You are on page 1of 8

BAB VI

PESTISIDA NABATI

A. Teori
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktikkan 3 abad yang lalu. Pada tahun
1690, petani di Perancis telah menggunakan perasan daun tembakau untuk
mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Tahun 1800, bubuk
tanaman Pyrethrum digunakan untuk mengendalikan kutu. Penggunaan
pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya
relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Subiyakto
Sudarmo, 2005: 11).
Tanaman cabai (Capsicum annuum) sering menghadapi kendala
yang setiap saat selalu ada dalam produksinya, yaitu munculnya
gejala penyakit tanaman. Di antara penyakit tanaman yang ada,
penyakit busuk basah karena bakteri Ralstonia solanacearum E.F. SM.
dan penyakit layu karena jamur Fusarium oxysporum Schlecht.
merupakan penyakit karena patogen tular-tanah yang sering dijumpai di
pertanaman cabai (Samsudin, 1978; Semangun, 1989). Kedua penyakit
tersebut berperanan penting dalam menurunkan produksi cabai, mengingat
peningkatan produksi cabai dalam negeri selalu diupayakan
(Departemen Pertanian, 2004). Data pada Balitsa (2004) menyebutkan,
terdapat 183.347 ha luas tanaman cabai di Indonesia pada tahun 1999, dengan
rerata hasil produksi tiap tahun sebesar 1,5 ton per hektar.
Usaha penyehatan tanaman dan tanah dengan menggunnakan pestisida
nabati saat ini masih jarang dilakukan. Sebaliknya, yang umum dilakukan
adalah pengendalian penyakit atau patogen untuk waktu tertentu
menggunakan pestisida sintetis. Penggunaan pestisida ini sering
menimbulkan dampak cukup serius. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilihan
pengendalian yang ramah lingkungan, salah satunya dengan pestisida nabati
(Kardinan, 1999; Tjahjani et al., 1999).
Menurut Agus Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan
alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi
residunya singkat sekali. Pestisida nabati besifat “pukul dan lari” yaitu
apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah
terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan
terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi.
Subiyakto Sudarmo (2005: 11-12) menyatakan bahwa pestisida
nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit
melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai
cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik
(Subiyakto Sudarmo, 2005: 12) yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
2. Menghambat pergantian kulit.
3. Mengganggu komunikasi serangga.
4. Menyebabkan serangga menolak makan.
5. Menghambat reproduksi serangga betina.
6. Mengurangi nafsu makan.
7. Memblokir kemampuan makan serangga.
8. Mengusir serangga (repellen).
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit.
M Syakir (2011: 11-12) menjelaskan bahwa pestisida nabati
memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang
menyengat.
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang sudah
disemprot.
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
4. Menghambat reproduksi serangga betina.
5. Racun syaraf.
6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga.
7. Antraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada
perangkap serangga.
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri.
Pemanfaatan pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan,
Haryono (2011: 2-3) menjelaskan kelebihan pestisida nabati, yaitu:
1. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat.
2. Lebih mudah terurai di alam.
3. lebih aman bagi manusia dan lingkungan.
4. Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT, selain sebagai
pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan, juga dapat
berperan dalam meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan
efisiensi usaha dan image produk perkebunan ramah lingkungan.
5. Pemanfaatan pestisida nabati secara luas akan langsung berpengaruh
terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan berdampak
positif terhadap kualitas produk tanaman terutama dengan semakin
terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida
kimiawi.
Pemanfaatan pestisida nabati selain memiliki kelebihan juga
memiliki beberapa kelemahan. Berbagai kelemahan pemanfaatan
pestisida nabati seperti:
1. Bahan aktif yang mudah terurai.
2. Sebaran tanaman yang seringkali spesifik lokasi.
3. Kandungan bahan aktif pada tanaman yang sangat bergantung pada
varietas dan lokasi penanaman.
4. Pemanfaatan berupa formulasi sederhana yang mudah ditiru, dan
banyak kelemahan lainnya yang sebenarnya sekaligus juga merupakan
kelebihan pestisida nabati, maka seharusnya kelemahan tersebut tidak
dijadikan sebagai kendala dalam pengembangannya (Haryono, 2011:
4).
Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002), pestisida nabati dimasukkan
ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin.
Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat
mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Secara evolusi,
tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan
alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan
kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh
tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme
pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun
hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah
teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan
dapat melampaui 400.000.
Graingeet al., 1984 dalam Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada
1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati yang dapat
digunakan untuk pengendalian hama. Di Indonesia, sebenarnya sangat
banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada
sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili
(Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo
(2002), jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan
Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak mengandung bahan insektisida
nabati.
Nenek moyang kita telah mengembangkan pestisida nabati yang
ada di lingkungan pemukimannya untuk melindungi tanaman dari
serangan pengganggunya secara alamiah. Mereka memakai pestisida
nabati atas dasar kebutuhan praktis dan disiapkan secara tradisional. Tradisi
ini akhirnya hilang karena desakan teknologi yang tidak ramah
lingkungan. Kearifan nenek moyang kita bermula dari kebiasaan
menggunakan bahan jamu (empon-empon= Jawa), tumbuhan bahan racun
(gadung, ubi kayu hijau, pucung, jenu=Jawa), tumbuhan berkemampuan
spesifik (mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai
hewan/serangga, seperti awar-awar, rawe, senthe), atau tumbuhan lain
berkemampuan khusus terhadap hama/penyakit (biji srikaya, biji sirsak,
biji mindi, daun mimba, lerak, dll) (Haryono, 2011).
Bawang Putih (Allium sativum) Pestisida nabati bawang putih efektif
untuk mengendalikan beberapa hama. Kandungan yang terdapat dalam
bawang putih adalah saponin, flavonoida politenol dan minyak atsiri.
Pestisida nabati yang terbuat dari bahan bawang putih ini dapat mengusir
kutu-kutuan dan serangga hama lainnya. Ekstrak sari bawang putih ini efektif
menyebabkan kematian ulat S.litura instar 3 (Haryono, 2011).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas ukur
b. Jerigen
c. Ulekan atau cobek
d. Sendok makan
2. Bahan
a. 100 gram bawang putih
b. 0,5 liter air
c. 2 sendok teh minyak tanah
d. 10 gram ditergen

C. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan pestisida nabati.
2. Menghaluskan bawang putih dengan mengulek (melumatkan) sampai
halus.
3. Memasukkan 0,5 liter air ke dalam jirigen dan memasukkan bawang putih
yang telah dihaluskan.
4. Menambahkan 2 sendok teh minyak tanah dan 10 gram ditergen.
5. Mendiamkan selama 24 jam.
6. Menyaring dengan menggunnakan kain halus.
7. Mengencerkan larutan hasil penyaringan hingga 20 kali volumenya dan
siap untuk diaplikasikan atau disemprotkan ke tanaman.
D. Hasil Pengamatan
Petisida nabati yang telah dibuat kemudian diinkubasikan selama 12
hari dan dilakukan pengamatan satu minggu sekali dengan mengamati
beberapa parameter yaitu aroma, warna, buih, dan bercak putih dari pestisida
nabati. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil
seperti pada tabel berikut.
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Pestisida Nabati dari Bahan Bawang Putih
Pengamatan Parameter
Ke- Aroma Warna Buih Bercak Putih
1 Tidak menyengat Kekuningan Tidak ada Tidak ada
2 Menyengat Kekuningan Tidak ada Tidak ada

E. Pembahasan
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Pestida nabati ini merupakan salah satu alternatif pemberantasan
hama dan penyakit yang tidak menimbulkan dampak negatif dari
penggunaannya. Pada umumnya dalam upaya pemberantasan hama dan
penyakit petani lebih cenderung menggunakan pestisida sintesis. Penggunaan
pestisida ini dapat menimbulkan dampak buruk dan berbahaya bagi
lingkungan, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik seperti
pencemaran air, tanah, udara, dan hasil pertanian. Selain itu pestisida sintetis
juga berbahaya bagi keselamatan hayati, termasuk kesehatan tubuh manusia
baik yang terpapar secara langsung atau melalui rantai makanan. Pestisida
yang digunakan semestinya ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan
manusia. Salah satu pestisida yang ramah lingkungan adalah pestisida nabati.
Pestisida nabati ini karena terbuat dari bahan alami atau nabati maka
jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga residunya sangat
sedikit. Pestisida nabati besifat “pukul dan lari” yaitu apabila diaplikasikan
akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya
cepat menghilang di alam, sehingga tanaman akan terbebas dari residu dan
tanaman aman untuk dikonsumsi. Begitu pula dengan lingkungan abiotik
disekitarnya, karena terbuat dari bahan-bahan alami maka resdidunya juga
akan terurai kembali ke alam.
Pengamatan pestisida nabati dilakukan satu minggu sekali dengan
mengamati beberapa parameter yaitu aroma, warna, buih, dan bercak putih
dari pestisida nabati. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa pada pengamatan pertama aroma pestisida nabati
tidak menyengat, berwarna kekuningan, tidak berbuih dan tidak berbecak
putih. Sedangkan pada pengamatan kedua pestisida nabati beraroma
menyengat khas bawang putih, berwarna kekunningan, tiidak berbuih dan
tidak berbecak putih.
Dalam pembuatan pestisida nabati dilakukan inkubasi atau disiamkan
selama 24 jam, hal ini bertujuan agar campuran bahan pestisida nabati dapat
tercampur hingga homogen. Sebelum digunakan untuk aplikasi atau
penyemprotan pada tanaman, maka pestisida nabati terlebih dahulu disaring
degan menggunakan kain halus dan melakukan pengenceran larutan hasil
penyaringan hingga 20 kali volumenya dan siap semprotkan ke tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like