakteristik pasir cetak adalah sifat khas dari suatu pasir cetak, karakteristik
pasir cetak dibagi menjadi 2 macam, yaitu permeabilitas dan kekuatan.. Karakteristik
yang paling penting dari pasir adalah sifat refraktorinya; yang dengan mudah dapat
menahan suhu tinggi logam cair dan tidak dapat menyatu dengan logam cair.

2.2.1.1 Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan suatu pasir cetak untuk dilalui fluida berupa gas
yang mengalir melalui celah atau pori-pori antar butir pasir cetak dengan volume tertentu
pada tiap tekanan dan luas penampang dalam waktu tertentu. Permeabilitas
dirumuskan.
VH
P ................................................................................................ (2-1)
pAT
Dimana:
P = Permeabilitas (ml/menit)
V = volume udara (ml)(1ml=cm3)
H = tinggi spesimen (cm)
P = tekanan udara (gr/cm2)(1gr = 1cmKa)
A = luas penampang spesimen (cm2)
t = Waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 1 liter udara (menit)
Heine (1976,p.96)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
36

Gambar 2.1 Gambar Tabel Permeability Test Pressure And Corresponding Values
Sumber: Heine (2001,p.186)

2.2.1.2 Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan beban baik beban dinamis
atau statis yang menyebabkan gaya tekan, tarik dan geser sehingga mencapai titik dimana
tepat sebelum patah. Adapun macam-macam kekuatan :

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
37

A. Berdasarkan arah gaya :

Gambar 2.2 (a) Gaya Tekan; (b) Gaya Geser; (c) Gaya Tarik
Sumber: Beeley (2001,p.186)

1. Kekuatan Tekan
Kemampuan pasir cetak dalam menahan tekanan hingga tekan maksimumnya
persatuan luas penampang. Pada kekuatan tekan arah gaya yang diberikan berada
dalam satu sumbu dana rah vector gayanya berlawanan arah dan meunuju pusat
material. Standar kekuatan tekan basah adalah 5 sampai 22 Psi, dan standar kekuatan
tekan kering adalah 20 sampai 250 Psi. (Heine, 1976:95)
2. Kekuatan Geser
Kekuatan geser adalah kemampuan pasir cetak menahan gaya geser per satuan
luas penampang. Pada kekuatan geser, arah gaya yang diberikan sejajar tetapi tidak
berada dalam satu sumbu dan arah vector gayanya berlawanan arah menuju pusat
material. Standar untuk kekuatan geser adalah 1,5-7.0 Psi. (Heine, 1976, p.95)
3. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kemampuan pasir cetak menerima beban tarik per satuan
luas penampang. Pada kekuatan tarik arah gaya yang diberikan berada dalam satu
sumbu dan arah vektor gayanya berlawanan menjauhi pusat material. Standar
kekuatan tarik adalah 1.0 - 6.0 Psi. (Heine, 1976, p.95)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
38

B. Berdasarkan kadar air :


1. Kekuatan basah
Kadar pengikat yang tetap dan kadar air yang meningkat, maka kekuatan
basah akan meningkat, sampai titik maksimum, karena pengikat telah teraktifasi
seluruhnya, kemudian akan mengalami penurunan setelah pencapaian titik
maksimum dikarenakan air bebasnya yang terdapat pada cetakan terlalu berlebih
sehingga bentonit menjadi pasta dan daya ikatnya menurun.
2. Kekuatan kering
Semakin besar kadar air yang diberikan maka kekuatan kering dari pasir
cetak akan semakin besar. Hal ini menyebabkan semakin banyak air yang
diberikan maka semakin banyak pula pengikat yang teraktifasi daya ikatnya
sehingga daya ikat pasir cetak akan semakin meningkat. Dengan begitu kekuatan
kering dari pasir cetak akan semakin bertambah. Semakin banyak air, penyebaran
pengikat yang teraktifasi semakin merata sehingga daya ikat pasir cetak
meningkat karena air menjadi faktor penyebaran.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pasir Cetak


1. Kadar Air

Gambar 2.3 Grafik Pengaruh Air dan Bentonit pada pasir


Sumber: Surdia dan Chijiwa (1980,p.112)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
39

- Pengaruh kadar air terhadap Kekuatan


Apabila kadar air bertambah dan kadar pengikat tetap maka kekuatan tekan basah
akan menurun karena banyaknya air bebas sehingga bentonite beralih fungsi sebagai
pelumas dan menyebabkan pasir cetak menjadi berbentuk pasta, namun hal ini
berlawanan dengan pengaruhnya pada kekuatan kering karena bentonit terdistribusi
merata pada cetakan pasir dan kemudian diperlakukan panas, sehingga air bebas yang
terdapat pada bentonit menguap. Seperti yang dijelaskan pada pada gambar 2.3
- Pengaruh Kadar Air Terhadap Permeabilitas
Berdasarkan gambar 2.3 pada grafik permeabilitas, dengan kadar bentonit tetap
dan kadar air meningkat, permeabilitasnya akan meningkat hingga titik maksimum
dikarenakan bentonite telah teraktifasi sempurna. Tetapi setelah melewati titik
maksimum, permeabilitasnya akan turun seiring dengan bertam bahnya kadar air. Hal
ini dikarenakan terbentuknya air bebas yang akan menyebabkan rongga antar butir
tertutup sehingga permeabilitasnya akan turun.
2. Kadar Pengikat
- Pengaruh kadar pengikat terhadap permeabilitas
Semakin tinggi kadar bentonit dengan kadar air yang tetap maka permeabilitasnya
menurun, karena semakin tinggi kadar bentonit, ikatan antar butir pasir semakin kuat
dan rongga yang seharusnya terbentuk akan terisi bentonit yang tidak teraktivasi air
sehingga permeabilitasnya rendah.
- Pengaruh kadar pengikat terhadap kekuatan
Pada gambar 2.4 dijelaskan tentang grafik pengaruh pengikat dan kekuatan tekan.
Jika kadar pengikat kurang lebih 10%, maka pasir akan terikat sempurna sehingga
kekuatannya cenderung meningkat, tapi apabila jumlah pengikat telah melebihi 10%,
maka kekuatan cenderung konstan karena pengikat telah mengikat keseluruhan pasir
dan juga dapat mengikat butiran antar pengikat.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
40

Gambar 2.4 Grafik Hubungan Kadar Lempung dan Kekuatan


Sumber: Heine (1976,p.109)

3. Bentuk Butir Pasir Cetak


Dari bentuk butirannya, butir pasir dibagi menjadi 4 yaitu butir pasir bulat, butir pasir
sebagian bersudut, butir pasir bersudut, dan butir pasir compound, seperti yang sudah
dijelaskan pada gambar 1.8.
a. Butir Pasir Bulat
Memiliki permeabilitas tinggi karena rongga udara antar butiran besar, namun
memiliki kekuatan yang rendah karena bidang kontak antar butir kecil.
b. Butir Pasir Sebagian bersudut
Memiliki permeabilitas lebih rendah dibanding butir bulat karena rongga udara
antar butir lebih sempit, namun memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari pada butir
pasir bulat karena luas bidang kontaknya lebih besar.
c. Butir Pasir Bersudut
Memiliki permeabilitas lebih rendah dibanding butir sebagian bersudut karena
rongga udara antar butirnya lebih sempit, namun memiliki kekuatan yang lebih
tinggi daripada butir pasir bulat dan sebagian bersudut karena luas bidang kontaknya
lebih besar.
d. Butir Pasir Compound
Memiliki permeabilitas paling rendah karena rongga udara antar butirnya paling
sempit, namun memiliki kekuatan paling besar dari pada butir pasir yang lain karena
luas bidang kontaknya paling besar.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
41

4. Pemadatan
Semakin banyak penekanan saat kita membuat cetakan pasir maka dapat
menyebabkan jarak antar butir menjadi rapat dan padat. Hal ini dapat menurunkan
permeabilitasnya, pemadatan juga mengakibatkan kekuatannya meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan terjadinya penyempitan celah antar butir sehingga daya ikat dan gaya
tarik menarik antar butir semakin tinggi, sehingga kekuatan pasir cetak semakin
meningkat akibat jarak antar butiran yang lebih rapat.
5. Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
Distribusi besar ukuran butir pasir cetak merupakan persebaran butir atau presentase
dari besar butir pasir cetak yang digunakan. Jika butiran pasir cetak besar seragam maka
luas bidang kontaknya kecil, sehingga rongga yang ada besar yang mengakibatkan
permeabilitasnya besar dan kekuatannya kecil. Jika butiran pasir cetak kecil seragam
maka luas bidang kontaknya besar sehingga rongganya sempit yang mengakibatkan
permeabilitasnya kecil dan kekuatannya besar. Jika butiran pasir cetak campuran antara
butiran besar dan kecil maka besar permeabilitas dan kekuatannya berada di antara
distribusi butir pasir besar seragam dan butir pasir kecil seragam.

2.2.3 Pengaruh Karakteristik Pasir Cetak Terhadap Hasil Coran


1. Pengaruh Permeabilitas Terhadap Hasil Coran
Jika pasir cetak memiliki permeabilitas yang rendah, maka udara sulit keluar
melalui celah-celah antar butir pada saat proses penuangan logam cair. Hal ini akan
mengakibatkan udara terjebak dalam logam cair yang akan mengakibatkan cacat
porositas atau shrinkage pada logam jika telah didinginkan. Jika permeabilitas pasir
cetak terlalu tinggi, udara dapat dialirkan dengan mudah melalui celah antar butiran
pasir cetak tetapi logam cair yang dituangkan juga dapat terabsorbsi ke dalam celah-
celah antar butir pasir cetak sehingga permukaan coran yang terbentuk menjadi kasar
atau metal penetration.
2. Pengaruh Kekuatan Pasir Cetak Terhadap Hasil Coran
a. Pengaruh Kekuatan Tekan
Apabila kekuatan tekan kurang, maka cetakan pasir akan cepat rusak saat
penuangan. Hal ini akan mengakibatkan melendutnya permukaan cetakan pasir yang
dapat menyebabkan cacat permukaan berupa cacat swell pada permukaan produk.
Apabila kekuatan tekan terlalu tinggi maka akan terjadi turbulensi pada aliran logam
cair sehingga mengakibatkan udara masuk dan terjadi cacat porositas.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
42

b. Pengaruh Kekuatan Geser


Apabila kekuatan gesernya rendah maka pada saat logam cair merapat pada
dinding dan menempati ruang dinding bagian dalam. Cetakan pasir akan ikut
tergeser terbawa logam cair dan akan menimbulkan cacat inklusi. Apabila
kekuatan geser terlalu tinggi maka akan terjadi turbulensi pada aliran logam cair
sehingga mengakibatkan udara masuk dan terjadi cacat porositas.
c. Pengaruh Kekuatan Tarik
Apabila kekuatan tarik rendah maka pada saat logam cair menyusut dalam
coran, dinding dalam cetakan pasir akan ikut tertarik logam sehingga corannya
mengalami cacat inklusi. Apabila kekuatan tarik terlalu tinggi maka pada saat
logam cair menyusut dalam coran, ikatan antar butir pada logam cair akan terjadi
kelonggaran sehingga menimbulkan retakan.

2.3. Pelaksanaan Pengujian


2.3.1. Pengujian Permeabilitas Pasir Cetak
2.3.1.1. Alat Dan Bahan
1. Sand Rammer
Alat ini digunakan untuk menumbuk pasir cetak menjadi bentuk spesimen yang
dikehendaki yaitu panjang 5 cm dan diameter 5 cm ( luas penampang = 19,625 cm2 ).
Tipe : POU
Merk : George Fisher
Buatan : Jerman Barat

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
43

Gambar 2.6 Sand Rammer


Sumber: Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

2. Stop watch
Alat ini digunakan untuk mengukur waktu sampai 2000 cc udara.

Gambar 2.7 Stopwatch


Sumber: Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
44

3. Permeabilitas meter
Alat ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar angka permeabilitas dari pasir
cetak yang diuji.
Tipe : POU
Buatan : Jerman Barat
Fabr : 1725

Gambar 2.8 Permeabilitas Meter


Sumber: Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

4. Timbangan elektrik
Alat ini digunakan untuk menimbang bahan dan berat spesimen yang akan digunakan
dalam pengujian.
Bahan yang digunakan adalah pasir cetak dengan komposisi :
1. Pasir silika : 88 % dari 5000 gram = 4400 gram
2. Bentonit : 8 % dari 5000 gram = 400 gram
3. Air : 4 % dari 5000 gram = 200 gram : g/ml =200 ml
Dimana 𝜌 air = 1 g/ml =1 g/cc
Maka 200 ml = 200 cc

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
45

2.3.1.2. Urutan Kerja Pengujian


1. Panaskan pasir cetak selama 60 menit dengan temperatur 110o C
2. Siapkan 150 gr pasir cetak untuk pengujian ini dengan menggunakan sand rammer.
3. Buka pelindung orifice dan pilihlah salah satu posisi penunjuk skala yang akan
digunakan.
a. Tanda biru untuk skala P = 0 – 50
b. Tanda merah untuk skala P = 0 – 500
• Skala P dibaca dari skala merah bagian luar dari pengukuran tekanan.
• Skala paling dalam menunjukkan tekanan dinamis antara orifice dan spesimen dalam mm
kolom air.
4. Memutar kran pada posisi B dan angkat tabung udara ke atas secara perlahan – lahan
hingga angka nol terlihat tepat pada batas tabung bawah lalu kunci pada posisi E.
5. Letakkan tabung spesimen berikut spesimen di dalamnya pada orifice.
6. Putar kran pada posisi A bersamaan mulai menghitung waktu dengan stopwatch saat
udara dialirkan ke spesimen pasir cetak. Hal ini ditandai dengan tabung udara mulai turun
ke bawah.
7. Catat besar P spesimen pasir cetak dengan tekanan yang terbaca pada skala permeabilitas
meter saat 1000 cc udara yang sudah terlewatkan.
8. Catat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan udara sebanyak 2000 cc melalui tabung
spesimen pasir cetak yang diuji.
9. Ulangi langkah 1 – 8 sampai spesimen 3 serta catat data P (tekanan).

2.3.2. Pengujian Kekuatan Pasir Cetak


2.3.2.1 Alat Dan Bahan
1. Universal stregth machine
Alat ini digunakan untuk menguji kekuatan pasir cetak.
Merk : George Fischer
Buatan : Jerman Barat

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
46

Gambar 2.9 Universal Strenght Machine


Sumber: Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

2. Sand Rammer
Alat ini digunakan untuk menumbuk pasir cetak menjadi bentuk spesimen yang
dikehendaki yaitu panjang 5 cm dan diameter 5 cm (luas penampang = 19,625 cm2).
3. Timbangan elektrik
Alat ini digunakan untuk menimbang bahan dan berat spesimen yang akan digunakan
dalam pengujian.
Bahan yang digunakan adalah pasir cetak dengan komposisi
1. Pasir silika : 88 %
2. Bentonit :8%
3. Air :4%

2.3.2.2 Urutan Kerja Pengujian


• Urutan kerja pengujian kekuatan tekan
a. Langkah pengujian tanpa perlakuan panas
1. Ambil campuran pasir cetak seberat 150 gram, lalu buat spesimen uji tekan dengan
menggunakan sand rammer (spesimen sebanyak 5 buah).
2. Pasang kepala uji tekan pasir cetak pada alat uji kekuatan pasir cetak.
3. Letakkan spesimen pada kepala uji tekan pasir cetak secara hati-hati jangan sampai
rusak.
4. Putar handwheel secara terus-menerus dengan putaran konstan dan perlahan-lahan
hingga hancur.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
47

5. Baca dan catat besar kekuatan tekan pasir cetak tersebut (lengkap dengan
satuannya) pada skala paling luar yang terdapat pada alat uji tekan pasir cetak.
6. Lakukan langkah 1-5 untuk spesimen berikutnya.
b. Langkah pengujian dengan perlakukan panas.
Langkah pengujian sama dengan tanpa perlakuan panas, hanya setelah pasir cetak
dibuat spesimen uji tekan, dilakukan pemanasan dalam dapur pemanas dengan suhu
110 C selama 1 jam.
• Urutan kerja pengujian kekuatan geser
a. Langkah-langkah pengujian tanpa perlakuan panas
1. Ambil campuran pasir cetak seberat 150 gram, kemudian buat spesimen uji geser
dengan sand rammer (spesimen sebanyak 5 buah).
2. Pasang kepala uji geser pasir cetak pada alat uji kekuatan geser pasir cetak.
3. Letakkan spesimen pada kepala uji geser secara hati-hati jangan sampai spesimen
rusak.
4. Putar handwheel secara terus-menerus dengan putaran konstan dan perlahan-lahan
hingga spesimen hancur.
5. Baca dan catat besar kekuatan tekan pasir cetak tersebut pada skala yang di tengah
pada alat uji geser tersebut.
b. Langkah pengujian dengan perlakuan panas.
Langkah pengujian sama dengan tanpa perlakuan, hanya setelah pasir cetak
dibentuk spesimen uji geser, dilakukan pemanasan dalam dapur pemanasan dengan
suhu 110 C selam 1 jam.
• Urutan kerja pengujian kekuatan tarik pasir cetak
a. Langkah-langkah pengujian tanpa perlakuan panas
1. Ambil campuran pasir cetak seberat 150 gram, lalu buat spesimen uji tarik dengan
menggunakan sand rammer (spesimen sebanyak 5 buah).
2. Pasang kepala uji tarik pasir cetak pada alat uji kekuatan pasir cetak
3. Letakkan spesimen pada kepala uji tarik pasir cetak secara hati-hati jangan sampai
rusak.
4. Putar handwheel secara terus-menerus dengan putaran konstan dan perlahan-lahan
hingga spesimen hancur.
5. Baca dan catat besar kekuatan tarik pasir cetak tersebut (lengkap dengan satuannya)
pada skala paling dalam yang terdapat pada alat uji tarik pasir cetak.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
48

6. Lakukan langkah 1-5 untuk spesimen berikutnya.


b. Langkah pengujian dengan perlakuan panas.
Langkah pengujian sama dengan tanpa perlakuan, hanya setelah pasir cetak
dibentuk spesimen uji tarik, dilakukan pemanasan dalam dapur pemanasan dengan
suhu 110 C selama 1 jam.

2.4 Pengolahan Data dan Pembahasan


2.4.1 Pengolahan Data dan Pembahasan Permeabilitas
2.4.1.1 Data Hasil Pengujian

Tabel 2.1
Tabel Hasil Pengujian
Tekanan (p) Waktu (t) Panjang (H) Permeabilitas
No
(mm.Ka) (menit) (mm) (ml/menit)
1 30 0.58 48.64 285
Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.4.1.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian


Perhitungan Permeabilitas
VxH
P=
pxAxt
2000 ml x 4.864 cm
P=
3.0 cm. ka x 1957.21 cm2 x 0,58 menit
P = 285.65 ml/menit

2.4.1.3 Pembahasan Data Hasil Pengujian Permeabilitas


Permeabilitas adalah kemampuan suatu pasir cetak untuk dilalui fluida berupa gas yang
mengalir melalui celah atau pori-pori antar butir pasir cetak. Dari grafik Pengaruh Air dan
Bentonit pada pasir (gambar 2.3) dapat disimpulkan bahwa pasir dengan kadar air 4 % dan
kadar pengikat 8 % nilai permeabilitasnya akan terus meningkat.
Dari hasil pengujian didapat permeabilitas 285 ml⁄menit. Hal ini menunjukkan bahwa
pasir cetak dalam tabung mampu dialiri 285 ml udara per menit. Sedangkan berdasarkan
perhitungan permeabilitas yang diperoleh adalah 285.65 ml⁄menit. Hasil pengujian

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
49

nilainya berbeda dengan hasil dari perhitungan (teori) dikarenakan distribusi besar butir
pasir cetak yang terbentuk adalah heterogen bentuk (bisa dilihat pada lembar data pengujian)
dan juga diakibatkan oleh pemanasan yang tidak sempurna. Oleh sebab itu rongga antar butir
pasir menjadi lebih kecil sehingga permeabilitasnya rendah.
Sedangkan pada Tabel Permeability Test Pressure And Corresponding Values besar
nilai permeabilitas di tekanan 30 mm.Ka sebesar 276 ml⁄menit. Permeabilitas aktualnya
lebih tinggi dibandingkan dengan permeabilitas standar, dikarenakan kadar air pada uji
permeabilitas actual lebih besar daibandingkan dengan kadar air teoritisnya, kadar air
teoritisnya sebesar 4% sedangkan kadar air aktualnya 4,6%, kadar air aktual yang lebih
tinggi dari kadar air teoritisnya ini berpengaruh pada nilai permeabilitasnya, sesuai dengan
dasar teori di kadar bentonite yang sama jika kadar air semakin besar maka nilai
permeabilitasnya akan semakin rendah.

Gambar 2.10 Permeability Test Pressure And Corresponding Values


Sumber : Heine (2001,p.98)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
50

2.4.1.4 Grafik Pengaruh Kadar Air dan Kadar Pengikat terhadap Permeabilitas Data
Antar Kelompok

Tabel 2.2
Data pengujian permeabilitas antar kelompok
Kadar
Kadar Air Permeabilitas
Pengikat
(%) (%) (ml/menit)
3 4 270
4 4 260
5 4 270
3 6 270
4 6 285
5 6 280
3 8 260
4 8 285
5 8 270
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

290

285
Permebealitias (ml/min)

280

275

270

265

260

255
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Air (%)

Bentonit 4% Bentonit 6% Bentonit 8%

Gambar 2.11 Pengaruh Kadar Air dan Kadar Pengikat Terhadap Permeabilitas

Dari gambar pengaruh kadar air dan kadar pengikat terhadap permeabilitas sesuai
dasar teori bahwa semakin besar kadar bentonite dan kadar airnya maka nilai
permeabilitasnya akan semakin rendah.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
51

Pada permeabilitas pasir cetak dengan kadar bentonite 4% ,6 % , 8% memiliki grafik


yang naik hingga kadar air 4 % kemudian turun, hal ini sesuai dengan kecenderungan grafik
pada dasar teori
Pada grafik dengan kadar air sama, permeabilitas pada kadar air 4% dan dengan
urutan permeabilitas dari yang paling atas yaitu dengan kadar bentonite 4%, 6%, 8%, tidak
sesuai dengan dasar teori.Dikarenakan pada kadar air 4% dengan bentonite 8% pasirnya
homogen besar sehingga permeeabilitasnya lebih besar dari bentonite 4% dan 6% ,

2.4.2 Pengolahan Data dan Pembahasan Kekuatan


2.4.2.1 Data Hasil Pengujian
1. Kekuatan Tekan

Tabel 2.3
Data hasil pengujian kekuatan tekan basah
Kekuatan Tekan
No
(N/cm2) ̅)
(X − X ̅) 2
(X − X
1 6 -0.5 0.25
2 7.4 0.9 0.81
3 6.1 -0.4 0.16
∑ 19.5 0 1.22
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Tabel 2.4
Data hasil pengujian kekuatan tekan kering
Kekuatan Tekan
No
(N/cm2) ̅)
(X − X ̅) 2
(X − X
1 18.3 1.83 3.361
2 12.8 -3.67 13.44
3 18.3 1.833 3.361
∑ 49.4 -3.55271E-15 20.167
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
52

2. Kekuatan Geser

Tabel 2.5
Data hasil pengujian kekuatan geser basah
Kekuatan Geser
No (X-X) (X-X)2
(N/cm2)
1 3.0 -0.033 0.0011
2 3.2 0.167 0.02778
3 2.9 -0.133 0.01778
∑ 9.1 4.44089E-16 0.046667
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Tabel 2.6
Data hasil pengujian kekuatan geser kering
Kekuatan Geser
No
(N/cm2) ̅)
(X − X ̅) 2
(X − X
1 5.2 0.0333 0.1111
2 4.1 -0.76667 0.58788
3 5.3 0.4333 0.187778
∑ 14.6 -1.77636E-15 0.886667
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

3. Kekuatan Tarik

Tabel 2.7
Data hasil pengujian kekuatan tarik basah
Kekuatan Tarik
No
(N/cm2) (X − ̅
X) (X − ̅
X)2
1 0.6 0.0333 0.00111
2 0.5 -0.06777 0.00444
3 0.6 0.03333 0.0011
∑ 1.7 -3.33067E-16 0.00667
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
53

Tabel 2.8
Data hasil pengujian kekuatan tarik kering
Kekuatan Tarik
No
(N/cm2) ̅)
(X − X ̅) 2
(X − X
1 0.6 0.016666667 0.000277778
2 0.6 0.016666667 0.000277778
3 0.55 -0.033333333 0.001111111
∑ 1.75 -1.11022E-16 0.001666667
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

2.4.2.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian Kekuatan


1. Kekuatan tekan
a. Kekuatan tekan basah
• Kekuatan rata-rata
ΣX
̅
X= n
19.5
=
3
= 6.5
• Simpangan baku

Σ(X − ̅
X) 2
δ=√
n−1

1.22
=√
2

= 0.781
• Simpangan baku rata-rata
δ
δ̅ =
√n
0.781
=
√3
= 0.451
• Kesalahan relatif
δ̅
KR =
̅
X

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
54

0.451
=
6.5
= 0,0694
α = KR x 100%
= 0,0694 𝑥 100%
= 6.94 % 5%
db = n − 1
=3−1
=2
t(α⁄2 ; db)= 4.3027

• Interval
̅ − (t (α⁄ ; db)δ) < 𝑋 < X
X ̅ + (t (α⁄ ; db)δ)
2 2
6.5 − (4.3027 x 0.781) < 𝑋 < 6.5 + (4.3027 x 0.781)
3.14 < 𝑋 < 9.86
b. Kekuatan tekan kering
• Kekuatan rata-rata
ΣX
̅=
X
n
49.4
=
3
= 16.47

• Simpangan baku

̅) 2
Σ(X − X
δ=√
n−1

20.167
=√
2

= 3.175
• Simpangan baku rata-rata
δ
δ̅ =
√n
3.175
=
√3
= 1.83

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
55

• Kesalahan relatif
δ̅
KR =
̅
X
1.83
=
16.47
= 0,111
α = KR x 100%
= 0,111 𝑥 100%
= 11.1% 10%
db = n − 1
=3−1
=2
𝛼
t( 2 ; 𝑑𝑏) = 2.9200

• Interval
X − (t (α⁄2 ; db)δ) < 𝑋 < ̅
̅ X + (t (α⁄2 ; db)δ)
16.47 − (2.92 x 3.175) < 𝑋 < 16.47 + (2.92 x 3.175)
7.199 < 𝑋 < 25.741
Uji T
- Tingkat kesalahan (α) = 10%
- Derajat kebebasan (db) = (n1 + n2) – 2 = 4
𝛼
- Dari table uji t didapat t( 2 ; 𝑑𝑏) = 2.776

- Hipotesis
1. Daerah terima, H0 = μ1 = μ2
2. Daerah tolak, H1 = μ1≠ μ2
̅̅̅ ̅̅̅2
X1 − X
t hitung =
[(n1 −1)δ1 2 +(n2 −1)δ2 2 ][1⁄n1 +1⁄n2 ]

n1 +n2 −2

6.5 − 16.47
=
[2(0.781)2 + 2(3.175)2 ][1⁄3+1⁄3]

3+3−2

= −5.20770

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
56

−2.776 2.776

Dari grafik Uji T diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai H1 berada
didaerah tolak yang berarti terdapat perbedaan antara data kekuatan tekan kering dan
basah (μ1≠ μ2) dimana kekuatan tekan kering diberikan perlakuan berupa
pemanasan. Karena saat dilakukan proses pemanasan bentonit yang berikatan dengan
air terdistribusi merata pada cetakan pasir.

2. Kekuatan geser
a. Kekuatan geser basah
• Kekuatan rata-rata
ΣX
̅=
X
n
9.1
=
3
= 3.03
• Simpangan baku

Σ(X − ̅
X)2
δ=√
n−1

0.046
=√
2

=0.1516
• Simpangan baku rata-rata
δ
δ̅ =
√n
0.1516
=
√3

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
57

= 0.0876
• Kesalahan relatif
δ̅
KR =
̅
X
0.0876
=
3.03
= 0.0289
α = KR x 100%
= 0,0289 𝑥 100%
= 2.89% 2%
db = n − 1
=3−1
=2
t(α⁄2 ; db)= 6.946

• Interval
̅ − (t (α⁄ ; db)δ) < 𝑋 < X
X ̅ + (t (α⁄ ; db)δ)
2 2
3.03 − (6.946x 0.1516) < 𝑋 < 3.03 + (6.946x 0.1516)
1.977 < 𝑋 < 4.083
b. Kekuatan geser kering
• Kekuatan rata-rata
ΣX
̅
X=
n
14.6
=
3
= 4.867

• Simpangan baku

Σ(X − ̅
X) 2
δ=√
n−1

0,867
=√
2

= 0.658

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
58

• Simpangan baku rata-rata


δ
δ̅ =
√n
0.658
=
√3
= 0.38
• Kesalahan relatif
δ̅
KR =
̅
X
0.38
=
4.867
= 0.078
α = KR x 100%
= 0.078 𝑥 100%
= 7.8 % 10%
db = n − 1
=3−1
=2
𝛼
t( 2 ; 𝑑𝑏)=2.92

• Interval
̅ − (t (α⁄ ; db)δ) < 𝑋 < X
X ̅ + (t (α⁄ ; db)δ)
2 2
4.867 − (2.92x 0,658) < 𝑋 < 4.867 + (2.92 x 0.658)
2.95 < 𝑋 < 6.788
Uji T
- Tingkat kesalahan (α) = 10 %
- Derajat kebebasan (db) = (n1 + n2) – 2 = 4
𝛼
- Dari table uji t didapat t( 2 ; 𝑑𝑏) = 2.776

- Hipotesis
1. Daerah terima, H0 = μ1 = μ2
2. Daerah tolak, H1 = μ1≠ μ2
̅̅̅ ̅̅̅2
X1 − X
t hitung =
[(n1 −1)δ1 2 +(n2 −1)δ2 2 ][1⁄n1 +1⁄n2 ]

n1 +n2 −2

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
59

3.03 − 4.867
=
[2(0,1516)2 + 2(0,658)2 ][1⁄3+1⁄3]

3+3−2

= −4.6506

-2.776 2.776

Dari grafik Uji T diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai H1 berada
didaerah tolak yang berarti terdapat perbedaan antara data kekuatan tekan kering dan
basah (μ1≠ μ2) dimana kekuatan geser kering diberikan perlakuan berupa pemanasan.
Karena saat dilakukan proses pemanasan bentonit yang berikatan dengan air
terdistribusi merata pada cetakan pasir.

3. Kekuatan tarik
a. Kekuatan tarik basah
• Kekuatan rata-rata
ΣX
̅
X=
n
1.7
=
3
= 0.567
• Simpangan baku

Σ(X − ̅
X) 2
δ=√
n−1

0.00667
=√
2

= 0.0577

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
60

• Simpangan baku rata-rata


δ
δ̅ =
√n
0.0577
=
√3
= 0,033
• Kesalahan relatif
δ̅
KR =
̅
X
0,033
=
0.567
= 0,0588
α = KR x 100%
= 0,0588 𝑥 100%
= 5.8% 5%
db = n − 1
=3−1
=2
t(α⁄2 ; db)= 4.302

• Interval
̅ − (t (α⁄ ; db)δ) < 𝑋 < X
X ̅ + (t (α⁄ ; db)δ)
2 2
0.567 − (4.302 x 0,0577) < 𝑋 < 0.567 + ( 4.302 x 0,0577)
0,319 < 𝑋 < 0.815
b. Kekuatan tarik kering
• Kekuatan rata-rata
ΣX
̅
X=
n
1.75
=
3
= 0.58

• Simpangan baku

Σ(X − ̅
X)2
δ=√
n−1

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
61

0.001667
=√
2

= 0.02887
• Simpangan baku rata-rata
δ
δ̅ =
√n
0.02887
=
√3
= 0.0166
• Kesalahan relatif
δ̅
KR =
̅
X
0.0166
=
0.58
= 0,0286
α = KR x 100%
= 0.0286 𝑥 100%
= 2.86% 2%
db = n − 1
=3−1
=2
𝛼
t( 2 ; 𝑑𝑏)= 6.9646

• Interval
X − (t (α⁄2 ; db)δ) < 𝑋 < ̅
̅ X + (t (α⁄2 ; db)δ)
0.58 − (6.9646𝑥0,02887) < 𝑋 < 0.58 + (6.946𝑥0,02887)
0,379 < 𝑋 < 0.781
Uji T
- Tinkat kesalahan (α) = 5 %
- Derajat kebebasan (db) = (n1 + n2) – 2 = 4
𝛼
- Dari table uji t didapat t( 2 ; 𝑑𝑏) =3.747

- Hipotesis
1. Daerah terima, H0 = μ1 = μ2
2. Daerah tolak, H1 = μ1≠ μ2

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
62

̅̅̅ ̅̅̅2
X1 − X
t hitung =
[(n1 −1)δ1 2 +(n2 −1)δ2 2 ][1⁄n1 +1⁄n2 ]

n1 +n2 −2

0.567 − 0.58
=
[2(0,05777)2 + 2(0,02887)2 ][1⁄3+1⁄3]

3+3−2

= −0.295

-3.747 3.747

Dari grafik Uji T diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai H1 berada
didaerah terima yang berarti tidak terdapat perbedaan antara data kekuatan tekan
kering dan kekuatan tekan basah.

2.4.2.3 Pembahasan Kekuatan Data Kelompok


1. Kekuatan Tekan
a. Kekuatan Tekan Basah
Standar nilai kekuatan tekan basah adalah 3,447N⁄cm2 - 15,168N⁄cm2 .

Sedangkan pada hasil pengujian kekuatan tekan basah rata-rata adalah 6.5 N⁄cm2 .

Dari hasil pengujian kekuatan tekan basah yang didapat telah sesuai.
b. Kekuatan Tekan Kering
Standar nilai kekuatan tekan kering adalah 15,168N⁄cm2 - 172,37N⁄cm2 .

Sedangkan pada hasil pengujian, kekuatan tekan kering rata-rata adalah 49.4 N⁄cm2 .

Dari hasil pengujian kekuatan tekan kering yang didapat sesuai.


2. Kekuatan Geser
Standar nilai kekuatan geser pasir cetak adalah 1,034 N⁄cm2 - 4,826 N⁄cm2 .

Hasil pengujian untuk kekuatan geser basah rata-rata adalah 3.03 N⁄cm2 dan untuk

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
63

kekuatan geser kering rata-rata adalah 4.867 N⁄cm2 . Dari hasil pengujian kekuatan

geser yang didapat sesuai.


3. Kekuatan Tarik
Standar nilai kekuatan tarik adalah 0,689 N⁄cm2 - 4,136N⁄cm2 . Hasil pengujian

untuk kekuatan tarik basah rata-rata adalah 1,7 N⁄cm2 dan untuk kekuatan tarik kering

rata-rata adalah 1.75 N⁄cm2 . Untuk spesimen uji tarik basah sudah sesuai dengan

standar sedangkan untuk uji tarik kering tidak memenuhi standar dapat dikarenakan
pada kekuatan tarik kering adanya air bebas yang masih terkandung dalam spesimen
dikarenakan pemanasan yang kurang merata.

Gambar 2.12 Spesimen kekuatan tarik


Sumber : Dokumentasi pribadi

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
64

2.4.2.4 Grafik Kekuatan Tekan Basah Data Antar Kelompok

Tabel 2.9:
Data Pengujian Kekuatan Tekan Basah Antar Kelompok
Kadar Air Kadar Pengikat Kekuatan Tekan Basah
(%) (%) (N⁄cm2 )

3 4 4.8
4 4 4.4
5 4 5.3
3 6 6.3
5 6 6.2
4 6 6.6
3 8 8.1
4 8 7.4
5 8 9.4
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

10
Kekuatan Tekan Basah (N/m^2)

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Air

Bentonit 4% Bentonit 6% Bentonit 8%

Gambar 2.13 Grafik Pengaruh Kadar Air Terhadap Kekuatan Tekan Basah Pasir Cetak

Grafik pengaruh kadar air terhadap kekuatan tekan basah pasir cetak, sesuai dasar
teori bahwa semakin besar kadar bentonite maka kekuatan tekan basahnya akan semakin

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
65

meningkat, akan tetapi semakn besar kadar airnya maka akan menurunkan kekuatan tekan
basah.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Kecenderungan grafik pada kadar bentonit 8%,
6%, dan 4% cenderung turun, hal tersebut tidak sesuai dengan dasar teori, seharusnya
meningkat kemudian turun , dikarenakan semakin kecil kadar bentonite maka ikatan antar
pasir juga semakin lemah.
Pada kadar air yang sama, kekuatan tekan basah dengan kadar air 3, 4% dan 5%
memiliki urutan kadar bentonite dari yang paling atas yaitu 8%, 6%, dan 4%, urutan ini
sudah sesuai dengan dasar teori. Akan tetapi pada kadar air 4% dengan bentonite 8%
mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori dimana semakin besar kadar
bentonit maka kekuatan tekan basahnya semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena
persebaran pasirnya homogen besar , Sehingga kekuatan tekan basahnya menurun.

Tabel 3.0
Data Pengujian Kekuatan Tekan Kering Antar Kelompok
Kadar Air Kadar Pengikat Kekuatan Tekan Kering
(%) (%) (N⁄cm2 )

3 4 18.5
4 4 12.8
5 4 13.4
3 6 17
5 6 19
4 6 16.5
3 8 10.9
4 8 12.8
5 8 17.5
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
66

20
Kekuatan Tekan Kering (N/m^2)
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Air

Bentonit 4% Bentonit 6% Bentonit 8%

Gambar 2.14 Grafik Pengaruh Kadar Air Terhadap Kekuatan Tekan Kering Pasir Cetak

Menurut dasar teori bahwa semakin besar kadar bentonite maka kekuatan tekan
keringnya akan semakin meningkat, dan apabila semakin besar kadar airnya maka akan
meningkatkan kekuatan tekan kering, karena air mendistribusikan bentonite secara lebih luas
atau merata sehingga saat kering bentonite mengikat pasir cetak lebih merata.
Pada kadar bentonite 8% grafik cenderung terus meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar air, hal ini sudah sesuai dengan dasar teori. Akan tetapi pada grafik
dengan kadar bentonite 6% kecenderungan naik kemudian turun pada kadar air 5% , begitu
juga pada kadar bentonite 4% dengan kadar air 4%. hal ini tidak sesuai dengan dasar teori,
dikarenakan distribusi pengikat yang kurang merata karena masih adanya kandungan air
bebas, hal ini menyebabkan ikatan antar butir melemah sehingga menurunkan kekuatan
tekan keringnya.
Dapat dilihat pada grafik dengan kadar air 5% Urutan kekuatan tekan keringnya dari
yang paling atas adalah 8% ,6% dan 4%, hal ini sudah sesuai dengan dasar teori,

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
67

Gambar 2.15 Pengujian Tekan Kering

2.5 Kesimpulan dan Saran


2.5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik pasir cetak dibagi menjadi 2 macam, yaitu permeabilitas dan kekuatan.
Permeabilitas adalah kemampuan suatu fluida berupa gas untuk dapat mengalir melalui
celah atau pori-pori antar butir pasir cetak. Kekuatan adalah kemampuan pasir cetak
untuk menahan beban baik beban statik atau dinamis yang menyebabkan gaya tekan,
gaya tarik, atau gaya geser hingga mencapai titik tepat sebelum patah.
2. Kekuatan berdasarkan arah gaya dibagi menjadi tiga yaitu kekuatan tekan, kekuatan
geser dan kekuatan tarik. Sedangkan kekuatan berdasarkan kadar air dibagi menjadi dua
yaitu kekuatan basah dan kekuatan kering.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pasir cetak yaitu kadar air, kadar
bentonit, distribusi pasir cetak, bentuk butir pasir dan pemadatan.
4. Dari hasil pengujian permeabilitas didapatkan 285 ml/menit sedangkan menurut
perhitungan teori adalah 285.65 ml/menit. Hasil ini sudah sesuai dengan dasar teori
5. Dari pembahasan kekuatan data kelompok didapatkan untuk kekuatan tekan basah dan
kekuatan tekan kering sesuai standar , Untuk kekuatan geser basah dan kering sudah
sesuai dengan standar. Dan untuk kekuatan tarik basah dan kering sesuai dengan
standar. Nilai kekuatan tarik basah sesuai standar, pada kekuatan tarik kering adanya
air bebas yang masih terkandung dalam spesimen dikarenakan pemanasan yang kurang
merata menyebabkan nilainya tidak sesuai standar.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
68

6. Pada hasil pengujian kekuatan tekan basah antar kelompok didapatkan kecenderungan
grafik kekuatan tekan basah menurun dan tidak sesuai dengan dasar teori, Hal ini
disebabkan karena persebaran pasirnya homogen besar , Sehingga kekuatan tekan
basahnya menurun
7. Pada hasil pengujian kekuatan tekan kering antar kelompok didapatkan dengan kadar
5% urutan kekuatan tekan keringnya dari yang paling atas adalah 8%, 6% , dan 4% yang
dimana sudah sesuai dengan dasar teori

2.5.2 Saran
1. Peralatan pengujian sebaikanya dapat diperbarui agar dapat menghindari kerusakan saat
praktikum dan mengurangi penyimpangan hasil pengujian.
2. Diharapkan asisten untuk lebih semangat dalam menyampaikan masukan/materi
3. Praktikan sebaiknya mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diasistensikan dan
mempelajari tata cara pengujian sebelum melaksanakan praktikum.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

You might also like