You are on page 1of 8

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume I No 1 Oktober 2012


ISSN: 2302-3600

PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP


KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN
HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

EFFECTOF MOLASSES ON THE APPLICATION OF PROBIOTIC


ON WATER QUALITY, GROWTH AND SURVIVAL RATE
OF THE COMMON CARP (Cyprinus carpio)

Dewi Sartika*, Esti Harpeni* dan Rara Diantari*

ABSTRACT†

High concentration of ammonia is one of major problem in common carp


(Cyprinus carpio) culture. It was caused by high stocking density and excessive
feed. Molasses is biologicaly and economicaly considered as one of the safest way
to increase the water quality. The aim of the research were to understand to effect
of different molasses concentration which was applied in probiotic on the water
quality, growth and survival rate of cammon carp. The research used five
treatments namely (A) 0 g/Lmolasses, (B) 2,4 g/Lmolasses, (C) 4,8 g/Lmolasses,
(D) 7,2g/Lmolasses, (E) 9,6 g/L molasses. Data of temperature, pH, DO and daily
growth rate were analyzed by using Kruskal-Wallis nonparametric test, while the
ammonia and survival rate were analyzed descriptively. The results showed that
(1) molasses treatment on the application of probiotics provides influence on the
afternoon temperature, pH and dissolved oxygen (DO) in the morning and
afternoon, concentration of ammonia and survival rate (2) based on the stability of
temperature, pH and DO in the morning and the afternoon, concentration of
ammonia, growth and survival rate of carp higher than the other. The
concentration of 2,4 g/L molasses was considered as the best treatment.

Keywords: common carp, probiotik, molasses, ammonia, dissolved oxygen

*
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Corresponding Author: jrtbp@yahoo.com

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


58 Pemberian Molase Pada Aplikasi Probiotik

Pendahuluan memanfaatkan karbohidrat sebagai


pakan untuk menghasilkan energi dan
Permintaan masyarakat akan ikan mas sumber karbon bersama dengan
(Cyprinus carpio) mengalami nitrogen diperairan akan memproduksi
peningkatan yang cukup signifikan, protein sel baru (Avnimelech, 1999).
sehingga menyebabkan pembudidya Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan budidaya secara intensif mengetahui pengaruh pemberian
untuk memenuhi permintaan pasar. molase pada aplikasi probiotik terhadap
Budidaya secara intensif dengan cara kualitas air, pertumbuhan dan tingkat
peningkatan padat tebar dan kelangsungan hidup benih ikan mas.
peningkatan penggunaan pakan
menyebabkan pencemaran pada Bahan dan Metode
perairan budidaya. Badjoeri dan Bahan yang digunakan adalah
Widiyanto (2008) menyatakan, probiotik, pakan pelet, garam ikan dan
pencemaran pada perairan budidaya molase dengan kandungan karbon
berasal dari sisa pakan buatan (pelet) organik sebesar 42,3%, sedangkan
dan feses hewan yang dibudidayakan hewan uji yang digunakan adalah benih
karena dari pakan yang diberikan ikan mas dengan ukuran panjang 5-7
hanya sebagian saja yang mampu cm/ekor sebanyak 150 ekor.
diasimilasi oleh tubuh ikan (Febrianti Rancangan penelitian yang digunakan
dkk., 2010). adalah rancangan acak lengkap dengan
Pemberian probiotik sebagai agen lima perlakuan dan tiga kali ulangan
bioremediasi berguna untuk dengan asumsi bahwa ukuran dan
memperbaiki kualitas lingkungan kondisi benih ikan mas pada tiap unit
budidaya. Penggunaan probiotik sangat percobaan masing-masing metode uji
bermanfaat dalam meningkatkan homogen. Konsentrasi yang digunakan
populasi bakteri agen bioremediasi adalah perlakuan A = 0 gr/L molase, B
karena bakteri probiotik dapat = 2,4 gr/L molase, C = 4,8 gr/L
mencegah bakteri patogen agar tidak molase, D = 7,2 gr/L molase dan E =
memperbanyak diri dalam media hidup 9,6 gr/L.
hewan budidaya dengan melawan Benih ikan mas dengan kepadatan 1
permunculan koloni bakteri lain ekor/2 liter dimasukkan ke masing –
sehingga diharapkan bakteri yang masing akuarium dan diberi pakan
tumbuh merupakan bakteri agen buatan sebanyak 3 kali sehari pada
bioremediasi. Salah satu sumber pukul 09.00, 13.00 dan 16.00 dengan
karbohidrat yang dapat digunakan FR (Feeding Rate) 6% (Shafrudin,
sebagai prebiotik yaitu molase yang 2003). Perlakuan yang dilakukan yaitu
merupakan limbah dari hasil produksi dengan pemberian molase pada aplikasi
gula tebu. Molase yang merupakan probiotik. Selama penelitian tidak
sumber nutrisi bagi bakteri probiotik dilakukan penyiponan dan pergantian
diharapkan dapat meningkatan populasi air untuk menghindari hilangnya
bakteri probiotik sehingga dapat probiotik dan molase yang telah ditebar
memaksimalkan kerja dari bakteri ke akuarium.
probiotik sebagai agen bioremediasi. Pemberian probiotik dengan
Bakteri dan mikroorganisme akan kandungan bakteri Bacillus sp. dengan

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


Dewi Sartika, Esti Harpeni dan Rara Diantari 59

dosis 48µl/24L diberikan pada awal analisis Kruskal-Wallis menunjukkan


pemeliharaan, selanjutnya diberikan bahwa semua perlakuan pemberian
setiap minggu sampai akhir molase tidak memberikan pengaruh
pemeliharaan. Pada hari ke-2 yang berbeda nyata (P>0,05)terhadap
ditambahkan molase dengan dosis suhu pagi. Rerata suhu pagi berkisar
sesuai perlakuan beserta pakan antara 25,49oC sampai 25,69oC.
sebanyak 4 gram untuk masing-masing Pemberian molase memberikan
akuarium dan diberikan setiap hari pengaruh yang berbeda nyata
sampai akhir penelitian yaitu hari ke- (P=0,027) terhadap suhu sore.
38. Molase ditambahkan setiap hari Berdasarkan uji Mann-Whitney, suhu
sampai hari ke-7selanjutnya pemberian sore perlakuan B menunjukkan
molase dilakukan setiap minggu perbedaan yang nyata terhadap semua
sampai hari ke-38, karena pemberian perlakuan kecuali terhadap perlakuan
molase yang diberikan secara terus C. Perlakuan B memiliki rerata suhu
menerus menyebabkan oksigen terlarut sore terendah yaitu 25,33oC ± 0,19
(DO) menurun. dibandingkan perlakuan lain (Gambar
Parameter kualitas air yang diukur 1). Perlakuan B memberikan pengaruh
selama penelitian meliputi pengukuran terbaik terhadap suhu pagi dan sore
konsentrasi amoniak, suhu, pH dan karena suhu pagi dan sore hari paling
DO. Pengukuran konsentrasi amonia sedikit mengalami fluktuasi.
dilakukan lima kali selama penelitian Hasil pengamatan menunjukan nilai pH
yaitu pada hari ke-0, hari ke-2, hari ke- harian pagi dan sore relatif tidak ada
10, hari ke-24 dan hari ke-38. Setiap perbedaan yang mencolok pada semua
kali pengukuran diambil contoh air dari perlakuan. Hasil analisis Kruskal-
masing-masing ulangan dari setiap Wallis menunjukkan bahwa pemberian
perlakuan kemudian dicampurkan molase memberikan pengaruh yang
(komposit).Pengamatan pertumbuhan berbeda nyata terhadap pH pagi
dilakukan terhadap laju pertumbuhan (P=0,001) dan pH sore (P=0,000).
benih ikan mas setiap minggu dan Berdasarkan uji Mann-Whitney
pengamatan tingkat kelangsungan terlihat bahwa pH pagi pada perlakuan
hidup. A hanya berbeda nyata terhadap
Data hasil pengamatan konsentrasi perlakuan C. Sedangkan, perlakuan B
amonia dan tingkat kelangsungan hidup hanya berbeda nyata terhadap
benih ikan mas dianalisis secara perlakuan D dan E. Perlakuan B
deskriptif sedangkan, data hasil memiliki rerata pH pagi paling rendah
pengamatan yang meliputi laju dari perlakuan yang lain. pH sore
pertumbuhan harian dan pengukuran menunjukkan bahwa perlakuan B dan
kualitas air meliputi suhu, pH dan DO C berbeda nyata terhadap perlakuan A,
dianalisis menggunakan uji D dan E (Gambar 2). Perlakuan B dan
nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis C merupakan pelakuan dengan rerata
dan uji Mann-Whitney dengan selang pH sore lebih rendah dari perlakuan A,
kepercayaan 95%. D dan E. Perlakuan B memberikan
pengaruh terbaik karena pH pagi dan
Hasil dan Pembahasan sore relatif stabil dibandingkan
Suhu pagi dan sore mengalami perlakuan lainnya yang cenderung naik
fluktuasi pada semua perlakuan. Hasil pada hari ke-38.

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


60 Pemberian Molase Pada Aplikasi Probiotik

Gambar 1. Rerata suhu (oC) pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian.
Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C:4,8 gr/L molase,
D:7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/Lmolase. Diagram batang merupakan
rerata  standar error. Huruf superscriptyang sama menunjukkan tidak
beda nyata (P>0,05).

Gambar 2. Rerata pH pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan
A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C:4,8 gr/L molase, D:7,2 gr/L
molase, E: 9,6 gr/L molase. Diagram batang merupakan rerata
standar eror. Huruf superscriptyang sama menunjukkan tidak beda
nyata (P>0,05).

Hasil pengamatan menunjukan selama Kandungan DO cenderung turun


penelitian terjadi fluktuasi DO pagi dan seiring dengan tingginya dosis
sore pada semua perlakuan. Pada awal pemberian molase. Perlakuan A, Bdan
penelitian hari ke-0 sampai hari ke-2 C mengalami penurunan DO pagi dan
DO pada semua perlakuan cenderung sore pada hari ke-3 namun tidak
tinggi mencapai 7,59 mg/l kemudian sedrastis perlakuan D dan E.
pada hari ke-3 turun dan stabil sampai Konsentrasi DO pagi mencapai titik
akhir pengamatan yaitu hari ke-38. terendah pada perlakuan D hari ke-7

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


Dewi Sartika, Esti Harpeni dan Rara Diantari 61

yang mencapai 0,92 mg/l dan nyata (P=0,000) terhadap DO pagi dan
perlakuan E pada hari ke-5 yang sore. Berdasarkan uji Mann-Whitney
mencapai 0,59 mg/l serta terlihat pada DO pagi terlihat bahwa perlakuan
terdapat buih pada akuarium perlakuan D dan E berbeda nyata terhadap
D dan E. Perlakuan D dan E perlakuan A, B dan C. Pada DO sore
merupakan perlakuan yang paling terlihat bahwa perlakuan A dan B
memberikan pengaruh terhadap berbeda nyata terhadap C, D dan E.
rendahnya konsentrasi DO pagi dan Perlakuan D dan E memiliki rerata DO
sore. Hasil analisis Kruskal-Wallis pagi dan sore lebih rendah
menunjukkan bahwa pemberian molase dibandingkan perlakuan A, B dan C
memberikan pengaruh yang berbeda (Gambar 3).

Gambar 3. Rerata DO (mg/l) pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian.
Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C:4,8 gr/L molase,
D:7,2 gr/Lmolase, E: 9,6 gr/Lmolase. Diagram batang merupakan
rerata standar error. Huruf superscriptyang sama menunjukkan tidak
beda nyata (P>0,05).

Secara deskriptif konsentrasi amonia puncak konsentrasi amoniak pada hari


pada semua perlakuan hari ke-0 ke-24. Konsentrasi amoniak tertinggi
menunjukan nilai yang sama yaitu terjadi pada perlakuan E sebesar 8,025
sebesar 0,094 mg/l. Selanjutnya mg/l. Setelah mencapai puncaknya,
konsentrasi amonia terus meningkat konsentrasi amoniak mengalami
pada semua perlakuan. Puncak penurunan pada semua perlakuan.
konsentrasi amonia perlakuan C (4,8 Konsentrasi amoniak terendah pada
gr/L molase) dan E (9,6 gr/L molase) akhir penelitian (hari ke-38) terjadi
tercapai pada hari ke-10. Perlakuan A pada perlakuan B sebesar 0,805 mg/l
(0 gr/L molase), B (2,4 gr/Lmolase) (Gambar 4).
dan D (7,2 gr/L molase) mengalami

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


62 Pemberian Molase Pada Aplikasi Probiotik

9
Konsentrasi NH3 (mg/l) 8
7 A
6
5 B
4 C
3
2 D
1 E
0 batas maksimal
0 10 20 30 40
Hari ke-
Gambar 4. Konsentrasi amonia (NH3) pada berbagai perlakuan. A: 0 gr/l molase,
B: 2,4 gr/l molase, C:4,8 gr/l molase, D:7,2 gr/l molase, E: 9,6 gr/l
molase. (Pengamatan konsentrasi amoniak dilakukan pada saat
pengambilam sampel air hari ke-0, ke-2, ke-10, ke-24 dan ke-38).

Laju pertumbuhan harian cenderung antara perlakuan B, C, D dan E dengan


mengalami perbedaan pada perlakuan perlakuan A yang memiliki laju
yang diberikan molase dengan pertumbuhan harian terendah yaitu
perlakuan tanpa pemberian molase sebesar 0,06 gr/hari ± 0,01. Namun,
(Gambar 6). Pada perlakuan B (2,4 gr/l dari hasil analisis Kruskal-Wallis
molase) yang diberikan molase paling menunjukkan bahwa semua perlakuan
sedikit memiliki laju pertumbuhan pemberian molase tidak memberikan
harian rerata tertinggi yaitu 0,11 gr/hari pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05)
± 0,004. Perbedaaan pertumbuhan terhadap laju pertumbuhan harian benih
harian pada benih ikan mas terlihat ikan mas.

a
0.12 a a a
0,11±0,004
0,09±0,02
Rerata Laju Pertumbuhan Harian

0,09±0,009 0,08±0,02
0.1
Benih Ikan Mas (gr/hari)

a
0.08 0,06±0,01

0.06

0.04

0.02

0
A B C D E
Perlakuan
Gambar 5. Rerata laju pertumbuhan harian benih ikan mas selama penelitian.
Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/Lmolase, C:4,8 gr/Lmolase,
D:7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/Lmolase. Diagram batang merupakan
rerata standar error. Huruf superscriptyang sama menunjukkan tidak
beda nyata (P>0,05).

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


Dewi Sartika, Esti Harpeni dan Rara Diantari 63

Secara deskriptif tingkat kelangsungan tingkat kelangsungan hidup relatif.


hidupbenih ikan mas berkurang seiring Kematian benih ikan mas telah terjadi
dengan tingginya dosis molase yang pada minggu ke-2 setelah ikan ditebar.
diberikan. Perlakuan B memiliki rerata Perlakuan B memberikan tingkat
tingkat kelangsungan hiduptertinggi kelangsungan hiduprelatif cenderung
yaitu 70% ± 2,6 (Gambar 6). lebih tinggi dari minggu ke-1 sampai
Sedangkan pada perlakuan E (9,6 gr/l minggu ke-5 dibandingkan perlakuan
molase) yang merupakan perlakuan lainnya. Pada perlakuan B tingkat
dengan dosis pemberian molase kelangsungan hidup relatif benih ikan
tertinggi memiliki rerata tingkat mas berkisar lebih dari 85% sedangkan
kelangsungan hidup terendah yaitu perlakuan lainnya cenderung berada di
sebesar 23,33% ±2,6 dan kematian ikan bawah 85% bahkan pada perlakuan E
terjadi pada hari ke-2 setelah ikan tingkat kelangsungan hiduprelatif benih
ditebar. ikan mas hanya sebesar 43% (Gambar
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan 7).
mas selama penelitian menggunakan

80.00
70,00±2,6
70.00

60.00
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

43,33±2,3
50.00
40,00±0
40.00
26,67±2,9
23,33±2,6
30.00

20.00

10.00

0.00
A B C D E

Perlakuan Dosis Molase (gr/l)


Gambar 6. Rerata tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas selama penelitian.
Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/Lmolase, C:4,8 gr/L molase,
D:7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/Lmolase.

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


64 Pemberian Molase Pada Aplikasi Probiotik

minggu ke-1
120 minggu ke-2
100 100 100 100 100 100
minggu ke-3
100 minggu ke-4
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

91 92
91 89
87
85 83
80
minggu ke-5
80 73 77 76
73
66 66.7 67
63
61
60
44
43
40

20

0
A B C D E
Perlakuan
Gambar 7. Tingkat kelangsungan hidup relatif benih ikan mas selama penelitian.
Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/Lmolase, C:4,8 gr/L molase,
D:7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/Lmolase. (Pengamatan sintsanrelatif
dilakukan pada hari ke-10, ke-17, ke-24, ke-31dan ke-38).

Daftar Pustaka Shafrudin, D. 2003. Pembesaran Ikan


Karper di Kolam Jaring Apung.
Avnimelech, Y. 1999. Carbon / Modul: Penyiapan KJA dan
Nitrogen Ratio as a Control Penebaran Benih. Direktorat
Element in Aquaculture Pendidikan Menengah Kejuruan
Systems. Israel. Israel Institute Direktorat Jenderal Pendidikan
of Technology. Dasar dDan Menengah
Badjoeri, M., dan Widiyanto. T. 2008. Departemen Pendidikan
Penggunaan Bakteri Nitrifikasi Nasional. Hal 10.
untuk Bioremediasi dan
Pengaruhnya terhadap
Konsentrasi Amoniak dan Nitrit
di Tambak Udang. Pusat
Penelitian Limnologi - LIP1.
Febrianti,D., Widiani, I., Ashory dan
Anggraeni, S. 2010. Pendekatan
Teknologi Bioflok (BFT)
Berbasis Probiotik Bacillus
subtilis pada Tambak Udang
Vaname Litopanaeus vannamei.
Bogor. Institut Pertanian Bogor.

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012

You might also like