Professional Documents
Culture Documents
Variasi Intra Populasi Iis Fixx BNGTTT
Variasi Intra Populasi Iis Fixx BNGTTT
Oleh :
Nama : Iis Imroatun Sholihah
NIM : B1A015140
Rombongan : VI
Kelompok :4
Asisten : Maria Bramastri Susilo
A. Latar Belakang
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme
dapat tersebar luas di muka bumi. Namun, tidak semuanya dapat saling berhubungan
untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya
terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi (Djuhanda, 1982).
Metode tradisional yang digunakan dalam taksonomi klasik adalah
pengelompokan individu yang diperoleh dari suatu lokasi hanya berdasarkan
persamaan dan perbedaan morfologi yang dimiliki oleh masing-masing individu
tersebut. Populasi dari kebanyakan hewan terdiri atas beberapa phena yang berbeda,
sebagai hasil dari beberapa proses seperti variasi umur, variasi seksual, variasi
musiman, polimorfisme, dan sebagainya. Kegagalan mengenai variasi ini akan
berakibat pada kesalahan dalam penentuan suatu spesies dan kategori tertentu. Oleh
karena itu, pemahaman mengenai variasi yang terjadi pada populasi hewan sangat
penting dalam taksonomi (Suranto et al., 2000).
Metamorfosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara,
sekitar, setelah), morphe` (bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis
merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang
mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kadal, kupu-kupu
dan serangga. Katak merupakan hewan peralihan antara hewan air dan hewan darat.
Oleh karena itu, awal dari kehidupannya dimulai di perairan kemudian pindah ke
daratan (Jones & Luchsinger, 1986). Terdapat jenis katak yang sepanjang hidupnya
selalu di air dan juga yang hidup di daratan serta di pohon yang tinggi. Katak yang
hidup di luar air biasanya pada periode tertentu akan berkunjung ke perairan untuk
melakukan perkembangbiakan. Tingkatan taksonomi pada katak dapat dikertahiui
dengan memperlihatkan karakter morfologinya sebagai acuan untuk identifikasi dan
determinasi (Kurniati & Maryanto, 1996).
Amfibia merupakan takson yang tidak memiliki kemampuan untuk
menyeberang lautan, maka takson ini sangat terisolasi dengan adanya barier tersebut.
Katak hijau pohon Papua Litoria infrafrenata merupakan katak dari famili Hylidae
yang memiliki penyebarannya sangat luas terekam di jumpai di seluruh kepulauan
Wallacea dan indo-Australia. Aspek pengukuran morfologi berdasarkan 31 karakter
morfometrik pada katak Litoria infrafrenata. Hasil pengukuran morfologi
menunjukan data yang relatif sama pada perbadingan morfometrik katak jantan pada
wilayah Papua dan Maluku. Hasil p-value paired T-test sebesar 0,445 (> 0,05).
Perbedaan ukuran morfologi disebabkan oleh perbedaan letak barier geografis yang
memunculkan keberagaman populasi pada spesies Litoria infrafrenata betina.
Perbedaan letak barier geografis antarasatu pulau dengan kepulauan lain menjadikan
isolasi bagi seluruh kehidupan flora dan fauna, sehinga pada masing-masing pulau
memiliki karakteristik yang unik (Prafiadi et al., 2016).
Menurut Tarroux et al., (2012), mempelajari variasi individu merupakan
aspek penting dari ekologi populasi karena menyumbang heterogenitas individu,
khususnya ketika datang dengan penggunaan sumber daya. Variasi intra populasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variasi bersifat genetik dan non-genetik. Variasi
non genetik seperti variasi musiman, merupakan variasi yang terjadi pada burung
ketika akan atau masuk musim kawin maka warna burung jantan khususnya akan
terlihat sangat cerah dan indah yang bertujuan untuk memikat lawan jenisnya (Dubey
et al., 2011). Variasi musiman keturunan, yaitu anak yang dilahirkan pada musim
semi warnanya akan lebih cerah dan bagus daripada yang lahir pada musim dingin,
umumnya variasi ini terjadi pada negara empat musim contohnya tupai. Variasi
habitat, merupakan variasi yang terjadi karena letak geografis habitat suatu
organisme, misal pada variasi bentuk bivalvia anatar hilir dan hulu sungai besar yang
panjang. Variasi alometrik merupakan variasi terkait ukuran, Metodi variasi yang
sekarang sedang dikembangan dan sudah umum digunakan adalah dengan
menggunakan pendekatan molekuler seperti penggunaan analisis ND3/ND4L/ND4
and 12S/16S rRNA skuens nukloetida (Apalikova et al., 2011. Variasi neurogenik
misal bunglon, karena syaraf yang dimiliknaya dengan fungsi perlindungan diri
terkadang mengecohkan karena di setiap tempat warna bunglon berbeda. Variasi
traumatik terjadi karena pengalaman suatu organisme karena cacat fisik (Djuhanda,
1982).
Menurut Tarroux et al., (2012), variasi antar-individu dapat diperkuat oleh
ketersediaan dan penggunaan allochthonous sumber daya, yaitu sumber daya yang
berasal dari ekosistem spasial yang berbeda. Variasi intra-populasi dalam
penggunaan sumberdaya dapat berhubungan dengan variasi spatiotemporal dalam
kelimpahan sumber daya. Variasi inang misal pada cacing parasit pada babi atau
sapi, memiliki karakter berbeda karena inang berbeda. Variasi pasca kematian misal
warna pada orang mati berbeda dengan orang yang masih hidup. Variasi kepadatan
terjadi karena persaingan mendapatkan makanan seperti pada belalang. Variasi sosial
terjadi karena adanya pengaturan suatu kehidupan organisme dan adanya pembagian
kasta dan kerja. Variasi genetik sperti polimorfisme adalah suatu karakter homolog
yang mempunyai bentuk fenotif bervariasi. Polimorfisme untuk suatu karakter dapat
dikatakan sebagai keberadaan bentuk yang berbeda-beda didalam suatu populasi
(Campbell et al., 2004). Polimorfisme bisa terbentuk karena adaptasi morfologi atau
isolasi reproduksi dari suatu organisme dalam populasi. Variasi dimorfisme
merupakan variasi bentuk yang membedakan karakter jantan dan betina contoh pada
jangkrik (Kurniati & Maryanto, 1996).
B. Tujuan
A. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu spesimen pada setiap
tahapan hidup katak, kadal, dan jangkrik jantan dan betina, koloni lebah, sequens
nukleotida beberapa spesies hewan, dan chloroform.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu bak preparat, pinset, gloves,
kaca pembesar, mikroskop, kamera, alat tulis, software Arlequin 3.5 dan
komputer/laptop.
B. Metode
Campbell NA, Reece JB, Mitchell L. 2004. Biologi 5th Edition. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, dan Jackson. 2009. Biology 8th
Edition. San Fransisco: Benjamin Cummings.
Dubey S, Chevalley M, and Shine R. 2011. Sexual Dimorphism and Sexual Selection
in A Montane Scincid Lizard (Eulamprus leuraensis). Austral Ecology. 36(1),
pp. 68-75.
Jones, S.B. dan A.E. Luchsinger, 1986. Plant Systematics, Second edition, McGraw-
Hill. New York: Book Company.
Kimball JW. 1999. Biologi. Edisi ke-5. Jilid ke-3. Tjitrosomo SS, Sugiri N,
penerjemah. Terjemahan dari Biology, Fifth Edition. Jakarta: Erlangga.
Kurniati, H dan Maryanto, I. 1996. Studi Pendahuluan Ekologi Dua Kadal Simpatrik
Emoia Ditinjau dari Pakannya (Lacertilia: Scincidae). Zoo Indonesia. (27), pp.
1-8.
Mayr, Ernest. 1969. Principles of Systematic Zoology. Tata Mc Graw. New Delhi:
Hill Publishing Company.
Prafiadi, S., Nia K., Amir H., 2016. Keberagaman Spesies Katak Pohon Hijau
Papua Litoria infrafrenata infrafrenata Tyler, 1971 pada Wilayah Kepulauan
Wallacea dan Indo-Australia. J-PAL. 7 (1), pp 1-11.
Rahayu, S. E. dan S. Handayani. 2010. Keragaman Genetik Pandan Asal Jawa Barat
Berdasarkan Penanda. Inter Simple Sequence Repeat. Makara, Sains. (14), pp.
158-162.
Suranto, Sajidan, Harliyono, Winarno K, dan Emy S. 2000. Studi Variasi Populasi
Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.
Jurnal BioSMART 2 (1), pp. 28 – 33.
Tarroux, A., Joel Bety, Gilles Gauthier2, and Dominique Berteaux. 2012. The
Marine Side of a Terrestrial Carnivore: Intra- Population Variation in Use of
Allochthonous Resources by Arctic Foxes. Intra-Population Variation in
Resource Use. 7 (1), pp 1-12.